Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 189311 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rusyda Ihwani Tantia Nova
"ABSTRAK

Leptospirosis adalah salah satu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Leptospira. Di DKI Jakarta pada tahun 2016 sampai Agustus tahun 2019 terdapat 94 kasus leptospirosis. Jumlah kasus terbesar terdapat di wilayah Jakarta Barat dengan total kasus sebanyak 70 kasus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lingkungan dan perilaku masyarakat terhadap kejadian leptospirosis di Jakarta Barat tahun 2019. Studi ini menggunakan desain penelitian kasus kontrol. Data kasus diperoleh dari surveilans Suku Dinas Kesehatan Jakarta Barat. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 140 responden yang terdiri dari 70 responden yang menderita leptospirosis (kasus) dan 70 responden yang tidak menderita leptospirosis (kontrol) dengan perbandingan 1:1. Pada analisis bivariat,terdapat pengaruh yang signifikan antara pengetahuan (OR=18,789), pekerjaan (OR=31,875), riwayat luka (OR=20,842), keberadaan tikus (OR=12,143), kondisi rumah (OR=5,510), kondisi selokan (OR=13,235), keberadaan genangan air (OR=7,400), sarana air bersih (OR=3,947), kondisi tempat pembuangan sampah (OR=8,800), dan riwayat rekreasi (OR=0,294) terhadap kejadian leptospirosis. Pada analisis multivariat,pekerjaan, adanya riwayat luka, keberadaan genangan air, keberadaan hewan peliharaan dan riwayat rekreasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kejadian leptospirosis. Pekerjaan merupakan faktor dominan terjadinya leptospirosis di Jakarta Barat (OR 210,840:95%CI 8,685-5118,379). Oleh karena itu perlu dilakukan upaya sosialisasi penyakit leptospirosis kepada pekerja yang berisiko dan melakukan upaya pengendalian tikus.


ABSTRACT


Leptospirosis is an infectious disease caused by Leptospira bacteria. In Special Capital Region of Jakarta (DKI Jakarta) 2016 to August 2019, there were 94 leptospirosis cases. West Jakarta had the largest number of cases with a total of 70 cases. This study aimed to determine the effect of environmental and community behavior on the incidence of leptospirosis in West Jakarta in 2019. This study used a case-control research design. The cases were obtained from West Jakarta Health Office surveillance. This study had a total sample of 140 respondents consisting of 70 respondents with leptospirosis (cases) and 70 respondents not suffering from leptospirosis (control) with a ratio of 1: 1. The bivariate analysis results showed a significant influence between knowledge (OR = 18.789), work (OR=31,875), wound history (OR=20,842), the presence of rat (OR = 12.143), house condition (OR = 5.510), sewer condition (OR = 13.235), the presence of puddle (OR = 7.400), clean water facility (OR = 3.947), garbage dump condition (OR = 8.800) and recreation history (0,294) had a significant effect on the incidence of leptospirosis. Multivariate analysis results showed that work, wound history, the presence of puddle, the presence of pets and the recreation history had a significant effect on the incidence of leptospirosis. Work was a dominant factor for leptospirosis in West Jakarta (OR 210,840:95%CI 8,685-5118,379). Therefore it is necessary to conduct socialization efforts about leptospirosis to workers at risk and do the rats control.

"
2020
T55336
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christina Natalia
"Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) kejadian leptospirosis sebagian besar terjadi
pada negara beriklim tropis dan subtropis yang mengalami curah hujan tinggi, hal ini
menjadikan leptospirosis endemis di Kawasan Asia Tenggara termasuk Indonesia.
Provinsi DKI Jakarta merupakan salah satu dari 11 Provinsi endemis leptospirosis di
Indonesia yang menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia selama 10 tahun
terakhir telah melaporkan angka leptospirosis dan angka CFR yang fluktuatif. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui faktor perilaku pejamu dan lingkungan yang dapat
menyebabkan kejadian leptospirosis pada kasus suspek leptospirosis di Provinsi DKI
Jakarta. Penelitian ini menggunakan desain studi potong lintang dengan menggunakkan
Data Surveilans Sentinel Leptospirosis 2017-2019 sebanyak 984 responden, meskipun
sampel yang digunakkan hanya sebesar 434. Analisis yang digunakkan pada penelitian
ini adalah analisis univariat dan bivariat yang menggunakkan uji statistik chi square.
Hasil penelitian menunjukkan prevalensi leptospirosis pada kasus suspek leptospirosis di
Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2017-2019 besesar 10,4%. Uji statistik yang memiliki
hubungan signifikan dengan kejadian leptospirosis antara lain adalah adanya luka terbuka
(PR = 5,287; 95% CI 1,854 – 15,076), tempat penampungan sampah (PR = 0,371 ; 95%
CI 0,195 – 0,706), dan keberadaan tikus (PR = 0,372 ; 95% CI 0,165 – 0,838). Kesimpulan
penelitian ini adalah terdapat hubungan antara adanya luka terbuka, tempat penampungan
sampah, dan keberadaan tikus dengan kejadian leptospirosis pada kasus suspek
leptospirosis di Provinsi DKI Jakarta menggunakkan Data Surveilans Sentinel
Leptospirosis 2017-2019

The World Health Organization (WHO) declared that most cases of leptospirosis occur
in tropical and subtropical countries that experience high rainfall. Thus makes
leptospirosis endemic in the Southeast Asian Region, including Indonesia. DKI Jakarta is
one of the 11 leptospirosis endemic provinces in Indonesia which according to the
Ministry of Health of the Republic of Indonesia for the last 10 years has reported
fluctuating leptospirosis rates and CFR rates. This study aims to determine the behavioral
factors of the host and the environment that can cause leptospirosis in suspected and
confirmated cases of leptospirosis in DKI Jakarta. This study used a cross-sectional study
design using the Leptospirosis's Sentinel Surveillance 2017-2019 with their 984
respondents, although the sample used was only 434. The analysis used in this study was
univariate and bivariate analysis using the chi square statistical test. The results showed
that the prevalence of leptospirosis in suspected and confirmated cases of leptospirosis in
DKI Jakarta Province in 2017-2019 was 10.4%. Statistical tests showed significant
relationship between the incidence of leptospirosis and some variables, namely the
presence of open wounds (PR = 5.287; 95% CI 1.854 – 15.076), trash containers (PR =
0.371 ; 95% CI 0.195 – 0.706), and the presence of rats (PR = 0.372 ; 95% CI 0.165 –
0.838). The conclusion of this study is that there is a relationship between the presence of
open wounds, trash containers, and the presence of rats with the incidence of leptospirosis
in suspected cases of leptospirosis in DKI Jakarta Province using Leptospirosis's Sentinel
Surveillance 2017-2019
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novie Ariani
"Leptospirosis termasuk dalam zoonosis, penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Leptopira. Leptospirosis merupakan penyakit yang sering tidak terlaporkan atau misdiagnosis hal ini karena gejala awal leptospirosis merupakan gejala penyakit demam akut lainnya ( dengue, malaria, flu like syndrome). Terjadinya kasus leptopsirosis terkait erat dengan rantai penularan, dan rantai penularan leptospirosis terkait dengan banyak faktor. Pekerjaan dan keberadaan tikus adalah faktor risiko Leptospirosis. Banten yang merupakan daerah endemis Leptospirosis, terpilih untuk menjadi lokasi surveilans Sentinel Leptospirosis, tepatnya berlokasi di Kab, Tangerang dan Kab. Serang. Publikasi mengenai hubungan faktor risiko masih jarang ditemui, begitu juga penelitian tentang Leptospirosis lebih banyak di lakukan di Jawa Tengah atau DI Yogyakarta. Penelitian ini menggunaan desain potong lintang. Hasil penelitian ini Tidak terbukti ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan kejadian leptospirosis pada suspek leptospirosis di 2 kabupaten lokasi Surveilan Sentinel Leptospirosis di Provinsi Banten tahun 2017 – 2019, Hubungan keberadaan tikus dengan kejadian leptospirosis menunjukkan hubungan yang bermakna, keberadaan tikus dan aktivitas disungai/kolam/saluran air secara bersama memberikan hubungan antagonis sehingga membuat risiko saat kedua variabel ini ada bersama sama lebih kecil dibandingkan risiko dari masing masing variabel.

Leptospirosis is a zoonosis, an infectious disease caused by the Leptospira bacteria. Leptospirosis is often underreported or misdiagnosed because the initial symptoms of leptospirosis are symptoms of other acute febrile diseases (dengue, malaria, flu-like syndrome). The occurrence of leptospirosis cases is closely related to the chain of transmission, and the chain of leptospirosis transmission is related to many factors. Occupation and the presence of rats are risk factors for leptospirosis. Banten is an endemic area of Leptospirosis, was chosen to be the location for Sentinel Leptospirosis surveillance, precisely located in Kab, Tangerang, and Kab. Serang. Publications on the relationship of risk factors are still limited, and research about leptospirosis is mostly done in Central Java or DI Yogyakarta. This study used a cross-sectional design. The results of this study did not show that there was a significant relationship between work and the incidence of leptospirosis in leptospirosis suspects in 2 districts where Leptospirosis Sentinel Surveillance was located in Banten Province in 2017 - 2019.
The relationship between the presence of rats and the incidence of leptospirosis showed a significant relationship, the presence of rats and activity in rivers/ponds/ drains together to provide an antagonistic relationship thus making the risk when these two variables are together smaller than the risk of each variable.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mari Okatini
"Jakarta adalah salah satu kota terbesar di Indonesia dimana hampir setiap tahunnya dilanda banjir. Banjir yang terjadi tentunyan membawa dampak yang sangat merugikan bagi semua aspek kehidupan manusia yang salah satunya adalah timbulnya berbagai macam penyakit pasca banjir. Perubahan lingkungan akibat banjir akan mengakibatkan penyebaran leptospirosis (penyakit kencing tikus), hal ini diakibatkan karena urine hewan yang terinfeksi kuman leptospira akan terbawa oleh genangan air dan mencemari lingkungan rumah. Masalah leptospirosis yang terjadi di DKI Jakarta selalu terjadi pada wilayah yang sama yang diakibatkan oleh faktor lingkungan yang buruk, perilaku yang buruk atau pengaruh karateristik individu. Tujuan dari penelitian adalah mengetahui hubungan faktor lingkungan dan karakteristik individu terhadap kejadian leptospirosis di Jakarta tahun 2003-2005. Studi ini menggunakan rancangan Kasus Kontrol. Data pada penelitian ini berasal dari data sekunder yang diperoleh dari Bagian Program Pendidikan dan Latihan R.S.U.D. Tarakan Jakarta dan melalui wawancara terstruktur dengan menggunakan kuesioner yang telah dikembangkan. Subyek berjumlah 190 orang, dimana responden yang positif leptospira sebagai kelompok kasus dan reponden yang negatif leptospira sebagai kontrol, dengan perbandingan 1:1. Pada analisis bivariabel terdapat hubungan bermakna antara faktor lingkungan: Keadaan dan penataan rumah (OR= 3.96), SPAL ( OR= 1,98), dan karakteristik individu: Tingkat Sosial Ekonomi (OR= 1,93), Pengetahuan (OR= 17,6) dan Pendidikan (OR= 2,41) berhubungan dengan kejadian leptospirosis di Jakarta pada tahun 2003-2005. Pada analisis multivariabel terdapat 4 (empat) faktor dominan yang mempengaruhi kejadian leptospirosis adalah pendidikan (OR=3.7), pengetahuan (OR=33.1), sarana air bersih (OR=4.5), dan komponen penataan rumah (OR=8.2).

The Impact of Environmental Factor and Individual Characteristic on Leptospirosis Outbrreak in Jakarta, 2003-2005. Jakarta is one of the largest Cities in Indonesia where almost every year get flooding. Of course, flooding brings very bad impact for all human life aspect, which one is the incidence of various post-flood diseases. Environment changes caused by flood will increase the spreading of leptospirosis (rat urine disease). This is happen because of animal urine infected by leptospira germs are carryout by water pond and contaminate house environment. Leptospirosis problem in DKI Jakarta was always occurred in same area caused by bad environment factors, bad behavior, or individual characteristic influence. The research objective was to find out the impact of environment factor and individual characteristic on leptospirosis cases in Jakarta year 2003-2005. The study designed was case control study. Data are base on secondary data from Training and Education Division of Tarakan District Hospital, Jakarta and also with developed questioner for data collection. Subject cases were 190 people, whereas positive leptospirosis as cases group and negative leptospirosis respondent as control group, with 1:1 comparison. There ware significant relationship between environmental condition: house condition and settlement (OR=3,96), SPAL (OR=1,98), and characteristic individual: social economy condition (OR=1,93), knowledge (OR=17,6), and education (OR= 2,41). Multi variable analysis conclude that there are four dominant factors that affect leptospirosis which are environmental factors such as water supply (OR=4.5), house component and settlement (OR=8.2), individual characteristic: such as education (OR=3.7), knowledge (OR=33.1) related with leptospirosis cases in Jakarta year 2003-2005."
Depok: Universitas Indonesia, 2007
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dwiari
"Salah satu penyakit yang tampak menonjol dan muncul belakangan adalah leptospirosis karena cukup menggemparkan dengan ditemukarmya cukup banyak penderita yang meninggal. Penyakit ini disebarkan oleh tikus yaitu melalui urine yang dikeluarkan tikus. Dalam kondisi banjir, tikus-tikus mencari habitat baru dengan cara 'ikut mengungsi' bersama-sama dengan penduduk. Tikus-tikus yang mengandung bibit penyakit leptospirosis (yaitu bakteri Leptospirae} akan menularkari bibit penyakit kepada manusia.
Penelitian dilakukan menggunakan metode eksplorasi wilayah persebaran kasus leptospirosis dengan menggunakan pendekatan analisis spasial yang mencakup pola spasial untuk menggam barkan sebaran kasus leptospirosis menurut tempat yang disajikan dalam peta. Dan juga proses spasial untuk menggambarkan variabel serta hubungan antar variabel dengan uji statistik menggunakan kai kuadrat dan korelasi.
Hasil penelitian didapatkan angka kesakitan leptospirosis di Provinsi DKI Jakarta tahun 2007 adalah 1,9 per !00.000 penduduk, dengan angka kematian (CFR) 5,71%. Dari hasil uji kai kuadrat didapatkan nilai OR=5,238 (95% CI:2,14l-12,817) artinya pada kelurahan yang mengalami banjir mempunyai peluang untuk terkena kasus leptospirosis. Dari sebaran kasus yang terlihat pada peta ditemukan wilayah kotamadya Jakarta Barat dari 56 kelurahan yang ada sebanyak 32 kelurahan terkena kasus leptopsirosis (57,1%), dan 50 wilayah kelurahan terkena banjir (89,3%). Berdasarkan uji korelasi dapat dinyatakan ada hubungan yang bermakna antara ketinggian air tergenang lama air genangan, kerapatan jaringan sungai dan kerapatan perrnukiman di Provinsi DKI Jakarta dengan terjadinya kasus leptospirosis.
Adanya kecenderungan kasus leptospirosis tinggi pada suatu wilayah yang terkena banjir. Untuk mencegah wabah leptospirosis perlu kewaspadaan dini baik pada pengelola program mapun pada masyarakat umurn dengan penyuluhan melalui media serta pengetahuan tentang akibat banjir dan penyakit yang mungkin ditimbulkan sehingga angka kesakitan leptospirosis dapat ditekan.

One of the disease seem so important recently is leptospiroses since quite a number of patience died.. This disease.is caused by mouse through its urine. In a flood condition mice are seeking a new habitat by "migration" following the inhabitant. Mice carrying leptospiroses disease (Leptospirae bactery) will spread the diseases to human.
Examination which is carried out using the spreading area of leptospiroses cases. It used an special analysis approach which show the leptospiroses case of spreading out according to local case as shown in the map. The special process to inform the variables and the interconnection of variables using statistical examination of kai square and correlation.
The examination result of leptospiroses in DKI Province of the year 2007 is 1,9 per 100.000 inhabitants, with a dying rate (CFR) of 5.71%. From the kai square it is found an OR=5,238 (95% CI : 2,141 - 12,807) this means that a sub district which is flooded will leave to get leptospiroses case. From the spreading case, which is shown on the map of West Jakarta District of 56 existing sub district of32 sub district is caused by leptospiroses (57,1%) and 50 sub district is flooded (89,3%). Based on correlation examination, can be shown that there is a meaningful correlation between the water height, duration of flood, density of networks and density of population in DKI Province with the case ofleptospiroses.
The existence of high leptospiroses case in a flooded area In order to prevent laptospiroses used an early warning to the common society by advocation through media and also knowledge on the result of flooded and disease which may arise in order to step down the leptospiroses.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T29181
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jerikco Lewiyonah
"Latar Belakangan: Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit menular penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada balita di dunia, khususnya di negara berkembang. Indonesia merupakan salah satu dari enam negara dengan kasus ISPA pada balita terbanyak di dunia dengan insiden yang cukup tinggi. Beberapa faktor yang berkaitan dengan ISPA pada balita diantaranya yaitu faktor sosio-demografi, , faktor sosio-ekonomi, dan faktor lingkungan. DKI Jakarta memiliki beberapa permasalahan yang umum terjadi di kota besar seperti masalah Kependudukan, pekerjaan, dan polusi udara. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian ISPA pada balita di Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2019- 2020, seperti usia ibu, tingkat Pendidikan ibu, tingkat Pendidikan ayah, jumlah perokok, jumlah industri, jumlah kendaraan bermotor, dan ruang terbuka hijau (RTH) secara statistic. Metode: Penelitian ini menggunakan desai studi ekologi berdasarkan tempat yang mencakup 44 kecamatan di wilayah Provinsi DKI Jakarta. Hasil: studi menunjukkan adanya korelasi terhadap kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada balita di Provinsi DKI Jakarta yaitu usia ibu (p = 0.011, r = 0.381), tingkat pendidikan ibu (p = 0,000, r = -0,385), jumlah perokok (p = 0.007, r = 0.422), dam ruang terbuka hijau (p = 0.048, r = 0.325). Sementara itu, untuk tingkat Pendidikan ayah, jumlah kendaraan bermotor, dan jumlah industri menunjukkan hubungan yang tidak signifikan dengan kejadian ISPA pada balita di Provinsi DKI Jakarta.

Background: Acute Respiratory Infection (ARI) is an infectious disease the main cause of morbidity and mortality in children under five years in the world, especially in developing countries. Indonesia is one of the six countries with most cases of ARI in children under five years in the world. There are several factors related to ARI in children under five years including socio-demographic, socio-economic, and environmental factors. DKI Jakarta had several problems that are common in big cities, such as population, employment, and air pollution. Objective: In this study the factors related to the incidence of ARI among children under five years in DKI Jakarta Province in 2019 and 2020, such as maternal age, mother’s level of education, father’s level of education, total of smokers, total of industries, total of vehicle, and quantity of green open space were analysed. Methods: An ecological study design based on region that includes 44 sub-districts in DKI Jakarta Province was used in this study. Results: Statistically significant correlations between incidence of Acute Respiratory Infection (ARI) in children under five years in DKI Jakarta Province, and maternal age (p = 0,011, r = 0,381) in 2019 and 2020, mother’s level of education (p = 0,000, r = -0,385), total of smokers (p = 0,007, r = 0,422) in 2019,quantity of green open space (p = 0,048, r = 0,325) in 2019 were observed in this study. Meanwhile, in signicant correlations between father’s level ofeducation, total of vehicle, and total of industries show insignificant correlation with incidence of ARI among children under five years in DKI Jakarta Province in 2019 and 2020 were showed."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Hernowo
"Daerah Khusus Ibu kota (DKI) Jakarta yang merupakan daerah rawan banjir angka kesakitan dan kematiannya mengalami peningkatan yaitu dari Januari sampai dengan akhir Mei terjadi sebanyak 144 kasus leptospirosis dengan jumlah kematian sebanyak 21 orang. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri Leptospira yang menyerang hewan dan manusia. Bakteri Leptospira masuk dalam tubuh melalui selaput lendir, luka lecet, maupun melalui pori-pori kulit , kemudian akan menjalar melalui peredaran darah ke berbagai bagian tubuh. Peningkatan kejadian leptospirosis ini timbul bersamaan dengan terjadinya banjir di DKI Jakarta. Kejadian leptospirosis dipengaruhi oleh beberapa faktor kesehatan seperti kebersihan perorangan dan faktor perubahan lingkungan karena banjir.
Penelitian ini bertujuan untuk menilai hubungan faktor kebersihan perorangan dengan kejadian sakit Leptospirosis pada kejadian luar biasa leptospirosis di DKI Jakarta. Disamping itu jugs menilai hubungan variabel covarial terhadap kejadian Leptospirosis. Rancangan penelitian ini adalah rancangan kasus kontrol dengan pengolahan data menggunakan analisis regresi logistik multivariate.
Hasil penelitian menunjukan bahwa kebersihan perorangan (Nilai p = 0,01, OR=4,62) mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian leptospirosis. Variabel covariat seperti jenis kelamin, pekerjaan/profesi, penangkapan tikus, perubahan lingkungan akibat banjir dan pemeliharaan ternak secara statistik tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian leptospirosis. Sedangkan varibel covariat lainnya seperti kelompok umur, dan pemakaian sepatu bot dan sarung tangan perubahan lingkungan secara statistik mempunyai hubungan yang bermakna terhadap kejadian leptospirosis. Setelah dilakukan uji interaksi dan confounding pada analisis multivariat ternyata tidak ada satu pun variabel covariat yang mengganggu terhadap hubungan variabel kebersihan perorangan dengan kejadian leptospirosis.
Dari hasil penelitian ini disarankan perlu dilakukan program penyuluhan kepada masyarakat tentang peranan kebersihan perorangan terhadap kejadian leptospirosis begitu juga kepada pekerja/profesi yang berisiko agar melindungi dirinya dengan memakai sepatu bot dan sarung tangan pada saat kontak dengan genangan air atau lumpur diwaktu bekerja.

The Relationship of Personal Hygiene and Leptospirosis outbreak in Jakarta, 2002Jakarta is one of place have flood potential, the morbidity and mortality rates were increased, from January until the end of May there were 444 cases of Leptospirosis, with the number of death were 21 people. This disease is caused by infection of Leptospira bacteria that attacked animal and human being. The Leptospira bacteria entering body through mucous membrane, scratch injure or skin pores, and then spread through blood circulation to other parts of the body. Increase of Leptospirosis case was occurred together with the flood in Jakarta The Leptospirosis is influenced by some health factors, such as personal health and the changes of environment due to flood
The objective of this study is to assess the relationship of personal hygiene factor and the Leptospirosis regarding of Leptospirosis outbreak in Jakarta. Besides, it is also to 'assess the relationship covariant variable to the occurring disease of Leptospirosis. The study design used control cases; the data is processed by regression logistic multivariate.
The result of study showed that personal hygiene (p value = 0.01, OR = 4,62) has significant relationship to the occurring of Leptospirosis. The covariant variable such as sex, profession, mouse catching, environmental changing and animal care statistically is not having significant relationship to Leptospirosis disease. While other covariant variable, such as age group, the using of boot shoes and glove, and environmental changing statistically has significant relationship to Leptospirosis.
After conducting interaction test and confounding on multivariate analysis, the fact is not any covariant variable that disturbing to the relationship of personal health variable and Leptospirosis. Based on this study, it is recommended to do a program on education to the community on the role of personal health to Leptospirosis disease. It is also recommended to the worker or professions who have a risk to Leptospirosis to prevent themselves by using boot shoes and glove during contact with stagnant water or mud while they are working.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T2730
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anita Dwi Astuti
"Provinsi DKI Jakarta masih memiliki angka kejadian diare yang tinggi dibandingkan provinsi lain, dimana angka perkiraan diare di fasilitas kesehatan mencapai 280.104 kasus dan diare ditangani sebanyak 250.234 kasus. Diare juga merupakan salah satu penyakit yang masuk ke dalam kategori 10 penyakit terbanyak rawat jalan di puskesmas provinsi DKI Jakarta tahun 2020. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui analisis spasial proporsi kejadian penyakit diare dengan kepadatan penduduk, pendidikan rendah, depot air minum, tempat pengelolaan pangan, fasilitas kesehatan (puskesmas), dan tenaga kesehatan (dokter, perawat, bidan) di DKI Jakarta tahun 2019. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional karena penelitian dilakukan menggunakan data sekunder yang tersedia di website akses bebas yang meliputi variabel jumlah kejadian diare tahun 2019 untuk setiap kecamatan yang terdiri dari 36 kecamatan, kepadatan penduduk, pendidikan rendah, sumber air minum, tempat pengelolaan pangan, tenaga kesehatan (dokter, perawat, bidan), dan fasilitas kesehatan (puskesmas). Berdasarkan hasil analisis diketahui nilai Sig. (2-tailed) antara variabel dependen dengan variabel independen adalah sebesar p-value > 0.05, yang berarti tidak terdapat korelasi yang signifikan antara variabel dependen dengan variabel independen. Namun demikian, variabel independen yang memiliki nilai p-value mendekati 0.05 adalah variabel tempat pengelolaan pangan dengan p-value 0.114, variabel dokter dengan p-value 0.266, dan variabel bidan dengan p-value 0.330. Kemudian hasil analisis nilai pearson correlation juga tidak ada yang > r table 0.329, yang berarti tidak ada korelasi antara variabel dependen dan independen. Namun demikian, variabel independen yang memiliki nilai r mendekati r tabel 0.329 adalah variabel tempat pengelolaan pangan sehat dengan r sebesar 0.268, dokter sebesar -0.190, dan bidan sebesar -0.167. Untuk wilayah dengan tingkat kerawanan tinggi terjadinya diare diharapkan adanya suatu manajemen dan intervensi berbasis wilayah dari dinas kesehatan dan kesehatan lingkungan setempat dengan cara memberikan penyuluhan tentang menjaga dan memelihara fasilitas sanitasi yang telah tersedia. Untuk Dinas Kesehatan setempat, diharapkan dapat pengembangan indikator penting yang memungkinkan menjadi faktor risiko penyakit menular untuk bisa diambil informasinya secara rutin dan dilakukan tindakan preventif. Selain itu, pihak dinas kesehatan juga bisa membuat pemetaan kasus dan hasil pemeriksaan sanitasi.

DKI Jakarta Province still has a high incidence of diarrhea compared to other provinces, where the estimated number of diarrheas in health facilities reaches 280,104 cases and diarrhea is handled as many as 250,234 cases. Diarrhea is also one of the diseases that fall into the category of the 10 most outpatient diseases at the DKI Jakarta provincial health center in 2020. This study aims to determine the spatial analysis of the proportion of diarrheal diseases with population density, low education, drinking water depots, food management facilities, health facilities (puskesmas), and health workers (doctors, nurses, midwives) in DKI Jakarta in 2019. This study uses an observational type of research because the study was conducted using secondary data available on the free access website which includes the variable number of diarrhea events in 2019 for each sub-districts consisting of 36 sub-districts, population density, low education, drinking water sources, food management facilities, health workers (doctors, nurses, midwives), and health facilities (puskesmas). Based on the results of the analysis, it is known that the value of Sig. (2-tailed) between the dependent variable and the independent variable is p-value > 0.05, which means that there is no significant correlation between the dependent variable and the independent variable. However, the independent variables that have a p-value close to 0.05 are the variable where food is managed with a p-value of 0.114, a doctor's variable with a p-value of 0.266, and a midwife variable with a p-value of 0.330. Then the results of the analysis of the Pearson correlation value are also not > r table 0.329, which means there is no correlation between the dependent and independent variables. However, the independent variable which has an r value close to r table 0.329 is the variable where healthy food is managed with an r of 0.268, doctors of -0.190, and midwives of -0.167. For areas with a high level of vulnerability to diarrhea, it is expected that there will be an area-based management and intervention from the local health and environmental health office by providing counseling about maintaining and maintaining existing sanitation facilities. For the local Health Office, it is hoped that important indicators can be developed that may become risk factors for infectious diseases so that information can be taken regularly, and preventive actions can be taken. In addition, the health office can also make case mapping and sanitation inspection results"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arip Sriyanto
"WHO menyatakan bahwa penyebaran leptospirosis di dunia meluas terutama pada daerah dengan iklim tropis dan sub tropis yang memiliki curah hujan tinggi. Tikus sebagai binatang yang dekat keberadaannya dengan manusia merupakan sumber penularan leptospirosis yang ada di Indonesia. Kejadian leptospirosis di Kabupaten Bantul dari tahun 2012 sampai tahun 2015 selalu menduduki rangking tertinggi apabila dibandingkan dengan kabupaten lain. Disamping tingginya angka kesakitan, angka kematian penderita leptospirosis di Kabupaten Bantul juga relatif tinggi bila dibandingkan dengan wilayah lain di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan faktor lingkungan dan individu yang berisiko terhadap kejadian leptospirosis di Kabupaten Bantul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2016 dengan menggunakan desain case control. Sampel penelitian menggunakan data penderita leptospirosis di Kabupaten Bantul dari bulan Januari-Mei 2016.
Penelitian ini difokuskan pada faktor risiko lingkungan serta faktor individu. Jumlah penderita yang ditemukan/dilaporkan pada periode bulan Januari sampai dengan Mei 2016 sebanyak 34 kasus. Faktor yang berhubungan dengan kejadian Leptospirosis di Kabupaten Bantul Pekerjaan (nilai p=0,001; OR=7,35; CI 95%=2,290-23,571), dan Perilaku (nilai p=0,028; OR=3,43; CI 95%=1,255-9,370), Perawatan luka (nilai p=0,014; OR=3,97; CI 95%=1,426-11,040), Pengetahuan (nilai p=0,015; OR=3,83; CI 95%=1,403-10,477) Penelitian ini menyimpulkan bahwa faktor yang berhubungan dengan kejadian leptospirosis adalah faktor pekerjaan, faktor perilaku, perawatan luka dan pengetahuan.

WHO stated that the spread of leptospirosis in the world extends mainly in regions with tropical and sub tropical climates where rainfall is high. Mice as the animals close to the human existence is a source of leptospirosis of transmission in Indonesia. The incidence of leptospirosis in Bantul District from 2012 to 2015 always ranks highest when compared with other districts. Besides the high morbidity, mortality rate of patients with leptospirosis in Bantul also relatively high when compared with other r districts in the province of Yogyakarta.
The purpose of this study was to determine the relationship between environment and individuals at risk of incidence of leptospirosis in Bantul district of Yogyakarta Special Province in 2016 using case control design. Sample research using data leptospirosis patients in Bantul district of the month from January to May 2016.
The study focused on environmental risk factors as well as individual factors. The number of cases detected / reported in the period January to May 2016 as many as 34 cases. Factors associated with the incidence of leptospirosis in Bantul District occupational (p = 0.001; OR = 7.35; 95% CI = 2.290 to 23.571), behavior (p = 0.028; OR = 3.43; 95% CI = 1.255 to 9.370), wound care (value p = 0.014; OR = 3.97; 95% CI = 1.426 to 11.040), and knowledge (p = 0.015; OR = 3.83; 95% CI = 1.403 to 10.477). This study concluded that the factors associated with the incidence of leptospirosis is a occupational, behavior, wound care and knowledge.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novialiana Sari
"Kegemukan dan obesitas selama masa remaja dapat menyebabkan banyak risiko kesehatan, termasuk peningkatan risiko diabetes, hipertensi, penyakit kardiovaskular, osteoartritis, stroke, dan jenis kanker tertentu. Prevalensi kelebihan berat badan dan obesitas di kalangan remaja di DKI Jakarta pada 2018 adalah 13,5%. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor dominan terkait dengan terjadinya kelebihan berat badan dan obesitas. Sebuah studi cross sectional dilakukan pada 150 peserta dari kelas 10 dan 11. Data diperoleh dengan mengukur berat dan tinggi badan, kuesioner yang dikelola sendiri, dan wawancara penarikan makanan 24 jam. Data dianalisis menggunakan metode univariat, bivariat (uji chi square dan t independen), dan multivariat (regresi logistik biner). Prevalensi kelebihan berat badan dan obesitas di antara responden adalah 35,3%. Berdasarkan hasil dari analisis multivariat, faktor dominan yang berhubungan dengan terjadinya kelebihan berat badan dan obesitas adalah aktivitas fisik. Siswa yang memiliki tingkat aktivitas fisik rendah 6,9 lebih cenderung kelebihan berat badan dan obesitas daripada siswa yang memiliki tingkat aktivitas fisik yang tinggi. Peneliti menyarankan untuk melakukan pemantauan rutin status gizi, pendidikan kesehatan dan gizi, meningkatkan aktivitas fisik dan manajemen stres di sekolah.

Overweight and obesity during adolescence can cause many health risks, including an increased risk of diabetes, hypertension, cardiovascular disease, osteoarthritis, stroke, and certain types of cancer. The prevalence of overweight and obesity among adolescents in DKI Jakarta in 2018 is 13.5%. The main purpose of this study is to determine the dominant factors associated with the occurrence of overweight and obesity. A cross sectional study was conducted on 150 participants from grades 10 and 11. Data were obtained by measuring weight and height, a self-administered questionnaire, and a 24-hour food withdrawal interview. Data were analyzed using univariate, bivariate (chi square and independent t test), and multivariate (binary logistic regression) methods. The prevalence of overweight and obesity among respondents was 35.3%. Based on the results of multivariate analysis, the dominant factor associated with overweight and obesity is physical activity. Students who have a low level of physical activity are 6.9 more likely to be overweight and obese than students who have a high level of physical activity. Researchers suggest doing routine monitoring of nutritional status, health education and nutrition, increasing physical activity and stress management in schools."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>