Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 145414 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siregar, Houtman P.
"Pada waktu penggulungan kawat menjadi pegas ulir sedang berlangsung, terjadi perpatahan dan retakan sebelum diperoleh pegas ulir yang sesuai dengan standar. Setelah dilakukan penelitian, ditemukan bahwa: Perpatahan kawat dengan diameter 5,7 mm, disebabkan oleh porositas dan perpatahan kawat dengan diameter 5,2 mm, disebabkan oleh cacat goresan dipermukaan kawatnya, disamping adanya porositas yang turut melemahkan bahannya. Selanjutnya retakan-retakan yang terjadi pada pegas ulir dengan diameter kawat 3,2 mm, setelah proses pembentukannya selesai, disebabkan oleh adanya lapisan putih yang sifatnya getas yang terdapat pada permukaan luar pegasnya atau tepatnya pada daerah yang mengalami retakan-retakan yang ketebalannya sekitar 30 mikrometer dan lapisan putih tersebut mencapai angka kekerasan Vickers, VHN = 891,2 kgf/mm2, sedangkan kekerasan bahannya hanya mempunyai VHN =451,45 kgf/mm2. Lapisan putih tersebut kemungkinan besar merupakan "UNTEMPERED MARTENSITE". Hal ini dilihat dari kekerasan serta hasil uji komposisi kimianya dengan energi dispersif. Pada penelitian ini diteliti juga tentang pengaruh suhu pembebasan tegangan terhadap struktur mikro dan sifat mekanis pegas ulir dan kawat baja. Dari hasil penelitian yang diperoleh, ternyata terjadi perbaikan sifat mekanis kawat baja dan pegas ulir hingga pemanasan sampai dengan suhu 350ºC, sedangkan pemanasan selanjutnya yaitu mulai dari suhu 4000C hingga suhu 500ºC, terjadi penurunan kekerasan dan kekuatan tarik, sedangkan struktur mikronya tidak mengalami perubahan."
Depok: Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sasi Kirono
"ABSTRAK
pegas daun merupakan komponen mesin yang banyak digunakan
sebagai suspensi kendaraan bermotor, Oleh karena pegas
daun dalam fungsinya selalu menerima beban dinamis maka pe
gas tersebut perlu mempunyai ketahanan kelelahan yang baik,
Hal ini dapat dicapai dengan cara memllih bahan pegas serta
proses perlakuan yang optimal,
Dalam penelitian ini, studi diarahkan untuk mendapatkan
kondisi proses perlakuan yang paling optimal seperti
proses perlakuan panas dan shot peening, Untuk proses perla
kuan panas dilakukan beberapa variasi suhu austenitisasi dipilih
antara 800°C sampai dengan 880°C dan suhu temper dipilih
antara iflO°C sampai dengan 530°C, Salah satu proses per
lakuan panas tersebut mengikuti standar prosedur sesuai yang
diterapkan di pabrik.
Dari hasil proses perlakuan panas dan shot peening ,
kemudian dilakukan pengamatan pada bahan baja pegas SUP 9
mengenai sifat-sifat mekanis seperti kekuatan tarik, keuletan,
ketangguhan, kekerasan, kelelahan (fatigue) dan perubahan
struktur mikro.
Hasil penelitian menunjukkan bakwa kekuatan statis
maupun kekuatan dinamis sangat dipengaruhi oleh temperatur
temper untuk mendapatkan kondisi optimal, proses shot peer
ing untuk heberapa proses perlakuan panas yang dilakukan pada
kelelahan umur terbatas. Kenaikan umur kelelahan pada
perlakuan panas dan shot peering tergantung sifat kekuatan
tarik maksimum dan ketangguhan dari bahan.
Hasil penelitian diatas selanjutnya ditunjang dengan
pemeriksaan fraktografi permukaan patahan benda uji untuk
menjelaskan mekanisme kegagalan, khususnya karena kelelahan,
Dari penelitian ini diperoleh bahwa kegagalan kelelahan disebabkan
oleh mekanisme perubahan yang terdiri dari 3 (tiga)
tahapan yakni; terjadinya awal retak, penjalaran retak dan
patah akhir."
1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ginting Suka, Ediman
"Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh waktu tahan dan temperatur Austenisasi terhadap sifat mekanis dan perubahan struktur mikro dari baja pegas daun. Adapun temperatur austenisasi yang dipilih adalah 780°C, 830°C dan 880°C serta di beri kan waktu tahan 20 menit, 40 menit dan 60 menit untuk setiap temperatur kemudian di-quenching. Pengujian perubahan sifat mekanis dan struktur mikro dari benda uji meliputi uji kekerasan, uji impak, uji keausan serta uji metalografi.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh sifat kekerasan paling tinggi pada temperatur austenisasi 830°C dan waktu tahan 40 menit, sifat impak paling tinggi diperoleh pada temperatur austenisasi 780°C dan waktu tahan 20 menit, serta sifat keausan yang baik didapat pada temperatur austenisasi 830°C dan waktu tahan 40 menit. Perbedaan kekerasan, impak, keausan dan uji metalografi dari baja pegas daun tersebut disebabkan adanya perbedaan atom karbon yang terlarut dan terjadinya pertumbuhan butir pada kristal tersebut."
Depok: Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tantan Alam Rustandi
"Kawat SWRH 82 B merupakan kawat baja karbon tinggi yang banyak digunakan pada industri otomotif seperti untuk elemen pegas, tire cord dan lain lain. Pada proses pembentukan kawat untuk mendapatkan diameter yang diinginkan dilakukan proses penarikan. Setelah proses penarikan ini biasanya kekuatannya meningkat tetapi elongasinya menurun. Hal ini menyebabkan keterbatasan dalam penarikan selanjutnya. Proses patenting merupakan proses perlakuan panas yang sering digunakan pada kawat untuk menambah elongasi dari kawat yang telah mengalami proses penarikan sebelumnya. Dalam penelitian ini, temperatur patenting yang dipakai adalah 570' C, dan 590' C dengan waktu tahan masing-masing temperatur 1, 1 1/2 dan 2 menit. Struktur akhir yang diharapkan dari proses ini adalah perlit halus disebabkan perlit halus mempunyai sifat keuletannya tinggi dengan kekuatan yang cukup besar."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S41996
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Susandi
"Pada proses pembentukan kawat. seringkali mengalami penarikan. Hal ini akan mengakibatkan kekuatan dan kekerasan kawat meningkat sedangkan elongasi dan mampu reduksinya akan menurun diakibatkan adanya pengerasan regang (strain hardening). Proses patenting merupakan salah satu cara untuk meningkatkan keuletannya dengan penunman kekuatan dan kekerasan yang tidak terlalu drastis. Pada penelitian ini, temperatur patenting yang dipakai adalah 60ffC. 65(/'C dan 7(J(fC sedangkan waktu tahan masmg-masing 1, J Yz dan 2 menit. Struktur akhir yang diharaplam adalah per!it kusar karena perlit kasar mempunyai keuletan yang Tinggi dengan kekuatan dan kekerasan yang cukup tinggi. Media eel up yang digunakan adalah udara panas yung dimampatkan atau dikenal dengan nama"Air Patenting" dan dapur yang digunakan adalah JJapur "Protective Atmosphere Cunrruf". Sebagai pembanding pada proses patenfing ini adalah proses anil penuh. Ani! penuh dilakukah pada suhu austenisasi 80(/'C dan pendinginan di dalam dapur sekitar 8 Jam. Dari hasil penelitian didapal hast{ dengan proses patenting terjadi peruhahan struktur mikro dimana bentuk butir yang semula pipilt menjadi butir baru yang lebih sama sisi (equiaxed) sedangkan slruktur mikro yang dihasilkan berupa per/it kasar. Kekuatan tarik dan kekerasan menurun sedangkan keuletan dan mampu reduksinya naik. Keuletan naik dari 3, 72% menjadi lebih dari 8%.. .)semakin tinggi temperatur transjiJrmasi dan lamanya waktu penahanan mengakibatkan struktur perlit yang semakin kasar sehingga kekuatan larik dan kekerasan menurun serta keuletan dan mampu reduksinya naik diakibatkan butir dan jarak Jamel yang dihasilkan lebih besar. Sedangkan pada proses anil penuh diltasilkan struklur nukro herupa sementif yang sudah mutu; be.rbentuk speroid. Arting dengan menggzmakanlemperatur auslenisasi 80rfC dan penahanan selama lebih kurang 8 jam tidak dihasilkan struktur mikro perlit kasar."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S47817
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1991
S40638
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Buchari Ali
"Baja perkakas banyak digunakan dalam industri enjinering dan manufaktur sebagai cetakan (moulds and dies) dan berbagai canal pembentuk, baik untuk proses pengerjaan panas maupun untuk proses pengerjaan dingin.
Studi ini ditujukan pada baja perkakas untuk canal proses pengerjaan dingin yang berfungsi sebagai alat mereduksi penampang, dan karenanya harus mempunyai sifat : kekerasan yang tinggi, tangguh dan tahan terhadap keausan.
Bahan yang dipilih dalam penelitian ini adalah baja perkakas dalam keadaan lunak, selanjutnya dilakukan proses permesinan dan yang terakhir adalah perlakuan panas. Proses laku panas yang dilakukan terdiri dari temperatur austenisasi : 960 ° C, 980°C, 1000°C, 1020°C dan 1040°C, dengan waktu tahan 30 menit, pendinginan cepat kedalam minyak (Oli). Setelah proses pengerasan, diadakan pengujian sifat mekanis den pengamatan struktur mikro, sehingga diperoleh suatu temperatur austenisasi optimum.
Benda uji pada temperatur austenisasi optimum tersebut, selanjutnya diberi proses penemperan pada temperatur : 350°C, 400°C, 450°C, 500°C dan 550°C, dengan waktu tahan mesing-masing 60 menit, pendinginan udara. Dilanjutkan dengan pengujian sifat mekanis dan struktur mikro, sehingga diperoleh suatu temperatur penemperan optimum.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa temperatur austenisasi optimum adalah 1040°C, sedangkan temperatur temper optimum adalah 500°C. Nilai yang diperoleh pada kondisi tersebut adalah : kekerasan 59,1 HRC, barge Impak 4,1 Joule/cm 2 dan keausan 0,2932 gram pada 2500 siklus. Sedangkan struktur mikro terdiri dari matrik mertensit temper dengan karbida chrom . Dalam kondisi lunak mempunyai kekerasan sekitar 19 HRC dengan barge impak sekitar 10,2 Joule/cm2, dan keausan pada 2500 sifts sekitar 0,8089 gram. Struktur mikro terdiri dari karbida massif pada matrik ferit dan perlit dengan sejumlah besar spemidite yang halus."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unversitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rusnaldy
"Kabel atau. kawal alurmmium banyak digumzkan. pada instalasi listrik dan telekomunikasi. Agar dihasilkan kawot atau kabel yang mermlliki kualitas yang baik, maka proses pembenzukun, kawat, yaitu proses penarikan. kawat hams dilakukan dengan. baik. Untuk itu perlu diketahui pengaruh parameter proses penarikan kawat terhadap basil akhir berupa sifat meka-nik dan konduktivitas listriknya, Adapun. parameter proses penarikan. kawat yang diteliti aclalah besarnya persentase reduksrl penarikan, (Z5%; 16125%; 20%; 27,5%; 3Z5%,' dan, 38%) Izecepalan proses penarikan. kdwat (13 cm/ detik; I8 cm/detik; dan 23 cm/detik) dan. kondisi pelumasan (pelumas yang digunakan. gemuk, ali mesin dan bimali). Hasil penelitahn, menunjukkon, bertambah besamyapersentase reduksi penarikarz. mengakibatkan, meningkatnya harga kekuaum mrik, kekuawn. luluh, dan tegangan penarikan, yang dibutmhkan, serta terjadinya penurunan, harga elongasi dan, konduksimltas liszrik. kawat. Kecepatcm. penurikan 23 cm/detik rnemberikan kenaikan kekuatan luluh yang besar (41, 7%) dun juga memberikan penurunan rullml elongasi yang besar (50,9%), serta membutuhkan, tegangun penarikan. dari luar yang kecil. Sedangkan kecepatcm penarikun 18 cm delik memberikan penururum konduktivitas kecil (2, 5 %) bila dibandingkan dengan. sampel awal. Kondisi pelumasan dengan menggunakan. gemuk memberikcm. hasil yang terbaik dari semua nilai yang diinginkan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S41174
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Hutapea, Suburmian
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1992
S40837
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>