Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 141498 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Purba, Indra Setiawan
"Merek telah menjadi komponen penting dalam dunia pemasaran. Di tengah banyaknya jumlah produk yang ditawarkan produsen dan derasnya informasi, merek menciptakan perbedaan suatu produk dengan produk lainnya. Merek menjadi sama mahalnya dengan komoditas yang dilekatinya. Dengan merek, perusahaan mampu melepaskan diri dari kurva penawaran-permintaan sehingga dapat menciptakan keungulan kompetitif berkelanjutan (sustainable competitive Advantage).
Krisis ekonomi telah menyebabkan penurunan daya beli masyarakat dan masuknya barang-barang dengan harga murah masuk ke dalam negeri. Hal ini menyebabkan terjadinya tekanan yang cukup keras terhadap industi otomotif yang sebagian besar suku cadangnya masih diimpor dari luar negeri.
Produsen sepeda motor Honda sebagai pemimpin pasar yang belum tertandingi juga menghadapi tekanan dengan turunnya daya beli masyarakat dan datangnya berbagai merek baru yang ada di pasar dengan harga yang relatif lebih murah.
Memasuki era globalisasi, merek akan menjadi sangat penting karena atributatribut lain dari kompetisi, seperti atribut produk, biasanya relatif murah ditiru. Untuk itu agar suatu persahaan dapat terus bersaing, intangible asset-nya seperti ekuitas merek perlu dikelola secara terus-menerus. Hal tersebut mendorong peneliti untuk mengetahui kekuatan element ekuitas merek Honda sebagai pemimpin pasar di tengah perubahan yang sedang terjadi.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, dimana data diperoleh melalui survei. Jenis penarikan sampel yang digunakan adalah nonprobabilistic sampling dengan teknik penarikan sampeI quota sampling, dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 200 responder. Data yang di dapat dalam penelitian ini kemudiaan disusun untuk menjawab permasalahan penelitian yang berkaitan dengan ekuitas merek sepeda motor Honda.
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa bila dilihat dari ekuitas mereknya, posisi merek Honda saat ini masih cukup kuat. Hasil dari pengukuran top of mind diperoleh Honda menempati peringkat pertama. Hasil pengukuran persepsi kualitas memberikan hasil yang cukup baik, dimana hampir seluruh dimensi kualitas mendapatkan kesan yang baik. Hanya saja, untuk beberapa dimensi seperti kemudahan perawatan mendapat hasil yang kurang begitu baik.
Hasil pengukuran loyalitas merek menunjukkan bahwa konsumen menyukai merek Honda sebesar 76,5%, adapun konsumen yang merasa puas menggunakan Honda sebanyak 76%. Akan tetapi tingkat pelanggan setia relatif lebih rendah, yaitu hanya sekitar 12% saja. Kelompok terbesar pengguna Honda adalah kelompok yang membeli Honda hanya karena faktor kesukaan (liking the brand).
Hasil pengukuran persepsi pengguna sepeda motor Honda terhadap masuknya sepeda motor dengan harga murah (mocin) menunjukkan bahwa responden masih menyatakan ragu-ragu untuk beralih ke merek lainnya. Responden yang menyatakan setuju dan sangat setuju untuk berpindah sebesar 27%. Kondisi demikian merupakan ancaman bagi produsen Honda. Hasil analisis aset merek lainnya seperti slogan Honda menunjukkan hasil yang cukup baik.
Asosiasi-asosiasi yang terkait dengan Honda yang menunjukkan hasil yang baik, pengukuran tertinggi ditempati oleh produk Jepang, irit BBM, dan jaringan servis luas. Adapun hasil pengukuran yang kurang menunjukkan hasil yang kurang baik terdapat pada keterjangkauan harga dan variasi model.
Produsen Honda hendaknya melakukan revisi terhadap kebijakan harga dengan menciptakan harga yang lebih kompetitif dari harga jual maupun suku cadang, serta terus meningkatkan pelayanan pemeliharaan kepada konsumennya."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12085
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iman Libriyanto
"Nama produk atau perusahaan dewasa ini, bahkan bisa menjadi segalanya bagi kehidupan produk atau perusahaan itu sendiri. Nama dan identitas produk memiliki arti yang penting bagi perusahaan produsennya, karena berkaitan dengan image dan persepsi di benak konsumen. Pemilihan merek C59, awalnya hanya sebuah upaya positioning yang didasarkan pada intuisi bisnis sang pemilik. C59 yang berarti alamat tempat usaha jasa pembuatan T- Shirt dengan sablon yang customize di kota bandung, Jalan Caladi nomor Lima Sembilan. Namun ternyata intuisi ini berbuah hasil yang cukup memuaskan. C 59 melalui kerja keras dan gaya enterpreneurship sang pemimpin perusahaan, berhasil mendapatkan tempat di pasar T-Shirt Apparel. Hal ini terbukti dari pertumbuhan usaha yang kongkrit dari tahun ke tahun.
Dalam upaya mendapatkan gambaran lebih jelas mengenai ekuitas merk produk fashion C59, dilakukan survei kepada responden di 5 (lima) kota besar di Indonesia (Jabotabek, Bandung, Surabaya, Medan dan Makasar). Survey dilakukan dengan maksud untuk mengukur Brand Awareness, Brand Association, Perceived Quality, dan Brand Loyalty yang merupakan elemen-elemen ekuitas merk C59. Responden adalah konsumen produk T -Shirt yang berusia 15-25 tahun, dan diambil dengan menggunakan metode Convenience Sampling. Survei yang dilakukan pada rentang waktu, 19 Februari sampai dengan 30 Maret 2003, berhasil mendapatkan 602 responden dengan perincian berdasarkan kota tinggal adalah Jabotabek 245 responden atau 48,0%, Bandung 128 responden atau 21,26%, Surabaya 107 responden atau 17,78%, Medan 61 atau 10,1% dan dari Makasar diperoleh 61 responden atau 10,1%. Komposisi berdasarkan jenis kelamin adalah 313 pria, dan 289 wanita. Dengan mayoritas responden adalah Mahasiswa (253), diikuti pelajar (127), pencari kerja (60) responden, karyawan (112 ), ibu rumah tangga sebanyak (37) responden, dan responden berprofesi lain-lain sebanyak 13 orang.
Dari hasil pengukuran terhadap Brand Awareness diperoleh hasil Merk C59 menduduki peringkat kedua Top of Mind setelah merk H&R dengan perolehan Top of mind awareness sejumlah 23,26%. Sementara H & R dalam survey ini menduduki peringkat pertama dengan perolehan 24,25%. Dua merk ini, jauh meninggalkan pesaing-pesaing lainnya dalam hal Brand Awareness. Ocean Pacific menduduki peringkat ketiga dengan 7,81%, diikuti Moving Blue dengan 5,98% dan Dagadu berada di peringkat ke lima dengan 4,98%.Sementara 23 merk lain nya, dari 28 merk T-Shirt yang muncul dalam penelitian ini secara rata-rata hanya memperoleh Top of mind awareness tidak lebih dari 3 %.
Dari pengukuran Cross Tabulation, diketahui bahwa puncak pikiran C59, mayoritas di pilih oleh Mahasiswa dengan rentang usia 18-21 tahun. Bertempat tinggal di Jabotabek, dan responden dengan frekuensi belanja fashion sebanyak 4 kali dalam setahun. Dari hasil pengukuran terhadap Assosiasi merk C59, diperoleh hasil bahwa Design Creative, dan T -Shirt Anak Muda, merupakan 2 assosiasi utama yang membentuk Brand Image C59. Hal ini telah dibuktikan dengan uji Cohran Q Test, dimana asosiasi Design Creative dan T-Shirt Anak Muda, merupakan atribut yang kuat membentuk assosiasi merk C59.
Pengukuran Kesan Kualitas atas atribut-atribut produk C59, memberikan hasil yang cukup baik untuk beberapa atribut yang dinilai oleh responden. Atribut-atribut dalam kesan kualitas merk C59 antara lain, Model, Warna, Kualitas Jahitan, Tema Gambar, Kualitas Sablon, Pilihan Sizespecs, dan Display Toko. Kecuali Display toko, seluruh atribut ini dianggap penting untuk ditingkatkan performance- nya. Pengukuran Loyalitas merk C59 memperlihatkan hasil yang kurang baik bagi C59. Terlihat kendatipun responden menyukai merk C59 dan merasa puas atas kualitas merk C59, namun hanya sedikit yang dapat dikelompokkan sebagai pelanggan loyal. Bagian terbesar adalah pelanggan yang suka berpindah-pindah merk. Hal ini wajar ,mengingat yang menjadi alasan utama berpindah merk, sebagian karena adanya program discount yang dilakukan oleh pesaing-pesaing C59."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12275
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggun Dian Puspita
"Skripsi ini membahas tentang analisis variabel-variabel citra toko (store image) yang mempengaruhi ekuitas merek toko (store brand equity) pada produk elektronik bermerek BLUESKY yang merupakan private label Carrefour. Dalam penelitian ini, variabel-variabel citra toko (store image) terdiri dari: marketing image of the store, social image of the store, strategic image of the store dan price perception sedangkan variabel-variabel ekuitas merek toko (store brand equity) terdiri dari: perceived quality, loyalty dan awareness/association yang diteliti dengan menggunakan metode Structural Equation Modeling (SEM) dengan software LISREL 8.51. Hasil penelitian ini menunjukkan, bahwa variabel marketing image of the store berpengaruh terhadap store brand equity, kemudian variabel price perception memiliki pengaruh terhadap tiga variabel yang terdiri dari: store brand equity, perceived quality dan loyalty terhadap produk elektronik bermerek BLUESKY yang merupakan private label Carrefour.

This thesis discusses about the analysis of variables of store image that affect the store brand equity of BLUESKY electronic products which is private label of Carrefour Hypermarket. In this study, the variables of store image consists of: the marketing image of the store, the social image of the store, the strategic image of the store, price perception and store brand equity variables (which is composed of perceived quality, loyalty and awareness/association). Data were analyzed using Structural Equation Modeling (SEM) method with software LISREL 8.51. The results of this study indicate that store marketing image variables influence store brand equity; price perception variable has impact on three variables: store brand equity, perceived quality and loyalty towards BLUESKY electronic products."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S44414
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Acep Saefudin
"Pemasaran dewasa ini merupakan pertempuran persepsi konsumen, bukan sekedar pertempuran produk. Beberapa produk dengan kualitas, modal, karakteristik tambahan dari produk serta kualitas yang relatif sama, dapat memiliki kinerja yang berbeda-beda di pasar karena perbedaan persepsi dari produk tersebut di benak konsumen. Suatu produk dengan ekuitas merek yang kuat dapat membentuk landasan merek yang kuat dan mampu mengembangkan keberadaan suatu merek dalam persaingan apapun dalam jangka waktu lama.
Sebagai bagian dari perannya dalam menambahkan nilai untuk konsumen, ekuitas merek yang terdiri dari kesadaran merek, persepsi kualitas, loyalitas merek, asosiasi merek dan aset-aset hak milik merek lairinya memiliki potensi untuk menambah nilai bagi perusahaan.
Menganalisis ekuitas merek merupakan salah satu strategi pemasaran dalam upaya meningkatkan eksistensi merek yang selanjutnya dapat menaklukkan pasar. Semakin kuat ekuitas merek suatu produk, semakin kuat daya tariknya untuk menggiring konsumen mengkonsumsi produk tersebut yang selanjutnya mengantar perusahaan meraup keuntungan dari waktu ke waktu.
Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif dimana data diperoleh melalui survei. Karena penelitian ini adalah mengenai persepsi suatu produk sehingga statistik yang digunakan adalah statistik non parametrik di mana data yang digunakan adalah data yang berbentuk nominal dan ordinal. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 110 orang, yang menggunakan judgement sampling yang telah ditentukan dimana responden adalah para konsumen, dan penyalur fiber semen yang terjangkau oleh peneliti yaitu yang berada di wilayah Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Barat, Tangerang dan Bekasi.
P.T. Bakrie Building Industries merupakan salah satu anak perusahaan P.T. Bakrie Brothers Tbk. yang bergerak di bidang produk bahan-bahan bangunan. Produk unggulan yang menjadi kekuatan perusahaan dan memberikan keuntungan adalah produk dengan merek Harflex.
Untuk meningkatkan pangsa pasar Harflex di Indonesia dengan menambah kapasitas mesin, pada saat ini, bukanlah keputusan yang tepat karena berarti perusahaan memerlukan investasi Baru.
Mengingat keterbatasan dana untuk investasi dan adanya perjanjian dengan para kreditor, maka saiah satu cam agar tetap mempertahankan dan meningkatkan pemasaran produk adalah dengan memperluas jalur distribusi melalui peningkatan kekuatan merek Harflex.
Untuk mengetahui kekuatan merek Harflex di pasar, salah satu cara yang dilakukan adalah dengan menganalisis dimensi ekuitas merek yang terdiri dari kesadaran merek , persepsi kualitas, loyalitas merek, kesan mengenai merek dan aset ekuitas merek lainnya. Berdasarkan hasil penelitiart terhadap 55 konsumen dan 55 penyalur diketahui Harflex merupakan merek yang cukup dikenal di pasar walaupun bukanlah merek yang paling dominan. Di samping itu, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Harflex memiliki kesan kualitas tinggi. Baik konsumen dan penyalur mengenal produk Harflex, khususnya Genteng Harflex dan Mini Harflex dan kurang mengenal beberapa produk Harflex lainnya. Oleh karena itu, selanjutnya, langkah promosi produk Harflex ditokuskan pada pengenalan dan pemasaran produk-produk Harflex lainnya yang belum dikenal konsumen dan yang bisa memberikan margin keuntungan yang tinggi.
Dalam penelitian inipun diketahui bahwa persepsi responder terhadap Harflex baik, khususnya persepsi tentang kualitas produk dan kemudahan pemakaian produk. Kesan mengenai merek Harflex menurut konsumen menunjukkan bahwa Harflex merupakan produk berkualitas tinggi dan produknya mudah dipasang. Sedangkan kesan Harflex menurut penyalur menunjukan bahwa Harflex merupakan produk yang berkualitas tinggi, produk mudah dipasang, pelayanannya baik dan tahan lama.
Kualitas barang yang tinggi dan produk mudah dipasang mendorong bertambahnya jumlah penyalur yang akhirnya menjadi salah satu kekuatan BBI dalam memasarkan produk yang berkualitas dalam upaya meraih pangsa pasar yang lebih besar melalui penambahan jalur distribusi. Loyalitas konsumen dan penyalur terhadap merek Harflex cukup rendah, hal ini dapat terlihat dari jumlah sebagian besar responden yang menyatakan tidak pernah menyarankan orang lain untuk membeli produk yang dikonsumsinya dan sebagian besar responden menyatakan "tidak tentu" membeli Harflex. Namun demikian sebagian besar konsumen dan penyalur menyatakan puas dan suka akan produk merek Harflex.
Dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian ini menunjukkan bahwa merek Halifax memiliki beberapa dimensi ekuitas merek yang kuat khususnya dimensi persepsi kualitas, kesadaran merek, kesan yang positif karena Harflex merupakan merek yang disukai oleh konsumen dan penyalur. Sebagian besar konsumen serta penyalur puas terhadap Harflex. Namun demikian, loyalitas terhadap Harflex cukup rendah. Hal ini ditunjukkan oleh masih besarnya jumlah konsumen danpenyalur yang menyatakan "tidak pernah" dan "kadang-kadang" dalam merekomendasikan kepada orang lain untuk membeli Harflex. Di samping itu, sebagian besar konsumen dan penyalur mengetahul produk Harflex khususnya Genteng Harflex dan Mini Harflex."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T7654
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arya Damar Jayengrana
"Penelitian ini mengeksplorasi hubungan-hubungan diantara dua elemen sentral dalam komunikasi pemasaran 'iklan dan promosi penjualan' dan pengaruhnya terhadap pembentukan ekuitas merek. Penelitian ini khusus kepada persepsi konsumen terhadap pengeluaran iklan dan sikap konsumen terhadap iklan. Penelitian ini juga menginvestigasi dampak akan dua jenis promosi penjualan; promosi penjualan yang berhubungan dengan uang dan yang tidak berhubungan dengan uang.
Berdasarkan survei yang dilakukan pada 200 responden, penelitian menyimpulkan bahwa sikap konsumen terhadap iklan memainkan peran kunci dalam memengaruhi dimensi-dimensi ekuitas merek, berkebalikan dengan persepsi konsumen terhadap iklan yang tidak berpengaruh positif terhadap kesadaran merek, persepsi kualitas, dan asosiasi-asosiasi merek.
Penelitian ini juga menemukan perbedaan-perbedaan efek yang cukup nyata antara promosi penjualan yang berhubungan dengan uang dan promosi penjualan yang tidak berhubungan dengan uang terhadap ekuitas merek. Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan dapat mengoptimalisasikan proses manajemen ekuitas merek dengan mempertimbangkan hubungan-hubungan yang ada diantara dimensi-dimensi ekuitas merek.

This study explores the relationships between two central elements of marketing communication programs 'advertising and sales promotions' and their impact on brand equity creation. In particular, the research focuses on advertising spend and individuals attitudes toward the advertisements. The study also investigates the effects of two kinds of sales promotions, monetary and non monetary promotions.
Based on a survey of 200 respondents, findings show that the individuals play a key role influencing brand equity dimensions, whereas advertising spend for the brands is insufficient to positively influence brand awareness, perceived quality, and brand associations.
This research also finds distinctive effects of monetary and non-monetary promotions on brand equity. In addition, the results show that companies can optimize the brand equity management process by considering the relationships existing between the different dimensions of brand equity.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S44211
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daisy Nadia Putri
"Persaingan bisnis FMCG dalam memperebutkan potensi pasar di Indonesia menjadi semakin ketat seiring dengan pertumbuhan pasar yang kian menjanjikan dan banyaknya pemain baru yang memasuki industri FMCG. Keberhasilan manajemen merek dalam membangun dan memelihara merek yang diwujudkan dalam implementasi strategi branding menjadi kunci utama dalam memenangkan kompetisi. Ekuitas merek sebagai nilai intrinsik merek menjadi fokus utama seorang manajer merek dalam manajemen merek.
Skripsi ini menyajikan pendekatan sistem dinamis dalam mensimulasikan interaksi yang terjadi antar faktor-faktor yang mempengaruhi ekuitas merek pada penerapan suatu strategi branding terhadap dalam konteks manejemen merek. Sebagai hasil, dihasilkan sebuah model yang dapat dipergunakan dalam proses pembuatan keputusan dalam manajemen merek untuk mengevaluasi implementasi dari suatu strategi branding terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi ekuitas merek.

Competition among Fast-Moving Consumer Goods (FMCG) companies in winning Indonesian emerging market potential is getting fiercer nowadays. This happens along with the promising growth of FMCG market in Indonesia with many new players entering the industry. Brand management success in building and sustaining a brand, as embodied in their branding strategies, is the key driving factor in winning the competition. Since brand equity is the intrinsic value of the brand, one of the biggest concern in brand management lies in monitoring brand equity over time as the measure of brand competitiveness.
This research presents system dynamic approach in simulating the interaction among brand equity elements as an impact of brand strategy by also incorporating consumer behavior aspect and other affecting factors in management decision making context. As the result, the model that can be used in brand management decision-making process for evaluating branding strategy implementation impact to brand equity elements. The research concludes with a demonstration of brand strategy implementation scenario and an analysis of its effect to the brand equity elements.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S44679
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aritonang, Erikson
"Skripsi ini membahas mengenai perlindungan merek terkenal dari Dilusi Merek di Indonesia. Adanya Dilusi Merek merupakan perluasan perlindungan bagi merek Terkenal. Tidak adanya pengaturan secara tegas dan khusus mengenai Dilusi Merek di Indonesia membuat adanya ketidakpastian bagi hakim dalam memutus perkara pada sengketa merek terkenal terhadap barang yang tidak sejenis. Suatu sengketa merek yang seharusnya dapat diselesaikan melalui Dilusi Merek akhirnya diselesaikan melalui Pelanggaran Merek biasa. Padahal secara nyata bahwa Dilusi Merek berbeda dengan Pelanggaran Merek pada umumnya. Sejauh ini hakim dalam memutus sengketa merek tidak sejenis menggunakan Pasal 4 dan Pasal 6 ayat (2) UU No. 15 Tahun 2001 tentang Merek. Pasal 6 ayat (2) sendiri masih perlu diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah. Ketiadaan PP sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 6 ayat (2) UU No. 15 Tahun 2001 membuat hakim tidak memiliki pedoman yang tetap dalam memutus sengketa merek terkenal tidak sejenis. Ketentuan mengenai merek terkenal juga belum diatur secara jelas dan utuh yang merupakan salah satu unsur utama agar suatu merek dapat dilindungi dari Dilusi Merek.

This thesis discusses the protection of Well-Known mark from Trademark Dilution in Indonesia. Trademark Dilution is an extension of protection for Well-Known Mark. The absence of forcefully and specifically regulation about Trademark Dilution in Indonesia cause the uncertainty for the judge in deciding the case of well-known mark dispute especially on dissimilar goods. A trademark dispute that should have been resolved in Trademark Dilution is resolved through trademark infringement instead. Whereas, it is obvious that Trademark Infringement and Trademark Dilution are different in general. So far the judge in deciding well-known mark dispute on dissimilar goods use Article 4 and Article 6, paragraph (2) of Law Number 15 of 2001 about Trademark. Article 6, paragraph (2) itself still needs to be further regulated in Government Regulation. The absence of Government Regulation as mandated in Article 6 paragraph (2) of Law Number 15 of 2001 cause the judge does not have persistent guidelines in deciding well-known mark dispute on dissimilar goods. The provision about well-known mark also has not clearly defined and intact, which is one of the main elements for a mark in order that a mark can be protected under Trademark Dilution."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2013
S46576
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Latifah
"ABSTRAK
Kekosongan hukum Pasal 6 ayat (2) Undang-Undang Nomor 15 tahun 2001
tentang Merek merupakan ketentuan yang rentan menimbulkan masalah
sehingga harus segera ditetapkan oleh pemerintah. Muculnya berbagai masalah
merek terkenal jauh sebelum undang-undang ini berlaku juga disebabkan oleh
kekosongan hukum Pasal 6 ayat (4) Undang-Undang Nomor 14 tahun 1997
tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 1 tahun 1992 tentang Merek
karena Pasal tersebut mengamanatkan lahirnya sebuah Peraturan Pemerintah
yang mengatur tentang perlindungan merek terkenal terhadap barang dan atau
jasa yang tidak sejenis. Akibatnya, pengertian dan kriteria merek terkenal serta
pengertian dan penjelasan lebih lanjut mengenai barang dan jasa tidak sejenis
apakah mencakup barang-barang yang berbeda kelas barang belum dapat
diketahui secara pasti dan menimbulkan ketidakpastian hukum. Alasannya
karena untuk menentukan keterkenalan suatu merek sangat tergantung pada
penilaian Hakim yang memeriksa sengketa tersebut. Padahal sistem Peradilan di
Indonesia tidak menganut azas precedent dimana Hakim tidak diharuskan untuk
mengikuti putusan-putusan Hakim sebelumnya bahkan untuk sengketa yang
sama atau mirip. Walaupun bangsa Indonesia tunduk kepada instrumen
internasional seperti (The Paris Convention for the Protection of Industrial
Property/Konvensi Paris) dan (Agreement on Trade Related Aspects of
Intellectual Property Rghts, Including Trade in Counterfeit Goods/TRIPs),
tetapi semua ketentuan yang terdapat didalamnya juga tidak memberikan
pengertian yang jelas dan lengkap mengenai perlindungan terhadap barang yang
tidak sejenis. Ketentuan ini juga memberikan kebebasan kepada setiap negara
anggota untuk menetapkan dan mengatur keterkenalan suatu merek di negaranya
masing-masingg. Oleh sebab itu, penentuan keterkenalan suatu merek pada
akhirnya tetap diserahkan kepada Majelis Hakim maupun Direktorat Jenderal
HKI. Ketentuan Pasal 16 ayat (3) TRIPs yang menerapkan Pasal 6 Bis Konvensi
Paris secara mutatis mutandis dapat diartikan sebagai perluasan perlindungan
hukum Hak Atas Merek Terkenal untuk barang dan/atau jasa tidak sejenis."
2012
T30679
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mulyono
"Perkembangan industri otomotif di Indonesia banyak dimotori oleh prinsipal asing dari negara Jepang. Pada awalnya prinsipal otomotif asing masuk ke Indonesia dengan pola joint venture dengan mitra lokal, karena adanya regulasi pemerintah yang mcngharuskan prinsipal asing untuk bekerja soma dengan mitra lokal yang kepemilikan sahamnya mayoritas dipegang oleh mitra lokal. Seiring dengan perkembangan perekonomian, pemerintah memperboiehkan perusahaan asing memiliki saham mayoritas.
Permasalahan yang dihadapi oleh pihak manajemen saat ini yaitu adanya potensi ancaman pemutusan hubungan joint venture dengan pihak prinsipal sebagai pemegang merek. Sementara itu perusahaan tidak memiliki merek sendiri untuk produk dengan kontribusi penjualan terbesar yaitu aki baik untuk sepeda motor maupun mobil. Hal ini dapat berdampak buruk terhadap kinerja perusahaan, untuk itu perlu diantisipasi dengan melakukan brand extension pada produk aki.
Strategi brand extension dipilih sebab memberikan keuntungan berupa meminimalkan biaya perkenalan produk baru dan meningkatkan kemungkinan sukses (Aakcr, 1990; Keller, 1998). Keuntungan ini sebagian besar disebabkan oleh kontribusi awareness dan asosiasi dari parent brand kepada produk baru (Keller, 1998: Kapferer, 2001). Namun disamping itu, kerugian yang ada pun cukup besar bila stratcgi ini mengalami kegagalan, karena dapat merusak brand equity parent brand, sehingga diperlukan perencanaan yang matang terlebih dahulu melalui riset pasar (Gurhan-Canli & Maheswaran, 1998; Swaminathan, Fox & Reddy, 2001).
Saat ini porsi terbesar penjualan komponen otomotif after- market PT Astra Otoparts Tbk dihasilkan oleh merek-merek joint venture scpcrti GS dan Kayaba.
Merek-merek lokal selain ASPIRA seperti TDW (kanvas rem) dan FSCM (rantai motor), kurang memiliki brand awareness dimata konsumen. Selama ini merekmerek tersebut hanya berfokus pada satu jenis produk raja, sedangkan ASPIRA sejak awal dibentuk telah menawarkan berbagai jenis produk seperti kanvas rem, rantai motor, saringan udara dan lain-lain untuk berbagai merek kendaraan bermotor.
Penelitian dilakukan dengan desain riset eksploratif dan deskriptif dengan metode survey. Survei dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada 175 responden secara non- probability sampling berupa judgemental sampling Namun dari 175 responden tersebut yang lolos dari proses screening hanya 146 responden. Analisis dilakukan untuk mengetahui brand awareness dan brand associations merek ASPIRA, selain itu juga digunakan multiple regression untuk mengetahui faktorfaktor yang mempengaruhi kesuksesan brand extension merek ASPIRA pada aki sepeda motor dan mobil dan faktor-faktor yang berpengaruh akibat dan strategi brand extension pada produk aki sepeda motor dan mobil terhadap parent brand ASPIRA.
Tingkat brand awareness untuk merek ASPIRA yang telah dicapai secara keseluruhan cukup tinggi, di mana brand awareness untuk kendaraan roda dua sebesar 98,6% dan untuk kendaraan roda empat hanya sebesar 72%. Ini menunjukkan bahwa ASPIRA lebih dikenal sebagai suku cadang otomotif untuk kendaraan roda dua.
Asosiasi yang melekat di banal( konsumen mengenai merek ASPIRA adalah mute dan kualitas yang bagus, produk Astra, harganya murah dan tersedia dimanamans. Asosiasi-asosiasi tersebut membentuk brand image yang hampir sesuai dengan brand identity ASPIRA dengan tag line "Jaminan Kualitas Astra".
Pada brand extension aki sepeda motor, keberhasilan brand extension produk aki sangat dipengaruhi oleh varibel persepsi atas kualitas parent brand (QUALITY) dan persepsi konsumen atas pengalihan kemampuan dan karakteristik dari parent brand kepada kategori produk extension (TRANSFER). Scdangkan pada brand extension aki mobil, dipengaruhi oleh variabel persepsi alas kualitas parent brand (QUALITY) dan tingkat kesulitan dalam menghasilkan produk extension dibandingkan produk parent brand (DIFFICULT).
Dampak brand extension terhadap parent brand untuk responden sepeda motor dipengaruhi oleh faktor dominasi dan parent brand ASPIRA (DOMINANCE), karena di pasar spare part roda dua merek ASPIRA mempunyai dominasi yang tinggi sehingga semakin besar dominasi tersebut maka semakin positif pula dampaknya terhadap parent brand. Sedangkan untuk responden mobil, faktor yang berpengaruh besar dan positif adalah tingkat kecocokan antara produk roda empat sebelumnya dengan produk aki mobil (FIT). Hal ini dikarenakan produk spare part mobil tidak seluas spare part sepeda motor untuk jenis produknya, sehingga konsumen masih dapat menimbang tingkat kecocokan dengan produk sebelumnya.

Foreign principals especially from Japan support many of Indonesia automotive industries. Foreign automotive principals cooperated with local partners in the form of joint venture company early; because there is government regulation that foreign principal should cooperate with its local partners and the majority of shares of the local partner. Nowadays, government allows foreign companies hold the majority of the outstanding shares.
Many local partners often face some potential problems such as the cancellation of joint venture engagement with the principal who hold the brand of the product. However, local company does not have their own brand for their products with the largest selling, such as battery for motorcycle or cars. This may cause negative impacts for the company performance itself, which should be anticipated with the making of brand extension for the battery products.
Brand extenion strategy is chosen because it has many advantages like minimize the introduction cost and increase success posibility. (Raker, 1990; Keller, 1998). But it also has disadvantages if this strategy fails, because it can be hurt brand equity of the parent brand, so it needs a good planning with a market reserach. (Giirhan-Canli & Maheswaran, 1998; Swaminathan, Fox & Reddy, 2001).
The biggest sales contribution for after market automotive parts in PT Astra Otoparts Tbk are conducted by joint venture brands such as GS and Kayaba. Local brands other than ASPIRA like TDW dan FSCM still don't have brand awareness. So far these brands only focus on single product, whereas ASPIRA served many product like brake, motorcycle chain, air filter etc for many kind of cars and motorcycle brands.
This research is conducted with survey method by exploratory research and descriptive research. This survey is conducted by disseminate questionaires to 175 respondents with non probability sampling (judgemental sampling). From 175 respondents, only 146 respondents are valid. This analysis is conducted to know ASPIRA's brand awareness and brand association, it also uses multiple regression to know the main factors that influence the sucessful of ASPIRA brand extension in the motorcycle and car battery and the main factors that influence the impact of brand extension strategy towards ASPIRA parent brand.
The Brand awareness level for ASPIRA is quite high, however, the brand awareness for two wheels vehicle is 98,6% and for four wheels vehicle is 72%. It shows that ASPIRA are well known as a automotive parts for.two wheels vehicle.
Associations that attach in the consumer mind about ASPIRA are good quality, Astra product, cheap and easily to find. These associations make brand image which almost the same with ASPIRA brand identity with the tag line: "Astra Quality Guarantee".
For the battery motorcycle brand extension, the success factors are much influenced by the variabels of perception towards parent brand quality (QUALITY) and consumer perception of the transfer ability and characteritics from parent brand to the catergory product extension (TRANSFER). However, for the car's brand extension, the success factors are much influenced by the variabels of perception towards parent brand quality (QUALITY) and the difficulty level to produce the extension product compares with the parent brand product (DIFFICULT).
The impact of brand extension towards parent brand for motorcyle are influenced by the dominancy factors of parent brand ASPIRA in the product category (DOMINANCE), because in the motorcycle parts ASPIRA have a high dominance so higher dominancy means more positive impact to the parent brand. While for car brand extension, the most influence and positive factor is the level of fit between the extension product and the current product (FIT). This is because of the car spare parts doesn't have a wide variety range of product, so consumers could still compare the fit level with the previous product.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18311
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bimo Prianditama
"Laporan ini bertujuan untuk meneliti merek yang telah memudar dengan fakta-faktanya yang mendukung dan memberikan saran untuk merevitalisasi ekuitas merek tersebut, serta ditambahkan strategi terbaik yang pantas untuk diaplikasikan. Adapun laporan ini menganalisa film yang sukses belakangan ini dalam hal performa pasarnya dan memberi pendapat cara-cara bagaimana memperpanjang jangka lama bertahan lamanya film ini di pasaran dan memaksimalkan penjualan film.

This report aims to examine and identify fading brands as well as giving suggestions to revitalize its brand equity and applying the different approaches suggested to propose strategies that would seem to work best. Moreover, this report analyzes a recent successful movie and its marketplace performance, and suggests ways the studio could have extended the film’s theater run and can maximize rental sales."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>