Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7893 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Th. Sri Rahayu Prihatmi
"ABSTRAK
Cerkan merupakan kependekan dari cerita rekaan, artinya cerita yang direka pengarang (Saad, 1978). Istilah tersebut merupakan terjemahan M. Saleh Saad dari istilah prose fiction (1967, 1978). Dalam sastra modern, cerkan dapat berujud novel atau cerpen, dalam sastra lama dapat berujud dongeng, hikayat, cerita rakyat, legenda dan yang semacam dengan itu.
Novel kadang-kadang disebut roman. Di Indonesia, sebelum tahun 1950-an pada umumnya digunakan istilah roman, sehingga dikenal istilah roman-roman Balai Pustaka misalnya. Baru sesudah tahun 1960-an muncul istilah novel yang kadang-kadang dimaksudkan sebagai cerkan yang panjangnya antara cerpen dan roman (Long short story).
Meskipun Azab dan Sengsara (1921) karangan Merari Siregar sering dianggap sebagai novel pertama dalam dunia sastra Indonesia, akan tetapi kalau ditengok penerbitan di luar Balai Pustaka, ternyata Mas Marco Martodikromo sudah menulis Mata Getap pada tahun 1914 dan menulis Student Nidjo pada tahun 1919 (Damono, 1979: 33).
Lebih-lebih kalau tulisan Cina Peranakan diperhitungkan, pada tahun 1903 beberapa pengarang Cina sudah menulis cerkan, satu di antaranya Thio Tjien Boen yang menulis Oey Se (Salmon, 1985 : 48).
Cerpen merupakan kependekan dari cerita pendek, alih bahasa dari short story. M. Kasim dengan bukunya Teman Duduk (1936) dapat dikatakan seorang perintis dalam penulisan cerpen di Indonesia. Seperti namanya, cerpen ialah cerita rekaan yang pendek (Bdk. Summers melalui Lubis, t.th.: 5-6; Rosidi, 1959: IX; Wisjnu, 1963. 31-34; Jassin, 1965: 64).
Kalau diamati, cerkan-cerkan dalam dunia sastra Indonesia modern dari tahun 1900-an hingga sekarang, memiliki tipe-tipe yang berbeda. Rosemary Jackson dalam bukunya Fantasy: the Literature of Subversion (1981) mengemukakan teori tentang tipe-tipe, yang ia sebut mode. Ia mengartikan mode dalam pengertian Frederic Jameson.

ABSTRACT
For when we speak of a mode, what can we mean but that this particular type of Literary discourse is not bound to the convention of given age, nor indissolubly linked to a given type of verbal. artifact, but rather persist as a temptation and a mode of expression across a whole ranee of historical periods, seeming to offer itself, if only interm.ittenLy, as a formal possibilitiy which can be revived and renewed (Jameson melalui Jackson, 1981: 7)
Jackson mengatakan: "The term 'mode' is being employed here to identify structural features underlying various works in different periods of time." (198:17). Jadi istilah mode digunakan untuk mengidentifikasi ciri-ciri struktural dari tipe khusus wacana sastra, tidak terikat pada konvensi-konvensi zaman tertentu, model ekspres,i yang melewati segala mazhab dan zaman yang dapat diulang dan diperbaharui. Karena yang diidentifikasi itu adalah ciri-ciri strukturalnya, padahal struktur dapat juga diterjemahkan sebagai cara pengungkapan, maka mode lebih tepat diterjemahkan dengan 'modus' yang maksudnya 'cara pengungkapan'.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1993
D262
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Th. Sri Rahayu Prihatmi
"ABSTRAK
Cerkan merupakan kependekan dari cerita rekaan, artinya cerita yang direka pengarang (Saad, 1978). Istilah tersebut merupakan terjemahan M. Saleh Saad dari istilah prose fiction. (1967, 1978). Dalam sastra modern, cerkan dapat berujud novel atau cerpen, dalam sastra lama dapat berujud dongeng, hikayat, cerita rakyat, legenda dan yang semacam dengan itu.Novel kadang-kadang disebut roman.1 Di Indonesia, sebelum tahun 1950-an pada umumnya digunakan istilah roman, sehingga dikenal istilah roman-roman Balai Pustaka misalnya. Baru sesudah tahun 1960-an muncul istilah novel yang kadang-kadang dimaksudkan sebagai cerkan yang panjangnya antara cerpen dan roman (Long short story).Meskipun Azab dan Sengsara (1921) karangan Merari Siregar sering dianggap sebagai novel pertama dalam dunia sastra Indonesia, akan tetapi kalau ditengok penerbitan di luar Balai Pustaka, ternyata Mas Marco Martodikroa :o sudah menu 1. is Hata GeLap pada tahun 1914 dan menu l :is Student Nidjo pada tahun 1919 .(Damono,197933)."
1993
D1811
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putu Wijaya, 1944-
Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 2004
808.83 PUT p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Utjen Djusen Ranabrata
"Hakekat ceritera rekaan, sebagai sebuah ragam kesusastraan, ialah berceritera. Ini berarti ada yang diceriterakan, dan ada cara penceriteraannya. Dua hal inilah yang ingin penulis gambarkan alam penelaahan atas novel Telegram karya Putu Wijaya yang diterbitkan oleh Pustaka Jaya, pada tahun 1973. Novel tersebut menarik untuk dijadikan pokok penulisan skripsi karena cara penceriteraannya memperlihatkan kelainan dari cara penceriteraan yang biasa digunakan dalam novel sas_tra Indonesia pada umumnya. Peristiwa-peristiwa yang membangun novel ini penampilannya ada yang dilakukan dengan menggu_nakan cara stream of consciousness. Dalam hubungannya dengan sejarah penulisan novel Indonesia, sebenarnya cara penyajian ceritera dengan menggunakan metode atau cara seperti tersebut pernah juga diperlihatkan dalam novel Belenggu karya Armijn Pane dan di dalam novel Jalan tak ada ujung karya _"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1979
S11089
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Leimena, Michael Albert
"Aspek keterasingan manusia di dalam novel-novel Putu Wijaya terlihat dari perilaku dan kehidupan yang dijalani tokoh-tokoh di dalam novel-novel tersebut. Mereka adalah manusia-manusia yang kehilangan jati diri sebagai akibat terjadinya benturan antara keinginan mereka secara priba_di dengan tuntutan masyarakat yanq dirasakan tidak sesuai dengan keinginan mereka itu. Hal itu mengakibatkan tokoh_-tokoh tersebut dalam menghayati eksistensinya mereka menjadi resah dan gamanq berada di dalam tatanan masyarakat tempat mereka berada. Mereka pun menarik diri dari pergaulan dan hidup dalam bayanq-bayang. Sebaliknya orang-oranq di sekitar mereka pun menjauh. Tindakan selanjutnya memperlihatkan adanya penyimpangan dari kebiasaan masyarakat. Penyimpangan itu terjadi karena iri mereka semakin terbelenggu dengan konflik batin yang mereka hadapi. Hal itulah yang mendominasi novel-novel Putu Wijaya yang merupakan suatu nilai yang ingin disampaikan penga_rang. Ni1ai tersebut adalah hasil penghayatan pengarang terhadap kenyataan hidup di sekitarnya. Oleh karena itu jika kehidupan para tokoh di dalam novel-novel Putu Wijaya dihubungkan dengan kehidupan orang-orang di jaman modern sekarang ini maka akan terlihat kesejajaran antara keduanya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1992
S10982
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2001
843 EMP
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Apsanti Djokosuyatno
Jakarta: Djambatan, 2005
899.221 APS c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Putu Oka Sukanta
Jakarta: Yayasan Kalyanamitra, 1991
899.2213 PUT k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Apsanti Djokosuyatno
"Prosper Merimee dilahirkan dan dibesarkan di Paris. Ayahnya adalah seorang guru melukis di Ecole Poiytechriique. Orang tuanya, terutama ibunya, memupuk kecintaan pada bahasa dan sastra Inggris. Pendidikannya yang terakhir adalah sekolah tinggi Hukum. Dia memulai kariernya dalam dunia sastra pada usia dua puluh tiga tahun. Karyanya yang pertama berupa kumpulan naskah drama berjudul Le Theatre de Clara Gazul Ketika itu sudah terlihat seleranya pada mistifikasi. Lakon-lakon drama tersebut seakan-akan ditulis oleh seorang pemain drama wanita Spanyol. Di dalam kata pengantarnya yang ditandatangani oleh Joseph L'Estrange, pengarang memperkenalkan dirinya sebagai editor dan penerjemah lakonlakon tersebut. La Guz1a, yang menyusul terbit di tahun 1827, sekali lagi mengecoh pembacanya. Dalam buku tersebut Merimee menggunakan nama samaran Hyacynthe Hagdanovitch.
Kariernya menyebabkan dia diangkat sebagai Inspecteur des Monuments Historiques. Jabatan tersebut menyebabkan ia banyak melakukan perjalanan keliling ke seluruh Perancis. Dia memanfaatkan perjalanan-perjalanannya untuk melakukan penelitian arkeologis. Hal itulah yang menyebabkan dia cenderung menulis cerita berjenis sejarahan dan fantastik. Tentu saja cintanya pada bahasa dan sastra Inggris turut berperan dalam hal itu.
Pada tahun 1829 muncul karyanya yang membuat namanya makin harum, yaitu La Chronique du Regne de Charles IX, sebuah cerita sejarahan. Pada tahun yang lama Merimee mulai menulis berbagai cerita pendek dalam bentuk yang sempurna. Merimee terkenal sebagai seorang pengarang yang sangat memperhatikan bahasa dan penyajian karyanya.
Semua karyanya mendapat sambutan hangat, diterbitkan beberapa kali dan diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa asing."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1990
D109
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putu Wijaya, 1944-
Jakarta: Penyas Grafika, 2016
808.82 PUT s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>