Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 128555 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adhitya Mardhika Saputra
"Perkembangan perokok di kalangan anak-anak dan remaja semakin
meningkat, baik secara kuantitas maupun kualitas. Data Global Youth
Tobacco Survey terakhir di tahun 2009, menunjukkan 20,3% anak sekolah
13 _ 15 tahun merokok. Perokok pemula usia 10 _ 14 tahun naik 2 kali
lipat dalam 10 tahun terakhir dari 9,5% pada tahun 2001 menjadi 17,5% pa-
da tahun 2010. Angka perokok pada usia remaja yang tinggi meningkatkan
risiko penyakit. Berdasarkan penelitian, para perokok yang terus merokok
dalam jangka panjang memiliki risiko kematian tiga kali lebih tinggi daripada
mereka yang bukan perokok. Individu mulai merokok disebabkan oleh pe-
ngaruh lingkungan sosial, seperti teman-teman, orang tua, dan media se-
hingga diperlukan suatu konseling terhadap remaja, salah satu metode kon-
seling dengan pendekatan model transteoritik. Dalam beberapa kajian, ter-
bukti model transteoritik efektif dalam mengubah perilaku merokok pada re-
maja. Berdasarkan kajian tersebut, diharapkan para konselor dalam mem-
berikan konseling hendaknya memperhatikan kesiapan klien dalam meng-
ubah perilaku hidupnya (aktivitas fisik) sesuai dengan tahap-tahapan yang
ada dalam model transteoritik.
The quantitiy and quality of smoking habits in adolescents are rising, steadi-
ly. According to Data Global Youth Tobacco Survey in 2009, showed 20.3%
of school children 13 _ 15 years were smoking. A beginner smokers aged
10 _ 14 years increased 2-fold in the last 10 years from 9.5% in 2001 to
17.5% in 2010. High number of smokers in adolescence will increase the
risk of disease. Based on studies, smokers who keep smoking in the long
term would face the possibility of death three times higher than nonsmokers.
People started to smoke because the influence of the social environment
such as friends, parents, and the media thus needed a counseling to
adolescents that is one with the approaches of counseling methods trans-
theoritical model (TTM).Transtheoritical models in several studies proved
Konseling Model Transteoritik dalam Perubahan
Perilaku Merokok pada Remaja
Counseling with the Transtheoritical Model in Changing Smoking
Behavioral among Adolescents
Adhitya Mardhika Saputra, Noni Mardeka Sary
effective in changing smoking behavior in adolescents. Based on the study
isexpected to provide counselors should keep in readiness counseling
clients in behavioral change his life (physical activity), it has been doing
according to the stages in the transtheoritical model."
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2013
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rachmat
"Saat ini, perilaku merokok semakin merata, bukan hanya perilaku orang de-
wasa, tetapi juga telah menjadi gaya hidup para remaja. Penelitian ini ber-
tujuan menilai hubungan antara tingkat pengetahuan, interaksi kelompok
sebaya, interaksi keluarga, iklan rokok, dan sikap dengan perilaku merokok
remaja di kota Makassar. Penelitian ini menggunakan desain studi obser-
vasional cross sectional. Teknik sampling menggunakan multistage random
sampling dengan jumlah sampel 471 responden. Data dianalisis dengan uji
kai kuadrat, koefisien phi (f) dengan α = 0,05. Responden perokok sekitar
25,3%, sementara responden yang berpengetahuan rendah 16,6%, ber-
interaksi negatif dengan kelompok sebaya 24,2%, berinteraksi negatif de-
ngan keluarga 47,8%, respons negatif iklan rokok 4,9%, dan sikap negatif
3,4%. Uji kai kuadrat menunjukkan ada hubungan antara interaksi kelom-
pok sebaya (nilai p = 0,000), interaksi keluarga (nilai p = 0,010), iklan rokok
(nilai p = 0,000), dan sikap merokok (nilai p = 0,001) dengan perilaku
merokok remaja. Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan
perilaku merokok remaja (nilai p = 0,056). Kelompok sebaya dan iklan rokok
berpengaruh paling bermakna pada perilaku merokok remaja. Sekolah
perlu dilibatkan lebih intensif pada upaya pencegahan dan intervensi peri-
laku merokok pada anak dan remaja.
Nowadays, Smoking not only the behavior of adults, but it has become a
way of life for most of teenagers. The study aimed to analyze the correla-
tion between knowledge, peer group interaction, family interaction, cigarette
advertisement, and attitude of smoking between smoking behavior among
teenagers in Makassar city. Observational cross sectional study was per-
formed in this study. There were 471 respondents selected by applying
multistage random sampling. Data was analyzed with chi square test, phi
coefficient (f) with α = 0.05. Number of smokers were 25.3% of respon-
dents, meanwhile, low knowledge of respondents were 16.6%, a negative
interaction within a peer group of 24.2%, a negative interaction with family
47.8%, the negative response to cigarette advertising 4.9%, and a negative
attitude 3.4%. Chi square test showed there was a correlation between
peer group interaction (p value = 0.000), family interaction (p value = 0.010),
cigarette advertisement (p value = 0.000), and smoking attitude (p value =
0,001), and smoking behavior of the teenagers. However, no correlation
between the level of knowledge (p value = 0.056) and smoking behavior
among the teenagers. Peer group and cigarette advertisement most signif-
icant affect smoking behavior of teenagers. It is recommended that schools
need to be involved to provide prevention and intervention on smoking
behavior of teenagers are more intensive."
Universitas Hasanuddin, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Bagian Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, 2013
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rini Sundari
"Jumlah perokok dan jumlah rokok yang dikonsumsi mengalami peningkatan
dari waktu ke waktu. Rokok dapat memengaruhi trombosit yang dapat
menyebabkan gangguan kardiovaskular. Penelitian ini merupakan penelitian
potong lintang yang bertujuan untuk menganalisis lama merokok dan
jumlah rokok yang dikonsumsi terhadap jumlah trombosit, mean platelet
volume (MPV), platelet distribution width (PDW), platelet crit (PCT), dan
platelet large cell ratio (PLCR). Penelitian dilakukan di Pabrik Garmen
Cimahi pada tahun 2014 yang diikuti oleh 31 laki-laki perokok aktif berusia
19 - 50 (32,97 + 10,28) tahun, 70,9% di antaranya sebagai perokok sedang.
Analisis data dilakukan secara deskriptif, uji normalitas Shapiro-Wilk, dan uji
korelasi Spearman?s rho. Peserta telah merokok selama minimal dan maksimal
dengan rata-rata (+ SB), yaitu 3 - 25 tahun (10,48 + 6,33) dan konsumsi
rokok sebanyak 5 - 25 batang per hari (13,10 + 4,99). Jumlah trombosit
171 - 422 (280,9 + 56,2) x 10^3 sel/mm3, MPV 8,8 - 13,6 (10,14 + 0,93)
fL, PDW 8,7 - 13,8 (10,27 + 1,22) fL, PLCR 14,4 - 38,8% (24,91 + 5,46), dan
PCT 0,1 - 0,4%(0,28 + 0,06). Sebaran ukuran trombosit ditemukan normal,
namun dengan ukuran besar sesuai nilai MPV dan PLCR yang tinggi. PCT
normal berkorelasi sangat kuat dengan jumlah trombosit. Jumlah batang
rokok yang dikonsumsi berkorelasi lemah dengan lamanya merokok. Lama
merokok dan jumlah rokok yang dikonsumsi berkorelasi negatif dengan
jumlah trombosit, MPV, PDW maupun PLCR.
Number of smokers and cigarette consumption are increasing from time to
time. Cigarettes influence thrombocytes which may cause cardiovascular
disorder. This study was a cross sectional study aiming to analyze smoking
period and cigarette consumption number toward the number of thrombocytes,
MPV, PDW, PCT and PLCR. This study was conducted at Cimahi
Garment Factory in 2014 participated by 31 active male smokers in age of
19 - 50 (32,97+10,28) years old in which 70,9% of them were medium
smokers. Data analysis was conducted descriptively, using Shapiro-Wilk
normality test and Spearman?s rho correlation test. Participants had been
smoking for the minimum and maximum 3 - 25 (10.48 + 6.33) years and 5 -
25 (13.10 + 4.99) cigarettes in average per day. The number of thrombocytes
was worth 171 - 422 (280,9 + 56,2)x10^3 cells/mm3, MPV 8.8 - 13.6
(10.14 + 0.93) fL, PDW 8.7 - 13.8 (10.27+ 1.22) fL, PLCR 14.4 - 38.8%
(24.91 + 5.46) and PCT 0.1 - 0.4% (0.28 + 0.06). PDW was found normal
with the giant shape in accordance with the high MPV and PLCR value. PCT
was normal correlated strongly with thrombocyte number. The cigarette consumption
number had a weak correlation with the smoking period. The
smoking period and the cigarette consumption number had a negative correlation
with the number of thrombocytes, MPV, PDW and PLCR."
Universitas Jenderal Achmad Yani, Fakultas Kedokteran, Program Studi Pendidikan Dokter Laboratorium Patologi, 2015
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Riadi Adi Ikmal
"ABSTRAK
Laboratorium klinik merupakan sarana penunjang medis dalam menegakkan
diagnosis berdasarkan pemeriksaan spesimen biologis. Fokus penelitian ini adalah
analisis deskriptif semi-kuantitatif dengan pendekatan survey dalam identifikasi
risiko dan analisis risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Instalasi
Laboratorium Patologi Klinik IGD-RSUD Tarakan. Dalam melakukan teknik
identifikasi risiko digunakan metode Job Hazard Analysis, kemudian dilakukan
analisis risiko berdasarkan kriteria Fine untuk menetapkan tingkat risiko yang
mengacu pada konsep AS/NZS 4360:2004. Nilai risiko tertinggi mencapai 540
(very high) berasal dari bahaya ergonomi, disusul bahaya biologi mencapai 450.
Perlu ditingkatkan program K3 untuk mengelola bahaya dan risiko serta menjaga
produktivitas pekerja.

ABSTRACT
Clinical laboratory is means of medical support in establishing the diagnosis
based on the examination of biological specimens. The focus of this study was
descptive analysis of semi-quantitative survey approach to identification and risk
analysis of Occupational Health and Safety in an Emergency Clinical Pathology
Laboratory of Jakarta Tarakan Hospital. Identification was used Job Hazard
Analysis method and risk analysis based on Fine criteria for determine risk level
refers to the concept of AS/NZS 4360:2004. The highest risk value, reaching 540
(very high) came from ergonomic hazard, followed by biological hazard reaches
450. It should be improved OHS program to manage hazard and risk and
maintaining workers? productivities"
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reza Akbar Pradhityo
"Skripsi ini membahas tentang kredit sindikasi, sebagai salah satu metode kredit yang diberikan oleh Bank X sebagai kreditur kepada PT Y sebagai debitur. Sebagai proyek pembuatan jalan tol yang membutuhkan sistem kredit yang memberikan kredit besar, dalam pemberian kredit sindikasi terdapat banyak sekali risiko yang dapat terjadi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ketentuan kredit sindikasi sudah sesuai dengan undang-udang perbankan dan bagimana implementasi manajemen risiko terhadap sindikasi kredit yang diberikan oleh Bank X terhadap PT Y. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, dengan bentuk hasil penelitian adalah deskriptif-analisis, yaitu peneliatan yang memberikan gambaran dan penjelasan berdasarkan analisis yang dilakukan dalam penelitian ini. Hasil dari penelitian adalah bahwa proses sindikasi kredit yang terdapat dalam dalam perjanjian diantara Bank X dan PT Y adalah sama dengan proses pemberian kredit secara umum terdapat dalam kegiatan perbankan, sebagaimana telah disebutkan dalam Peraturan UU Perbankan. Proses manajemen risiko yang diberikan oleh Bank X terhadap PT Y juga sesuai dengan peraturan Bank Indonesia. Serta untuk meningkatkan performa manajemen risiko, Bank X dapat melakukan studi komparatif dengan bank lain, dan terhadap perjanjian yang diberikan oleh Bank X terhadap PT Y ini dapat dijadikan contoh untuk proyek sindikasi kredit yang akan datang.

This thesis discusses the syndicated credit, as one of credit given by Bank X as the creditor to PT Y as the debtor. The process of making toll roads that require large credit, in the syndicated credit awards there are many risks that can happen. The purpose of this study is to determine whether the syndicated credit provisions are in accordance with the banking law and how implementation of risk management to credit syndication provided by Bank X to PT Y. The research method used in this study is qualitative method, with the form of research results is a descriptive-analysis, namely the analysis that provides an overview and assessment based on the analysis conducted in this study. The result of this research is the syndicated credit process in agreement between Bank X and PT Y same as voting process in operational regulation. The risk management process provided by Bank X to PT Y is also in accordance with Bank Indonesia regulations. As well as to improve the performance of risk management, Bank X may conduct comparative study with other banks, and to the agreement given by Bank X to PT Y this can be an example for the next syndicated credit project.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simbolon, Demsa
"Prevalensi panjang badan lahir pendek di Indonesia masih tinggi dan menjadi masalah kesehatan masyarakat yang disebabkan oleh pelbagai faktor secara langsung dan tidak langsung serta berdampak luas dan berkelanjutan dalam siklus kehidupan. Penelitian menggunakan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 dengan pendekatan potong lintang bertujuan mengetahui mekanisme hubungan berbagai variabel laten terhadap prevalensi panjang badan lahir pendek. Sampel adalah 497 kabupaten yang diagregat dari data individu, yaitu anak lahir dari ibu berusia 15 hingga 49 tahun dengan kriteria anak kandung dan lahir tunggal. Pemodelan menggunakan Structural Equation Modelling. Kehamilan berisiko tinggi berhubungan positif langsung dengan prevalensi panjang badan lahir pendek (r = 0,279; nilai p = 0,014). Pemanfaatan pelayanan kesehatan berhubungan positif tidak langsung dengan prevalensi panjang badan lahir pendek melalui kehamilan berisiko tinggi (r = 0,135; nilai p = 0,029). Sosial ekonomi tidak berhubungan signifikan dengan prevalensi panjang badan lahir pendek (r = -0,087; nilai p = 0,156), namun akan berhubungan bila melalui mekanisme hubungan pemanfaatan pelayanan kesehatan (r = 0,653; nilai p = 0,0001) dan kehamilan berisiko tinggi (r = 0,759; nilai p = 0,0001). Upaya intervensi perlu difokuskan pada pencegahan kehamilan berisiko tinggi melalui perbaikan status gizi dan kesehatan ibu sejak usia remaja untuk menurunkan prevalensi panjang badan lahir pendek.

The prevalence of short birth length in Indonesia still high and it becomes a public health problem caused by any direct and indirect factors as well as having a wide and sustainable effect in life cycle. The study used Basic health system (Riskesdas) 2013 data with a cross-sectional approach aiming to find out the mechanism of the relation between any latent variables to the short birth length prevalence. Samples were 497 districts aggregated from individual data that were children children born by 15 - 49 year-old mothers with biological children and single birth criteria. The modelling used Structural Equation Modeling. High-risk pregnancy had a direct positive relation with the prevalence of short birth length (r = 0.279; p value= 0.014). The use of health services had an indirect positive relation with short birth length prevalence through high-risk pregnancy (r = 0.135; p value= 0.029). Social economy did not have any significant relation with the prevalence of short birth length (r = -0.087; p value = 0.156), but would be related if through the mechanism of health service use (r = 0.653 ; p value = 0.0001) and high-risk pregnancy (r = 0.759 ; p value = 0.0001). Efforts of intervention need to be focused on prevention of high-risk pregnancy through improvement of nutritional and health status of mothers since teenager in order to reduce short birth length prevalence."
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Bengkulu, 2015
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Zulkifli Abdullah
"Angka kematian bayi di Indonesia masih tergolong tinggi, kematian neonatal 50% terjadi pada bayi berat lahir rendah (BBLR) dan lebih dari 50% kematian bayi adalah kematian neonatal dini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor antenatal care (ANC), status imunisasi Tetanus Toxoid (TT) ibu hamil, anemia pada saat hamil, berat lahir, status paritas, dan status hipotermia terhadap kematian neonatal dini. Penelitian menggunakan desain penelitian case control di Rumah Sakit Bersalin Kota Makassar dengan sampel 40 kasus dan 120 kontrol. Data diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor risiko kejadian kematian neonatal dini meliputi ANC (nilai p = 0,000; odds ratio, OR = 7,333; CI 95% = 2,966 _ 18,129), status imunisasi TT (nilai p = 0,000; OR = 19,205; CI 95% = 7,902 _ 46,678), anemia ibu hamil (nilai p = 0,000; OR = 32,818; CI 95% = 7,549 _ 142,674), berat lahir (nilai p = 0,000; OR = 122,212; CI 95% = 32,324 _ 462,068), status paritas (nilai p = 0,000; OR = 5,537; CI 95% = 2,029 _ 15,111), status asfiksia (nilai p = 0,000; OR = 8,197; CI 95% = 0,452 _ 2,745). Status hipotermia bukan merupakan faktor risiko kematian neonatal dini (nilai p = 0,815; OR = 1,114; CI 95% = 3,646 _ 18,428). Hasil uji regresi logistik ganda menemukan bahwa berat lahir bayi merupakan faktor yang paling berisiko terhadap kematian neonatal dini (nilai p = 0,000).

Infant mortality rate in Indonesia is still high. Fifty percent of the neonatal mortality occurred among low birth weight infants (LBWI) and neonatal mortality within 7 days of life accounted for 50% of total infant mortalities. This study was aimed to examine the extent of early neonatal mortality risk by antenatal care (ANC), Tetanus Toxoid (TT) immunization status of pregnant women, anemia during pregnancy, birth weight of neonatal, parity status, and hypothermia status.This study was a case control study with direct in- terview to respondents, conducted in the Maternity Hospital of Makassar with 40 cases and 120 controls. Samples were selected by purposive sampling. Study results indicated that risk factor of early neonatal mortality were ANC (p value = 0,000; odds ratio, OR = 7,33; CI 95% = 2,966 _ 18,129), TT immunization status (p value = 0,000; OR = 19,205; CI 95% = 7,902 _ 46,678), pregnancy anemia (p value = 0,000; OR = 32,818; CI 95% = 7,549 _ 142,674), birth weight (p value = 0,000; OR = 122,212; CI 95% = 32,324 _ 462,068), parity status (p value = 0,000; OR = 5,537; CI 95% = 2,029 _ 15,111), asphyxia status (p value = 0,000; OR = 8,197; CI 95% = 0,452 _ 2,745), whereas hypothermia status (p value = 0,815; OR = 1,114; 0,452 _ 2,745) was not a risk factor. Results of logistic regression multivariate analysis indicated that infant?s birth weight was the most risk factor of early neonatal mortality (p value = 0,000). Specific surveillance program for high risk neonatal needed to be arranged in all health centers."
Makasar: Bagian Epidemiologi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin, 2012
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Bernadette N. Setiadi
Depok: Universitas Indonesia, 1976
S2087
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Sri Haryanti
"Jumlah perokok pada remaja menunjukkan angka yang mernprihatinkan. Global Youth Tobacco Survey (GYTS) World Health Organizations (WHO) pada tahun 2006 menunjukkan bahwa 31,3 anak-anak usia 13 sampai 15 tahun di Indonesia sudah merokok. Pada tahun 2007 dalam GYTS, jumlah perokok usia 13 sampai 18 tahun di Indonesia menduduki peringkat pertama di Asia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku merokok pada remaja di SMK Mandiri Depok. Metode yang digunakan adalah deskriptif sederhana yang diambil secara quota sampling. Penelitian dilakukan di SMK Mandiri Depok.
Penelitian menggambarkan bahwa faktor yang paling berkontribusi terhadap perilaku merokok pada remaja adalah faktor orang tua. Hal ini terlihat 76,5% responden menyatakan orang tua sangat berpengaruh terhadap perilaku merokok.

Number of smokers on adolescent have reached a concerning level. In 2006, Global Youth Tobacco Survey (GYTS) World Health Organizations (WHO) indicated that 37.3% of I3 to 15 years old children in indonesia had smoked. In 2007, GYTS indicated that young smoker in Indonesia had occupied first rank in Asia.
The purpose of this research is to lcnow about the factors that related to smoking behavior of students on SMI( Maudiri Depok with simple descriptive method. The respondent were taken by quota sampling.
The result of this research shows that the parents are the most influential factor in smoking behavior on adolescent. This can be seen from the percentages of students, which is 76.5%, were stated that parents have a really big influence to smoking behavior.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
TA5761
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ahastari Nataliza
2010
S3659
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>