Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) kejadian leptospirosis sebagian besar terjadi
pada negara beriklim tropis dan subtropis yang mengalami curah hujan tinggi, hal ini
menjadikan leptospirosis endemis di Kawasan Asia Tenggara termasuk Indonesia.
Provinsi DKI Jakarta merupakan salah satu dari 11 Provinsi endemis leptospirosis di
Indonesia yang menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia selama 10 tahun
terakhir telah melaporkan angka leptospirosis dan angka CFR yang fluktuatif. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui faktor perilaku pejamu dan lingkungan yang dapat
menyebabkan kejadian leptospirosis pada kasus suspek leptospirosis di Provinsi DKI
Jakarta. Penelitian ini menggunakan desain studi potong lintang dengan menggunakkan
Data Surveilans Sentinel Leptospirosis 2017-2019 sebanyak 984 responden, meskipun
sampel yang digunakkan hanya sebesar 434. Analisis yang digunakkan pada penelitian
ini adalah analisis univariat dan bivariat yang menggunakkan uji statistik chi square.
Hasil penelitian menunjukkan prevalensi leptospirosis pada kasus suspek leptospirosis di
Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2017-2019 besesar 10,4%. Uji statistik yang memiliki
hubungan signifikan dengan kejadian leptospirosis antara lain adalah adanya luka terbuka
(PR = 5,287; 95% CI 1,854 – 15,076), tempat penampungan sampah (PR = 0,371 ; 95%
CI 0,195 – 0,706), dan keberadaan tikus (PR = 0,372 ; 95% CI 0,165 – 0,838). Kesimpulan
penelitian ini adalah terdapat hubungan antara adanya luka terbuka, tempat penampungan
sampah, dan keberadaan tikus dengan kejadian leptospirosis pada kasus suspek
leptospirosis di Provinsi DKI Jakarta menggunakkan Data Surveilans Sentinel
Leptospirosis 2017-2019
The World Health Organization (WHO) declared that most cases of leptospirosis occurin tropical and subtropical countries that experience high rainfall. Thus makesleptospirosis endemic in the Southeast Asian Region, including Indonesia. DKI Jakarta isone of the 11 leptospirosis endemic provinces in Indonesia which according to theMinistry of Health of the Republic of Indonesia for the last 10 years has reportedfluctuating leptospirosis rates and CFR rates. This study aims to determine the behavioralfactors of the host and the environment that can cause leptospirosis in suspected andconfirmated cases of leptospirosis in DKI Jakarta. This study used a cross-sectional studydesign using the Leptospirosis's Sentinel Surveillance 2017-2019 with their 984respondents, although the sample used was only 434. The analysis used in this study wasunivariate and bivariate analysis using the chi square statistical test. The results showedthat the prevalence of leptospirosis in suspected and confirmated cases of leptospirosis inDKI Jakarta Province in 2017-2019 was 10.4%. Statistical tests showed significantrelationship between the incidence of leptospirosis and some variables, namely thepresence of open wounds (PR = 5.287; 95% CI 1.854 – 15.076), trash containers (PR =0.371 ; 95% CI 0.195 – 0.706), and the presence of rats (PR = 0.372 ; 95% CI 0.165 –0.838). The conclusion of this study is that there is a relationship between the presence ofopen wounds, trash containers, and the presence of rats with the incidence of leptospirosisin suspected cases of leptospirosis in DKI Jakarta Province using Leptospirosis's SentinelSurveillance 2017-2019