Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 124959 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Agustina Melviani
"Diabetes melitus tipe 2 banyak terjadi pada kelompok usia produktif. Banyak penderita diabetes belum mematuhi anjuran diet yang telah diberikan. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang diet DM dengan perilaku diet pada penderita DM tipe 2 usia produktif. Penelitian cross sectional ini dilakukan dengan melibatkan 86 pasien DM tipe 2 berusia 15-64 tahun di poliklinik penyakit dalam RSUD Kota Bekasi melalui teknik convenience sampling. Pengumpulan data menggunakan instrumen Diabetes Knowledge Questionnaire (DKQ) untuk memperoleh data pengetahuan tentang diet DM, dan Self Management Dietary Behavior Questionnaire (SMDBQ) untuk memperoleh data perilaku diet. Melalui uji statistik Chi-square didapatkan adanya hubungan yang bermakna antara pengetahuan tentang diet DM dengan perilaku diet (p=0.015). Rekomendasi penelitian ini adalah pentingnya pemberian edukasi mengenai perencanaan makan (diet) terutama mengenai jenis makanan yang dianjurkan, dibatasi, dan sebaiknya dihindari oleh penderita diabetes.

Type 2 Diabetes Mellitus commonly occurs at the productive age. Many people with diabetes do not adhere to the diet recommendation that has been given. Therefore, it is important to know the relationship between knowledge of diabetes diet with dietary behaviors among productive age with type 2 diabetes. This cross-sectional study involved 86 patients with type 2 diabetes, aged 15-64 years who attended outpatients departement in Bekasi City Hospital through a convenience sampling technique. Instruments applied were the Diabetes Knowledge Questionnaire (DKQ) to obtain data on knowledge of diabetes diet, and the Self Management Dietary Behavior Questionnaire (SMDBQ) to obtain data on dietary behavior. The result of a Chi-square statistical test found that there were a significant relationship between knowledge of diabetes diet with dietary behavior (p = 0.015). This study suggests the importance of education on meal planning especially regarding the types of recommended foods that are encouraged, restricted, and should be avoided by diabetics.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
S65373
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zaenudin
"Sebagian besar penderita diabetes melitus tipe 2 tergolong obesitas berdasarkan pengukuran waist to hip ratio (RLPP). Obesitas sentral dapat dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan penderita diabetes melitus tipe 2 tentang pengelolaan diet diabetes. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan tentang manajemen pola makan dengan rasio lingkar pinggang pinggul pada pasien diabetes melitus tipe 2. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross-sectional dengan melibatkan 141 penderita diabetes tipe 2 yang dipilih dengan teknik consecutive sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar penderita DM tipe 2 memiliki tingkat pengetahuan sedang (59,6%) dan mengalami obesitas berdasarkan pengukuran RLPP (70,2%). Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan tentang pengelolaan pola makan dengan rasio lingkar pinggang pinggul pada penderita diabetes melitus tipe 2 (p value: 0,000). Peneliti merekomendasikan peningkatan tingkat pengetahuan tentang manajemen pola makan pada penderita diabetes melitus tipe 2, terutama tentang jenis makanan yang perlu dikonsumsi sehari-hari. Selain itu, perlu dilakukan pengukuran rasio lingkar pinggang pada penderita diabetes melitus tipe 2 sehingga nilai normal rasio lingkar pinggang-pinggul adalah <0,90 untuk pria dan <0,85 untuk wanita.

Most people with type 2 diabetes mellitus are classified as obese based on the measurement of waist to hip ratio (RLPP). Central obesity can be influenced by the lack of knowledge of type 2 diabetes mellitus sufferers about diabetes diet management. This study aims to determine the relationship between the level of knowledge about diet management and the waist-to-hip ratio in patients with type 2 diabetes mellitus. This study used a cross-sectional approach involving 141 type 2 diabetes patients who were selected by consecutive sampling technique. The results of this study indicate that most of the type 2 diabetes mellitus sufferers have a moderate level of knowledge (59.6%) and are obese based on the RLPP measurement (70.2%). The results of the bivariate analysis showed that there was a significant relationship between the level of knowledge about diet management and the waist-to-hip circumference ratio in type 2 diabetes mellitus sufferers (p value: 0.000). Researchers recommend increasing the level of knowledge about diet management in people with type 2 diabetes mellitus, especially about the types of food that need to be consumed daily. In addition, it is necessary to measure the waist circumference ratio in type 2 diabetes mellitus sufferers so that the normal value of the waist-to-hip circumference ratio is <0.90 for men and <0.85 for women."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simbolon, Youvita Indamaika
"Tingkat kepatuhan diet di Indonesia rata-rata masih rendah. Diet dalam menjaga makanan seringkali menjadi kendala karena masih tergoda dengan segala makanan yang dapat memperburuk kesehatan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan diet pada penderita diabetes melitus tipe 2. Penelitian ini menggunakan disain cross-sectional. Sampel yang diteliti adalah seluruh penderita diabetes melitus tipe 2 dengan rentang usia 25-65 tahun yang sedang rawat jalan, sampel diambil dengan metode non-random sampling dengan teknik purposive sampling sebanyak 130 orang. Pengumpulan data dilakukan melalui pengukuran antropometri, pengisian kuesioner, form food recall 1x24 jam dan semiquantitative food frequency questionnaire (SFFQ).
Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 13,8% responden yang patuh diet. Hasil uji chi-square menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara kepatuhan diet diabetes melitus tipe 2 dengan jenis kelamin (p=0,008) dan lama menderita (p=0,044). Hasil uji regresi logistik menunjukkan lama menderita merupakan faktor dominan yang berhubungan dengan kepatuhan diet diabetes melitus tipe 2. Penderita diabetes melitus diharapkan untuk memperhatikan pola makan yang dianjurkan dan melaksanakannya dengan baik, mampu secara aktif untuk meningkatkan pengetahuannya terkait penyakit diabetes melitus dan faktor-faktor terkait lainnya dan tetap mempertahankan pola makan yang sudah dijalankan bagi yang sudah lama menderita diabetes melitus tipe 2.

The level of dietary adherence in Indonesia is still low. Diet in maintaining food is often become an obstacles because the patient is still tempted by all food that can worsen their health. The purpose of this study is to determine the factors that associated with dietary adherence in type 2 diabetes mellitus patients. This study was using a cross-sectional design. The samples studied were all type 2 diabetes mellitus type 2 with the age range 25-65 years was outpatient, samples were taken with non-random sampling method with purposive sampling of 130 people. Data were collected through anthropometric measurements, filling-out questionnaires, 1x24 hour food recall and dan (semiquantitative food frequency questionnaire) SFFQ form.
The results showed 13.8% of respondents were diet-compliant. There were significant relationship between gender (p=0.008) and length of suffering (p=0.044) with between dietary adherence. The result of logistic regression test showed that the duration of suffering is the dominant factor associated with dietary adherence in type 2 diabetes mellitus patients. Type 2 diabetes mellitus patients were expected to pay attention to the diet recommended and carry it out well, to actively to improve the knowledge related to the disease diabetes mellitus and related to the other factors and still preserve diet that has been run for who has long been suffering from type 2 diabetes mellitus.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T52016
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhea Bethari Anjani
"Diabetes merupakan penyakit kronik yang menyerang jutaan penduduk di dunia. Oleh karena itu, pasien diabetes melitus harus melakukan program diet. Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku kepatuhan diet pasien yaitu dukungan keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga terhadap kepatuhan menjalankan program diet diabetes melitus tipe 2. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional yang di lakukan pada April-Mei 2017 di Puskesmas Cisalak Pasar dengan sampel sebanyak 82 responden. Instrumen yang digunakan yaitu Hensarling Diabetes Family Support Scale, Food Frequency Questionnaire dan Food Form Recall. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebanyak 43,9 responden patuh terhadap program diet. Terdapat 28 responden yang mendapatkan dukungan keluarga baik. Terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan kepatuhan diet p=0,007. Dalam penelitian ini menunjukan bahwa dukungan keluarga merupakan salah satu faktor penting dalam melakukan program diet bagi pasien diabetes melitus.

Diabetes is a chronic disease that affects millions of people in the world. Therefore, diabetes mellitus patients should do a diet program. One of the factors that influence patient's dietary compliance behavior is family support. This study aims to determined the relationship of family support for adherence to run the type 2 of diabetes mellitus diet program. This study used a cross sectional study design that was conducted in April May 2017 at Puskesmas Cisalak Pasar with a sample of 82 respondents. The instruments used are Hensarling Diabetes Family Support Scale, Food Frequency Questionnaire and Food Form Recall. The results showed that as many as 43.9 of respondents are obedient to the diet program. There are 28 of respondents who get good family support. There is a significant relationshipbetween family support and dietary adherence p 0.007 . In this study showed that family support is one important factor in conducting a diet program for patients with diabetes mellitus.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S68194
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shania Adhanty
"Menurut WHO, penyakit DM merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan masyarakat yang disebabkan karena terjadi peningkatan kasus selama beberapa dekade terakhir dan telah menyumbang 4,2 juta kematian pada tahun 2019 dimana proporsi penderita DM terbanyak adalah DM tipe 2. Di Indonesia, penyakit DM merupakan salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang menyebabkan kematian utama. Diet merupakan salah satu komponen penatalaksanaan DM dan penting untuk mencegah terjadinya komplikasi penyakit. Kepatuhan terhadap diet menjadi perilaku yang sangat penting dan diperlukan kendali diri untuk melakukannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan lokus kendali diri untuk sehat baik dimensi internal, orang berpengaruh dan keberuntungan dengan kepatuhan diet pada pasien DM tipe 2 di RSUD Kota Depok tahun 2020 beserta faktor lain yang mempengaruhi. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan pendekatan kuantitatif dan pengambilan data dilakukan melalui convenience sampling pada 52 pasien DM tipe 2 yang berkunjung ke poli penyakit dalam RSUD Kota Depok. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner kepatuhan diet, multidimensional health locus of control form C, Diabetes Knowledge Questionnaire dan kuesioner dari peneliti sebelumnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pasien memiliki nilai kepatuhan diet yang cukup yaitu sebesar 66,23 dari skala 100. Hasil uji korelasi pearson menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dengan kekuatan sedang dan positif antara lokus kendali untuk sehat dimensi internal dengan kepatuhan (r= 0,46) diikuti dengan dimensi orang berpengaruh yang menunjukkan hubungan dengan kekuatan sedang dan positif terhadap kepatuhan diet (r= 0,28) dan dimensi keberuntungan menunjukkan kekuatan sedang dan negatif terhadap kepatuhan diet (r= -0,28). Variabel usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, lama menderita DM dan pengetahuan DM tidak menunjukkan hubungan yang signifikan dengan kepatuhan diet. Namun variabel jenis kelamin memiliki hubungan dengan kepatuhan diet (0,029) dan diduga menjadi variabel pengganggu hubungan antara lokus kendali diri untuk sehat dengan kepatuhan diet. Oleh karena itu diperlukan adanya penyuluhan dan edukasi yang dilakukan untuk meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab pasien terhadap kepatuhan diet.

According to WHO, Diabetes Mellitus (DM) is a disease that have been concerned as public health problem because of the number of cases continuously increased for decades and contributed 4,2 million deaths in 2019 where the largest proportion are people with type 2 diabetes. In Indonesia, DM is one of the non-communicable disease that cause major death. Diet is one of the important components of DM management to prevent disease complications. Adherence to diet becomes a very important behavior and requires self control to perform it. The purpose of this study is to determine the relationship between health locus of control on internal, powerful others and chance dimensions with dietary adherence among patients with type 2 DM at Depok City Hospital in 2020 along with another influencing factors. This study used a cross-sectional design with quantitative approach and data collection carried out through convenience sampling on 52 patients with type 2 DM who visited internist poly. The instrument used in this study are dietary adherence questionnaire, multidimensional health locus of control form C, diabetes knowledge questionnaire and questionnaire from the previous research. The results of this study indicate that patients have adequate dietary adherence values of 66,23 from scale of 100. Pearson correlation test results indicate that there are a significant relationship between health locus of control internal dimension with moderate and positive relationship with dietary adherence (r= 0,46) followed by powerful-others dimension which show moderate and positive relationship with dietary adherence (r= 0,28) while chance dimension show moderate and negative relationship with dietary adherence (r= -0,28). The other variables such as age, level of education, occupation, duration of DM and knowledge did not show a significant relationship with dietary adherence. However, sex variables show a significant relationship with dietary adherence with p value (0,029) and thought to be a disturbing variable of the relationship between health locus of control with dietary adherence. Therefore, an intervention and education are needed to increase awareness and patient responsibility towards adherence to diet."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Fitriani Haque
"Skripsi ini membahas hubungan antara faktor pelayanan kesehatan dan faktor lainnya dengan kepatuhan menjalankan diet DM pada anggota Persadia penyandang DM tipe 2 di wilayah Depok Tahun 2013. Penelitian ini dilakukan berdasarkan kenyataan tingkat pengontrolan penyandang DM di daerah Depok yang masih tergolong buruk, sehingga kepatuhan menjalankan diet sebagai salah satu cara penanganan diabetes perlu diteliti.
Penelitian ini menggunakan disain cross sectional dengan melibatkan 90 anggota Persadia penyandang DM tipe 2 di wilayah depok yang didapat dengan purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan kuesioner form food recall 24 jam dan kuesioner daftar makananan yang tidak dianjurkan serta pengukuran antropometri.
Kunjungan konsultasi gizi merupakan satu satunya variabel yang memiliki hubungan dengan kepatuhan menjalankan diet DM. Responden yang memilliki kunjungan konsultasi gizi teratur memiliki peluang 4 534 kali lebih patuh mengikuti rekomendasi diet dibandingkan responden dengan kunjungan konsultasi gizi tidak teratur.
Disarankan adanya peran aktif penyandang DM tipe 2 keluarga Persadia Cabang Depok Puskesmas maupun Rumah Sakit untuk membantu meningkatkan jumlah kunjungan gizi yang dilakukan oleh penyandang DM baik, itu dengan memberikan dukungan maupun menyelenggarakan kegiatan bersifat edukatif dan aplikatif untuk meningkatkan motivasi dan efikasi diri penyandang DM untuk menjalankan anjuran diet. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S52737
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Noviana Sari
"Nasi putih merupakan makanan pokok masyarakat Indonesia yang memiliki indeks glikemik tinggi. Hal ini berbanding terbalik dengan anjuran diet untuk mengonsumsi makanan dengan indeks glikemik rendah. Oleh karena itu, diperlukannya pengetahuan mengenai indeks glikemik bagi pasien diabetes melitus. Penelitian ini metode studi analisis korelasi dengan desain cross-sectional menggunakan teknik cluster random sampling. Sebanyak 106 subjek dari sebelas kecamatan di Kota Depok.
Hasil penelitian ini dengan analisis uji chi square menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan indeks glikemik dengan kesesuaian diet pada pasien diabetes melitus p=0,082, p=0,05. Banyak faktor lain yang memengaruhi kesesuaian diet, selain pengetahuan. Tetapi, informasi mengenai indeks glikemik dan diet diabetes mellitus tetap dianggap penting dan perlu adanya edukasi bagi pasien.

White rice is the Indonesians staple food which has a high glycemic index. This is contrary to the diabetes mellitus dietary recommendations of eating a low glycemic index food. Therefore, it is necessary to understand glycemic index knowledge for diabetes mellitus patients. This study applied a correlation analysis method with a cross sectional using a cluster random sampling technique. One hundred six subjects were selected from eleven sub districts in Depok City. The data were analyzed using a chi square test.
The result showed that there was no correlation between knowledge of glycemic index and diabetes mellitus patients diet p 0.082, 0.05. Beside the knowledge, many factors affect the diet. However, information on the glycemic index and diabetes mellitus diet remains important and needs to be delivered for diabetic patients.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S69814
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratnasari Widayanti
"Pengetahuan dan sikap merupakan faktor kunci yang berdampak secara langsung ataupun tidak langsung pada pelaksanaan manajemen diri diabetes. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan praktik manajemen diri pada masyarakat dengan diabetes melitus tipe 2. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional dengan responden sebanyak 107 penderita DM tipe 2 di wilayah Kota Depok yang dipilih dengan menggunakan teknik cluster sampling. Instrumen penelitian yang digunakan terdiri dari Diabetes Knowledge Test (DKT), modifikasi Diabetes Attitude Scale (DAS), dan Diabetes Self-Management Questionnaire (DSMQ). Hasil analisis statistik menunjukan adanya korelasi positif yang signifikan antara pengetahuan (r = 0,549; p < 0,01) dan sikap (r = 0,465; p < 0,01) dengan manajemen diri DM. Temuan ini menekankan pentingnya pengembangan program edukasi kesehatan dan konseling mengenai manajemen diri diabetes dengan melakukan evaluasi awal terhadap karakterisitk diabetesi agar program yang akan dirancang dapat lebih efektif dan sesuai dengan tingkat pemahaman dan kebutuhan diabetesi.

Knowledge and attitudes are key factors that have a direct or indirect impact on the implementation of diabetes self-management. This study aims to identify the relationship between knowledge and attitudes toward self-management practices in communities with type 2 diabetes mellitus. The research design used in this study was cross-sectional with 107 respondents with type 2 diabetes in Depok who were selected using a cluster sampling technique. The research instruments used included the Diabetes Knowledge Test (DKT), modified Diabetes Attitude Scale (DAS), and Diabetes Self-Management Questionnaire (DSMQ). The results of statistical analysis show that there is a significant positive correlation between knowledge (r = 0.549; p < 0.01) and attitude (r = 0.465; p < 0.01) toward diabetes mellitus self-management. These findings emphasize the importance of developing health education and counseling programs regarding diabetes self-management by conducting an initial evaluation of the characteristics of diabetics so that the program that will be designed can be more effective and appropriate to the level of understanding and needs of diabetics."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laila Hasanah
"Diabetes distress merupakan suatu masalah psikologis yang dirasakan oleh penderita diabetes berupa emosi negatif akibat perjalanan penyakit, perasaan frustasi, malu, dan putus asa terhadap keberhasilan terapi. Hal ini secara umum dapat dialami oleh seseorang yang menderita penyakit diabetes melitus. Secara global diabetes distress dialami oleh sekitar 40% penderita diabetes. Dalam sebuah sistematic review dan meta-analisis didapatkan data bahwa sekitar 22-36% penderita diabetes melitus mengalami diabetes distress. Wanita dengan gangren diabetes memiliki resiko yang lebih tinggi untuk mengalami diabetes distress. Pada kondisi distress seseorang membutuhkan dukungan emosional dalam mencapai keberhasilan program pengobatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi mengenai distress diabetes, dan kesejahteraan emosional pada wanita dengan diabetes melitus tipe 2 dan gangren diabetik. Penelitian ini menggunakan desain kualitatif dan pendekatan studi fenomenologi deskriptif. Metode penentuan partisipan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan metode purposive sampling. Jumlah partisipan sebanyak 10 orang. Setiap partisipan diberikan kuesioner DDS-17 untuk menentukan status distress diabetes. Data dianalisis dengan strategi colaizzi dan ditemukan 4 tema: (1) Ketidakberdayaan dalam menjalankan peran sebagai istri/ ibu (2) Perubahan konsep diri menjadi negatif (3) Hambatan dalam mobilitas fisik dan aktivitas sehari-hari (4) Sumber dukungan emosional berasal dari orang terdekat. Dapat disimpulkan bahwa masalah pada pasien dengan gangren diabetes bukanlah hanya masalah sakit fisik semata, melainkan masalah psikososial lainnya. Dukungan emosional membuat pasien dengan gangren diabetes memiliki semangat untuk hidup dan melanjutkan program pengobatan. Oleh sebab itu, disarankan bagi perawat untuk memulai komunikasi yang bermakna untuk mengarahkan program pengobatan pasien dalam jangka panjang

Diabetes distress is a psychological issue experienced by individuals with diabetes, manifesting as negative emotions stemming from the disease's progression, and feelings of frustration, shame, and hopelessness regarding therapeutic success. Globally, approximately 40% of individuals with diabetes experience diabetes distress. Systematic reviews and meta-analyses indicate that about 22-36% of people with diabetes mellitus suffer from this distress. Women with diabetic gangrene are at an elevated risk of experiencing diabetes distress. During such distress, emotional support is crucial for achieving treatment success.

This study aims to explore diabetes distress and emotional well-being in women with type 2 diabetes mellitus and diabetic gangrene. Utilizing a qualitative design and a descriptive phenomenological approach, the study employed purposive sampling to select 10 participants. Each participant completed the DDS-17 questionnaire to assess diabetes distress status. Data were analyzed using Colaizzi’s strategy, revealing four themes: (1) Helplessness in fulfilling the roles of wife and mother, (2) Negative changes in self-concept, (3) Physical mobility and daily activity obstacles, and (4) Emotional support primarily sourced from close relations. The findings indicate that patients with diabetic gangrene face not only physical pain but also significant psychosocial challenges. Emotional support is vital, instilling in patients the motivation to live and adhere to their treatment regimen. It is recommended that nurses engage in meaningful communication to guide patients' long-term treatment plans."

Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gracia Jovita Kartiko
"Latar Belakang: Diabetes melitus (DM) tipe 2 merupakan penyakit metabolik kronik progresif dengan sebagian besar populasi berada pada usia produktif. Di Indonesia, capaian kendali glikemik yang optimal hanya didapatkan pada 20-30% pasien. Hal ini meningkatkan risiko komplikasi muskuloskeletal seperti sarkopenia yang sudah mulai terjadi sejak usia 20 tahun. Vitamin D merupakan salah satu suplementasi nutrisi yang direkomendasikan dalam tata laksana sarkopenia.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara vitamin D dengan sarkopenia pada populasi DM tipe 2 usia dewasa nongeriatri.
Metode: Penelitian potong lintang ini melibatkan populasi DM tipe 2 berusia 18-59 tahun yang berobat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta, Indonesia pada bulan Januari 2021 sampai dengan April 2022. Dilakukan pengukuran massa otot dengan bioimpedance analysis (BIA), kekuatan genggam tangan, kecepatan berjalan, antropometri, serta kadar HbA1c dan vitamin D serum. Titik potong vitamin D ditentukan berdasarkan kurva receiver-operating characteristic (ROC).
Hasil: Dari 99 subjek, 38,4% mengalami sarkopenia, yang terdiri dari 94,7% possible sarcopenia dan 5,3% true sarcopenia. Kadar vitamin D di bawah 32 ng/mL didapatkan pada 78,9% kelompok sarkopenia. Berdasarkan analisis multivariat, prevalensi sarkopenia pada populasi DM tipe 2 dengan defisiensi vitamin D didapatkan 1,94 kali lebih tinggi (p=0,043) dibandingkan dengan populasi DM tipe 2 tanpa defisiensi vitamin D, setelah dilakukan penyesuaian dengan usia, jenis kelamin, HbA1c, dan obesitas.
Kesimpulan: Terdapat hubungan bermakna antara kadar vitamin D dengan sarkopenia pada populasi DM tipe 2 usia dewasa nongeriatri, setelah penyesuaian dengan faktor usia, jenis kelamin, HbA1c, dan obesitas.

Type 2 diabetes mellitus (T2DM) is a chronic progressive metabolic disease with most of the population being at productive age. In Indonesia, optimal glycemic control is only achieved in 20-30% of patients which increases the risk of musculoskeletal complications such as sarcopenia. Sarcopenia has been known to develop since the age of 20. Vitamin D is one of the recommended nutritional supplementations in the management of sarcopenia.
Aim: We aimed to determine the association between serum vitamin D and sarcopenia in nongeriatric adults with T2DM.
Methods: This cross-sectional study involved 18-59 years old T2DM outpatients in Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta, Indonesia between January 2021 and April 2022. We performed muscle mass measurement using bioimpedance analysis (BIA), handgrip strength, gait speed, anthropometrics, as well as serum vitamin D and HbA1c levels. The cut-off Vitamin D level was determined using receiver-operating characteristic (ROC) curve.
Results: A total of 99 subjects were analyzed of which 38.4% had sarcopenia. The proportion of possible sarcopenia was 94.7% and true sarcopenia 5.3%. Vitamin D level below 32 ng/mL was found in 78.9% of the sarcopenia group. Based on multivariate analysis, the prevalence of sarcopenia in the T2DM population with vitamin D deficiency was found to be 1.94 times higher (p=0.043) compared to the T2DM population without vitamin D deficiency, after adjusting for age, sex, HbA1c, and obesity.
Conclusion: There is a significant relationship between vitamin D levels and sarcopenia in nongeriatric adults with T2DM, after adjusting for age, sex, HbA1c, and obesity.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>