Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 179464 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fenny Kumala Sari, Author
"Dalam upaya untuk memenangkan pangsa sangat diperlukan strategi pemasaran jasa yang efektif ke tangan konsumen. Salah satu unsur dalam strategi pemasaran yang terpadu adalah Bauran Pemasaran. Merupakan strategi perusahaan, yang berkaitan dengan penentuan bagaimana perusahaan menyajikan penawaran produk pada segmen yang merupakan sasaran pasarnya (Kottler, 1993). Masalah yang kemudian muncul adalah bagaimana memperkenalkan produk ataujasa kepada eaton konsumen agar mereka mengetahui produk atau jasa perusahaan. Sebab dengan penerapan bauran pemasaran yang tepat, maka konsumen dapat mengetahui produk perusahaan dengan baik. Disamping itu komunikasi yang efektifkepada konsumen menjadi nilai tambah bagi perusahaan.
Mengamati hal tersebut peneliti tertarik untuk mengetahui persepsi bauran pemasaran jasa serta pengaruhnya terhadap pemilihan jasa angkutan udara maskapai penerbangan Garuda Indonesia dan Lion. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha menghubungkan satu atau Jebih variabel dengan variabel lain untuk memahami obyek yang diteliti. Dimana populasi penelitian yakni pengguna jasa kedua maskapai yang berjumlah masing-masing 100 penumpang. Pengambilan sample dilakukan secara convenience sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner yang kemudian dianalisis secara deskriptif.
Dari hasH analisis deskriptif menunjukkan bahwa secara umum bauran pemasaran Garuda Indonesia Jebih unggul dibandingkan Lion Air, akan tetapi pada aspek promosi baik Lion maupun Garuda sama kuatnya. Sedangkan hasil statistik komparatif menunjukkan bahwa selain harga dan promosi lima aspek bauran pemasaran jasa lainnya seperti produk, place, proses, people dan bukti fisik menujukkan adanya perbedaan signifikan.
Sementara hubungan bauran pemasaran jasa dengan kepuasan di Garuda Indonesia semuanya berpengaruh signifikan. Begitu pula antara bauran pemasaran jasa dengan repurchase. Sementara hubungan bauran pemasaran jasa dengan reference hanya dengan place saja yang tidak signifikan. Untuk hubungan dan pengaruh kepuasan dengan bauran pemasaran jasa pada Lion Air yang signifikan adalah price, people dan proses. Hubungan dan pengaruh bauran pemasaran jasa dengan repurchase hanya price, people dan process yang signifikan. Seuangkan hubungan bauran pemasaran jasa dan pengaruhnya dengan reference hanya price saja yang signifikan.
Atas dasar hasil penelitian tersebut, maka ada empat saran yang perlu dipertimbangkan. Pertama, untuk Garuda sebaiknya terus mempertahankan ketepatan waktu (OTP), karena respon atas waktu cukup tinggi. Sementara Lion harus terus dijaga promosinya, sambil terus melakukan perbaikan internal perusahaan. Kedua, Untuk Garuda dapat dikatakan instrumen kepuasan, repurchase dan reference tidak berpengaruh terhadap aspek bauran pemasaran, oleh sebab itu yang harus dilakukan adalah tetap mempertahankan layanan yang ada dan menambah rute penerbangan berjadwal untuk meningkatkan pendapatan. Sementara Lion karena aspek kepuasan, repurchase dan reference mempunyai pengaruh signifikan terhadap bauran pemasaran, maka sudah sepantasnya Lion terus berupaya memberi kepuasan dengan instrumen bauran pemasaran yang ada. Ketiga, penambahan rute bagi Garuda harus memperhatikan aspek harga ini dalam rangka persaingan. Keempat, Garuda perlu memperhatikan pendekatan secara rasional pula seperti keamanan, ketepatan waktu, jaminan layanan maupun promosi yang lebih rasional. "
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jeffri
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1993
S9991
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio
"ABSTRAK
UU No. 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan mewajibkan setiap penyedia
jasa angkutan udara untuk menyediakan asuransi dalam bentuk Asuransi Jasa
Raharja. Di samping menerapkan Asuransi Jasa Raharja, Lion Air menyediakan
sistem pertanggungan yang disebut Asuransi Perjalanan Lion Air. Dengan
menggunakan metode penelitian kualitatif, penelitian ini mengkaji status Asuransi
Perjalanan Lion Air merujuk pada Asuransi Jasa Raharja sebagai asuransi wajib,
pemenuhan hak-hak konsumen pengguna jasa, serta perlindungan terhadap
konsumen yang tidak membayar Asuransi Perjalanan Lion Air. Pengumpulan data
melalui kuesioner menunjukkan sebagian besar responden tidak mengetahui
adanya Asuransi Jasa Raharja dalam jasa penerbangan dan tidak membaca
keterangan lebih lanjut mengenai Asuransi Perjalanan Lion Air sebelum
melakukan transaksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Asuransi Perjalanan
Lion Air merupakan asuransi tambahan; hak atas informasi serta hak untuk
mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen tidak dipenuhi; serta tersedianya
pertanggungjawaban dari pihak penyedia jasa penerbangan dan Jasa Raharga bagi
konsumen yang tidak membayar Asuransi Perjalanan Lion Air. Dengan demikian,
disarankan agar penyedia jasa pengangkutan memberikan informasi yang jelas
dan tidak rumit, di sisi lain mendorong konsumen memperlengkapi diri akan
informasi mengenai jasa yang ditawarkan.

Abstract
Law No. 1 Year 2009 on Aviation stipulated that carriers shall be obligated
to insure their liabilities towards passengers in the form of Jasa Raharja Insurance.
Aside from providing Jasa Raharja Insurance, Lion Air provides Lion Air Travel
Insurance. Based on qualitative research method, this study examines the status of
Lion Air Travel Insurance related to Jasa Raharja Insurance; the fulfillment of
consumer rights as well as the protection of consumers who do not pay for Lion
Air Travel Insurance. The questionnaires showed that most of the respondents
were not aware of the existence of Jasa Raharja Insurance in aviation service and
did not read further details about Lion Air Travel Insurance before transaction.
The study showed that Lion Air Travel Insurance is an additional insurance;
consumer?s rights on information and education are not fulfilled; and the vested
liability on Jasa Raharja along with the carrier to provide insuance for consumer
who does not pay for Lion Air Travel Insurance. Therefore, carrier should give a
clear information for the consumers. On the other hand, consumers are
encouraged to equip themselves with the information on the services offered.
"
2012
S42452
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
M. Himawan Satyaputra
"Industri jasa angkutan udara makin menunjukkan tingkat pertumbuhan yang demikian pesat. Peningkatan jumlah arus manusia dan barang seiring dengan laju pertumbuhan ekonomi makro, merupakan lahan pasar potensial bagi industri jasa angkutan udara. Meskipun di sisi lain, pertumbuhan pesat tadi mengakibatkan kompetisi diantara perusahaan jasa angkutan udara. Makin ketatnya kompetisi, memaksa sebuah perusahaan jasa angkutan udara harus merorientasi strategi yang tepat untuk memenangkan "perang" persaingan pasar jasa angkutan udara. Kondisi ini dihadapi juga oleh PT Garuda Indonesia, sebuah BUMN jasa angkutan udara. Dengan menggunakan studi kepustakaan terhadap berbagai referensi yang ada, riset lapangan ada salah satu teori tentang karakteristik jasa angkutan udara yang menarik yaitu model berbentuk molekuler. Dari teori model molekuler, kita akan memahami makna hakiki dan implikasi dari karakteristik khas jasa angkutan udara. Salah satu hipotesis adalah "faktor kepercayaan konsumen" adalah kunci yang mempengaruhi perilaku konsumen. Artinya, citra terhadap sebuah perusahaan jasa angkutan udara. Untuk memperoleh gambaran penelitian yang proporsional, maka penelitian membandingkan berbagai persepsi konsumen terhadap PT Garuda Indonesia dan pesaing utamnya yaitu PT Sempati Air dan Singapore Airlines. Hasil pengolahan persepsi tadi menggambarkan citra terhadap jasa, usaha/perusahaan, dan manajemen/pimpinan dari ketiga perusahaan jasa angkutan tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa citra Garuda Indonesia dimata konsumen agak tertinggal dibanding pesaingnya. Dalam rangka meningkatkan citra Garuda Indonesia tersebut, maka perlu dilakukan berbagai pembenahan baik ke dalam maupun keluar. Sebagai BUMN, Garuda Indonesia menghadapi masalah klasik yaitu masih banyaknya campur tangan pemerintah ke dalam manajemen. Oleh karena itu manajemen Garuda Indonesia harus memperoleh keleluasaan, reenqineering organisasi, membenahi manajemen sumber daya manusia, menangani pembentukan citra pada tingkat direksi, dan upaya perbai.kan pemasaran lain."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1993
S18715
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maramis, Eddy
"ABSTRAK
Salah satu elemen dalam bauran pemasaran yang mendatangkan pendapatan adalah
harga. Tidaklah mudah untuk rnenetapkan suatu strategi penentuan harga. Kesalahan umum
yang sering terjadi adalah: penetapan harga yang terlalu berorientasi kepada biaya sehingga
untuk beberapa produk tertentu, misalnya jasa angkutan penumpang udara untuk kelas
ekonomi, dapat mengakibatkan harganya diluar jangkauan segmen pasar kelas ekonomi
sehingga kurang laku di pasar. Atau harga yang terlalu rendah jauh dibawah titik pulang
pokok bahkan tidak dapat menutup biaya marjinal yang timbul karena terlalu berorientasi
kepada pasar akan mengakibatkan kerugian yang dialami paling tidak untuk jangka pendek.
Kebijakan harga juga dapat merupakan salah satu senjata yang tersedia bagi manajer
untuk bersaing, misalnya: strategi harga promosi untuk produk baru, dan strategi harga untuk
bauran produk berdasarkan produk lini, diferensiasi, dan lain-lain.
Penentuan harga dalam jasa angkutan penumpang udara selain dipengaruhi oíeh faktor
internal perusahaan, juga sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal yaitu IATA (International
Air Transport Association) sebagai badan dunia yang diberikan wewenang mengkoordìnasìkan
penetapan tarip internasional, pemerintah dengan wewenang persetujuannya (approval) yang
dimilikinya agar suatu tarip dapat dinyatakan berlaku, dan kondisi pasar serta persaingan yang
ada.
Didalam penulisan karya akhir ini, dibahas mengenai strategi penetapan harga jasa
angkutan penumpang udara pada pasar regional. Dan pasar regional yang dipilih adalah rute
Jakarta - Singapura pulang-pergi dengan mengambil studi kasus di PT Garuda Indonesia.
Garuda Indonesia sebagai national carrier Indonesìa dipilih disini karena surnber
permintaan pasar Jakarta - Singapura adalah berasal dari Indonesia dan Garuda Indonesia
menguasai pangsa pasar yang terbesar, aitu mencapai 36%. Disamping itu, yang menarik
adalah Garuda Indonesia sebagai BUMN (Badan Usaha Milik Negara) juga mempunyai misi
yang agak berbeda dengan penerbangan internasional lainnya pada sektor tersebut, yaitu
melaksanakan dan menunjang kebijakan dan program pemerintah di bidang pembangunan dan
ekonomi nasional pada umumnya, khususnya di bidang jasa pengangkutan udara dan bidang
lainnya yang terkait. Sehingga nampaknya tidak terlalu berorientasi path bisnis karena misi
yang diembannya tersebut.
Lingkup strategi penetapan harga yang dibahas dalam karya akhir ini dibatasi hanya
pada: identifikasi peluang dan hambatan yang ada dan mungkin terjadi; kekuatan dan
kelemahan yang dimiliki seperti penguasaan pangsa pasar. kualitas produk; analisis atas misi,
tujuan, strategi barga yang tepat; serta ramalan pasar, seperti open sky policy dan pemenntah
yang akan memngkazkan persaingan; dan kemungkinan kenaikan dan penurunan harga pasar.
Telah dilakukan analisa korelasi dan regresi terhadap data sejarah operasional Garuda
Indonesia dan STA pada tahun 1993 dan 1994 untuk rute Jakarta - Singapura pulang pergi
dengan memperhitungkan faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan Garuda Indonesia
seperti: strategi penetapan harga, pangsa pasar GA dan SIA, dan nilal kurs dollar Singapura.
Ditemukan bahwa ada dua cara strategi harga, yaitu pertama dengan memberikan reduksi, dan
kedua dengan strategi menaikan harga, yang masing-masing berbeda untuk rute pergi dan
pulang.
Pada sektor Jakarta - Singapura, strategi harga dengan pemberian reduksi akan
menurunkan pendapatan Garuda sebesar 11,7%, tetapi pangsa pasar naik sebesar 1 1,5%.
Sedangkan bila dilakukan strategi menaikan harga, maka pendapatan Garuda akan turun lebih
sedikit yaltu 7,9% tetapi parigsa pasar Garuda akan turun drastis 28%.
Pada sektor Singapura - Jakarta, strategi harga dengan pemberian reduksi akan
menurunkan pendapatan Garuda sebesar 20,2% , tetapi pangsa pasar Garuda akan naik 8,3%.
Sedangkan dengan strategi menaikkan barga akan meningkatkan pendapatan sebesar 33,2%,
dan pangsa pasar juga akan naik sebesar 7,5%.
Dari temuan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa permintaan pada pasar Jakarta -
Singapura sangat sensitif terhadap reduksi dan kenaikan barga. Hal ini cukup logis karena
sebagian besar penumpang melakukan perjalanan pada rute tersebut untuk tujuan wisata.
Sedangkan pada pasar Singapura - Jakarta, tidak sensitif terhadap kenaikan barga, tetapi
sensitif terhadap penurunan harga.
Dengan mengetahul hal ini, maka strategi barga dapat dipilih berdasarkan obyektifitas
strategi bisnis Garuda dalam melakukan aktivitas usahanya. Jika obyektif strategi barga adalah
untuk rneningkatkan pendapatan maka pasar Jakarta- Singapura atau sebaliknya, dapat
dilakukan strategi kenaikan harga. Jika obyektifdari strategi barga adalah untuk memperbesar
pangsa pasar, maka sebaiknya Garuda melakukan strategi reduksi barga untuk kedua pasar
tersebut.
Dengan memiliki pangsa pasar yang besar Garuda akan memiliki citra yang baik bagi
penumpang. Tingkat loyalitas pelanggan semakin tinggi dan usaba berkelanjutan untuk jangka
panjang akan tercapai. Jadi keuntungan yang akan diperoleh Garuda adalah keuntungan untuk
jangka panjang bukan pada saat sekarang. Tetapi strategi harga reduksi oleh pesaing dan
mudahnya strategi ini ditiru oleh pesaing merupakan ancaman bagi Garuda. Oleh karena itu,
maka sebaiknya Garuda Indonesia dalam strategi bisnisnya melakukan strategi harga yang
terkait erat dengan differensiasi produknya. Dengan differensiasi produk dan tingkatan harga
yang ditawarkan kepada konsumen maka dapat diharapkan Garuda akan mendapatkan
pendapatan yang lebih tinggi.
Salah satu strategi harga yang dapat dilakukan adalah dengan rnelakukan strategi harga
bundel (paket), yaitu harga gabungan tiket pesawat dengan jasa hotel dan kunjungan wisata
untuk memberikan kemudahan bagi kebutuhan konsumen, karena sebahagian besar konsumen
Jakarta-Singapura bertujuan untuk wisata terrnasuk dengari penerbangan lanjutan dan sebagian
dikombinasikan dengan bisnis.
"
1995
T4519
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maramis, Eddy; Syahnun
"ABSTRAK
Salah satu elemen dalam bauran pemasaran yang mendatangkan pendapatan adalah
harga. Tidaklah tnudah untuk menetapkan suatu strategi penentuan barga. Kesalahan umum
yang sering teiadi adalah: penetapan harga yang terlalu berorientasi kepada biaya sehingga
untuk beberapa produk tertentu, misalnya jasa angkutan penumpang udara untuk kelas
ekonomi, dapat mengakibatkan harganya diluar jangkauan segmen pasar kelas ekonomi
sehingga kurang laku di pasar. Atau harga yang terlalu rendah jauh dibawah titik pulang
pokok bahkan tidak clapat menutup biaya marjinal yang timbul karena terlalu berorientasi
kepada pasar akan mengakibatkan kerugian yang dialami paling tidak untuk jangka pendek.
Kebijakan barga juga dapat merupakan saLah satu senjata yang tersedia bagi manajer
untuk bersaing, misalnya: strategi harga promosi untuk produk baru, dan strategi harga untuk
bauran produk berdasarkan produk uni, diferensiasi, dan lain-lain.
Penentuan harga dalam jasa angkutan penumpang udara selain dipengaruhi oleh faktor
internal perusahaan, juga sangat dipengaruhi oleh fakior eksternal yaitu IATA (International
Air Transport Association) sebagai badan dunia yang diberikan wewenang mengkoordinasikan
penetapan tarip internasional, pemerintah dengan wewenang persetujuannya (approval) yang
dimilikinya agar suatu tarip dapat dinyatakan berlaku, dan kondisi pasar serta persaingan yang
ada.
Didalam perulisan karya akhir ini, dibahas mengenai strategi penetapan harga jasa
angkutan penumpang udara pada pasar regional. Dan pasar regional yang dipilih adalab rute
Jakarta - Singapura pulang-pergi dengan mengambil studi kasus di PT Garuda Indonesia.
Garuda Indonesia sebagai national carrier Indonesia, dipilib disini karena sumber
permintaan pasar Jakarta - Singapura adalab berasal clad Indonesia dan Garuda Indonesia
menguasal pangsa pasar yang terbesar, yaitu mencapai 36%. Disamping itu, yang menarik
adalah Garuda Indonesia sebagai BUMN (Badan Usaha Milik Negara) juga mempunyai misi
yang agak berbeda dengan penerbangan internasional lainnya pada sektor tersebut, yaitu
melaksanakan dan menunjang kebijakan dan program pemerintab di bidang pembangunan dan
ekonomi nasional pada umumnya, khususnya di bidang jasa perigangkutan udara dan bidang
Lainnya yang terkait. Sehingga nampaknya tidak terlalu berorientasi pada bisnis karena misi
yang diembannya tersebut.
Lingkup strategi penetapan barga yang dibahas dalam karya akhir ini dibatasi hanya
pada: identifikasi peluang dan hambatan yang ada dan mungkin terjadi; kekuatan dan
kelemahan yang dimiliki seperti penguasaan pangsa pasar, kualitas produk; analisis atas misi,
tujuan, strategi barga yang tepat; seda ramalan pasar, seperti open sky policy dan pemerintab
yang akan meningkatkan persaingan; dan kemungkinan kenaikan dan penurunan harga pasar.
Telab dilakukan analisa korelasi dan regresi terhadap data sejarab operasional Garuda
Indonesia dan STA pada tahun 1993 dan 1994 untuk rute Jakarta - Singapura pulang pergi
dengan memperhitungkan faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan Garuda Indonesia
seperti: strategi penetapan barga, pangsa pasar GA dan STA, dan nilai kurs dollar Singapura.
Ditemukan bahwa ada dua cara strategi barga, yaitu pertama dengan memberikan reduksi, dan
kedua dengan strategi menaikan harga, yang masing-masing berbeda untuk rute pergi dan
pulang.
Pada sektor Jakarta - Singapura, strategi barga dengan pemberian reduksi akan
menurunkan pendapatan Ganada sebesar 11,7%, tetapi pangsa pasar naik sebesar 11,5%.
Sedangkan bila dilakukan strategi inenaikan barga, maka pendapatan Garucla akan tunan lebih
sedikit yaitu 7,9% tetapi pangsa pasar Garuda akan turun drastis 28%.
Pacla sektor Singapura - Jakarta, strategi barga dengan pemberian reduksi akan
menurunkan pendapatan Garuda sebesar 20,2% , tetapi pangsa pasar Garuda akan naik 8,3%.
Sedangkan dengan strategi menaikkan barga akan meningkatkan pendapatan sebesar 33,2%,
dan pangsa pasar juga akan naik sebesar 7,5%.
Dari temuan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa permintaan pada pasar Jakarta -
Singapura sangat sensitif terhadap reduksi dan kenaikan barga. fiai ini cukup logis kareria
sebagian besar penumpang melakukan peijalanan pada rute tersebut untuk tujuan wisata.
Sedangkan pada pasar Singapura - Jakarta, tidak sensitif terhadap kenaikan barga, tetapi
sensitif terhadap penurunan harga.
Dengan mengetahui hat ini, maka strategi barga dapat dipilih berdasarkan obyektifitas
strategi bisnis Ganada dalam melakukan aictivitas usahanya. Jika obyektif strategi barga adalah
untuk tneningkatkan pendapatan maka pasar Jakarta- Singapura atau sebaliknya, dapat
dilakukan strategi kenaikan barga. Jika obyckiif dan strategi barga adalah untuk memperbesar
pangsa pasar, maka sebaiknya Garuda metakukan strategi reduksi barga untuk kedua pasar
tersebut.
Dengan memiliki pangsa pasar yang besar Ganada akan memiliki citra yang balk bagi
penumparig. Tingkat loyalitas pelanggan semakin tinggi dan usaba berkelanjutan untuk jangka
panjang akan tercapal. Jadi keuntungan yang akan diperoleb Garuda adalah keuntungan untuk
jangka panjang bukan pada saat sekarang. Tetapi strategi harga reduksi oleh pesaing dan
mudahnya strategi ini ditiru oleh pesaing merupakan ancaman bagi Garuda. Oleh karena itu,
maka sebaiknya Garuda Indonesia dalam strategi bisnisnya melakukan strategi harga yang
terkait erat dengan differensiasi produknya. Dengan differensiasi produk dan tingkatan harga
yang ditawarkan kepada konsumen maka dapat diharapkan Garuda akan mendapatkan
pendapatan yang lebih tinggi.
Salah satu strategi harga yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan strategi harga
bundel (paket), yaitu harga gabungan tiket pesawat dengan jasa hotel dan kunjungan wisata
untuk memberikan kemudahan bagi kebutuhan konsumen, karena sebahagian besar konsumen
Jakarta-Singapura bertujuan untuk wisata termasuk dengan penerbangan lanjutan dan sebagian
dikombinasikari dengan bisnis.
"
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taufik Zainurramadhani
"Belakangan ini sektor penerbangan terutama di Indonesia mengalami turbulensi yang cukup besar. Dari mulai banyak perusahaan besar bertumbangan sampai dengan banyaknya pelanggaran regulasi yang dilakukan oleh maskapaimaskapai nakal. Terlepas dari itu semua ada satu hal yang perlu diberi sambutan hangat yaitu hadirnya beberapa maskapai baru yang menawarkan harga tiket yang sangat murah untuk jasa transportasi yang mereka sediakan. Para maskapai ini kemudian dikenal dengan istilah budget airlines.
Dilihat dari bisnis model yang mereka usung sudah seharusnya mereka mengawasi dan menutup berbagai macam pos-pos pemborosan yang biasa terjadi disebuah airlines demi untuk memberikan fasilitas mewah kepada para penumpangnya. Dampak hal ini dapat dilihat dari tidak adanya makanan selama perjalanan bahkan untuk beberapa maskapai mereka tidak lagi menggunakan tiket. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah biaya advertising khususnya sales promo.
Sampai saat ini ada dua tipe sales promo yang sering digunakan oleh budget airlines, sweepstakes dan discounting. Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan bahwa benar keputusan perusahaan untuk menggunakan sales promo sebagai sarana komunikasi tidak sia-sia, dan mencari bentuk sales promo mana dari kedua tipe yang populer yang paling efektif untuk budget airlines.
Tipe diskon memang memiliki kelebihan karena sesuai dengan konsep budget airlines yaitu memberikan harga yang serendah-rendahnya kepada konsumen. Akan tetapi tipe ini sudah sexing diberikan oleh reguler airlines selama ini. Dilain pihak tipe sweepstakes menawarkan suatu bentuk baru dari sebuah sales promo di maskapai penerbangan. Dengan menawarkan hadiah yang besar tentunya dapat merangsang konsumen untuk menggunakan jasa yang ditawarkannya.
Dalam melakukan penelitian digunakan dua maskapai yang merepresentasikan kedua bentuk sales promo yaitu Indonesia Air Asia dan Lion Air.

In the past few years aviation sector especially in Indonesia has experience a huge turbulence. It was started from the fall down of many company to a number of violation that have been done by rebellious airlines. Regardless the negative side of aviation evolution, the presence of new airlines which offer low price tickets should be welcomed. This kind of airlines is known as budget airlines.
From the business model point of view, they should supervise and reduce many Luxurious facility for their passengers. The effect of this kind of policy is a flight without frills such as food and beverages or even a flight without seat numbers. For some airlines they use electronic registration to reduce the using of flight tickets. Other thing budget airlines should notice is an advertising budget especially sales promo.
There are two popular types of sales promo that often used by budget airlines; sweepstakes and discounting. This research is conducted to prove that sales promo are the best decision to be taken and to find which sales promo is the most effective to be executed by budget airlines.
The discount type is in line with the budget airlines' concept which is to provide the lowest price for the customers. But this type is already done by regular airlines. On the other side, sweepstakes give a new kind of value of sales promo in the airlines company. By giving the customers a chance to win a Lot of prizes, sweeptakes can stimulate customers to use the budget airlines services.
This research is using two budget airlines companies which will be representing two kinds of sales promo. The airlines are Indonesian Air Asia and Lion Air.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2006
T18493
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Aminah
"Perusahaan jasa transportasi udara (JTU) , sangat peka terhadap lingkungan politik, ekonomi internasional dan negara tempat persinggahan. Negara dimana gross domestik produknya tinggi merupakan pangsa pasar yang berarti, karena potensi pasar cukup tinggi. Tetapi keuntungan yang diperoleh bisa sangat marginal, karena persaingan, pelbagai biaya dan lingkungan usaha yang cepat berubah. Karena itu pemilihan sektor yang menguntungkan harus dilakukan dengan teliti.
Sejak tahun 1986, dengan manajemen baru dari P.T Garuda Indonesia maka perusahaan ini memperoleh kemajuan dalam pemasaran JTU ini. Jumlah penumpang yang memakai JTU ini naik terus, hanya pada tahun 1990 mengalami penurunan akibat perang teluk. Kenaikan pemasaran antara 1986-1990 kami pelajari untuk memperoleh pengalaman dalam mempelajari pemasaran JTU Garuda Indonesia dan JTU lainnya. Faktor muat penumpang naik, jumlah pesawat terbang yang tak beroperasi sedikit demi sedikit berkurang, yang pada akhirnya dirasakan kekurangan pesawat terbang.
Untuk memperoleh pangsa pasar yang baik, selain upaya melalui kerja sama komersil, maka promosi wisata seperti VISIT INDONESIA YEAR 1991, konperensi PATA di Bali, di Bandung dan pada tahun depan adalah VISIT ASEAN YEAR 1992, perlu peramalan, perencanaan dan antisipasi JTU dalam menjaring para wisatawan. Fasilitas pendukung dari pemasaran yaitu lkomputerisasi/reservasi otomatis, keandalannya perlu dinaikkan, untuk memberikan JTIJ yang bermutu. Kelincahan dari petugas dilapangan perlu ditingkatkan, supaya pemakai jasa mendapatkan seat yang dikehendaki, yaitu tempat dan waktu yang tepat."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sakti Hendra Pramudya
"Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh perceived value terhadap kepuasan, kepercayaan, komitmen, dan loyalitas yang berada dalam ranah relationship quality yang ada pada industri penerbangan dengan kasus maskapai penerbangan LCC Lion Air. Penelitian ini menggunakan 220 responden pengguna penerbangan Lion Air dalam kurun waktu 1 tahun terakhir sebagai sampel.
Data diperoleh melalui metode survey dengan kuisioner yang merupakan adaptasi dari penelitian yang sudah pernah diaplikasikan di industri penerbangan Eropa. Analisis data dilakukan melalui dari uji pendahuluan penelitian yang mencakup uji validitas dan uji reliabilitas. Setelah instrumen penelitian dinyatakan sudah lolos uji, dilakukan analisis struktural menggunakan metode Structural Equation Modelling (SEM).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perceived value memiliki pengaruh positif terhadap kepuasan, kepuasan berpengaruh positif terhadap kepercayaan, kepercayaan berpengaruh positif terhadap komitmen, dan komitmen berpengaruh positif terhadap loyalitas. Sehinggga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara perceived value dan relationship quality secara keseluruhan.

The aim of this research is to analyze and test the effect of perceived value on satisfaction, trust, commitment, and loyalty in relationship quality point of view. This research was tested on airline business case and Lion Air Low Cost Carrier (LCC) was selected for the research. The research itself involved 220 respondents which has flied by Lion Air during last 1 year as sample with primary data obtained by survey, based on similar research which held on Europe.
Data analysis procedure was done by preliminary studies involving validity and reliability test. After research instrument passed the reliability and validity test, structural analysis was done by Structural Equation Modeling (SEM).
The result of this research showed that perceived value has positve effect on satisfaction, satisfaction has positive effect on trust, trust has possitive efffect on commitment, and finally commitment has positive effect on loyalty. So that it can be conclude that there is significant relationship between perceived value and relationship quality.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marojahan, Tumpal
"ABSTRAK
Studi ini membahas Strategi Harga Dalam Transportasí Udara dengan mengam
bil studi kasus pada perusahaan PT. Garuda Indonesia pada rute Jakarta - Tokyo.
PT. Garuda Indonesia adalah salah satu perusahaan penerbangan terbesar di Indonesia
yang melayani rute domestik maupun internasional.
Tujuan studi ini adalah untuk menghasilkan model standar praktis bagi Manajer
Penentu Harga (Pricing Manager) dalam menentukan strategi harga khususnya rute
Jakarta-Tolcyo dan umumnya untuk rute yang lain.
Untuk merumuskan dan memecahkan masalah yang timbul dalam strategi penetapan
harga, dilakukan pendekatan-pendekatan baik secara ekonomi maupun statistik. Kondisi
permintaan pada sisi konsumen dan suplai pada sisi produsen akan membentuk suatu
posisi harga yang sebenarnya pada pasar. Demikian juga adanya efek perlakuan terha
dap harga seperti pemotongan harga, kenaikan harga maupun perubahan kwalitas
produk dapat mempengaruhi harga. Faktor tersebut di atas adalah merupakan faktor
internal. Artinya dengan sumber daya yang ada pada perusahaan, faktor tersebut dapat
dikontrol oleh perusahaan sendiri.
Tetapi ada faktor luar yang mempengaruhi harga tersebut seperti harga pada
pesaing, peraturan pemerintah setempat (dimana harga ditetapkan), perubahan pada
selera konsumen maupun faktor ekonomi makro seperti kurs mata uang, inflasi dan
sebagainya yang tidak dapat dikontrol oleh perusahaan.
Untuk menganalisis korelasi faktor-faktor tersebut terhadap harga, maka dilaku
kan pendekatan statistik yakni analisis korelasi dan kausal (regressi) maupun analisis
trend terhadap data sejarah.
Dari hasil analisis korelasi dan regressi terhadap data sejarah operasionil Garuda
dan JAL pada tahun 1992 dan 1993 untuk rute Jakarta-Tokyo pp, faktor-faktor yang
mempengaruhi pendapatan Garuda adalah penetapan strategi harga, pangsa pasar
Garuda, nilai kurs Yen dan pangsa pasar JAL.
Strategi harga reduksi untuk rute Jakarta-Tokyo dapat meningkatkan pendapatan
Garuda (22,5%) dan pangsa pasar (36,5%). Juga dengan strategi ini, Garuda dapat
mencuri (stealing strategy) pangsa pasar JAL (-28,4%). Jika Garuda melakukan
strategi kenaikan harga dengan alasan permintaan pada rute ¡ni bertambah, maka
Ganida dapat meningkatkan pendapatan (36,5%). Demikian juga pangsa pasar Garuda
akan bertambah (21,2%). Tetapi dengan strategi kenaikan harga ini, JAL mendapat
kesempatan untuk meraih pangsa pasar (65,6%). Jadi kedua perusahaan mengalami
kenaikan pangsa pasar karena permintaan path pasar ini meningkat setiap tahunnya.
Untuk rute Tokyo-Jakarta, strategi harga reduksi justru akan menurunkan penda
patan Garuda (-4,6%), tetapi secara efektif dapat meningkatkan pangsa pasarnya
(24,4%) dan mencuri pangsa pasar JAL (-69,3%). Strategi ini harus dihindarkan karena
akan merugikan Garuda sendiri.
Jika Garuda metakukan strategi kenaikan barga pada rute ini, maka Garuda dapat
menaikkan pendapatannya (42,7%) demikian juga pangsa pasar akan meningkat
(11,9%). Tetapi dengan strategi kenaikan barga, JAL akan memperoleh pangsa pasar
yang Iebih besar (81,6%). Kondisi di atas berlaku jika harga dan produk JAL dianggap
konstan.
Dari temuan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa permintaan pada kedua
pasar sangat sensitiv terhadap reduksi dan kenaikan harga. Hal ini cukup logis karena
sebahagian besar penumpang melakukan perjalanan pada rute tersebut untuk tujuan
parawisata.
Strategi harga diteiapkan berdasarkan objektif strategi bisniss (Business Strategy)
Garuda dalam melakukan aktivitas usahanya. Jika objektif strategi harga adalah untuk
rneningkatkan pendapatan maka untuk pasar Jakarta-Tokyo sebaiknya dilakukan strategi
harga reduksi. Tetapi untuk pasar Tokyo-Jakarta, Garuda sebaiknya menaikkan harga.
Jika objektif strategi harga adalah untuk memperbesar pangsa pasar maka sebaik
nya Garuda melakukan strategi reduksi harga untuk kedua pasar tersebut. Dengan
memiliki pangsa pasar yang besar Garuda memiliki citra yang baik pada penumpang.
Tingkat loyalitas pelanggan semakin tinggi dan usaha berkelanjutan untuk jangka pan
jang akan tercapai. Jadi keuntungan yang akan diperoleh Garuda adalah keuntungan
untuk jangka panjang bukan pada saat sekarang.
Untuk mengetahui batasan reduksi dan kenaikan harga. yang akan ditetapkan,
perlu diketahui karakteristik sensitivitas permintaan harga pada pasar. Batasan tersebut
merupakan daerah surplus pada konsumen (consumer surplus area) yang akan diraih
semaksimal mungkin. Konsumen surplus adalah surplus yang diperoleh oleh konsumen
sehubungan dengan harga yang dibebankan pada konsumen. Konsumen surplus ini
dapat diraih perusahaan dengan cara diferensiasi produk dan harga.
Sebahagian besar Konsumen Jakarta-Tokyo pp bertujuan untuk wisata (leisure).
Untuk itu Garuda dapat melakukan strategi harga Bundel, yaitu harga gabungan tiket
pesawat, jasa hotel dan jasa sehubungan dengan parawisata lainnya untuk memberi
kemudahan bagi kebutuhan konsumen.
Pertumbuhan pasar Jakarta-Tokyo pp merupakan suatu kesempatan (opportunity)
bagi Guruda untuk meraih pendapatan maupun memperbesar pangsa pasarnya. Tetapi
strategi harga reduksi oieh pesaing dan mudahnya strategi harga ini ditiru adalah
merupakan ancaman bagi Garuda.
Oleh karena itu maka sebaiknya Garuda Indonesia dalam strategi bisnisnya,
melakukan strategi harga yang terkait erat dengan diferensiasi produknya. Dengan
differensiasi produk dan tingkatan harga yang ditawarkan kepada konsumen maka dapat
diharapkan Garuda dapat meraih surplus pada konsumen sekaligus Garuda mendapatkan
pendapatan yang lebih tinggi.
"
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>