Inovasi yang dilakukan oleh karyawan berperan penting untuk performa dan kelangsungan organisasi, sehingga mahasiswa sebagai calon karyawan diharapkan dapat memupuk perilaku kerja inovatif sejak di perguruan tinggi. Namun, penelitian tentang perilaku kerja inovatif masih belum banyak ditemukan pada kalangan mahasiswa. Maka dari itu penelitian ini mencoba melihat salah satu faktor internal individu, yaitu kepribadian proaktif dan hubungannya dengan perilaku kerja inovatif di mahasiswa. Penelitian kuantitatif ini dilakukan pada 539 mahasiswa program sarjana di Universitas Indonesia dengan rentang usia 18-25 tahun, yang setidaknya sedang menjalani tahun kedua perkuliahan. Kepribadian proaktif diukur menggunakan skala yang dikembangkan oleh Bateman dan Crant (1993). Perilaku kerja inovatif diukur menggunakan skala yang dikembangkan oleh Janssen (2000) dan dimodifikasi agar sesuai dengan kehidupan mahasiswa. Teknik analisis Pearson Correlation digunakan untuk menguji hipotesis. Penelitian ini menemukan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara kedua variabel tersebut, r(539) = 0,64, p < 0,01, one tailed. Dengan demikian, mahasiswa dengan tingkat kepribadian proaktif yang relatif lebih tinggi akan lebih sering melakukan perilaku kerja inovatif. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dan dorongan bagi pihak perguruan tinggi untuk mengembangkan kepribadian proaktif mahasiswa agar dapat meningkatkan perilaku kerja inovatif.
Employee innovation plays an important role in organizational performance and survival, consequently today's students as future’s workers are expected to be able to cultivate innovative work behavior since in college. However, research on innovative work behavior still not widely found among college students. Therefore, this research aimed to investigate the correlation between one of the internal individual factors, namely proactive personality and its relationship with innovative work behavior among college students. This quantitative research conducted on 539 undergraduate students in Universitas Indonesia, with ages ranging from 18-25 years and the students should at least in their second year of university. Proactive personality was measured using a scale developed by Bateman and Crant (1993). Innovative work behavior was measured using a scale developed by Janssen (2000) with some modification to ensure that the scale was suitable for college students. The hypothesis was tested using Pearson Correlation. This study finds that there is a positive and significant relationship between proactive personality and innovative work behavior, r(539) = 0,64, p < 0,01, one-tailed. Thus, college students who have a relatively higher level of proactive personality will engage in innovative work behavior more often. This result can be used as an input and encouragement for the universities to develop the students’ proactive personality so they can engage in innovative work behavior more often.
"Studi tentang pengaruh penerapan gaya kepemimpinan transformasional oleh pimpinan perusahaan terhadap motivasi, prilaku kerja dan kinerja karyawan terus berkembang akhir-akhir ini. Namun demikian, masih sedikit studi yang mengkaji faktor-faktor yang memediasi hubungan tersebut, termasuk faktor psychological empowerment yang dimiliki oleh karyawan. Tujuan studi ini adalah untuk mengakaji pengaruh penerapan gaya kepemimpinan transformasional yang ditunjukan oleh seorang Direktur Utama/CEO terhadap tingkat organizational citizenship behavior karyawan dan juga pencapaian kinerja karyawan yang dimediasi oleh tingkat psychological empowerment karyawan. Penelitian ini menggunakan teknik structural equation model (SEM) dengan melibatkan 116 responden, yang merupakan seluruh karyawan pada sebuah perusahaan manufaktur elektrifikasi transportasi di Indonesia. Hasil studi menunjukkan bahwa seorang pemimpin yang mampu menerapkan gaya kepemimpinan transformasional berpengaruh positif terhadap tingkat psychological empowerment karyawan. Karyawan yang merasa memiliki psychological empowerment tinggi berpengaruh positif terhadap tingginya tingkat organizational behavior citizenship karyawan, dan juga berpengaruh positif terhadap tingginya pencapaian kinerja (task performance) karyawan tersebut dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya di perusahaan. Oleh karena itu, penelitian ini juga dapat membuktikan bahwa tingkat psychological empowerment karyawan memediasi hubungan antara kemampuan pimpinan perusahaan menerapkan gaya kepemimpinan transformational dengan tingginya tingkat organizational citizenship behavior, serta tingginya tingkat pencapaian kinerja (task performance) yang ditunjukkan oleh karyawan.