Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 113949 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rina Hidayati Pratiwi
"Penelitian bertujuan untuk memperoleh dan mengidentifikasi isolat-isolat bakteri endofit yang potensial senyawa bioaktif antidiare dari tanaman N. altissima; mendeteksi, memurnikan dan mengidentifikasi senyawa bioaktif antidiare yang dihasilkan; serta menganalisis mekanisme kerjanya dalam menghambat pertumbuhan bakteri uji. Bakteri endofit diisolasi dari bagian akar, kulit batang, dan daun tanaman N. altissima. Bakteri endofit diisolasi dan dimurnikan menggunakan medium Nutrient Agar NA dan Luria Bertani LB agar. Aktinomisetes endofit diisolasi dan dimurnikan menggunakan medium Starch Casein Agar SCA dan International Streptomyces Project ISP 2 agar. Identifikasi bakteri dan aktinomisetes endofit dilakukan secara molekuler dengan melakukan analisis filogenetik sekuen nukleotida bakteri dari daerah 16S rRNA dengan metode Neighbour Joining NJ . Isolasi dan purifikasi senyawa dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut etil asetat dan kromatografi kolom. Senyawa bioaktif dideteksi dengan teknik Kromatografi Lapis Tipis KLT bioautografi. Senyawa bioaktif yang dihasilkan oleh bakteri dan aktinomisetes endofit diidentifikasi dengan menggunakan KLT, spektroskopi Resonansi Magnetik Inti NMR dan Spektroskopi Massa LC-MS . Mekanisme aksi dari senyawa bioaktif antidiare dianalisis dengan menggunakan mikroskop elektron scanning SEM . Dari 185 isolat bakteri endofit yang diperoleh, 104 isolat 56,21 dari bagian daun; 51 isolat 27,56 dari bagian kulit batang; dan 30 isolat 16,21 dari bagian akar. Sedangkan dari 33 isolat aktinomisetes endofit yang diperoleh, dua isolat 6,06 dari bagian kulit batang, 31 isolat 93,94 dari bagian akar, dan tidak diperoleh isolat aktinomisetes dari daun. Spesies bakteri endofit potensial ialah Pseudomonas aeruginosa strain UICC B-40, P. aeruginosa strain UICC B-93, dan P. azotoformans strain UICC B-91. Sedangkan aktinomisetes endofit potensial diidentifikasi sebagai Streptomyces sp. strain UICC B-92 dan Nonomuraea sp. strain UICC B-94. Hasil identifikasi senyawa menunjukkan bahwa senyawa bioaktif yang diperoleh dari P. aeruginosa strain UICC B-40 diduga merupakan senyawa metabolit baru, terdiri atas 2E,5E -phenyl tetradeca-2,5-dienoate C20H28O2 . Senyawa bioaktif aktinomisetes Streptomyces sp. strain UICC B-92 ialah 4-O-glucocyl, 1-carboxyl-phenazine C19H18N2O8 . Senyawa turunan phenazine dengan adanya gugus gula dari isolat Streptomyces sp. strain UICC B-92 diduga merupakan senyawa bioaktif baru. Hasil bioassai aktivitas antibakteri menunjukkan baik senyawa bioaktif dari P. aeruginosa strain UICC B-40 maupun Streptomyces sp. strain UICC B-92 menghambat bakteri Gram positif Bacillus cereus strain ATCC 10876 dan Staphylococcus aureus strain ATCC 25923. Mekanisme penghambatan dari kedua senyawa menunjukkan adanya aktivitas lisis terhadap membran sel bakteri uji, ditunjukkan dengan terjadinya pemanjangan ukuran sel, kerusakan dan kebocoran membran sel sehingga mengganggu permeabilitas membran sel dan akhirnya menyebabkan kematina sel. Senyawa metabolit P. aeruginosa strain UICC B-40 lebih potensial sebagai senyawa antidiare dibandingkan senyawa metabolit dari Streptomyces sp. strain UICC B-92.Kata kunci : antidiare, bakteri endofit, 16S rRNA, lisis, Neesia altissima, spektroskopi.

The aims of this study were to obtain potential endophytic bacteria and actinomycetes from N. altissima as anti diarrhea bioactive producer and to screen and identify their anti diarrhea bioactive compound and to investigate the mechanism of action of the bioactive compound in inhibiting the growth of diarrhea causing bacteria. Media for endophytic bacteria isolation and purification were NA and LB agar, while media for endophytic actinomycetes isolation and purification were SCA and ISP2 agar. Identification of endophytic bacteria and actinomycetes was carried out based on phylogenetic analysis of DNA sequence generated from 16S rRNA region. Isolation, purification, and detection of bioactive compounds were carried out using maceration process, column chromatography and Thin Layer Chromatography TLC bioautography, respectively. Identification were elucidated using Nuclear Magnetic Resonance NMR and Liquid Chromatography Mass Spectroscopy LC MS analyses. The mechanism of action of bioactive compound were morphologically observed using scanning electron microscope SEM . In this study, from a total 185 endophytic bacteria obtained, 104 isolates 56.21 obtained from leaves, 30 isolates 16.21 from roots, and 51 isolates 27.56 from stem barks. From a total 33 endophytic actinomycetes isolates obtained, 31 isolates 93.94 from roots, two isolates 6.06 from stem barks, and no isolates obtained from leaves. Based on phylogenetic analysis of nucleotide sequence generated from 16S rRNA region, two isolates of endophytic bacteria determined as P. aeruginosa strain UICC B 40 and one isolate belongs to P. azotoformans strain UICC B 91 two isolates of endophytic actinomycetes determined as Streptomyces sp. strain UICC B 92 and Nonomuraea sp. strain UICC B 94 . On the basis of 1H NMR spectral data and supported with molecular weight data from LC MS analysis, bioactive compound from P. aeruginosa strain UICC B 40 was identified as growth associated metabolite, and determined as 2E,5E phenyl tetradeca 2,5 dienoate C20H28O2 . In addition, bioactive compound from Streptomyces sp. strain UICC B 92 was identified as 4 O glucocyl, 1 carboxyl phenazine C19H18N2O8 . The bioactive compound from Streptomyces sp. strain UICC B 92 is suggested as novel type of phenazine derivative. All of bioactive compounds showed high in vitro antibacterial activity against two Gram positive bacteria, Bacillus cereus strain ATCC 10876 and Staphylococcus aureus strain ATCC 25923. The bioactive compounds from P. aeruginosa strain UICC B 40 and Streptomyces sp. strain UICC B 92 showed membrane cell walls lysis mechanism. The cell walls of S. aureus strain ATCC 25923 and B. cereus strain ATCC 10876 were apparently damaged after treated by the antibacterial compound. Occurrence of local rupture or pore formation in the cell membranes was also found and causing leakage of essential intracellular constituents from the cells. The bioactive compound from P. aeruginosa strain UICC B 40 is more potential as anti diarrhea compound than that from Streptomyces sp. strain UICC B 92.Key words antidiarrhea, endophyte bacteria, 16S rRNA, lysis, Neesia altissima, spectroscopy."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
D2036
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yogiara Susan Soka
"ABSTRACT
Tanaman obat dipercaya oleh masyarakat Indonesia memiliki berbagai khasiat untuk menyembuhkan penyakit. Senyawa aktif yang
ada pada tanaman dapat berasal dari metabolit sekunder atau
dari bakteri endofit dan filosfer yang hidup berasosiasi
dengan tanaman obat. Sebanyak 18 isolat bakteri endofit dan 32 isolat bakteri filosfer telah dimurnikan dari tanaman Citrus sp.,
Pluchea indica, Curcuma longa, Nothopanax scuttelarium,
Piper crocatum, dan Andrographis paniculata.
Sebanyak 72% isolat bakteri endofit memiliki aktivitas
proteolitik dan sebanyak 11% memiliki aktivitas lipolitik.
Bakteri filosfer yang memiliki aktivitas proteolitik sebanyak 59% dan sebanyak 19% memiliki aktivitas lipolitik. Analisis keragaman bakteri tersebut dilakukan dengan teknik amplified ribosomal DNA
restriction analysis (ARDRA) dan digesti gen penyandi 16S rRNA dengan menggunakan enzim restriksi endonuklease MspI, RsaI, dan
Sau961. Keragaman bakteri endofit dan filosfer pada beberapa sampel tanaman obat cukup tinggi. Bakteri yang diisolasi dari
tanaman obat yang sama tidak selalu memiliki kekerabatan
genetik yang dekat. Sementara itu, bakteri asal tanaman P.indica
memiliki kekerabatan yang cukup dekat satu sama lain.

Abstract
Herbal plants have been believed by Indonesians to be an alternative medicine to treat illnesses. The bioactive
compounds in the plant can be derived from secondary metabolites or from endophytic and phyllosphere bacteria which coexist within medicinal plants. A total of 18 endophytic bacteria and 32 phyllosphere bacteria were isolated from the herbal plants of
Citrus sp., Pluchea indica, Curcuma longa, Nothopanax scuttelarium, Piper rocatum, and Andrographis paniculata. About 72% of endophytic bacteria isolates have proteolytic activity and about 11% have
lipolytic activity. On the other hand, about 59% of phyllosphere bacteria isolates have proteolytic activity and about 19% have lipolytic activity. Phylogenetic diversity analysis was conducted by using the amplified ribosomal DNA restriction analysis (ARDRA) method and the sequence of 16S rDNA was digested with endonuclease restriction
enzymes: MspI, RsaI, and Sau961. The diversity of endophytic and phyllosphere bacterium from the samples of herbal plants was high. Bacteria isolated from the same herbal plant does not always have a close genetic relationship except for the bacteria isolated from the P. indica plant which showed a close genetic relationship with each other."
[Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat UI;Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya. Fakultas Bioteknologi;Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya. Fakultas Bioteknologi, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya. Fakultas Bioteknologi], 2012
J-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Wagstaff, D. Jesse
Boca Raton: CRC Press, Taylor & Francis Group, 2008
R 615.952 WAG i
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Ukhty
"Coastal plant locally known as terong pungo (Solanum sp.) was used by Aceh community as traditional medicine for toothache. The objectives of this study were to isolate endophytic fungi from the leaves of terong pungo and determine the antibacterial activity of the fungi against bacteria causing dental caries and infection. Eight endophytic fungi were isolated. Antagonism test among the isolates was performed to select the most dominant fungus. TP6 was the selected fungus based on the antagonism assay. Crude extracts of the fungus were macerated from the culture broth using ethyl acetate. The strongest antibacterial activity of the extracts was obtained when the fungus was at 12 days of cultivation. The fungal crude extract was strongly active against Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis and Pseudomonas aeruginosa with inhibition zone diameter of 20, 21 and 23 mm, respectively."
Bogor: Seameo Biotrop, 2017
634.6 BIO 24:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmi Hidayanti
"Diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cukup serius di Kabupaten Bogor. Angka kejadian diare tinggi dalam 5 tahun terakhir dan menimbulkan KLB. Pada tahun 2009 terjadi KLB diare di kecamatan Cigudeg, Cisarua, dan Megamendung dengan CFR 0,78% serta tahun 2010 terjadi lagi di Sukamanah, angka kematian diare 1,82%.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor risiko diare di Kecamatan Cisarua, Cigudeg dan Megamendung Kabupaten Bogor. Disain penelitian adalah kasus kontrol, kasus adalah penderita diare yang tercatat dalam register puskesmas selama 14 hari terakhir waktu penelitian berlangsung dan kontrol adalah penduduk yang tidak menderita diare, tetangga kasus. Jumlah sampel kasus 110 responden dan kontrol 110 responden.
Pengumpulan data dengan wawancara langsung menggunakan kuesioner. Kuesioner berisikan pertanyaan tentang karateristik responden (jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan), perilaku cuci tangan, higiene sanitasi makanan, serta faktor lingkungan (jenis lantai, sumber air bersih, penanganan sampah dan pembuangan tinja) dan kualitas bakteriologis air bersih.
Hasil analisis multivariat menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara higiene sanitasi makanan dengan kejadian diare (nilai p<0,004) dan Odds Ratio2,222 pada 95% interval kepercayaan 1,284-3,485.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah faktor risiko yang paling dominan adalah higiene sanitasi makanan minuman.

Diarrhea disease remains serious public health problems in Bogor Regency. Diarrhea morbidity is higher for the last 5 years and occurrence of outbreaks. In 2009, outbreaks of diarrhea in the Cisarua, Cigudeg and Megamendung district with Case Fatality Rate 0,78%, also in 2010 outbreak of diarrhea occurred again in Sukamanah with diarrhea mortality rates by 1,82%.
This study aims to analyze the risk factor diarrhea in Cisarua, Cigudeg dan Megamendung sub district, Bogor regency. This study has a case-control design, samples are suffer diarrhoea and registered health center for 14 days research and the controls are not person who were not suffer of diarrhoea, neighbour of case. There were 110 cases and 110 controls.
The information were collected by interviews using a structured questionnaire. These included demographic characteristic respondents (gender, education and employment), the behavior of hand washing, food hygiene and sanitation, environmental factor (clean water, waste handling, disposal of feces and type of floor), and the bacteriological quality of water.
The results of the multivariate analysis showed factors associated with occorence of diarrhea is food hygiene and sanitation (p value =0,004) and odds ratio (OR) 2,222 at confidence interval 1,284-3,845.
The conclusion risk factor dominant association with diarrhoea is food hygiene and sanitation.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bobby Setiadi Dharmawan
"Diare merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian anak di negara berkembang. Setiap tahun diperkirakan terjadi 1,3 milyar episode diare pada balita dengan insidens paling tinggi usia di bawah 2 tahun. Pada tahun 2003, di negara berkembang terdapat 1,87 juta anak di bawah 5 tahun meninggal akibat diare dan 80% terjadi pada usia di bawah 2 tahun. Anak usia di bawah 5 tahun mengalami sekitar 3 episode diare per tahun namun di beberapa daerah terdapat 6-8 episode diare per tahun. Departemen Kesehatan RI melaporkan, di Indonesia setiap anak rata-rata mengalami diare sebanyak 1,6-2 episode per tahun.
Infeksi bakteri merupakan salah satu penyebab diare cair maupun diare berdarah akut. Bakteri yang sering menyebabkan diare akut pada anak di negara berkembang antara lain; Escherichia coli (10-20%), ShigelIa (10-15%), CampyIobacter jejuni (5-15%), Vibrio cholera (5-10%) dan Salmonella (1-5%). Ariyani (1996-1997) menemukan E.coli 1-5 sekitar 14,1% sebagai penyebab tunggal diare terbanyak setelah infeksi tunggal rotavirus (18,8%).
Antibiotik sering digunakan dokter pada kasus diare akut tanpa indikasi yang jelas. Purnomo dkk melaporkan sebanyak 27,5% dokter umum di Puskesmas dan praktek swasta di Jakarta Timur memberikan antibiotik pada penderita balita dengan diare akut. Dwipurwantoro dkk melaporkan dari 3 rumah sakit swasta Jakarta, dari 67 pasien diare akut yang dirawat sebanyak 55 anak (82,1%) mendapat antibiotik."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Neti Mustikawati
"Diare pada anak dapat menimbulkan masalah kerusakan integritas kulit yang berupa Incontinence Associated Dermatitis (IAD), dibutuhkan perawatan perianal yang tepat guna mengatasi dan mencegah IAD. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh edukasi perawatan perianal terhadap praktik ibu merawat perianal dan derajat IAD pada anak diare.
Desain yang digunakan adalah quasi eksperiment dengan pendekatan pre test and post test nonequivalent control group. Sampel diambil dengan menggunakan metode consecutive sampling. Besar sampel dalam penelitian ini adalah 60 (30 intervensi; 30 kontrol). Analisis data menggunakan T-test.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh antara pemberian edukasi perawatan perianal terhadap praktik ibu merawat perianal (p=0,000), namun ternyata pemberian edukasi ini tidak berpengaruh terhadap derajat IAD pada anak (p=0,573). Diperlukan adanya dukungan untuk memotivasi ibu melakukan perawatan perianal pada saat anak mengalami diare dan bimbingan yang terus menerus.

Diarrhea among children causes impaired skin integrity, called Incontinence Associated Dermatitis (IAD). Perianal care should be given to prevent and resolved IAD. The thesis aimed to identify the impact of perianal care education among mother and it's practice of perianal care and degree of Incontinence Associated Dermatitis among children with diarrhea.
The study used quasi experiment design with pre test and post test nonequivalent control group approach. The number of participants was 60 that devided by two groups (30 intervention group, 30 control group).
The results showed a significant impact of health education on mother's practical skill in perianal care (p=0,000). However, there was no significant effect on the degree of IAD (p=0,573). It's recommended, the health provider should support, motivate and supervise perianal care practice to mother?s who has children experiencing diarrhea.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T35758
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Hardiyansyah
"Latar Belakang : Hingga saat ini penyakit Diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Angka kasus diare di Kabupaten Pandeglang termasuk yang tertinggi di provinsi Banten. Puskesmas Labuan, Pagelaran dan Cibaliliung merupakan daerah yang berulang kali terjadi KLB Diare antara lain disebabkan oleh kondisi sanitasi lingkungan yang masih kurang baik. Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare akut pada balita.
Metodologi : Desain penelitian kasus kontrol dan dilaksanakan pada bulan Mei 2013. Populasi seluruh balita yang berusia 9 bulan sampai 59 bulan serta tinggal di 3 wilayah Puskesmas (Labuan, Pagelaran dan Cibaliung) Kabupaten Pandeglang tahun 2013 dengan balita menjadi unit analisisnya dan ibu sebagai respondennya. Total sampel 180 sampel, dengan perincian 90 sampel kasus dan 90 sampel kontrol. Variabel dalam penelitian ini adalah Faktor Lingkungan (sarana air bersih, pengelolaan tinja, pengelolaan sampah, saluran pembuangan air limbah, dan e.coli pada air minum) dan Faktor Ibu (Umur, tingkat pengetahuan, pendidikan, pekerjaan, penghasilan keluarga, perilaku mencuci tangan, perilaku BAB, perilaku mencuci peralatan makan/minum) dan Faktor Balita (Umur, Jenis Kelamin, status gizi, tatus imunisasi campak, pemberian asi eksklusif). Dilakukan analisis univariat, bivariat dengan uji chi-square dan multivariate dengan unconditional logistic regression.
Hasil : Dari hasil analisis bivariat berdasarkan faktor balita diketahui status gizi mempunyai hubungan bermakna secara statistik dengan kejadian diare dengan OR 2,20 (95% CI: 1,01 – 4,96). Berdasarkan Faktor Ibu didapatkan bahwa Pengetahuan Ibu OR 2,60 (95% CI: 1,36- 4,98), Perilaku BAB OR 0,53 kali (95% CI: 0,28 - 1.00) dan perilaku cuci tangan OR 2,16 kali (95% CI: 1.14 - 4.12) mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian diare akut pada balita. Dari hasil analisis multivariat diketahui bahwa faktor risiko yang paling berisiko terhadap kejadian diare akut pada balita adalah variabel pengetahuan ibu dengan OR 2,66 pada rentang (95% CI: 1,44 - 4,90) nilai p 0,002.
Kesimpulan : Ibu dengan pengetahuan rendah mempunyai risiko 2,66 kali untuk menderita diare pada balita (95%CI: 1,44 - 4,90) jika dibandingkan dengan ibu yang memiliki tingkat pengetahuan baik.

Background: Until now diarrhea disease is one of community health problems in Indonesia. Figure of diarrhea case in Pandenglang Regency is categorized as the highest in Banten province. Community Health Centers Labuan, Pagelaran and Cibaliliung represent the regions which many times affected by Diarrhea Extraordinary Occurrence among them caused by bad environmental sanitation conditions. The objective of this research is to identify the factors related to the acute diarrhea occurrence in babies.
Methodology: Design of the research is control case and conducted in May 2013. Population is all babies aged 9 to 59 months and reside in 3 regions of Community Health Centers (Labuan, Pagelaran and Cibaliung) of Pandeglang Regency in 2013 with babies become its analysis unit and mothers as its respondent. Total sample are 180 samples, with details 90 case samples and 90 control samples. Variable in this research is environmental factors (clean water facility, septage management, waste management, drainage, and e.coli in drinking water) and factor of mother (age, knowledge level, education, occupation, family income, behaviors in hand washing, defecating, behavior of in washing meal/drink utensils) and factor of baby (age, sex, nutrition status, measles immunization status, exclusive breast milking). It is subjected to univariate, bivariate analysis with chi-square and multivariate tests with unconditional logistic regression.
Results: Of the results of bivariate analysis based on baby factor it is found that the nutrition status has a significant relation statistically with diarrhea occasion with OR 2,20 (95% CI: 1,01 - 4,96). Based on factor of mother it is found that the mother's knowledge OR 2,60 (95% CI: 2,36-4.98), defecating behavior OR 0,53 time (95% CI:0,28 - 1.00) and hand washing behavior OR 2,16 times (95% CI:1.14-4.12) have a significant relation with acute diarrhea occurrence in babies. Of the results of multivariate analysis it is found that the riskiest factor which to the acute diarrhea occurrence in babies is variable of mother’s knowledge with OR 2,66 in value range of (95% CI:1,44-4,90) p 0,002.
Conclusion: Mothers with low education have a risk 2,66 times to have diarrhea in babies (CI 95%: 1,44-4,90) if compared to mothers which have better education level.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T36765
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Naufal Azhari
"Setiap tahun penularan penyakit melalui jalur fecal-oral, termasuk diare telah menyebabkan banyak kematian, khususnya pada anak-anak di dunia. Pemeriksaan kualitas mikroba air dirasa tidak cukup untuk menggambarkan secara akurat tingkat risiko diare. Hal ini dikarenakan faktor sanitasi dan perilaku higiene juga berperan penting dalam rantai penularan penyakit diare. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian mengenai gambaran atau potret ketersediaan sarana sanitasi dan perilaku hidup bersih sehat (PHBS) pada masyarakat serta hubungannya dengan kejadian diare. Disain studi yang digunakan adalah potong lintang (cross sectional).
Peneliti melakukan penilaian terhadap kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku masyarakat dengan menggunakan data Environmental Health Risk Assessment (EHRA) di 9 kelurahan di Kota Depok. Pada setiap kelurahan diambil 60 rumah tangga sebagai sampel sehingga jumlah responden yang digunakan adalah 540 rumah tangga. Kuesioner dan lembar observasi digunakan untuk mengetahui kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku masyarakat serta kejadian diare.
Ditemukan hubungan bermakna antara pengolahan sampah rumah tangga [OR = 0,42 (95% confidence interval (CI), 0,23-0,76)], perilaku cuci tangan pakai sabun [OR = 4,93 (3,11-7,82)], dan perilaku buang air besar sembarangan [OR = 6,61 (2,03-21,58)] dengan kejadian diare. Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah kondisi fasilitas sanitasi (pengolahan sampah rumah tangga) dan kebiasaan higiene (cuci tangan pakai sabun dan buang air besar sembarangan) masyarakat memiliki hubungan dengan kejadian diare pada masyarakat.

Each year the transmission of disease through fecal-oral route, including diarrhea has caused many deaths, especially among children in the world. Examination of the microbial quality of water is not sufficient to accurately describe the level of risk of diarrhea . This is because the factors of sanitation and hygiene behavior also play an important role in the transmission of diarrheal diseases. Therefore it is necessary to do research on a picture or portrait of availability of sanitation facilities and hygienic behavior of healthy in society and its relationship with the incidence of diarrhea. We used cross-sectional study design.
We conducted an assessment of the condition of sanitation facilities and people's behavior by using Environmental Health Risk Assessment (EHRA) data in 9 villages in Depok. In each village 60 households taken as a sample so that the number of respondents used was 540 households. Questionnaires and observation sheets are used to determine the condition of sanitation facilities and people's behavior and the incidence of diarrhea.
We found a significant relationship between household sewage treatment [ OR = 0.42 (95 % confidence interval ( CI ), 0.23-0.76) ], the behavior of handwashing with soap [ OR = 4.93 (3.11 -7.82) ], and defecation behavior [ OR = 6.61 (2.03 to 21.58) ] with the incidence of diarrhea. From the result we can conclude that the condition of sanitation facilities ( household waste ) and hygiene habits (washing hands with soap and defecation ) people have a relationship with the incidence of diarrhea in the community .
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T38920
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Albert Tony Lopolisa
"Diare merupakan penyebab kematian kedua pada balita di seluruh dunia, dengan presentase sekitar 17 %. Satu dari lima balita meninggal akibat diare setiap tahunnya yang diakibatkan kurangnya cairan tubuh. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara faktor-faktor yang berperan terhadap insiden diare balita. Pengumpulan data berlangsung dari 1 Maret 2011 sampai 1 April 2012, metode polygonal random sampling digunakan untuk mencari sampel. Dari 2401 responden yang mengisi kuisioner dengan lengkap dan 466 keluarga memiliki anak balita, sebanyak 73 balita (15,7%) terkena penyakit diare selama dua minggu terakhir. Mayoritas ibu memberikan oralit sebagai tindakan pengobatan utama diare. Terdapat hubungan yang bermakna (p=0,001) antara tingkat pendidikan ibu dan kebiasaan mencuci tangan. Tidak terdapat hubungan bermakna antara tingkat pendidikan ibu (p=0,649), tingkat pengetahuan ibu (p=0,124), kebiasaan memberi ASI (p=0,031), pengetahuan akan oralit (p=0,000), kebiasaan mencuci tangan ibu (p=0,529) dan antara tingkat pendidikan kepala keluarga (p=0,708) dengan insiden diare balita. Semakin tinggi pendidikan ibu, akan merubah pola pikir agar menjadi lebih sehat. Pendidikan dan pengetahuan orangtua yang tidak didukung kebiasaan baik, serta cara mencuci tangan yang tidak benar mempunyai sedikit peran untuk.

Diarrhea has been the second top leading cause of death among infants around the world, for about 17%. One of five children dies because of diarrhea, due to the loss of body fluid. The goal of this research is to know the relationship between factors that counts with diarrhea incidence of infants. Data collection had started from March 1st until April 1st, 2012, polygonal random sampling method was used to get the sample. From 2401 respondent that fills the questionare 466 families are having infants in their home, and as many as 73 infants (15,7 %) had diarrhea for the last two weeks. Majority of the mother are giving the QRS (36,69%) for the main treatment for diarrhea. Significant result showed up between the mother’s knowledge and the handwashing behaviour (p=0,001). Furthermore, no significant relation between mother’s formal educational level (p=0,649), mother’s knowledge (p=0,124), breastfeed behaviour(p=0,031), knowledge about the oral rehydrate solution(p=0,000) and the householder’s educational level (p=0,708) with the diarrhea incidence. Mother’s formal educational level counts for a change in the way of thinking, to become more healtier. Education and the knowledge without a change of a good lifestyle, and right way of handwashing have so little effects in decreasing the diarrhea incidence."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>