Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 147406 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
"Penelitian mengenai pemakaian pembalut (band) yang mengandung insektisida (DEET) pada pergelangan tangan, pergelangan kaki, dan kepala untuk pelindung perorangan dari gigitan nyamuk Anopheles maculatus sebagai vektor malaria, telah dilakukan di daerah Kuang, Selangor, Malaysia, pada bulan Mei sampai Juni 1998. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui berapa konsentrasi insektisida (DEET) pada pembalut yang efektif dan efisien untuk pelindung perorangan dari gigitan nyamuk An.maculatus. Cara yang digunakan untuk penangkapan nyamuk di alam terbuka dengan umpan manusia yang memakai pembalut yang mengandung DEET dengan konsentrasi yang berbeda yaitu 5%, 10%, dan 30% sedangkan kontrol 0% dengan memakai pembalut yang mengandung alkohol absolut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama 6 kali percobaan diperoleh 85 ekor nyamuk (36 ekor An.maculatus dan 49 ekor nyamuk yang lain) dari pemakai pembalut nyamuk yang 0%, 22 ekor nyamuk dari pemakai pembalut yang mengandung DEET 5%, 10 ekor nyamuk dari pemakai pembalut yang mengandung DEET 10%, dan dari DEET 30% diperoleh 3 nyamuk. Dengan memakai pembalut yang mengandung DEET 30% dapat mengurangi gigitan nyamuk An.maculatus sebesar 95,77%."
MPARIN 7 (1-2) 1994
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian menggunakan jasad hayati B.sphaericus 2362 telah dilakukan di laboratorium stasiun penelitian vektor penyakit, Salatiga dan beberapa kolam tidak terawat milik penduduk desa Sukutukan, kecamatan Wulanggitang, kabupaten Fleres Timur. Kolam tidak terawat tersebut merupakan tempat perindukan jentik An.barbirostris. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efikasi formulasi liquid B.sphaericus 2362 terhadap jentik An.barbirostris baik di laboratorium maupun di lapangan. Pengujian di laboratorium dilakukan menurut prosedur WHO dan dimaksudkan untuk mendapatkan nilai LC50 dan LC90 yang dihitung dari analisis probit. Dari hasil pengujian di lapangan dengan dosis aplikasi sebesar 30 ppm, efikasi B.sphaericus 2362 terhadap jentik An.barbirostris dapat dipertahankan sampai hari ke-35 dengan persentase reduksi lebih dari 50%."
MPARIN 9 (1-2) 1996
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Suatu penelitian dilakukan di kecamatan Wulanggitang – kabupaten Flores Timur dengan menggunakan Bacillus thuringiensis H-14 (TEKNAR) dosis 0,6 liter per Ha terhadap jentik Anopheles barbirostris pada kolam tanpa vegetasi, dengan vegetasi rumput dan vegetasi lumut, untuk menekan kepadatan populasi jentik vektor di ketiga jenis kolam tersebut. Tangki semprot “Hudson” digunakan untuk menyemprotan bakteri ini ke masing-masing kolam. Kolam tanpa vegetasi sebanyak 1,98 ml per 33 m2, kolam vegetasi rumput 7,2 ml per 120 m2 dan kolam vegetasi lumut 2,1 ml per 36 m2. Hasil pengamatan 24 jam sesudah penyemprotan menunjukkan bahwa B.thuringiensis H-14 dapat menekan kepadatan populasi jentik instar I – II dan III-IV masing-masing sebesar 97.52% dan 100% pada kolam tanpa vegetasi, 91,70% dan 88,99% pada kolam vegetasi rumput serta 55,92% dan 51,39% pada kolam vegetasi lumut. Pengamatan 6 hari penyemprotan menunjukkan penurunan kepadatan populasi jentik instar 1-II dan III-IV. Penurunan ini relatif rendah, bahkan kadang tidak terlihat adanya penurunan.
"
MPARIN 7 (1-2) 1994
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rahmad Putra
"Bacillus thuringiensis israelensis adalah agen biologis yang dapat digunakan untuk mengkontrol Aedes sp. Namun, efek residu dari Bti di kontainer yang biasa ada di rumah tangga (plastik, semen, dan keramik) masih belum diketahui. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek residu Bti pada eksperimen semilapangan. Pada penelitian ini digunakan 100 larva instar tiga dari Ae. aegypti dan Ae. albopictus yang dikembangbiakan di labolatorium Parasitology. Larva kemudian dimasukan ke kontainer yang dibuat dari plastik, semen, dan keramik dan mengandung 4 ml/m2 Bti. Untuk mensimulasikan kondisi yang ada di lapangan, setiap kontainer diberikan perlakuan dengan dikuras air dan tidak dikuras. Eksperimen ini dihentikan ketika mortalitas dari Ae. aegypti dan Ae. albopictus di bawah 70%.
Hasil penelitian menunjukan bahwa efek residu Bti terhadap Ae. aegypti dan Ae. albopictus sama ( dua minggu). Tidak ada perbedaan bermakna mortalitas pada Ae. aegypti dan Ae. albopictus dengan kedua perlakuan, dikuras airnya atau tidak dikuras (plastik, semen, dan keramik). Namun, pada kontainer terdapat perbedaan bermakna. Kesimpulan, Bti tidak digunakan untuk mengkontrol Aedes sp di lapangan karena efek residu yang hanya bertahan dua minggu.

Bacillus thuringiensis israelensis is a biological agent that can be used to control Aedes sp. However, the residual effect of Bti in common household container in Indonesia ( plastic, concrete, and ceramic) is still unknown. The aim of the study is to know residual effect of Bti against Aedes sp in semi-field experiment. This study used 100 third instar larvae of Ae. aegypti and Ae. albopictus that breed in the parasitology laboratorium. The larvae were introduced to container made of the plastic, concrete, and ceramic contain 4 ml/m2 Bti. To simulate condition in the field setting, each containers were given treatment water replaced and nonwater replaced. The experiment stopped when the mortality of the larvae Ae. aegypti and Ae. albopictus below 70%.
The result showed that residual effect of Bti against Ae. aegypti was the same with Ae. albopictus (two weeks). No significant difference in the mortality of Ae. aegypti and Ae. albopictus either the water was replaced or not replaced (plastic and concrete container). However, in ceramic container there was significant different. In conclusion, Bti could not be used to control Aedes sp in the field since its residual effect was only two weeks.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Telah dilakukan penelitian mengenai uji efikasi Reldan 40 WP (10 dan 13 mikron) dosis 0,25g/m2 ; 0,50 g/m2 ; dan 1,00 g/m2 dibandingkan dengan Ficam 80 WP dosis 0,20 g/m2 dan Icon 10 WP dosis 0,03 g/m2 pada berbagai permukaan dinding tembok, papan, dan bambu. Penelitian ini dilakukan pada tahun 1995 di perumahan penduduk desa Ngawen, Tegalsari Kotamadya Salatiga. Berdasarkan uji hayati (bioassay), dosis yang efektif membunuh nyamuk An. Aconitus 70% selama 12 minggu adalah Reldan 40 WP (13 mikron) dosis 1.00 g/m2."
MPARIN 9 (1-2) 1996
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Zulhasril
"ABSTRAK
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD), merupakan salah satu penyakit viral yang ditularkan melalui gigitan nyamuk. Sampai saat ini penyakit DBD masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cukup serius, karena pada waktu-waktu tertentu dapat menyebabkan terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) yang sering berakibat fatal (P2M & PLP,1981). Insiden tertinggi kasus DBD di Indonesia terjadi pada tahun 1987 dan tahun 1988 yaitu 23846 kasus dan 47573 kasus, dengan angka kematian 4,7 % dan 3,2 % Pada tahun 1990 dan tahun 1991 kembali terjadi ledakan kasus DBD walaupun angkanya tidak setinggi seperti tahun sebelumnya, yaitu hanya 20692 kasus dan 21120 kasus dengan angka kematian 3,7 % dan 2,7 %. Dalam tahun 1992, terdapat 17620 jumlah penderita yang terjangkit DBD di Indonesia namun angka kematian hanya 2,9 % (cumber P2M & PLP yang dikutip dari Suroso 1991 dan Hoedojo 1993)
Nyamuk yang berperan sebagai penular utama penyakit DBD di Indonesia adalah Aedes aegypti. Selain sebagai penular penyakit DBD, nyamuk ini diketahui dapat pula menularkan demam chikungunya ( Oda, dkk, 1983 ), filariasis (Taylor, 1960 ), juga beberapa penyakit karena virus seperti demam-kuning dan ensefalitis (Faust, et.a1.,1973).
Pada umumnya di Asia Tenggara termasuk Indonesia, wabah DBD dikaitkan dengan distribusi Aedes Aegypti, karena nyamuk ini sangat dekat hubungannya dengan manusia seperti misalnya dalam berkembang biak, memilih tempat perindukan yang terdapat di dalam rumah dan nyamuk ini lebih bersifat antropofilik (Halstead, 1975 dalam Sumarmo, 1989). Kepadatan populasi Ae.aegypti yang tinggi merupakan faktor yang dapat menunjang terjadinya wabah penyakit DBD . Dengan melakukan pemantauan dan menekan populasi nyamuk ini memungkinkan untuk dapat membantu mengevaluasi adanya ancaman penyakit DBD, dan tnencegah terbentuknya suatu daerah endemik (P2M & PLP,1981) Salah satu program dalam upaya pemberantasan penyakit DBD adalah dengan memutuskan mata rantai penularan antara manusia sebagai hospes dan nyamuk penularnya.
Berbagai cara telah diupayakan oleh Instansi Pemberantasari Penyakit Menular (P2M), untuk mengendalikan vektor penyakit DBD ini antara lain: melakukan pengendalian lingkungan terutama meniadakan tempat perindukan nyamuk, yaitu dengan membersihkan Tempat Penampungan Air (TPA) satu minggu sekali. Program ini ternyata kurang berhasil dalam mencapai sasaran, terbukti masih adanya ledakan wabah penyakit DBD yang sering terjadi pad waktu-waktu tertentu. Hal ini disebabkan oleh karena masih kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya arti kebersihan dan kesehatan lingkungan, sehingga masyarakat kurang berperan aktif dalam mebabantu program. Faktor ini yang menyebabkan populasi vektor penyakit DBD meningkat, terutama pada waktu musim hujan karena lebih banyak terdapat tempat-tempat perindukan nyamuk tersebut, sehingga kasus penyakit DBD cenderung meningkat.
Selain Cara pengendalian tersebut di atas, telah pula dilaksanakan program pengendalian vektor penyakit DBD dengan menggunakan insektisida, terutama fogging dengan malation dan abatisasi dengan temefos. Keuntungan cara pengendalian ini hasilnya dapat terlihat dengan cepat, tetapi bila dalam pelaksanaan program hanya digunakan satu macam insektisida secara terus menerus, tanpa memperhitungkan dosis yang digunakan dengan tepat dan tanpa pengawasan yang baik memungkinkan terjadinya resistensi nyamuk vektor terhadap insektisida tersebut. Kerugian lain yang mungkin timbul dari cara pengendalian ini adalah terjadinya polusi terhadap lingkungan, sehingga dapat mengakibatkan kematian pada organisme yang bukan sasaran dan menyebabkan gangguan keseimbangan lingkungan."
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratnaningsih
"Buah-buahan pada umumnya merupakan salah satu komoditas yang dibutuhkan oleh manusia untuk hidup sehat. Walaupun lndonesia merupakan penghasil buah yang cukup besar, namun Indonesia masih mengimpor buah dari negara lain terutama dari Republik Rakyat Tiongkok. Buah impor sering dipilih oleh konsumen karena tampilannya lebih menarik, pasokannya terjamin, dan ada standar mutunya. Untuk menghasilkan buah yang punya penampilan menarik dan produksi yang tinggi dan memenuhi standar mutu diperlukan bibit-bibit unggul yang dihasilkan dari aktifitas penelitian yang panjang terhadap buah-buahan tersebut. Karya tulis ini mengkaji dan memetakan hasil-hasil penelitian yang dipublikasi dalam bentuk skripsi, tesis, dan disertasi lulusan IPB. Dari hasil analisis diperoleh data penelitian terhadap 12 jenis buah lokal Indonesia selama 5 tahun terakhir (2012-2016) sebanyak 558 publikasi yang terdiri dari skripsi sebanyak 417 judul, tesis sebanyak 117 judul dan disertasi sebanyak 24 judul. Pada skripsi penelitian terhadap buah pisang merupakan penelitian terbanyak yaitu 79 judul (18,9 %) dan yang paling sedikit diteliti adalah buah semangka yaitu hanya 4 judul (1 %), sedangkan pada tesis penelitian terbanyak adalah pada buah jeruk yaitu sebanyak 26 penelitian (22,2 %) dan yang paling sedikit adalah pada buah alpukat yaitu hanya 1 judul (0,9 %) sementara buah rambutan dan semangka malah tidak ada yang meneliti. Pada disertasi penelitian terbanyak adalah pada buah manggis yaitu sebanyak 9 judul (37,5 %) dan yang paling sedikit adalah buah salak dan mangga yaitu masing-masing hanya 1 judul (4,2 %). Bahkan mahasiswa program doktor tidak ada yang meneliti buah alpukat, rambutan, pepaya melon dan semangka."
Jakarta: Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi, 2017
020 VIS 19:3 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Yunus Lyana
"ABSTRAK
Penyakit malaria masih merupakan masalah di Kabupaten Daerah Tingkat II Aceh Tengah, walaupun telah dilakukan pengendalian secara kimiawi dengan DDT. Sehubungan dengan kebijaksanaan Departemen Kesehatan Republik Indonesia yang menarik DDT sebagai insektisida dalam program pengendalian vektor malaria, dianggap perlu mencari alternatif penggunaan insektisida sebagai penggant DDT.
Jenis penelitian ini adalah penelitian ekologik dengan perlakuan dengan desain penelitian eksperimental semu dengan pengukuran sebelum dan sesudah perlakuan terhadap populasi nyamuk anopheles. Perlakuan residual spraying dengan insektisida Fenitrothion di dusun Pantan Tengah, DDT di dusun Pilar dan dusun Daling sebagai kontrol, dalam wilayah desa Rusip, Kecamatan Silih Nara, Kabupaten Daerah Tingkat II Aceh Tengah. Dari analisa atatistik dengan uji proporsi dan analisa variansi terhadap proporsi keberhasilan dan Man Biting Rate (MBR) diperoleh hasil bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara efek residual spraying Fenitrothion dan DDT. Mengingat bahwa kepekaan nyamuk anopheles terhadap insektisida Fenitrothion dan DDT masih tinggi, maka Fenitrothion disarankan sebagai alternatif pengganti DDT dalam program pengendalian vektor malaria di Kabupaten Daerah Tingkat II Aoeh Tengah. "
1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Suatu penelitian telah dilakukan untuk mengisolasi bakteri patogen lokal Bacillus thuringiensis dari sampel jentik nyamuk dan sampel tanah dari berbagai habitat lubang pohon. Isolasi dilakukan pada media nutrien agar (2,3 gr/100ml), suhu 30C, selama 48 jam, diperoleh isolat B. thuringiensis. Masing-masing isolat dumurnikan dalam media antibiotik “NYPC” yang terdiri dari mutrien agar, ekstrak ragi, antibiotik polimiksin B sulfat 1,0 mg/ml dan kloramfenikol 0,1 mg/ml dan tanpa antibiotik (nutrien agar 2,3 gr/100 ml) selama 48 jam, suhu 30C. Mengingat bahwa 87,5% isolat B.thuringiensis yang dimurnikan dalam media antibiotik “NYPC” mempunyai patogenitas > 50%, maka “NYPC” lebih sensitif dan selektif daripada nutrien agar untuk mengisolasi B.thuringiensis. "
MPARIN 9 (1-2) 1996
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>