Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 125754 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wildan Iman Santoso
"Air mata perineum yang parah biasanya disebabkan oleh persalinan pervaginam komplikasi serius. Data tentang tren kejadian robekan perineum derajat berat di Indonesia dan faktor risiko terkait masih terbatas. Karena itu, kami melakukan penelitian untuk mengidentifikasi tren insiden robekan perineum derajat 3 dan 4 serta faktor risiko yang terkait di Indonesia. Penelitian kami adalah penelitian cross sectional observasional berbasis rumah sakit. Data diperoleh dari rekam medis termasuk data dari semua wanita hamil yang melahirkan di RSCM dan mengalami robekan perineum derajat 3 dan 4 antara tahun 2011 dan 2014. Variabel lain yang diukur dalam penelitian ini adalah demografi data karakteristik, berat lahir bayi, usia ibu, paritas dan cara persalinan. Data dianalisis dengan SPSS versi 20.0 untuk komputer MAC dengan analisis univariat, bivariat dan multivariat. Hasil penelitian menunjukkan tren peningkatan dalam insiden, tetapi peningkatannya tidak konsisten untuk waktu tertentu dan memperoleh tren kejadian yang berbeda antara subjek dengan berbagai derajat air mata perineum. Satu-satunya faktor risiko signifikan yang terkait dengan derajat 3 dan 4 robekan perineum adalah multiparitas. Enam faktor lain yang ditemukan tidak signifikan, yaitu usia ibu, usia kehamilan, lamanya persalinan, metode persalinan, berat lahir neonatal dan episiotomi. Sebagai kesimpulan, ada kecenderungan bahwa insiden robekan perineum grade 3 dan 4 meningkat, meskipun peningkatan ini tidak konsisten. Selain itu, multiparitas adalah satu-satunya faktor yang secara signifikan terkait dengan robekan perineum derajat 3 dan 4.

Severe perineal tears are usually caused by vaginal delivery serious complications. Data on the incidence trend of severe degree perineum tears in Indonesia and the associated risk factors are still limited. Therefore, we conducted a study to identify trends in incidence of 3rd and 4th degree perineal tears as well as risk factors related in Indonesia. Our research is a cross sectional study hospital-based observational. Data obtained from medical records including data from all pregnant women who deliver at the RSCM and experience 3rd and 4th degree perineal tears between in 2011 and 2014. Other variables measured in this study are characteristic data demographics, baby's birth weight, maternal age, parity and mode of delivery. Data were analyzed with SPSS version 20.0 for MAC computers with univariate, bivariate and multivariate analysis. Results research shows an increasing trend in incidence, but the increase is not consistent for a certain time and obtained a different incidence trend between subjects with varying degrees of perineal tears. The only significant risk factor related to degree 3 and 4 perineal tears is multiparity. Six other factors found to be insignificant, namely maternal age, gestational age, length of time of two deliveries, method labor, neonatal birth weight and episiotomy. In conclusion, there is a trend the incidence of grade 3 and 4 perineal tears is increasing, although this increase is not consistent. In addition, multiparity is the only factor that is significantly related with 3rd and 4th degree perineal tears.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alexander Herdyanto
"Air mata pada derajat ketiga dan keempat perineum dapat mempengaruhi kualitas hidup wanita. Namun, beberapa penelitian telah dilakukan mengenai insiden tersebut robekan perineum atau OASIS di Indonesia. Penelitian ini dilakukan untuk mencari tahu Apa faktor risiko yang berhubungan dengan derajat robekan perineum tiga dan empat di RSCM (Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo) dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2014. Sampel data diambil dari data sekunder berupa rekam medis. Kemudian, data tersebut dikelompokkan menjadi numerik dan kategorikal, dan diolah menggunakan program SPSS. Hasil data menunjukkan distribusi yang tidak normal, sehingga digunakan metode non parametrik yaitu metode Mann-Whitney. Data bivariat diolah menggunakan metode Chi-Square dan regresi logistik biner untuk menaikkan nilai P dan OR (Odd Ratio). Setelah itu, data dianalisis menggunakan metode multivariasi untuk mengecualikan data yang tidak signifikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persalinan kala II, jenis persalinan, anestesi, induksi persalinan, distosia bahu, berat lahir bayi, usia kehamilan, dan presentasi kepala terbukti menjadi faktor risiko yang signifikan, sedangkan induksi persalinan tidak menunjukkan hubungan dengan air mata perineum.

Tears of the third and fourth degrees of the perineum can affect the quality of life woman. However, few studies have been conducted regarding incidence perineal tear or OASIS in Indonesia. This research was made to find out What are the risk factors that have an association with a degree of perineal tear three and four at RSCM (Cipto Mangunkusumo Hospital) from 2011 until 2014. Data samples were taken from secondary data in the form of medical records. Then, the data are grouped into numerical and categorical, and processed using the SPSS program. The results of the data show a distribution that is not normal, so a non-parametric method is used, namely the Mann-Whitney method. Data bivariates were processed using the Chi-Square method and binary logistic regression for raises the P value and OR (Odd Ratio). After that, the data were analyzed using the multivariate method to exclude insignificant data. The results show that the second stage of labor, type of delivery, anesthesia, induction labor, shoulder dystocia, birth weight of the baby, gestational age, and head presentation proved to be a significant risk factor, whereas labor induction was not showed an association with perineal tears.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syamsuddin Isaac Suryamanggala
"Latar Belakang: Terdapat dua teknik dalam reparasi robekan perineum derajat IIIb-IV yaitu teknik jahitan ujung ke ujung end-to-end dan tumpang tindih overlapping. Beberapa penelitian berbeda menunjukkan keterbatasan data untuk membandingkan teknik ujung ke ujung dengan tumpang tindih terhadap kejadian inkontinesia fekal.
Tujuan: Mencari perbedaan antara kedua teknik reparasi robekan perineum derajat IIIb-IV secara Fungsional Berdasarkan Skoring Inkontinensia Fekal.
Metode: Penelitian potong lintang ini dilakukan dengan mengulas data rekam medis RSCM periode 1 Januari 2011 - 31 Desember 2015. Empat puluh delapan rekam medis dengan 39 subjek mendapatkan teknik tumpang tindih dan 9 subjek mendapatkan teknik ujung ke ujung. Dilakukan penilaian skoring inkontinensia dengan SIKC Skoring Inkontinesia Klinik Cleveland dan SSKF Skala Skoring Kontinensia Fekal dan dilakukan analisa Chi-Square dengan alternatif Fischer.
Hasil: Tidak terdapat perbedaan antara teknik ujung ke ujung dengan tumpang tindih berdasarkan skoring SSKF p = 0,627 dan SIKC p = 0,627 . Berdasarkan SSKF terdapat 2,1 Inkontinensia Komplit dan 79,2 Kontinensia Komplit pada teknik tumpang tindih dan 18,8 Kontinensia Komplit pada teknik ujung ke ujung. Berdasarkan SIKC terdapat 2,1 Inkontinensia Komplit, 6,2 Kontinensia Baik, 72,9 Kontinensia Sempurna pada Teknik Tumpang Tindih dan 18,8 Kontinensia Sempurna pada teknik lainnya.
Kesimpulan: Didapatkan bahwa 2,1 menderita inkontinensia fekal pada teknik tumpang tindih, sementara tidak didapatkan inkontinensia fekal pada teknik ujung ke ujung.

Background: There are two technique in repairing perineal ruptured grade IIIb IV which is End to End Technique and Overlapping Technique. Some studies showned differents outcome and also limited data that compare these two technique based on fecal incontinence.
Purpose: To show that there is a different between both technique on perineal reparation by functional based on Fecal Incontinence Scoring.
Methods: This cross sectional was done by reviewing medical record in RSCM from January 1st 2011 until 31st December 2015. Forty nine medical record taken as sample and found that 39 with overlapping technique and 9 with end to end technique. Performed by incontinencia fecal scoring using CCIS Cleveland Clinic Incontinence Scoring and FCSS Fecal Continence Scoring Scale and analyzed by Chi Square witn Fischer as alternative.
Results: There is no different between overlapping technique and end to end technique by FCSS p value 0,627 and CCIS p value 0,627 . Based on FCSS there are 2,1 compkete incontinence and 79,2 complete continence in Overlapping technique and 18,8 complete continence I End to End technique. Based on CCIS there are 2,1 complete incontinence, 6,2 good continence, 72,9 perfect continence in Overlapping technique and 18,8 perfect continence in other technique.
Conclusion: There are 2,1 found fecal incontinence in Overlapping technique, while no fecal incontinence in End to End technique.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Steven Aristida
"ABSTRAK
Latar Belakang: Robekan perineum derajat III dan IV pada persalinan
pervaginam telah menarik perhatian yang cukup tinggi di kalangan praktisi medis.
Faktor-faktor risiko yang dapat menyebabkan robekan tersebut perlu diketahui
karena dapat menyebabkan inkontinensia alvi di kemudian hari dan menimbulkan
keluhan-keluhan pada ibu
Tujuan: Mengetahui insidensi terjadinya robekan perineum derajat III dan IV
tahun 2013 di RSCM, titik potong berat lahir janin yang berisiko menyebabkan
terjadinya robekan dan sistem skor untuk memprediksi terjadinya robekan
tersebut.
Metode: Penelitian observasional dengan menggunakan metode potong lintang
dilakukan di IGD Obstetri dan Ginekologi RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo pada
Januari–Desember 2013. Semua subyek bersalin per vaginam sesuai dengan
kriteria inklusi dan eksklusi dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subyek
minimal terpenuhi. Dengan metode ROC AUC ditetapkan titik potong berat lahir
janin yang berisiko terjadinya OASIS. Semua faktor risiko dianalisis dengan
analisis regresi logistik. Faktor-faktor yang berhubungan terhadap terjadinya
OASIS akan dinilai probabilitasnya dengan menggunakan rumus p= 1/(1+e-y).
Hasil: Dari 466 sampel penelitian, Subjek yang mengalami OASIS adalah 43
(9.2%) sampel. Dengan metode ROC AUC didapatkan titik potong berat lahir
janin yang berisiko yaitu 2910 gram. Setelah analisis regresi logistik didapatkan 4
variabel sebagai faktor risiko robekan perineum derajat III-IV yaitu persalinan
forcep (p<0.001;OR 0.043,IK 95% 0.015-0.123), persalinan vakum (p<0.001;OR
0.131, IK 95% 0.054-0.317), berat lahir janin >2910 gram (p=0.014; OR 0.35; IK
95% 0.157 -0.807) dan multiparitas (p<0.001;OR 6.388; IK 95% 2.57-15.84). Dengan
menerapkan rumus probabilitas p= 1/(1+e-y) didapatkan persalinan dengan alat
dan berat lahir janin >2910 gram meningkatkan probabilitas terjadinya OASIS.,
sedangkan multiparitas bersifat sebaliknya.
Kesimpulan: Insidensi OASIS perlu diketahui tiap tahunnya untuk menjadi tolak
ukur tata laksana yang telah dilakukan. Titik potong berat lahir janin >2910 gram
dapat menjadi nilai ukur baru pada penelitian-penelitian selanjutnya karena lebih
mewakili subjek orang Indonesia. Sistem skor probabilitas yang sederhana ini
dapat membantu klinisi dalam memprediksi terjadinya OASIS pada saat proses
persalinan sehingga diharapkan dapat mengurangi insidensinya di masa
mendatang.

ABSTRACT
Background: Obstetrical Anal Sphincter Injuries (OASIS) during vaginal deliveries have been highly concerned in daily practices. Risk factors that lead to OASIS must be identified. OASIS may eventually cause faecal incontinence in the future that can cause complaints among patients.
Objectives: To identify the incidence of OASIS at Cipto Mangunkusumo Hospital in 2013, to determine cut off point of fetal birth weight that may lead to OASIS and to acquire the probability scoring system for risk factors causing OASIS.
Methods: We conducted cross sectional observational research in delivery suite Cipto Mangunkusumo Hospital from Januari to December 2013. After inclusion and exclusion criteria screening, all subjects who underwent deliveries vaginally took part in the research. Receiver Operating Characteristic, Area Under The Curve (ROC) method was performed to determine fetal birth weight cut off point that may cause OASIS. Logistic regresion analysis was performed to analyze all the risk factors. Risk factors that significantly lead to OASIS were calculated and analyzed by equational probability formula p= 1/(1+e-y).
Result: Among 466 research samples, we identified there were 43 (9.2%) subjects suffered from OASIS. ROC AUC method were applied to determine fetal birth weight cut off point that may lead to cause OASIS which resulted >2910 gram. As logistic regresion analysis performed, there were four risk factors that may cause OASIS. There were forceps delivery (p<0.001;OR 0.043,CI 95% 0.015-0.123), vacuum delivery (p<0.001;OR 0.131, CI 95% 0.054-0.317), fetal birth weight >2910 gram (p=0.014; OR 0.35; CI 95% 0.157-0.807) and multiparit y (p<0.001;OR 6.388; CI 95% 2.57-15.84). The equation probability formula p= 1/(1+e-y) was conducted. It resulted that assisted vaginal delivery and fetal birth weight >2910 gram increase the probability of OASIS incidence, while multiparity resulted conversely.
Conclusion: OASIS incidence is crucial to be identified each year so that we can evaluate the treatment that has been conducted. Fetal birth weight cut off point of >2910 gram can be applied in the next researches in the future because it respresents more proportionally for Indonesian people. This simple probability scoring system can help clinicians to predict OASIS during delivery process so it may reduce the incidence."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arista Citra Rahmawati
"Perineal hygiene merupakan tindakan untuk menjaga kebersihan serta kesehatan organ reproduksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku perineal hygiene pada santriwati di Pondok Pesantren Ibnu Taimiyah Bogor. Desain penelitian yang digunakan cross sectional dengan jumlah sampel 98 responden. Teknik sampling yang digunakan cluster sampling dan simple random sampling. Hasil analisis univariat menunjukkan 41 (41,8%) responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik, 52 (53,1%) responden memiliki sikap perineal hygiene cukup dan 59 (60,2%) responden memiliki perilaku perineal hygiene cukup.
Hasil analisis chi square menunjukkan ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap perineal hygiene (p-value = 0,001) serta hubungan antara sikap dan perilaku perineal hygiene (p-value = 0,026) namun tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku perineal hygiene (p-value = 0,346). Responden dengan tingkat pengetahuan baik dan sikap perineal hygiene baik sebanyak 11 (26,8%) responden. Responden dengan sikap baik dan perilaku perineal hygiene baik sebanyak 6 (42,9%) responden. Responden dengan tingkat pengetahuan baik dan perilaku perineal hygiene baik sebanyak 11 (26,8%) responden. Penelitian ini dapat menjadi bahan pengembangan penelitian selanjutnya mengenai remaja dan praktik perineal hygiene di masa yang akan datang.

Perineal hygiene is an action to maintain the cleanliness and healthyness of the reproductive organs. This research was conducted to determine the relationship between the level of knowledge, attitudes and behavior of perineal hygiene in female students at Ibn Taymiyyah boarding school in Bogor, West Java. The study design is cross sectional using 98 respondents. The sampling technique used was cluster sampling and simple random sampling. The results of univariate analysis showed 41 (41.8%) respondents have a good level of knowledge, 52 (53.1%) respondents have enough attitude perineal hygiene and 59 (60.2%) respondents have enough perineal hygiene behavior.
The results of chi-square analysis showed there is relationships between the level of knowledge with perineal hygiene attitude (p-value = 0.001) and relationships between attitudes and perineal hygiene behavior (p-value = 0.026) but there’s no relationship between the level of knowledge with perineal hygiene behavior (p-value = 0.346). Respondents with good level of knowledge and good attitudes of perineal hygiene are 11 (26.8%) respondents. Respondents with a good attitude and good behavior of perineal hygiene are 6 (42.9%) respondents. Respondents with a good level of knowledge and good behavior of perineal hygiene are 11 (26.8%) respondents. This research can be used to be materials to develop the research about teenagers and perineal hygiene practice in the future.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
S56436
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arum Nur Wijayanti
"Perineal hygiene adalah suatu Cara untuk membersihkan bagian kewanitaan tanpa mengurangi PH normal vagina itu sendiri. Tujuan penelitian adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi motivasi remaja untuk melakukan perineal hygiene. Desain penelitian yang digunakan adalah desain deskriptif korelasi. Pengambilan sampel menggunakan simple random sampling dengan jumlah sampel 64 responden. Instmmen yang digunakan adalah kuesioner yang dikembangkan oleh peneliti.
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat motivasi dengan faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi remaja putri melakukan perineal hygiene. Perbedaan hasil penelitian ini dengan teori dan penelilian terdahulu disebabkan oleh keterbatasan dalam penelitian. Penelitian ini merekomendasikan pendidikan kesehatan tentang perineal hygiene dikalangan remaja lebih ditingkatkan lagi."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
TA5883
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Weni Puspitasari
"Tujuan: Menilai perubahan lapisan air mata dan parameter meniskus air mata
menggunakan Optical Coherence Tomography (OCT) sebelum dan sesudah
pemakaian lensa kontak hydrogel konvensional dan silikon hydrogel. Metode: 52
sukarelawan miopia ringan-sedang dilibatkan dalam penelitian ini dan dipilih
secara acak untuk menggunakan bahan hydrogel (Nelfilcon-A) pada satu mata dan
bahan silikon hydrogel (Lotrafilcon-B) pada mata sebelahnya selama 14 hari.
Pemeriksaan lapisan air mata dilakukan melalui pemeriksaan Non-invasive Tear
Breakup Time dan Schirmer-1, serta parameter meniskus air mata menggunakan
OCT sebelum dan 14 hari sesudah penggunaan lensa kontak. Hasil: Subjek terdiri
dari 80,8% perempuan dan 19,2% laki-laki, dengan usia rerata 22,8±1,79 tahun.
Median delta NIBUT (pre-post) adalah -3,4 detik (-11,3-1,4) pada kelompok
Nelfilcon-A dan -4,6 detik (-18,5-2,7) pada kelompok Lotrafilcon-B (p=0,008).
Median delta Schirmer 1 didapatkan tidak terdapat perbedaan bermakna antara
kedua kelompok LKL. Median delta tinggi meniskus air mata pada adalah -18,5 (-
57,0-96,0) μm pada kelompok Nelfilcon-A dan -11,5 (-53,0-87,0) μm pada
kelompok Lotrafilcon-B (p=0,556). Median dimensi delta area meniskus air mata
adalah -1795,0 (-7596-4372) μm2 pada kelompok Nelfilcon-A dan -1181,5 (-8188-
8770) μm2 pada kelompok Loftrafilcon-B (0=0.728) μm2. Median delta volume
meniskus air mata adalah -0.08 (-0.29-0.18) μL pada kelompok Nelfilcon-A dan -
0.08 (-0.32-0.34) pada kelompok Lotrafilcon-B. Tidak ditemukan adanya
perbedaan bermakna antara parameter meniskus air mata di kedua kelompok LKL.
Tidak terdapat korelasi antara NIBUT, tes Schirmer-1 dan parameter meniskus air
mata. Kesimpulan: Penggunaan lensa kontak Nelfilcon-A harian dan Lotrafilcon-
B mingguan selama 2 minggu dapat menyebabkan perubahan lapisan air mata
(NIBUT memendek dan penurunan parameter meniskus air mata)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Susi Hartati
"Pneumonia pada balita di Indonesia masih merupakan masalah kesehatan utama. Hal ini terlihat dengan tingginya angka morbiditas dan mortalitas pneumonia. Salah satu satu upaya untuk menurunkannya adalah dengan mengetahui faktor risiko yang menyebabkan terjadinya pneumonia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian pneumonia pada anak balita di rumah sakit. Desain yang digunakan adalah cross sectional dengan 138 sampel.
Hasil penelitian dengan regresi logistik didapatkan 4 faktor risiko yang berhubungan significant yaitu usia balita, riwayat pemberian ASI, status gizi balita dan kebiasaan merokok keluarga. Kegiatan edukasi kepada orang tua balita tentang beberapa faktor tersebut perlu ditingkatkan untuk mencegah terjadinya pneumonia.

Pneumonia in children under five in Indonesia is still a major health problem. This can be seen in the high rates of morbidity and mortality of pneumonia. One of the efforts to lower it is by knowing the risk factors that cause pneumonia.
This study aims to determine the risk factors associated with the incidence of pneumonia in children under five in hospital. The study uses cross sectional design with 138 samples.
The results obtained with logistic regression show four significant risk factors: children under five, history of breastfeeding, nutritional status of children and family smoking habits. Promotion and awareness campaign on these factors should be conducted to prevent pneumonia.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Endah Dianing Sari, auhtor
"ABSTRAK
Indonesia mendapatkan kembali status layak investasi pada 15 Desember 2011
dari Lembaga Pemeringkat Fitch’s.Pencapaian ini ditunggu Indonesia selama 14
tahun setelah krisis Asia. Laporan ini menganalisa data 18 tahunan untuk
mendapatkan bukti tersebut. Variabel dependennya adalah investasi langsung
asing. Adapun variabel independen antara lain, cadangan devisa mata uang asing,
pertumbuhan ekonomi dan derajat keterbukaan. Ditambah dua dummy. Dummy 1
untuk kenaikan peringkat di risiko spekulatif, dan dummy 2 merefleksikan status
layak investasi. Karena semua variabel memiliki tingkat stasioneritas yang
berbeda, maka diputuskan menggunakan analisa pendekatan Autoregressive
Distributed Lag (ARDL). Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan
signifikan antara peringkat investasi dengan investasi langsung asing di Indonesia.
Begitupun dampak kenaikan peringkat di level spekulatif terhadap FDI. Variabel
yang signifikan hanyalah cadangan devisa mata uang asing.

ABSTRACT
Indonesia regained its first investment grade in 15th December 2011 from
Fitch’s Rating Agency. This achievement had to wait for 14 years after Asian
Crisis. This paper analyzed 18 years data (1996-2013) to prove the effect of
investment grade on FDI. FDI measured as a dependent variable. The independent
variables were foreign reserve, growth, openness, and two dummies for the credit
ratings. Dummy1 reflected the fluctuated ratings in speculative time, in the other
hand dummy2 for the time Indonesia gained investment grade. Since the variables
had variety in stationary level (only openness was stationer in level), so i decided
to use Autoregressive Distributed Lag (ARDL) approach. The result showed that
there was no significant impact of investment grade (dummy2) toward FDI. Nor
the improvement of speculative grade toward FDI. The significant variable was
foreign reserve only."
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T42778
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>