Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 42595 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Woro Dyah Edining Palupi
"Permasalahan yang mendasari penelitian ini adalah adanya suatu gejala dalam masyarakat yang menganggap bahwa usaha sapi perah adalah "bidang laki-laki", sehingga banyak menimbulkan masalah bagi perempuan desa pada umumnya dalam partisipasinya sebagai tenaga kerja di bidang peternakan sapi perah. Padahal kenyataan menunjukkan bahwa perempuan juga mampu mengelola usaha sapi perah sebagaimana halnya laki-laki asal diberi kesempatan dan adanya kemauan perempuan itu sendiri.
Perempuan peternak sapi perah yang dipilih dalam penelitian ini adalah perempuan yang ada di desa Sruai, kecamatan Musuk, kabupaten Boyolali. Pilihan tersebut didasarkan pada pertimbangan bahwa mereka mampu mengelola usaha sapi perah yang sebelumnya juga dikelola oleh laki-laki. Di samping itu desa Sruni merupakan desa penghasil susu terbesar di Kabupaten Boyolali bahkan di Jawa Tengah di mana usaha sapi perah tersebut merupakan usaha yang eksklusif dikelola oleh perempuan.
Penelitian kehidupan perempuan peternak sapi perah dimaksudkan untuk memperoleh gambaran profil nimah tangga perempuan petemak sapi perah dilihat dari besarnya skala usaha serta untuk mengetahui kehidupan perempuan peternak sapi perah dalam usaha dan rumah tangga dan bagaimana berdampak dalam hubungan suami istri sebagai akibat adanya pergeseran pembagian kerja beternak dari laki-laki ke perempuan. Berdasarkan studi ini, diharapkan diperoleh informasi yang dapat dipakai untuk merekomendasikan pengembangan program peternakan sapi perah di tempat lain dengan memperhatikan potensi perempuan sebagai sumberdaya manusia yang patut diperhitungkan.
Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan di atas, digunakan pendekatan kuantitatif untuk mengetahui profil rumah tangga dan pendekatan kualitatif untuk mengetahui kehidupan perempuan peternak sapi perah. Dalam pendekatan kuantitatif digunakan wawencara berstruktur, sedangkan dalam pendekatan kualitatif digunakan wawancara mendalam dan pengamatan terlibat dalam pengumpulan data Pendekatan kualitatif yang dipilih dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus.
Tahap-tahap pengumpulan data. dilakakan dengan cara. sebagai berikut: (1) Wawancara berstruktur terhadap 66 responden dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui profil rumah tangga perempuan petenaak sapi perah yang meliputi tingkat pendidikan, pekerjaan, penguasaan lahan pertanian, penguasaan sapi perah serta pendapatan dan pengeluaran rumah tangga. Profil rumah tangga perempuan peternak sapi perah bisa dipakai untuk mengetahui sejauh mana tingkat pendidikan, usia, pekerjaan suami, pemilikan lahan dan penguasaan sapi perah menentukan sukses mereka sebagai peternak sapi perah dilihat dari besarnya skala usaha. Profil ini juga memberikan gambaran mengenai sumbangan dari usaha sapi perah untuk kehidupan rumah tangga. Temuan menunjukkan bahwa: (a) potensi perempuan sebagai petemak sapi perah pada semua skala usaha tidak tergantung dari tingkat pendidikan, karena perempuan yang berpendidikan SD pun bisa menjadi peternak sapi perah yang sukses, (b) ada hubungan antara usia responden dengan sukses mereka sebagai peternak sapi perah karena respondenpada semua skala usaha ada pada usia produktif (c) ada hubungan antara pekerjaan suami dengan sukses mereka sebagai peternak sapi perah karena responden dari skala usaha besar mempunyai akses terhadap dana/modal dilihat dari penghasilan suami sebagai pedagang, pegawai negeri/swasta, (d) ada hubungan antara penguasaan tanah dengan besarnya skala usaha sapi perah, di mana semakin besar penguasaan tanah semakin besar skala usaha sapi perah, (e) ada hubungan antara besarnya skala usaha dengan besarnya pendapatan total nnnah tangga, di mana semakin besar skala usaha semakin besar sumbangan pada pendapatan total rumah tangga walaupun perbedaannya tidak menonjol, (2) Untuk menjelaskan kehidupan perempuan peternak sapi perah diperlukan pemahaman yang lebih mendalam. Untuk itu diteliti melalui studi kasus 6 rumah tangga perempuan peternak sapi perah, yang masing-masing terdiri atas 2 rumah tangga yang mewakili petemak berskala usaha besar, berskala usaha sedang dan berskala usaha kecil. Kriteria informan pada masing-masing skala usaha ialah perempuan menikah, mempunyai suami dan anak dengan umur 10 tahun keatas dan mempunyai suami dan anak dengan umur 10 tahun ke bawah, (3) Data untuk menjawab masalah penelitian dapat dilakukan pula dengan cara pengamatan terlibat Peneliti melakukan pengamatan terlibat untuk memperoleh pemahaman cara informan melaksanakan kegiatan, baik dalam kegiatan rumah tangga seperti memasak, mencuci, mengambil air, mengasuh anak dan membersihkan rumah maupun dalam kegiatan usaha sapi perah yang meliputi: membuat dan memberikan konsentrat, memberi rumput, membersihkan kandang, memerah susu, mencuci peralatan, menyetorkan susu, memandikan sapi, memotong rumput, mengangkut kotoran dan memberi jamu
Simpulan penelitian adalah sebagai berikut : (1) Faktor utama yang mendorong informan mengelola usaha sapi perah yaitu mencukupi kebutuhan keluarga dan biaya pendidikan anak Faktor lain adalah untuk memperoleh pengalaman, mendapat teman dan agar tidak tergantung pada suami, (2) Perubahan pembagian kerja yang nyata dalam usaha sapi perah dari laki-laki ke perempuan mempunyai dampak terhadap sistem nilai jender ten-tang pembagian kerja seksual sebagai berikut : a) pekerjaan yang dulu dianggap pantas untuk laki-laki saja sekarang dianggap lebih cocok untuk perempuan dengan alasan yang berhubungan dengan nilai feminitas yang umum berlaku, b) nilai mengenai perempuan sebagai pencari nafkah tidak berubah karena informan tetap diatom hanya membantu mencukupi kebutuhan keluarga walaupun informan dapat mengkontribusi pendapatan rumah tangga lebih besar dari suami, c) nilai peran sebagai ibu rumah tangga adalah tetap peran utama searang perempuan, hanya dalam kegiatan rumah tangga bukan lagi tugas yang selalu harus diutamakan, d) pekerjaan yang secara tradisi dilakukan oleh laki-laki dan dianggap cocok untuk laki-laki, setelah diambil alih oleh perempuan juga dianggap membutuhkan sifat-sifat yang biasanya dimiliki perempuan, (3) status informan relatif meningkat setelah menjadi peternak sapi perah namum masih belum setara dengan suami.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sevilla Putri
"ABSTRAK
Skripsi ini mengkaji pembagian peran antara laki-laki dan perempuan baik dalam ranah domestik maupun ranah publik pada masyarakat Desa Singosari, Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali. Latar belakang penelitian ini didasari oleh pandangan yang menyebutkan bahwa peran utama seorang perempuan berada di sekitar aktivitas rumah tangga domestik dan peran laki-laki ialah sebagai pencari nafkah utama di luar rumah publik . Hal tersebut menciptakan ketergantungan ekonomi istri terhadap suami. Pada faktanya perempuan di Desa Singosari aktif terlibat dalam mengelola usaha peternakan sapi, keadaan ini diperkirakan berdampak langsung pada kehidupan perempuan, keluarga dan masyarakat. Meskipun pandangan dikotomi masyarakat mengenai ranah domestik dan ranah publik serta peran produktif dan peran reproduktif masih kuat, dari hasil studi ditemukan bahwa keberadaan perempuan dalam mengelola usaha peternakan sapi perah sektor publik diterima secara terbuka oleh masyarakat karena kemampuan kontribusi finansial yang diberikan kepada keluarga. Tingkat pemberdayaan perempuan yang terjadi di sana pun menuju kearah yang lebih positif. Keterlibatan perempuan secara aktif dalam ranah publik menunjukkan hal yang positif di mana keberhasilan perempuan telah menempatkan posisi sosialnya pada posisi yang dihargai dan dihormati baik di dalam keluarga maupun lingkup masyarakat.

ABSTRACT
This thesis discusses about the division of labor between men and women in Desa Singosari, Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali both in terms of domestic and public affairs. The research was conducted due to some views saying that the main role of women is centered in domestic affair only whereas the main role of men is to become the main breadwinner of the household public affair which led to an economical dependence of housewives to their husbands. In fact, women in Desa Singosari has an active role in managing the cattle breeding business in society. This situation thus affects the lives of the women, their family, and the society in general. Although there is a dichotomy in society regarding the roles in domestic and public affairs also regarding the roles in productive and reproductive affairs in this study I found that the fact that women actively participate in the cattle breeding business public affair can be openly accepted by society due to the financial contribution it can bring to their family. The women empowerment in Desa Singosari has also become more positive. The active involvement of women in public affairs has shown a positive development in which they can put themselves in a position where they can be appreciated and respected both in the family and in the society."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mien Rianingsih
"Suatu fenomena sosial yang menarik di Indonesian saat ini adalah meningkatnya jumlah kepala keluarga perempuan. Selama ini kepala keluarga yang kita kenal adalah laki-laki. Sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang Perkawinan nomor I tahun 1974, didalam pasal pasal 31 dan 34. Pengertian kepala keluarga saat ini mengalami pergeseran di tengah masyarakat. Nilai-nilai budaya dan ajaran Agama yang menetapkan pembagian peran antara suami dan istri mulai dipertanyakan kembali, karena sudah tidak relevan dengan kondisi nyata yang terjadi saat ini. Berdasarkan indikator sosial gender Biro Pusat Statistik 2000 menunjuk bahwa rumah tangga di Indonesia di kepalai oleh perempuan mencapai 13,4 %. Tingkat perceraian mencapai 12 % yang merupakan salah satu penyebab kondisi tersebut.
Berdasarkan pada fenomena sosial d iatas, penelitian ini bertujuan memberikan gambaran secara sosiologis tentang kehidupan perempuan yang berperan menjadi kepala ketuarga di Kecamatan Pacet - Jawa Barat. Untuk memberikan gambaran tersebut peneliti menganalis faktor-faktor dan struktur sosial yang berpengaruh dalam kehidupan perempuan kepala keluarga, analisis gender dan pengaruhnya dalam kehidupan perempuan kepala keluarga dan juga melihat implikasi teori dan hasil penelitiarr Penelitian ini adalah merupakan penelitian diskriptif dengan melalui pendekalan kualitalif yang berpersfektif feminis dengan menggunakan teori - teori feminis, dengan mengambil lokasi Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur - Jawa Barat.
Dari hasil penelitian bahwa faktor-faktor yang berbengaruh dalam kehidupan perempuan kepala keluarga terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah perempuan kepala keluarga dalam kondisi yang memprihatinkan bahkan terpuruk. Kemiskinan adalah kondisi hidup yang akrab dengan perempuan yang mans dapat dilihat pada aspek; pendidikan rendah ketrampilan terbatas, jumlah tanggungan anggota keluarga yang cukup besar, upah rendah,dll.
Faktor eksternal adalah kebijakan,Undang-Undang diantaranya UUP pasal 31 no. 1 tahun 1974, institusi-institusi dilingkungan perempuan kepala keluarga dari mulai intitusi keluarga, intitusi agama, ekonomi, pendidikan,dll. Faktor eksternal tersebut adalah merupakan bentuk kekerasan yang dilakukan negara dan kalangan perempuan sebagai korbannya.
Struktur sosial masyarakat yang ada sangat berpengaruh dalam kehidupan perempuan kepala keluarga yang mana didalamnya terdiri dari pola prilaku dan pola hubungan, sistim-norma, nilai-nilai dan institusi keluarga. Struktur sosial diketahui selama ini telah terjadi proses dehumanisasi terhadap perempuan. Proses dehumanisasi tersebut dilakukan dalam waktu yang panjang sehingga menjadi suatu sifat yang melekat pada laki-laki dan perempuan yang dikonstruksikan secara sosial dan budaya.
Menjadi janda adalah bukan pilihannya keadaanlah yang memaksa perempuan harus memutuskan untuk melakukan pilihan itu. Mereka bukanlah orang yang punya banyak pilihan. Kadang-kadang perempuan tidak melakukan pilihan, namun terpaksa harus menerima keputusan atas pilihan orang lain. Meskipun pilihan orang lain tersebut bertentangan dengan kemauan dirinya.
Gambaran kehidupan perempuan kepala keluarga melekat dengan kemiskinan. Karena kemiskinan maka perempuan kepala keluarga mengalami perkawinan muds dan perkawinan dilakukan berulang kali dengan harapan akan ada seorang laki-laki yang dapat membantu mengatasi persoalan ekonomi. Nampaknya hal tersebut hanya menjadi sebuah mimpi. Karena kemiskinan maka perkawinannya selalu dilakukan dibawah tangan yang berdampak tidak adanya perlindungan hukum pada perempuan kepala keluarga. Dengan tidak adanya perlindungan hukum, maka perempuan tidak dapat mengajukan gugatan untuk mendapatkan hak nafkah bagi anak dan anak juga tidak mendapat legalitas hukum, selain itu sepanjang hidupnya perempuan tidak punya kontrol meskipun terhadap dirinya sendiri.
Perpektif feminis melihat gambaran kehidupan perempuan kepala keluarga dalam kondisi yang ter-subordinasi dan tennarginalisasi yang disebabkan karena adanya perbedaan gender dan kelas yang dipengaruhi oleh idiologi partriarkhi Untuk itu perjuangan feminis yang harus diperangi adalah kontruksi visi dan idiologi masyarakat serta struktur dan sistim yang tidak adil karena bias gender dan bias kelas.
Pengalaman hidup perempuan kepala keluarga menjadi bagian yang tak terpisahkan Bari gerakan perempuan di Indonesia dan menjadi refleksi dan pelajaran berharga yang telah diperoleh dari kehidupan perempuan kepala keluarga. Berbagai strategi bertahan hidup dan keluar dari kemelut yang mereka terapkan merupakan pelajaran berharga yang tak kalah pentingnya untuk dicatat. Pengalaman empirik perempuan kepala keluarga dapat menjadi sumber perkembangan sebuah teori maupun limit pengetahuan baru dalam membangun pola relasi yang lebih adil.
Rekomendasi dari penelitian adalah (pertama) pada perempuan kepala keluarga diperlukan adanya keberanian untuk menyikapi prilaku budaya dan norma¬-norma yang tidak adil terhadap perempuan (kedua) pada negara perlu merubah kebijakan-kebijakan yang bias gender, bias kelas serta bertentangan dengan kenyataan sosial. (ketiga) pada Pemerintah Lokal dan Tokoh Agama perlu melindungi perempuan kepala keluarga agar mendapat perlinddungan hukum dan hak nafkah. (keempat} pada pemerhati perempuan perlu mendampingi perempuan untuk dalam melakukan perubahan dan memfasilitasi dalam peningkatan kapasitas perempuan."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T22625
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Masngudin HMS
"Kebudayaan kemiskinan pada rumah tangga nelayan memberikan derajat yang seimbang antara suami dan istri. Namun kebudayaan yang telah mantap pada masyarakat membedakan derajat atau posisi suami dan istri, walaupun istri telah berusaha dengan segala kemampuan untuk kehidupan rumah tangganya. Asumsi inilah yang menjadi dasar dalam studi tentang Kehidupan Istri Nelayan Miskin di Desa Samudera Jaya, Kecamatan Taruma Jaya, Kabupaten Bekasi. Kemiskinan yang terjadi secara turun temurun, masih dirasakan oleh tiap rumah tangga yang menjadi kasus dalam studi ini. Dalam sosialisasi orang tuannya kepada anak-anaknya juga masih dijalankan seraca turun temurun. Sosialisasi dalam hal pekerjaan, masih terlihat Bapaknya mengarahkan anak laki-lakinya untuk tetap menjadi nelayan, dan lbunya mengarahkan anak perempuannya mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan bekerja sebagai buruh tani. Kesemua ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Upaya ini dilakukan dengan cara mengerahkan sumber daya tenaga kerja yang ada dalam rumah tangga melalui kegiatan sosial ekonomi. Dad pengerahan tenaga kerja anggota rumah tangga dalam menanggulangi kebutuhan ini, terlihat adanya keseimbangan derajat atau posisi suami dan istri atau laki-laki dan wanita dalam rumah tangga nelayan miskin.
Dalam kebudayaan yang telah mengakar pada masyarakat, antara lain di dalam rumah tangga ada pembagian tugas yang jelas. Pekerjaan mencari nafkah adalah pekerjaan suami, sedangkan pekerjaan istri adalah pekerjaan rumah tangga. Akibat dari pengaruh kebudayaan tersebut, maka pola hubungan antara suami dan istri, berbeda tapi sama nilainya. Dalam pandangan ini ada pemisahan peranan istri dalam pekerjaan rumah tangga dan ada peluang untuk bekerja mencari nafkah diluar rumah tangga. Melalui solidaritas sosial dalam bentuk tolong menolong, saling memberi, atau saling menanggung beban secara bersama adalah merupakan upaya di antara rumah tangga nelayan dalam meningkatkan kesejahteraan mereka, yang dikenal dengan konsep sama rata sama rasa. Keadaan ini memeperlihatkan kehidupan sosial diantara sesama rumah tangga miskin di lokasi penelitian yang berorientasi pada kebutuhan ekonomi. Di lain pihak dalam kehidupan ekonomi istri bekerja mencari nafkah di berbagai lapangan kerja sesuai dengan kemampuan yang dimiliki akibat pengaruh kemiskinannya.
Walaupun istri nelayan miskin dengan segala kemampuannya telah berusaha tanpa mengenal lelah, namun pengaruh kebudayaan yang telah mantap dalam masyarakat tetap membedakan derajat atau posisi antara suami dan istri. Dengan perbedaan ini pada dasarnya istri kurang menerimanya, yang diinginkannya adalah bukan secara kaku memegang kebudayaan tersebut, tetapi seharusnya lebih berorientasi pada pemenuhan kebutuhan rumah tangganya. Dengan orientasi ini, maka akan terdapat kerjasama yang baik antara suami dan istri dalam kehidupan rumah tangga dengan pola hubungan seimbang. Pola hubungan tersebut merupakan potensi yang sangat berarti dalam pengentasan kemiskinan yang di sandangnya."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jaorana Amiruddin
"Program Grameen Bank, merupakan salah satu program pemberian kredit mikro yang ditujukan untuk kelompok termiskin dan yang miskin (the poorest of the poor), dan diprioritaskan kelompok perempuan. Sejak program GB diluncurkan pertama kalinya di Bangladesh, dilaporkan banyak memberikan dampak positif bagi pemanfaatnya dan keluarganya, sehingga mengundang banyak negara untuk mengadopsi program ini, termasuk Indonesia dan berbagai kajian yang dilakukan oleh lembaga-lembaga replikator program GB di Indonesia, dilaporkan, bahwa program ini memberikan dampak posistif bagi anggotanya, yang dilihat pada indikator; tingkat pengembalian (repayment) yang tinggi mencapai 98%, meningkatnya omzet peserta program, meningkatnya pendapatan peserta program, meningkatnya jumlah tabungan, dan lain-lain. Namun, indikator keberhasilan yang digunakan bank menunjukkan indikator ekonomi, padahal ada yang lebih penting dari itu, yaitu apakah program GB telah meningkatkan kualitas hidup perempuan peserta program GB dan keluarganya? Artinya apakah dengan meningkatnya pendapatan dan berkembangnya usaha perempuan peserta program GB, akan memperbaiki kualitas hidup mereka? Apakah perempuan peserta program GB, selain telah memiliki akses terhadap kredit juga memiliki kontrol atas kredit yang diperolehnya? Apakah dengan adanya kontribusi ekonomi peserta program GB, dapat memunculkan posisi tawarnya (bargaining position) sehingga perempuan mampu bernegosiasi, mengularakan aspirasinya dan tercipta pola relasi yang setara dengan suaminya dalam keluarganya?"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T11547
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmita Budiartiningsih
"Transmigrasi merupakan salah satu program pemerintah yang dimaksudkan untuk menciptakan keseimbangan penduduk sekaligus untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk dengan memberikan kesempatan kerja bagi penduduk yaitu berupa sebidang tanah pertanian yang diharapkan dapat mereka garap dan olah. Di daerah transmigrasi UPT II Sungai Pagar, misalnya, telah disediakan lahan pertanian untuk digarap dan diharapkan mereka bisa memperoleh pendapatan dan hasil lahan tersebut.
Pada awalnya para transmigran masih mempunyai harapan atas hasil yang mereka terima dari ladang yang mereka usahakan meskipun hasil itu haru dapat memenuhi kebutuhan dasar mereka, yaitu kebutuhan akan makan.an. Namun, setelah lebih kurang empat tahun di lokasi, pendapatan rumah tangga dari hasil pertanian tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan yang paling mendasar tersebut. Hal ini disebabkan adanya gangguan alam, seperti berkurangnya kesuburan tanah akibat kekeringan yang berkepanjangan dan gangguan hama seperti babi hutan bahkan sampai perusakan tanaman oleh sekawanan gajah.
Dalam keadaan serba tidak pasti. tersebut, apa peranan kaum perempuan dalam mempertahankan kelangsungan hidup rumah tangganya ditinjau dan kedudukannya sebagai istri dan ibu bagi keluarga transmigan? Dalam menghadapi gangguaan alam yang berakibat pada segala aspek kehidupan transinigran para transmigran khususnya perempuan harus bisa menyesuaikan diri atau beradaptasi terlebih dahulu pada lingkungannya. Adaptasi ini diperlukan agar kehidupan rumah tangga tetap tenang sehingga tercipta suasana kerasan bagi anggota rumah tangga yang pada akhirnya juga akan berguna untuk mengurangi rasa penyesalan karena harus meninggalkan daerah asalnya.
Untuk tetap bertahan di daerah yang baru, kaum perempuan melakukan berbagai pekerjaan baik pekerjaan yang bernilai ekonomis maupun nonekonomis. Pekerjaan ekonomis mereka lakukan agar dapat membantu ekonomi keluarga yang jika diharapkan kepada pendapatan suami saja dirasakan tidak mencukupi, serentara pekerjaan yang tidak bernilai ekonomis dilakukan agar kehidupan rumah tangga tetap berlangsung. Kaum perempuan tidak lagi hanya mengerjakan pekerjaan domestik tetapi juga sudah masuk ke dalam pekerjaan yang produktif sementara kaum pria tetap bertahan dalam lingkungan publiknya.
Di dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga, kaum perempuan pada umumnya bekerja sendiri, terlebih-lebih pada awal penempatan mereka karena sewaktu berangkat ke daerah transmigrasi sebahagian besar transmigran hanya membawa istri dan anak-anak atau balita. Salah satu alasan mereka berbuat seperti itu adalah karena anak-anak sedang dalam niasa sekolah sehingga dirasakan tidak mungkin untuk dipindahkan serta masih adanya perasaan ragu apakah di daerah yang baru nantinya mereka dapat membiayai kebutuhan keluarga jika mempunyai tanggungan yang lebih besar. Pekerjaan rumah tangga yang mereka lakukan adalah antara lain, mengasuh anak, memasak, mencuci, membersihkan rumah, mengambil air dan mencari kayu bakar.
Di samping mengerjakan pekerjaan tumah tangga, perempuan juga membantu pekerjaan suami di ladang. Sebagai daerah baru tenaga perempuan sangat dihutuhkan untuk membantu pekerjaan di ladang,. Perempuan merupakan tenaga inti selain tenaga suami. Mereka melakukan pekerjaan hampir sama dengan yang dilakukan oleh suami, yaitu ikut membakar pohon yang sudah anti, mencangkul ladang, menanam, menyiang hingga memanen hasil. Pekerjaan di ladang ini dilakukan oleh perempuan setelah mereka menyelesaikan pekerjaan rumah tangga. Bahkan tidak jarang mereka melakukan lebih dari satu pekerjaan sekaligus seperti mengasuh anak sambil bertanam. Keadaan tersebut menunjukan bahwa di daerah transmigrasi perempuan berperan ganda.
Keadaan seperti ini terus berlanjut hingga sekarang. Pada saat penghasilan dari lahan pertanian sudah semakin sedikit maka perempuan mulai mencari strategi lain untuk mencukupi kebutuhan rumah tangganya misalnya .dengan berjualan barang-barang kebutuhan sehari-hari, membuat kue dan membuat kerupuk. Peranan kaum perempuan dalam perekonomian rumah. tangga terbukti relatif besar. Meskipun dalam rumah tangga perempuan juga menyumbangkan penghasilan mereka tetap dianggap hanya membantu suami dalam mencari nafkah. Demikian pula halnya dengan pengambilan keputusan dalam rumah tangga masih didominasi oleh suami. Dominasi suami atas pengeluaran rumah tangga diperlihatkan dari kaum perempuan yang menyatakan bahwa mereka harus meminta izin terlebih dahulu jika akan mengeluarkan uang dalam jumlah relatif besar. Keadaan ini semakin dikuatkan dengan adanya anggapan bahwa keikutsertaan perempuan atau istri dalam bekerj hanyalah disebabkan oleh situasi pada saat itu yang memungkinkan perempuan untuk bekerja.
Pada saat ini perempuan banyak yang bekerja sebagai buruh di perusahaan perkebunan kelapa sawit yang bernaung di bawah perusahaan PT Tasma Puja. Perempuan masuk dalam pekerjaan ini karena semakin menyempitnya peluang bagi mereka untuk dapat membantu ekonomi rumah tangganya. Sebagai buruh mereka di upah dengan sistem upah harian sebesar Rp 3.500 per hari Pembayaran upah dilalukan dua sebulan, pekerjaan rutin yang dilakukan oleh perempuan adalah sebagai berikut: mereka biasanya meninggalkan rumah pada pukul enam pagi setelah menyelesaikan pekerjaan rumah tangga dan kembali ke rumah pada pukul empat sore. Setelah pulang ke rumah mereka juga harus mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti memasak dan mengajar anak. Pendapatan yang relatif tetap dari pekerjaan ini menjadikan perempuan bertahan dengan kondisi yang demikian itu.Bekerja sebagai buruh dapat dilakuukan oleh perempuan sendiri maupun bersama-sama dengan, namun pekerjaan rumah tangga tetap dikerjakan oleh istri.
Melihat kondisi di atas, ternyata peranan perempuan dalam rumah tangga dan dalam membantu suami mencukupi kebutuhan hidup keluarga relatif besar. Begitu pula curahan waktu kerja mereka relatif lebih besar dibandingkan dengan suami mereka. Bahkan, lebih dari itu. kaum perempuan juga harus memainkan peranan yang berhubungan dengan kegiatan social dilingkungan masyarakatnya. Mereka mengikuti kegiatan arisan, pengajian, PKK, posyandu dan kelompok tani serta kesenian.
Kesemuanya ini dilakukan untuk menciptakan rasa kerasan berada di daerah baru karena secara psikologis mereka telah terlepas dan ikatan-ikatan tradisional yang biasanya mengikat mereka, yaitu jauh dari keluarga dan jauh dari sanak famili. Keberhasilan mereka di daerah transmigasi sangat ditentukan dari kesiapan mereka dalam menghadapi kehidupan di daerah baru tersebut. Namun, secara teknis sering kali dalam keberangkatan ke daerah yang baru perempuan belum dipersiapkan secara baik sebagaimana hal itu dilakukan terhadap laki-laki.
Ketidaksiapan perempuan menghadapi situasi dan kondisi di daerah yang baru sering kali menjadi pemicu para transmigran itu untuk kembali ke daerah asalnya setelah mencoba untuk tetap bertahan selama beberapa waktu. Perempuan yang tidak siap akan merasa kecewa dan terasing, sehingga tidak mempunyai harapan untuk dapat terus bertahan. Peluang lain tidak dapat mereka temukan sementara pendapatan keluarga yang diupayakan oleh suami tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Namun, keadaan sebaliknya terjadi pada mereka yang dapat menyesuaikan diri dan beradaptasi dengan lingkungannya akan tetap bertahan. Salah satu pendorong bagi transmigran untuk tetap bertahan adalah karena di daerah yang baru mereka mempunyai tanah sementara di daerah asal hal itu sudah tidak memungkinkan lagi."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1997
T918
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian ini menggambarkan tentang peran ganda perempuan dan pengaruhnya terhadap kesejahteraan sosial keluarga. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memahami tentang peran ganda perempuan, khususnya pelaksanaan peran perempuan sebagai ibu rumah tangga, istri pendamping suami, pendidik ' pengatur rumah tangga dan sebagai pencari nafkah...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Majelis Taklim is a social institution and non-formal education and also a container in coaching women. In it lasted activities to increase the piety of pilgrims, religious knowledge, inculcate noble character and skills other fields. As container non-formal education, the board has considered taklim role, function and great potential in improving human resources, especially women. Assembly activities not only merely taklim provide religious knowledge, but although not optimally, majelis taklim already started to touch the empowerment of women in other fields such as social and economic."
EDJPPAK
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Setya Yuni Astuti
"Pembangunan kilang minyak yang dilakukan dengan pengambilalihan lahan pertanian telah memaksa perempuan petani kehilangan penghidupannya (livelihood) dan mendorong mereka pada posisi yang rentan. Perlawanan yang dilakukan perempuan petani merupakan ungkapan dari rasa kecewa atas tindakan sepihak PT. Pertamina Rosneft dalam mengintervensi pengambilalihan lahan di Sumurgeneng. Penelitian ini menggunakan teori ekologi politik feminis untuk menelusuri serangkaian perlawanan dan keterkaitan antara keterbatasan akses dan kontrol atas relasi kuasa yang dialami oleh perempuan petani di Sumurgeneng. Selain itu, dalam memunculkan suara perempuan, penelitian ini menggunakan observasi terlibat dengan pendekatan kualitatif berperspektif feminis sebagai titik acuan untuk mengeksplorasi ruang hidup perempuan petani dengan menggali narasi perempuan petani (herstory) secara mendalam. Melalui lensa ekologi politik feminis, penelitian ini menemukan bahwa hak atas tanah tidak hanya berpengaruh pada akses dan kontrol namun juga berpengaruh pada aspek sosial, budaya, dan ekonomi yang berkaitan dengan opresi yang dilakukan untuk mengekang dan mengontrol ruang gerak perempuan. Penelitian ini juga memetakan bagaimana perlawanan yang dilakukan perempuan petani yang dilakukan secara mandiri, tetapi tetap tidak terlepas dari perlawanan besar yang dilakukan bersama petani laki-laki.

The construction of oil refineries carried out by expropriation of agricultural land has forced women, and farmers, to lose their livelihoods (livelihood) and pushed them into a vulnerable position. The resistance carried out by women farmers is an expression of disappointment over the unilateral actions of PT. Pertamina Rosneft in intervening in the acquisition of land in Sumurgeneng. This study uses feminist political ecology theory to explore a series of resistances and links between limited access and control over power relations experienced by women farmers in Sumurgeneng. In addition, in raising women's voices, this study uses involved observation with a qualitative approach with a feminist perspective as a reference point to explore the living space of women farmers by exploring the narrative of women farmers (herstory) in depth through the lens of feminist political ecology, this research finds that land rights do not only affect access and control but also affect social, cultural, and economic aspects related to the oppression carried out to curb and control the women's movement. This study also mapped out how the resistance carried out by women farmers was carried out independently, but still could not be separated from the great resistance carried out by male farmers."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>