Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 104489 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zen Wisa Sartre
"Penelitian ini membahas representasi hegemoni ideologi intoleran dalam novel Perjalanan ke Akhirat (1969) karya Suherman, komik Siksa Neraka (1999) karya Rahimsyah, dan Kepedihan Siksa Neraka (2017) karya Rohim sebagai ekspresi budaya populer. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan sosiologi sastra dan kajian hegemoni. Hasil dan analisis mengungkapkan bahwa hegemoni ideologi intoleran dalam karya sastra sebagai ekspresi budaya populer direpresentasikan melalui hukuman, siksaan, kritik, dan konstruksi identitas. Suherman, Rahimsyah, dan Rohim sebagai pengarang merepresentasikan hukuman, siksaan, kritik, dan konstruksi identitas yang merujuk pada konsep kafir dalam Periode Makkah Pertama hingga Ketiga. Ketiga pengarang memanfaatkan hukuman, siksaan, dan kritik terhadap tokoh-tokoh yang berdosa dan kafir agar pembaca menyadari pentingnya nilai dan moral. Sementara, konstruksi identitas dimanfaatkan agar pembaca menyadari keberadaan orang lain yang dilabeli kafir karena tidak sesuai dengan nilai dan moral keislaman yang sejalan dengan pemahaman pengarang. Dengan demikian, nilai dan moral keislaman dimanifestasikan pengarang untuk mengklasifikasikan para tokoh sebagai orang yang berdosa dan kafir sehingga layak mendapat hukuman dan siksaan di neraka.

This research discusses the representation of hegemony intolerant ideology in the novel of Perjalanan ke Akhirat (1969) by Suherman, the comics of Siksa Neraka (1999) by Rahimsyah and Kepedihan Siksa Neraka (2017) by Rohim as an expression of popular culture. This research uses a descriptive qualitative method with a sociological approach of literature and hegemony analysis. The results and analysis reveal that hegemony intolerant ideology in literature as an expression of popular culture is represented in punishment, torture, criticism, and identity construction. Suherman, Rahimsyah, and Rahim, as an author represents punishment, torture, criticism, and identity construction that refer to the concept of kufr in the First to Third Meccan Period. Those three authors use punishment, torture, criticism, and identity construction for the characters who are sinful and kufr to make the reader realize the importance of values and morals. Meanwhile, identity construction is used to make the reader realize the existence of other people labeled as kufr because they are not in accordance with Islamic values and morals of the author's understanding. Thus, Islamic values and morals are manifested by the authors to classify the characters as sinners and kufr, so they deserve to receive punishment and torture in hell."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Akhyar Amin
"Cilegon merupakan kota industri yang terletak di ujung paling barat Pulau Jawa. Beragam kelompok etnis yang memiliki keyakinan agama berbeda-beda datang untuk bekerja maupun menempuh pendidikan di kota ini seperti etnis Tionghoa, Jawa, Batak, Minang, Manado, dan sebagainya. Walaupun demikian, di Kota Cilegon hanya berdiri rumah ibadah umat muslim (masjid atau musholla), dengan kata lain tidak ada satupun rumah ibadah seperti gereja, vihara, dan pura. 7 September 2022, publik dihebohkan dengan berita Walikota Cilegon, Helldy Agustian menandatangani petisi penolakan pendirian gereja HKBP Maranatha Cilegon. Walikota Cilegon menyebut alasan dirinya menandatangani petisi penolakan tersebut untuk menerima aspirasi sebagian besar warga Cilegon (umat muslim) dan menjaga kondusivitas masyarakat Cilegon. Tulisan ini mengkaji konflik pendirian rumah ibadah melalui perspektif hegemony dan counter-hegemony. Melalui perspektif hegemoni, kita bisa melihat sosok dan peran kelompok elit Cilegon (kyai dan jawara) dan tindakan mereka menggagalkan pendirian rumah ibadah (gereja) demi menjaga marwah kota Cilegon sebagai kota santri. Kultur kota santri ini merupakan embrio dari peristiwa sejarah Geger Cilegon 1888, saat para kiai dan santri melakukan pemberontakan melawan kolonial Belanda. Seperti yang kita ketahui, sosok kyai dan jawara di Banten, khususnya Cilegon memiliki kedudukan khusus dalam perjalanan sosio-historis sejak masa kesultanan hingga masa kini. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan etnografi melalui teknik pengamatan terlibat dan wawancara mendalam dengan beberapa subyek. Selain catatan etnografi sebagai data primer, penulis juga menggunakan sumber dari jurnal penelitian, berita media massa, podcast di youtube sebagai data sekunder untuk mendukung data utama penelitian.

Cilegon is an industrial city situated at the westernmost tip of Java Island. It attracts various ethnic groups with diverse religious beliefs who come to work and study, including the Chinese, Javanese, Batak, Minang, Manadonese, and others. However, the city only has Muslim houses of worship, such as mosques or prayer rooms, and lacks churches, monasteries, or temples. On September 7, 2022, the public was shocked by news that the Mayor of Cilegon, Helldy Agustian, signed a petition rejecting the establishment of the HKBP Maranatha Cilegon church. Mayor Agustian stated that he signed the rejection petition to honor the aspirations of the majority of Cilegon residents (who are Muslims) and to preserve the harmony of Cilegon society. This research explores the conflict surrounding the establishment of places of worship from the perspectives of hegemony and counter-hegemony.Through a hegemonic perspective, I observed the role and influence of the elite group in Cilegon (including kyai and jawara) and their efforts to prevent the establishment of places of worship (specifically churches) to uphold the prestige of Cilegon as a city known for kota santri. This culture of kota santri traces back to the historical event of Geger Cilegon in 1888 when kyai and students from Islamic boarding schools rebelled against Dutch colonialism. Notably, kyai and jawara in Banten, especially Cilegon, hold a significant position in the socio-historical journey from the sultanate era to the present day. The approach used in this research is an ethnographic approach using involved observation techniques and in-depth interviews with several subjects. Apart from ethnographic notes as primary data, the author also uses sources from research journals, mass media news, and podcasts on YouTube as secondary data to support the main research data."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Fully Noviyani
"Produksi sastra populer mengikuti selera masyarakat luas. Oleh sebab itu, sastra populer seringkali mengalami perubahan seiring dengan perubahan selera masyarakat. Pada tahun 2009, terbit novel populer yang menggunakan latar tempat kota di luar negeri. Setelah itu, mulai bermunculan novel-novel lain dengan latar tempat luar negeri. Bahkan, lokasi luar negeri bukan hanya muncul sebagai latar, melainkan juga sebagai judul novel. Dengan demikian, permasalahan dalam penelitian ini yaitu bagaimana penggunaan latar luar negeri dalam sastra populer. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan karakteristik tren latar tempat luar negeri dalam novel populer pada periode 2009-2016. Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dan pendekatan sosiologi sastra. Objek kajian dalam penelitian ini adalah novel Winter in Tokyo (2008) karya Ilana Tan, Paris: Aline (2013) karya Prisca Primasari, dan Love in Marrakech (2016) karya Irene Dyah.
Popular literature production will always follow the direction of publics preference. Therefore, popular literature will always transform along with the shifting of publics preference. On 2009, an Indonesian popular literature with an overseas setting was published. Afterwards, other novels with overseas setting began to emerge. The use of overseas setting became a trend in Indonesian popular literature. Overseas location was not only used as the story setting, but also as title of the novel. This research discusses how overseas setting was used in Indonesian popular literature. The objective of this research is to signify the characteristic of overseas setting trend in Indonesian popular literature for the period of 2009-2016. This research is using sociology of literature approach and descriptive analytics method. The object of study of this research are Winter in Tokyo (2008) a novel by Ilana Tan, Paris: Aline (2013) a novel by Prisca Primasari, and Love in Marrakech (2016) a novel by Irene Dyah."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1995
899.221 09 STR
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Yaningsih
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1995
899.22 SRI n
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Yaningsih
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1995
899.22 SRI n
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2019
899.221 CER
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
M. Aan Mansyur
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2012
899.22 AAN k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Toti Tjitrawasita <=Citrawasita>
Jakarta: Pustaka Jaya, 1976
899.22 TOT s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1986
899.22 TEM
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>