Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 192518 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Salsabila
"Penelitian ini membahas tentang pemenuhan kesejahteraan spiritual pada lansia pengguna teknologi informasi dan komunikasi di masa pandemi Covid-19 dari disiplin ilmu Kesejahteraan Sosial. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kondisi lansia yang perlu memenuhi kesejahteraan spiritualnya melalui kegiatan keagamaan ketika masa pandemi Covid-19 berlangsung. Aspek spiritualitas pada lansia adalah bagian penting dari kehidupan seseorang dan cara untuk memenuhi kesejahteraan spiritual tersebut dapat melalui pelaksanaan ritual agama dan ikut serta dalam kegiatan keagamaan. Kondisi pandemi Covid-19 menyebabkan kegiatan keagamaan tidak dapat dilakukan secara langsung. Pentingnya pemenuhan kesejahteraan spiritual pada masa pandemi ditunjukkan dengan adanya inisiatif para lansia peserta kegiatan keagamaan untuk menjalankan kegiatan tersebut secara daring. Penelitian ini mendeskripsikan aspek spiritualitas pada lansia peserta kegiatan keagamaan serta upaya pemenuhan dan dampaknya bagi kesejahteraan spiritualitas lansia di masa pandemi Covid-19 ini. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan pengumpulan data melalui wawancara semi terstruktur dengan sepuluh informan. Penelitian berlangsung dari Oktober 2021 sampai Mei 2022. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi penuaan memiliki keterkaitan dengan aspek spiritualitasnya. Lansia memiliki keinginan untuk memenuhi tujuan di masa tua melalui kegiatan keagamaan. Keikutsertaan lansia pada kegiatan keagamaan dilatarbelakang oleh faktor kondisi sosial di masa tuanya, keinginan untuk mempersiapkan kematian, serta adanya filosofi hidup baru pada lansia. Melalui kegiatan keagamaan tersebut, lansia mendapatkan manfaat yang beragam. Setelah pandemi berlangsung, lansia tetap mengikuti kegiatan keagamaan secara daring. Terdapat faktor pendukung yang membuat lansia tetap mengikuti kegiatan keagamaan secara daring, yaitu semangat kuat dari diri sendiri, dukungan keluarga, serta dukungan teman kelompok dan pengajar. Namun, perubahan kegiatan menjadi daring memberikan kontribusi pada munculnya perasaan kurang puas dalam menjalankan ritual keagmaan serta munculnya rasa tidak nyaman ketika mengikuti kegiatan secara daring. Hal ini disebabkan karena hambatan instrumental dan intrapersonal lansia dalam menggunakan teknologi informasi dan komunikasi. Jadi, dari penelitian ini dapat diketahui bahwa kegiatan keagamaan dengan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi di masa pandemi Covid-19 dapat memenuhi kesejahteraan spiritual para lansia namun belum maksimal.

This study discusses the fulfilment of spiritual well-being in the elderly using information and communication technology during the Covid-19 pandemic from Social Welfare discipline. This research is motivated by the condition of the elderly who need to fulfil their spiritual well-being through religious activities during the pandemic Covid-19 pandemic. Spirituality in elderly are an important part of one‘s life and the way to fulfil this spiritual well-being can be through the implementation of religious rituals and participating in religious activities. The Covid-19 pandemic has prevented religious activities from being carried out directly. The importance of fulfilling spiritual well-being during the pandemic shown by the initiative of the elderly to carry these activities online. This study describes the spiritual aspect of the elderly who participates in religious activities and the effort to fulfil and its impact on the spiritual well-being of the elderly during this Covid-19 pandemic. The study uses a qualitative approach with data collection techniques through semi-structured interviews with ten informants. The research time span is form October 2021 to May 2022. The results of the study showed that the condition of ageing has relationship with aspects of spirituality. The elderly have a desire to fulfil their goals in old age, as spiritual well-being through religious activities. The elderly‘s participation in religious activities is motivated by social conditions in their old age, the desire to prepare for death, and the existence of a new philosophy of life in the elderly. Through these religious activities, the elderly get various benefits. After the pandemic, the elderly continued to participate in online religious activities. There are supporting factors that make the elderly continue to participate in online religious activities, namely a strong spirit from themselves, family support, and support from group friends and teachers. However, the change in activities to online contributes to the emergence of feelings of dissatisfaction in carrying out religious rituals and the emergence of discomfort when participating online activities. This is due to the instrumental and intrapersonal barriers of the elderly in using information and communication technology. So, from this research, it can be seen that religious activities using information and communication technology during the Covid-19 pandemic can fulfil the spiritual well-being of the elderly but not optimally."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anastasia Abigail Jemima
"Mahasiswa yang sedang berada di masa transisi dari usia remaja menuju dewasa muda mengalami perubahan pola hubungan dan tekanan akademis yang dapat menyebabkan munculnya ide bunuh diri. Mahasiswa perlu memiliki keterhubungan yang dapat memberikan alasan bagi mereka untuk mempertahankan hidupnya terlepas dari masalah yang dihadapi. Kesejahteraan spiritual menggambarkan keterhubungan mahasiswa dengan Tuhan dan kehidupannya sendiri. Oleh karena itu, penelitian non-eksperimental ini ingin mengetahui peran kesejahteraan spiritual terhadap ide bunuh diri menggunakan alat ukur Depressive Symptom Index - Suicidality Subscale (DSI-SS) dan Spiritual Well-Being Scale (SWBS). Dengan 730 responden yang diolah datanya menggunakan teknik analisis regresi linear sederhana, ditemukan bahwa kesejahteraan spiritual secara signifikan berperan terhadap menurunnya tingkat ide bunuh diri (R2 = 0,288, p < 0,01). Dapat disimpulkan, kesejahteraan spiritual berperan terhadap menurunnya tingkat ide bunuh diri pada mahasiswa. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memperkaya literatur terkait kesejahteraan spiritual dan ide bunuh diri.

College students who are in transition from adolescence to young adulthood experienced some changes in their relationship and academic stress that can lead to suicidal ideation. College students need to have a connectedness with certain things that can provide reasons for them to survive regardless of their problems. Spiritual well-being describes the student's connectedness with God and his own life. Therefore, this non-experimental study was conducted to determine the role of spiritual well-being on suicidal ideation using the Depressive Symptom Index - Suicidality Subscale (DSI-SS) and Spiritual WellBeing Scale (SWBS). Based on 730 participants whose data was processed using a simple linear regression analysis technique, it was found that spiritual well-being significantly contributed to the decrease in the level of suicidal ideation in college students (R2 = 0,288, p < 0,01). It can be concluded, spiritual well-being had a role in decreasing the level of suicidal ideation in college students. The results of this study can be used to enrich the literature on spiritual well-being and suicidal ideation.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Liza D Boediman
"ABSTRAK
Ada banyak cara untuk dapat meraih kesejahteraan spiritual (Spritual Well-being) salah satunya dengan menjalani hidup bertasawuf khususnya tarekat. Melalui metode tarekat dan peran mursyid tarekat Naqsyabandiyah Nazimiyah dapat mengantarkan murid atau salik wanita pengikut tarekat ini menjadi sedekat mungkin dengan Allah dan meraih akhlak mulia melalui transformasi jiwa serta menemukan kembali makna hidup dan spiritualitasnya. Tujuan penelitian ini selain untuk mendapatkan gambaran spiritual well-being wanita pengamal tarekat Naqsyabandiyah Nazimiyah di Jakarta.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif fenomenologi. Obyek penelitian adalah anggota Tarekat sufi Naqsyabandiyah Nazimiyah. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan terlibat (participant observation) dengan wawancara mendalam (in-depth interview) kepada 5 subyek wanita sebagai informan utama untuk mengeksplorasi kedalaman data. Metode triangulasi juga dipakai untuk mengecek kebenaran data yang telah didapat dari informan utama.
Dari analisis data, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode-metode tarekat dan peran mursyid terbukti dapat membantu para wanita pengamal tarekat ini mencapai kesejahteraan spiritual mereka; mereka mampu membangun hubungan yang bermakna dan memuaskan dengan Tuhan, diri sendiri, orang lain dan lingkungan dimana ekspresi energi spiritual antara lain: merasakan cinta dan kepedulian Tuhan dalam kehidupan sehari-hari, penuh harapan, hubungan yang baik dengan orang lain, ikhlas, memaafkan, tidak menghakimi, bahagia, berpikir positif, melayani orang dan toleransi.

ABSTRACT
There are many ways to achieve spiritual welfare (Spiritual Well-being) one of them by practicing tasawuf; particularly congregation. Through methods of congregation and roles of the mursyid of Naqsyabandiyah Nazimiyah order could assist their women followers to be as close as possible to God and achieve noble character through a transformation of the soul and rediscover the meaning of their life and spirituality. The purpose of this study is to get an overview of spiritual well-being on women practitioner of Naqsyabandiyah Nazimiyah order in Jakarta.
This study used a qualitative approach of phenomenology. The research object is a member of the Sufi orders Naqsyabandiyah Nazimiyah. Data was collected through participant observation with in-depth interviews to 5 subjects of women as key informants to explore the depths of the data. Triangulation method is also used to check the correctness of data that has been obtained from key informants.
From the data analysis, the result of this study indicates that the methods and the role of a mursyid proven could help women practitioner of this order reach their spiritual well-being; they are able to build a meaningful and satisfying relationship with God, self, others and environment in which the expression of this spiritual energy, among others are feel the love and care of God in everyday life, full of hope, a good relationship with others, sincere, forgive, nonjudgmental, happy, positive thinking, serving people and tolerance."
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noori Lukman Pradipto
"Selama masa pandemi Covid-19, tantangan yang dihadapi oleh guru semakin berat
dengan strategi mengajar yang baru. Hal tersebut membuat guru kesulitan untuk
mempertahankan kesejahteraan psikologis mereka terutama guru perempuan yang mengajar di tingkat SD. Stres yang dirasakan oleh guru perempuan semakin bertambah dengan beban sebaga seorang ibu yang mengurus anak. Komunikasi antara anggota keluarga diasumsikandapat membantu guru untuk melewati masa sulit selama pandemi Covid-19. Penelitian inidilakukan untuk melihat peran pola komunikasi keluarga, baik dimensi conversation ataupun conformity, sebagai mediator dalam hubungan antara perceived social support dengan psychological well-being. Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental dengan teknik pengambilan sampel convenient sampling dari guru perempuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara perceived social support
dengan psychological well-being baik secara langsung (β = 0.57, t(117) = 7.91, p = 0.000), maupun tidak langsung melalui pola komunikasi keluarga dimensi conversation (coefficient = 0.42, SE = 0.07, CI = 0.27 - 0.56). Di sisi lain, pola komunikasi keluarga yang mementingkan konformitas dalam berpendapat tidak berperan sebagai mediator karena tidak menunjukkan hubungan yang signifikan dengan psychological well-being (coefficient = -0.11, SE = 0.10, CI = -0.32 - 0.10, p = 0.300). Salah satu limitasi penelitian ini adalah penelitian
ini hanya dapat dilakukan masa pandemi akan tetapi hasil yang didapatkan mengimplikasikan bahwa dukungan sosial dari berbagai pihak sangat dibutuhkan oleh guru dalam menghadapi masa pandemi agar dapat menjadi bahagia, terlepas dari pola komunikasi di rumah. Meskipun demikian, pola komunikasi yang mementingkan kehangatan dalam berpendapat dan keterbukaan dapat menjadi salah satu bentuk dukungan sosial yang menunjang psychological well-being guru di situasi pandemi.

During the Covid-19 pandemic, teachers are facing more challenges such as new teaching strategies. Thus, makes it difficult for teachers to maintain their psychological well-being especially female teachers who teach elementary students. Some of those female teachers have responsibilities as mothers at home. The burden of caring for children in home increasing the stress felt by these teachers. It is assumed that communication between family members can help teachers through difficult times during the Covid-19 pandemic. This
research was conducted to see whether conversation or conformity dimension within family communication pattern can act as mediator in the relationship between perceived social support and psychological well-being. This research is non-experimental study with convenient sampling technique given to female teachers. The result indicates that there is significant relationship between perceived social support and family communication pattern, either directly (β = 0.57, t(117) = 7.91, p = 0.000) or indirectly through the conversation
dimension within family communication family patterns (coefficient = 0.42, SE = 0.07, CI = 0.27 - 0.56). On the other hand, family with high conformity dimension do not act as mediator in relationship between perceived social support and psychological well-being (coefficient = -0.11, SE = 0.10, CI = -0.32 - 0.10, p = 0.300). One of the limitation of this study is this study can only be conducted in pandemic Covid-19 situation but the results obtained shows that social support from various sources is needed by teachers in order to be mentally healthy and happy regardless of communication patterns at home. However, communication patterns that emphasize warmth and openness can be one of the social
support that teachers needed in this pandemic situation.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agustina Rifa
"Tujuan: penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kesejahteraan spiritualitas terhadap kualitas hidup pasien kanker setelah dikontrol faktor potensial pengganggu.
Metode: menggunakan desain analitik korelatif dengan pendekatan cross sectional. Penelitian cross-sectional digunakan untuk menjelaskan fenomena yang diteliti pada satu waktu. Kami merekrut subjek penelitian di Rumah Sakit Prof. WZ Yohanes Kupang dari bulan April hingga Mei 2023. Kuesioner untuk mengukur kualitas hidup menggunakan EORTC QLQ C30.
Hasil: 107 pasien kanker menyelesaikan pengisian kuesioner penelitian. responden yang memiliki kualitas hidup kurang terjadi pada responden dengan tingkat kesejahteraan spiritualitas kurang sebanyak 70,7%. Responden yang memiliki kualitas hidup kurang tetapi memiliki kesejateraan spiritualitas baik sebanyak 39,4%. Sedangkan responden yang memiliki kualitas hidup baik namun kesejahteraan spiritualitas kurang sebanyak 29,3% dan lebih banyak pada tingkat kesejahteraan spiritualitas baik sebanyak 60,6%. Kualitas hidup cenderung dipengaruhi secara signifikan oleh kesejahteraan spiritualitas (p=0.003), fatigue (p=0.000), nyeri (p=0.000), mual muntah (p=0.000), dampak psikologis (p=0.000), dukungan keluarga (p=0.031).
Kesimpulan: kualitas hidup pasien kanker di pengaruhi oleh kesejahteraan spiritualitas, fatigue, nyeri, mual muntah, dampak psikologis, dukungan keluarga. Semakin baik kesejahteraan spiritualitas yang dimiliki pasien kanker maka kualitas hidup pasien akan meningkat.
Saran: perawat dapat melakukan pengkajian kebutuhan spiritualitas secara rutin menjadi data awal untuk menentukan intervensi terhadap pemenuhan kebutuhan spiritual membuat intervensi terkait pemenuhan kebutuhan spiritualitas pasien kanker.

Purpose: this study aims to determine the relationship of spiritual well-being to the quality of life of cancer patients after controlling for potential confounding factors.
Method: using a correlative analytic design with a cross sectional approach. Crosssectional research is used to explain the phenomenon under study at one time. We recruited research subjects at Prof. Hospital. WZ Yohanes Kupang from April to May 2023. Questionnaire to measure quality of life using the EORTC QLQ C30.
Results: 107 cancer patients completed the research questionnaire. Respondents who have a poor quality of life occur in respondents with a less spiritual level of well-being as much as 70.7%. Respondents who have a poor quality of life but have good spiritual welfare are 39.4%. Meanwhile, respondents who have a good quality of life but lack spiritual wellbeing are 29.3% and are more at a good level of spiritual well-being as much as 60.6%. Quality of life tends to be significantly influenced by spiritual well-being (p=0.003), fatigue (p=0.000), pain (p=0.000), nausea and vomiting (p=0.000), psychological impact (p=0.000), family support (p= 0.031).
Conclusion: quality of life of cancer patients is affected by spiritual well-being, fatigue, pain, nausea and vomiting, psychological impact, family support. The better the spiritual well-being of cancer patients, the patient's quality of life will increase.
Suggestion: nurses can carry out routine spiritual needs assessments as initial data to determine interventions to fulfill spiritual needs to make interventions related to meeting the spiritual needs of cancer patients.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Clara Nuhermaria Agusta
"Pandemi Covid-19 membawa sejumlah tantangan dalam dunia pendidikan, kususnya terkait proses belajar-mengajar siswa. Pandemi Covid-19 membawa sejumlah konsekuensi psikologis pada kondisi emosi siswa dan hal ini memengaruhi tingkat subjective well-being secara kusus dalam konteks sekolah. Sayangnya, penelitian mengenai dampak pandemi Covid-19 pada subjective well-being di sekolah masih belum banyak dilakukan di Indonesia. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor-faktor internal yang diperkirakan dapat menjadi prediktor dari subjective well-being siswa di sekolah. Secara lebih spesifik, penelitian ini ingin melihat peran academic resilience dan student engagement terhadap subjective well-being yang dimediasi oleh academic hope pada pelajar SMA. Partisipan penelitian ini adalah 509 siswa SMA, SMK dan MA di Jabodetabek. Analisis dilakukan menggunakan uji structural equation modelling (SEM) dan diketahui bahwa model penelitian yang dikembangkan fit dengan data (RMSEA= 0.066 , GFI=0.901, NFI =0.901). Academic hope diketahui memediasi secara penuh hubungan antara student engagement dan subjective well-being, dan memediasi parsial hubungan antara academic resilience dengan subjective well-being. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan psikolog sekolah untuk mengembangkan academic resilience, student engagement, dan juga academic hope sebagai upaya untuk meningkatkan subjective well-being siswa di sekolah.

The Covid-19 pandemic has brought a number of challenges in the world of education, especially related learning process of students. The are some psychological consequences caused by the pandemic, it affects student’s emotional state and also the level of student’s subjective well-being, in particular in the school context. Unfortunately, research on the impact of the Covid-19 pandemic on subjective well-being in schools is still not widely carried out in Indonesia. Therefore, this study aims to look at the internal factors that are thought to be predictors of the subjective well-being of students at school. More specifically, this study wants to see the role of academic resilience and student engagement on subjective well-being mediated by academic hope in high school students. The participants of this study were 509 senior high school, vocational and MA students in Jabodetabek. The analysis was carried out using the structural equation modeling (SEM) test and it is known that the research model developed fits the data (RMSEA = 0.066 , GFI = 0.901, NFI = 0.901). Academic hope is known to fully mediate the relationship between student engagement and subjective well-being, and partially mediate the relationship between academic resilience and subjective well-being. The results of this study can be used as a reference for school psychologists to develop academic resilience, student engagement, and also academic hope as an effort to improve the subjective well-being of students in schools."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aristawidya Alyani
"Pandemi Covid-19 menimbulkan adanya kebijakan untuk menerapkan Bekerja dari Rumah (BDR). Karyawan tidak memiliki pilihan selain mengikuti kebijakan tersebut, karena itu perubahan kondisi dan metode kerja menimbulkan tekanan yang berdampak pada kesejahteraan psikologis para karyawan. Berdasarkan hal itu, kesejahteraan psikologis karyawan perlu diteliti, khususnya pada karyawan BDR di Indonesia pada masa pandemi Covid-19. Penelitian ini juga dilakukan untuk melihat hubungan antara thriving at work dan keterlibatan kerja dengan kesejahteraan psikologis para karyawan BDR di masa pandemi Covid-19, serta peran mediasi keterlibatan kerja. Responden penelitian berjumlah 205 karyawan BDR di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa thriving at work dan keterlibatan kerja mampu menjadi prediktor dari kesejahteraan psikologis karyawan BDR di Indonesia pada masa pandemi Covid-19. Thriving at work juga dapat menjadi prediktor dari keterlibatan kerja karyawan BDR di Indonesia pada masa pandemi Covid-19. Namun demikian keterlibatan kerja tidak memiliki peran sebagai mediator terhadap hubungan thriving at work dengan kesejahteraan psikologis. Selain itu, partisipan dengan frekuensi BDR sebanyak 1 sampai 2 hari per minggu memiliki skor kesejahteraan psikologis dan thriving at work yang lebih tinggi dibandingkan partisipan dengan frekuensi BDR sebanyak 3 sampai setiap hari per minggu. Hal tersebut sejalan dengan penelitian sebelumnya yang mengatakan bahwa frekuensi BDR menjadi penentu kesejahteraan psikologis para karyawan.

Covid-19 pandemic led to implementation of Work from Home (WFH). Employees do not have other choices than to follow the policy, therefore changes in working conditions and methods create pressure that has an impact on the psychological well-being of employees. Therefore, the psychological well-being of employees needs to be re-examined, especially for WFH employees in Indonesia during the Covid-19 pandemic. This research was conducted to see the relationship between thriving at work and work engagement with psychological well-being of Indonesia's employees who work from home and whether work engagement has a mediating role on the relationship between thriving at work and psychological well-being. The participants of this research consist of 205 Indonesian WFH Employees. The results show that thriving at work and work engagement can be the predictors of psychological well-being of employees who work from home in Indonesia during Covid-19 pandemic. In this study, thriving at work can also be a predictor of work engagement of employees who work from home in Indonesia during Covid-19 pandemic. However, work engagement does not have a mediating role on the relationship between thriving at work and psychological well-being. Participants with WFH intensity of 1 to 2 days per week had higher psychological well-being and thriving at work than those of 3 to every day per week. This is in line with previous research which says that the WFH intensity is one of the determinants of the psychological well-being of employees."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evryanti Cahaya Putri
"Pandemi COVID-19 tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik namun juga pada SWB remaja. Remaja merupakan kelompok paling rentan terhadap dampak tersebut berkaitan dengan karakteristik perkembangannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi kesepian, traits kepribadian (extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, openness to experience), dan persepsi terhadap dukungan sosial (keluarga, teman, figur yang signifikan) terhadap SWB (LS, PA, NA) remaja pada masa pandemi COVID-19 di Indonesia. Partisipan penelitian ini adalah 313 orang remaja yang tinggal di Indonesia usia 13-18 tahun (M= 15.72; SD=1) dengan tingkat pendidikan sekolah menengah (sederajat SMP dan SMA). Partisipan dipilih menggunakan metode convenience sampling, pengumpulan data dilakukan secara daring. Alat ukur dalam penelitian ini adalah Satisfaction with Life Scale, Scale of Positive and Negative Experience, R-UCLA Loneliness Scale Version 3, dan Multidimensional Scale of Perceived Social Support. Analisis data menggunakan teknik regresi hirarki berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesepian, traits kepribadian, dan persepsi terhadap dukungan sosial berkontribusi terhadap SWB (LS, PA, NA) remaja secara signifikan. Kontributor yang signifikan adalah kesepian, neuroticism dan openness to experience, serta persepsi terhadap dukungan sosial dari keluarga. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk menyusun intervensi psikologis bagi remaja dan psikoedukasi bagi orangtua dalam meningkatkan SWB remaja pada masa pandemi.

The COVID-19 pandemic not only has an impact on physical health but also on adolescents’ subjective well-being (SWB). Adolescent is the most vulnerable group affected by the negative consequences of COVID-19 pandemic. This research investigated the contribution of loneliness, personality trait (extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, openness to experience), and perceived social support (family, friend, and significant figure) to adolescents’ SWB during COVID-19 pandemic. The participants were 313 of Indonesian adolescents aged 13- 18 years (M= 15.72; SD=1. 517), with junior and senior high education. Participants were selected using the convenience sampling method and data were collected online. The measuring instruments used in this study are Satisfaction with Life Scale, Scale of Positive and Negative Experience, R-UCLA Loneliness Scale Version 3, and Multidimensional Scale of Perceived Social Support. Data were analyzed using hierarchical multiple regression technique. The results showed that loneliness, personality traits, and perceived social support contributed to adolescent SWB (LS, PA, NA). Loneliness, neuroticism and openness to experience, and perceived social support from family were significant contributors to SWB (LS, PA, NA). This study can be implemented to develop psychological interventions for adolescents and psychoeducation for parents in increasing adolescent SWB during the pandemic."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Gamaria Fatimah
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perceived supervisory support terhadap tiga komponen employee well-being yakni life well-being, workplace well-being, dan psychological well-being dengan mediasi work-life balance pada generasi Milenial yang bekerja di industri IT khususnya di Pulau Jawa. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode cross sectional dan menyebarkan kuesioner untuk pengumpulan data primer. Penelitian ini melibatkan 275 responden yang merupakan tenaga kerja yang tergabung dalam generasi milenial (lahir antara 1980-2000). Teknik analisis data yang digunakan adalah structural equation modelling (SEM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perceived supervisory support memiliki pengaruh positif terhadap tiga komponen employee well-being yakni life well-being, workplace well-being, dan psychological well-being. Work-life balance juga ditemukan memediasi hubungan antara perceived supervisory support terhadap tiga komponen employee well-being yakni life well-being, workplace well-being, dan psychological well-being.

This study aims to determine the effect of perceived supervisor support on three components of employee well-being, namely life well-being, workplace well-being, and psychological well-being, by mediating work-life balance in Millennials. They work in the IT industry, especially in Java. This research is quantitative research using a cross-sectional method and distributing questionnaires for primary data collection. This research involved 275 respondents who are members of the millennial generation (born between 1980-2000). The data analysis technique used is structural equation modeling (SEM). The study results show that perceived supervisor support positively influences the three components of employee well-being, namely life well-being, workplace well-being, and psychological well-being. Work-life balance was also found to mediate the relationship between perceived supervisor support and the three components of employee well-being: life well-being, workplace well-being, and psychological well-being."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutiyari Ayunindya Mudyaningrum
"Pandemi COVID-19 membawa berbagai perubahan dan tantangan bagi individu di seluruh dunia. Berbagai permasalahan muncul dan kemudian menurunkan kebahagiaan (subjective well-being) individu terhadap hidupnya. Salah satu aspek penting yang juga berpengaruh dalam hidup individu yaitu hubungan sosial yang di dalamnya terdapat hubungan berpacaran. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara subjective well-being (SWB) dengan kepuasan berpacaran pada individu dewasa muda di masa Pandemi COVID-19. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif cross-sectional dengan strategi penelitian non-eksperimental. Sebanyak 222 individu dewasa muda yang menjalani hubungan berpacaran mengisi alat ukur Subjective Happiness Scale yang disusun oleh Lyubomirsky dan Lepper (1999), serta alat ukur Relationship Assessment Scale yang disusun oleh Hendrick (1988). Melalui teknik analisis korelasi, ditemukan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara SWB dengan kepuasan berpacaran. Hasil lain yang didapatkan dari penelitian ini yaitu sebagian besar individu memiliki SWB dan kepuasan berpacaran yang tergolong sedang. Dikarenakan Pandemi COVID-19 diasosiasikan dengan permasalahan yang berdampak negatif, individu dianjurkan untuk tetap menjaga dan/atau meningkatkan perasaan positif terhadap hidup maupun pasangan. Selain itu, individu dianjurkan untuk dapat menyelesaikan atau meminimalisir berbagai permasalahan yang dialami selama Pandemi COVID-19 secara efektif agar tidak menurunkan kebahagiaan dan kepuasan berpacaran.

The COVID-19 Pandemic brings various changes and challenges for individuals around the world. Various problems arise and then reduce the individual's happiness (subjective well-being) towards their life. One important aspect that also influences an individual's life is the social relationship, which include dating relationship. This research aims to see the relationship between subjective well-being (SWB) and dating satisfaction among young adults in COVID-19 Pandemic. This research is a cross-sectional quantitative approach with a non-experimental research strategy. A total of 222 young adults in dating relationships completed the Subjective Happiness Scale by Lyubomirsky and Lepper (1999), as well as the Relationship Assessment Scale by Hendrick (1988). Correlation analysis found that there was a positive and significant relationship between SWB and dating satisfaction. Another result obtained from this study is that most individuals have moderate SWB and dating satisfaction. Because the COVID-19 Pandemic is associated with problems that have a negative impact, individuals are suggested to maintain and increase positive affect towards life and their partners. In addition, individuals are suggested to be able to solve various problems experienced during the COVID-19 Pandemic effectively to avoid decrease lowering of happiness and satisfaction with dating."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>