Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 164239 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Maylina Chandra Puspita
"Krisis air bersih yang terjadi akibat pencemaran air mendorong dilakukannya suatu upaya pengolahan air untuk mendapatkan air bersih, salah satunya adalah dengan proses filtrasi. Namun, adanya fouling factor dan ketidakstabilan dari fluks menyebabkan kemampuan membran untuk menyeleksi zat yang melewatinya menjadi berkurang, sehingga kualitas hasil filtrasi menjadi tidak stabil dan cenderung menurun. Untuk mengatasi masalah tersebut, air perlu dipretreatment dengan proses koagulasi sebelum memasuki membran. Pada penelitian kali ini, tiga jenis koagulan yaitu aluminium sulfat, polialuminium klorida, dan polialuminium silikat klorida dengan variasi dosis, yaitu 10, 30, 50, dan 70 ppm diuji dan dibandingkan untuk mendapatkan jenis dan dosis koagulan yang paling efektif untuk meningkatkan kualitas air berdasarkan parameter total dissolved solid, kekeruhan, dan pH. Efektifitas koagulasi dan kinerja membran filtrasi meningkat dengan penambahan koagulan polialuminium silikat klorida dengan dosis 50 ppm. Efektifitas koagulasi pada koagulan ini berdasarkan penurunan total dissolved solid sebesar 49.16 % dan kekeruhan sebesar 64.29%. Hasil akhir dari pengolahan air dengan koagulan polialuminium silikat klorida 50 ppm yang dipadu dengan proses ozonasi dan filtrasi menghasilkan air dengan pH 6.95, total dissolved solid sebesar 8.06 ppm dengan penurunan total sebesar 87.90% dan kekeruhan sebesar 0 FAU dengan penurunan total sebesar 100%.

Clean water crisis caused by water pollution prompted a water treatment efforts to get clean water, one of them by filtration process. However, the presence of fouling factor and flux instability cause a membrane's ability to select the substances that pass through it become less, so the quality of filtration result becomes unstable and tends to decline. To overcome these problems, the water need to be pretreated by coagulation process before entering the membrane. In this research, three types of coagulant are aluminum sulphate, polyaluminium chloride, and polyaluminium silicate chloride with varied dose of 10, 30, 50, and 70 ppm were tested and compared to getting the type and dose of coagulant that is most effective to improve the water quality based on total dissolved solid, turbidity and pH parameters. Coagulation effectivity and membrane filtration performance increase with the addition of polyaluminium silicate chloride coagulant at a dose of 50 ppm. Coagulation effectivity of this coagulant based on reduction of total dissolved solid of 49.16% and turbidity of 64.29%. The final result of water treatment with polyaluminium silicate chloride coagulant at 50 ppm combined with ozonation and filtration process produce water with a pH of 6.95, total dissolved solid of 8.06 ppm with total reduction of 87.90% and the turbidity of 0 FAU with total reduction of 100%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S62936
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bayu Satria Pratama
"Masalah air bersih merupakan masalah yang sangat krusial di lingkungan perkotaan. Terutama air bersih yang memenuhi persyaratan kesebatan untuk dipergunakan sebagai air minum dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Air bersih yang memenuhi standar atau persyaratan kesehatan adalah air yang tidak berbau, berwarna, dan berasa serta memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan. Masalah kekurangan air bersih akan semakin dirasakan terutama pada saat musim kemarau dimana jarang sekali turun hujan.
Pada saat ini sumur-sumur yang menggunakan air tanah akan mengalami kekeringan sehingga tidak dapat lagi digunakan. Hal ini juga kita rasakan di lingkungan Universitas Indonesia. Pada saat musim kemarau, persediaan air yang berasal dati menara air akan semakin menipis. sementara itu kebutuhan akan air dilingkungan Ul tidak berubah, sehingga terjadilah kekarangan air. Untuk mengatasi masalah tersebut maka harus dilakukan suatu usaha untuk mencari sumher air baru.
Dalam penelitian ini akan dilakukao proses filtrllsi untuk meningkatkan kualitas air danau. Proses filtrasi dipilih karana prosesnya sangat sederhana dan mudah diaplikasikan. Permasalahan yang timbul adalah proses filtrasi ini memiliki keterbatasan, yaitu tidak dapat menyisihkan polutan yang memiliki ukuran mikro. Untuk mengatasi masalah tersebut maka dilakukan proses tambahan yang dapat meningkatkan kinerja dari proses filtrasi tersebut..."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S49517
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hana Nur Arifah
"Danau Kenanga merupakan salah satu dari enam danau UI yang berperan sebagai daerah resapan air. Namun danau ini telah tercemar oleh berbagai jenis sampah organik dan anorganik, sedimen, residu pestisida, dan kontaminan lainnya, sehingga dapat menurunkan kualitas air. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengoptimalkan proses pengolahan air Danau Kenanga dengan menerapkan metode Hybrid Ozonation-Coagulation (HOC), dengan fokus pada variasi pH dan dosis koagulan. Metode HOC diharapkan dapat meningkatkan efisiensi penghilangan polutan organik dan memastikan air memenuhi baku mutu kesehatan lingkungan. Analisis parameter seperti kandungan logam besi, mangan, pH, Total Dissolved Solid (TDS), total koliform, dan jumlah lumpur dilakukan untuk mengevaluasi efektivitas HOC. Hasil penelitian menunjukkan bahwa HOC merupakan metode yang paling efektif dibandingkan metode koagulasi dan ozonasi dalam pengolahan air Danau Kenanga dengan persentase perubahan TDS sebesar 18,18% dan persentase penyisihan kekeruhan sebesar 93,7%, logam Fe 84,75%, total coliform 99,69% , nilai logam Mn sebesar 0,1 mg/L, jumlah lumpur yang terakumulasi sebesar 1,4708 g pada pH 8 dan dosis koagulan Fe sebesar 50 ppm.

Lake Kenanga is one of the six UI lakes which acts as a water catchment area. However, this lake has been polluted by various types of organic and inorganic waste, sediment, pesticide residues, and other contaminants, which can reduce water quality. Therefore, this research aims to optimize the Lake Kenanga water treatment process by applying the Hybrid Ozonation-Coagulation (HOC) method, with a focus on variations in pH and coagulant dosage. The HOC method is expected to increase the efficiency of removing organic pollutants and ensure that water meets environmental health quality standards. Analysis of parameters such as iron metal content, manganese, pH, Total Dissolved Solid (TDS), total coliform, and amount of sludge was carried out to evaluate the effectiveness of HOC. The results of the research show that HOC is the most effective method compared to coagulation and ozonation methods for treating Kenanga Lake water with a TDS change percentage of 18.18% and a turbidity removal percentage of 93.7%, Fe metal 84.75%, total coliform 99.69%, and the Mn metal value is 0.1 mg/L at pH 8 and the Fe coagulant dose is 50 ppm."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teguh Hikmawan
"Pada penelitian ini air yang mengandung logam tembaga, timbal dan amonia dioleh dengan menggunakan proses ozonasi gelembung mikro dan membran filtrasi. Ozonasi gelembung mikro ini bertujuan untuk memperluas area kontak dan untuk menghasilkan OH radikal yang memiliki sifat oksidasi lebih kuat dibandingkan ozon.
Dari penelitian ini didapatkan bahwa proses ozonasi dan filtrasi efektif untuk menyisihkan logam tembaga, timbal dan kurang efektif untuk senyawa amonia. Persentase penyisihan logam tembaga, timbal dan amonia secara terpisah didapatkan hasil penyisihan untuk logam tembaga sebesar 93,65%, logam timbal 98,17 %, dan amonia sebesar 17,07 %. Sedangkan untuk penyisihan limbah sintetik yang dicampur didapatkan penyisihan untuk logam tembaga sebesar 53,79 %, logam tembaga 71,98 % dan amonia sebesar 30,03 %.

The study of the water treatment by using micro bubbles ozonation processes and membrane filtration for remove copper, lead and ammonia. One of the micro bubbles ozonation purpose is to expand the contact area and to produce OH radical oxidation properties stronger than ozone.
From this study founded that the ozonation and filtration process effective to remove copper and lead, but uneffective for ammonia compounds. The total removal of copper, lead and ammonia has a result as the following copper 93.65%, lead 98.17% and ammonia 17.07%. While the total removal for mixed synthetic waste can remove copper metal 53.79%,lead 71,98 % and ammonia 30.03%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51906
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ratu Nayasza Atikah Mangkuprawira
"Air Danau Kenanga merupakan salah satu sumber yang dapat diolah untuk memenuhi tingginya kebutuhan air higiene dan sanitasi seiring dengan berkembangnya populasi masyarakat di Indonesia. Metode pengolahan yang digunakan adalah hybrid ozonation-coagulation (HOC) menggunakan koagulan poly aluminium chloride (PAC). Metode gabungan ini dipilih karena keterbaruannya dan memiliki efektivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode konvensional. Pada penelitian ini, variasi yang digunakan adalah pH (6,7,8) dan dosis koagulan (100 ppm, 300 ppm, 500 ppm). Parameter yang ditinjau terdiri dari perubahan pH, penyisihan logam berat, perubahan TDS, penyisihan kekeruhan dan perubahan total koliform. Hasil terbaik yang diperoleh pada metode gabungan adalah pH 7 dengan dosis koagulan PAC 100 ppm yang dapat memenuhi seluruh nilai pada standar baku mutu air higiene dan sanitasi sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2023. Nilai-nilai yang didapatkan di tiap parameter adalah 6,79 untuk pH, 111 mg/L untuk TDS, 0,015 mg/L untuk Fe, 0,1 mg/L untuk Mn, 0 NTU untuk kekeruhan, dan 0 CFU/100 mL untuk total koliform. Sedangkan di metode konvensional (koagulasi-flokulasi dan ozonasi), tidak seluruh parameter memenuhi standar baku mutu yang ditentukan.

Kenanga Lake’s water is one of the sources that can be treated to meet the high demand for hygiene and sanitation water along with the growing population in Indonesia. The treatment method used is hybrid ozonation-coagulation (HOC) using poly aluminum chloride (PAC) coagulant. This combined method was chosen because of its novelty and has higher effectiveness compared to conventional methods. In this study, the variations used were pH (6,7,8) and coagulant dosage (100 ppm, 300 ppm, 500 ppm). The parameters reviewed consisted of changes in pH, heavy metal removal, changes in TDS, turbidity removal and changes in total coliform. The best result obtained in the combined method is pH 7 with a coagulant dose of 100 ppm PAC which can meet all values in the hygiene and sanitation water quality standards according to the Regulation of the Minister of Health of the Republic of Indonesia Number 2 of 2023. The values obtained in each parameter are 6.79 for pH, 111 mg/L for TDS, 0.015 mg/L for Fe, 0.1 mg/L for Mn, 0 NTU for turbidity, and 0 CFU/100 mL for total coliform. While in the conventional method (coagulation-flocculation and ozonation), not all parameters meet the specified quality standards."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zulham Sasmita
"Air merupakan salah satu kebutuhan penting yang diperlukan oleh setiap manusia terutama pada air bersih. Air bersih yang dapat digunakan harus memenuhi persyaratan standar kesehatan yaitu tidak berbau, tidak berwarna dan tidak berasa serta memenuhi baku mutu air bersih yang telah ditetapkan. Universitas Indonesia memiliki 5 danau yang setiap danaunya memiliki potensial untuk dijadikan sumber air bersih. Tujuan dari penelitian ini adalah ingin memanfaatkan sumber air danau UI sebagai sumber air bersih baru bagi gedung rektorat UI dengan merancang water treatment plant.
Dari hasil uji kualitas air pada danau UI yang akan dijadikan sumber air bersih, terdapat 5 syarat yang tidak terpenuhi yaitu bau, kekeruhan, besi, zat organik sebagai KMnO4, dan total koli. Proses yang digunakan dalam perancangan water treatment plant ini adalah koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi, dan disinfektan. Pada proses koagulasi dan flokulasi kita menentukan dimensi dan kecepatan motor. Sedimentasi dibagi kedalam 4 zona, yaitu zona inlet, zona outlet, zona pengendapan dan zona lumpur. Pada zona inlet kita menentukan ukuran dan jumlah lubang, zona outlet kita menentukan dimensi V-notch dan saluran gutter, zona pengendapan kita menentukan dimensi plat settler, zona lumpur kita menentukan debit lumpur dan dimensi bak lumpur. Pada filtrasi kita menentukan sistem underdrain dan sistem backwash. Pada disinfektan kita menentukan debit kaporit.

Water is one of the essential requirements needed by every human being, especially in clean water. Clean water that can be used must meet the requirements of health standard that is odorless, colorless and tasteless as well as meet the water quality standard that has been set. University of Indonesia owns 5 lakes that have the potential to become a source of clean water. The purpose of this research is to use UI lake water as a new water source for Rektorat UI with the plan of building water treatment plant.
From the test results of water quality in the lake UI that will become the source of clean water, there are five conditions are not met ie odor, turbidity, iron, organic substances as KMnO4, and total coli. The process used in planning water treatment plant is coagulation, flocculation, sedimentation, filtration, and disinfectants. In the process of coagulation and flocculation we determine the dimensions and speed of the motor. Sedimentation is divided into four zones, namely zone inlet, outlet zone, settling zone and sludge zone. In the inlet zone we determine the size and number of holes, in outlet zone we determine the dimensions of V-notch and gutter channels, in settling zone we determine the dimensions of the plate settler, and in sludge zone we define dimension and debit mud. In filtration we define underdrain system and determine backwash system. In disinfectant we define debit chlorine that will be used.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gian Ratulangi Bhumindra
"Limbah padat lumpur IPA Pejompongan I dan II dari proses koagulasi-flokulasi-sedimentasi sampai saat ini dibuang ke sungai Krukut dan memiliki potensi untuk mencemarkan sungai tersebut. Studi pemanfaatan kembali lumpur IPA Pejompongan I dan II sebagai koagulan dilakukan untuk mengurangi residu yang dibuang ke sungai. Dalam penelitian penggunaan kembali lumpur sebagai koagulan yang dilakukan adalah menentukan kondisi terbaik yang dibutuhkan agar lumpur dapat digunakan sebagai koagulan. Metode jartest digunakan untuk mengaetahui kondisi optimum dan efisiensi pemakaian kembali lumpur. Kandungan aluminium merupakan senyawa yang sangat vital dan pemulihan aluminium dilakukan dengan pengeringan dan kalsinasi sampel lumpur terlebih dahulu.
Kondisi optimum untuk sampel lumpur IPA Pejompongan I dan II dengan dosis sebesar 9,01 dan 7,5 mg dengan kecepatan pengadukan cepat 140 dan 100 rpm selama 1 menit, lalu kecepatan pengadukan lambat sebesar 20 rpm selama 15 menit dan sedimentasi selama 60 menit. Efektivitas pemakaian lumpur sebagai koagulan untuk sampel I adalah sebesar 97,73 % dan sampel II sebesar 98,19 %. Hasil pemakaian dapat mencapai baku mutu kekeruhan yang telah ditetapkan pada Permenkes No. 492/menkes/per/iv/2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum yaitu 5 NTU sedangkan kekeruhan yang diperoleh adalah sebesar 4 NTU untuk kedua sampel. Hal ini membuktikan bahwa pemakaian kembali lumpur IPA Pejompongan I dan II sebagai koagulan dapat dilakukan.

Sludge residu from coagulaton-flocculation-sedimentation process of Pejompongan I and II water treatment plant, have been disposed at Krukut river until the present day and the residue may be a threat of pollution to the river. Studies of reusing the sludge residu of Pejompongan I and II water treatment plant as a coagulant may decrease the amount of residu which are disposed at the river. In the study of reusing sludge as a coagulant, the search of the optimum conditions of the sludge is needed to be done by using jar test methode. Aluminium recovery is the vital core of this study, where to recover the remaining aluminium in the sludge residu, dewatering and calcination treatment has to be implemented to the sample.
The optimum condition for the sludge sample from Pejompongan I and II is 9,01 and 7,5 mg dosage of the sample with a fast mixing rate of 140 and 100 rpm for 1 minute and slow mixing rate of 20 rpm for 15 minutes then 60 minutes of sedimentation for settling. Effectivity of sludge reuse as a coagulant for sample I (Pejompongan I) is 97,73 % and sample II (Pejompongan II) IS 97,73 %. The result of the usage of the sample has reached the standard of turbidity which is stated by Permenkes No. 492/menkes/per/iv/2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum with the standard of 5 NTU, where as turbidity obtained is equal to 4 NTU for both samples. The reuse of sludge residu from Pejompongan I and II water treatment plant as a coagulant has been proven successful.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S65026
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiffany Angie
"Pengolahan limbah air merupakan tantangan besar yang dihadapi oleh Indonesia, terutama dengan meningkatnya aktivitas industri dan urbanisasi. Limbah air yang tidak diolah dengan baik dapat mengandung polutan berbahaya yang merusak ekosistem dan mengancam kesehatan manusia. Salah satu metode yang efektif untuk mengatasi masalah pengolahan air adalah metode hybrid ozonation-coagulation. Metode ini dapat mengatasi keterbatasan koagulan dalam mengendapkan senyawa hidrofilik, mengurangi jumlah lumpur yang dihasilkan dan meningkatkan jumlah radikal hidroksil yang terbentuk oleh ozon. Pada penelitian ini, sampel air limbah berasal dari Danau Kenanga Universitas Indonesia sebagai salah sumber daya air yang tersedia. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi kinerja penyisihan metode hybrid ozonation coagulation dengan variasi pH dan dosis koagulan terhadap kadar logam besi, kadar logam mangan, kekeruhan, dan total koliform. Variasi pH awal sampel limbah adalah pH 6, 7, dan 8 sedangkan dosis koagulan yang digunakan adalah 100 ppm, 200 ppm, dan 300 ppm. Pada metode hybrid ozonation coagulation dengan variasi terbaik yaitu pH 8 dan dosis koagulan 100 ppm, persentase penyisihan kadar logam besi, kadar logam mangan, kekeruhan, dan total koliform secara berurutan adalah 100%, 11%, 99%, dan 100%.

Wastewater treatment is a major challenge faced by Indonesia, especially with increasing industrial activities and urbanization. Wastewater that is not treated properly can contain harmful pollutants that damage ecosystems and threaten human health. One of the effective methods to overcome water treatment problems is  the hybrid ozonation-coagulation method. This method can overcome the limitations of coagulants in precipitating hydrophilic compounds, reduce the amount of sludge produced and increase the number of hydroxyl radicals formed by ozone. In this study, wastewater samples came from Lake Kenanga of the University of Indonesia as one of the available water resources. This study was conducted to evaluate the performance of the hybrid ozonation coagulation  method with variations in pH and coagulant dosage on ferrous metal content, manganese metal content, turbidity, and total coliform. The initial pH variation of the waste sample was pH 6, 7, and 8 while the coagulant doses used were 100 ppm, 200 ppm, and 300 ppm. In the hybrid ozonation coagulation method  with the best variation, namely pH 8 and coagulant dose of 100 ppm, the percentage of allowance for ferrous metal content, manganese metal content, turbidity, and total coliform were 100%, 11%, 99%, and 100%, respectively."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Retno P.
"Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengolah air yang mengandung senyawa linear alkil benzen sulfonat (LAS) dan amonia adalah dengan proses oksidasi lanjut dan filtrasi membran. Proses oksidasi lanjut ini memanfaatkan keberadaan radikal hidroksida yang merupakan oksidator kuat yang mampu menguraikan senyawa organik dan anorganik bersifat racun dan sulit terurai di dalam air.
Dari penelitian ini didapatkan bahwa proses oksidasi lanjut dan filtrasi membran cukup efektif untuk menyisihkan senyawa LAS, namun tidak cukup efektif untuk menyisihkan senyawa amonia dalam air. Persentase penyisihan total LAS untuk konsentrasi awal 30 mg/L, 50 mg/L dan 100 mg/L masing-masing diperoleh sebesar 89,82 %; 84,20% dan 81,49% dan amonia sebesar 17,07%.

One of the methods to treat water of linear alkyl benzene sulfonate and ammonia compounds is by advanced oxidation process and membrane filtration. These advanced oxidation process utilizing the presence of hydroxide radicals which is a strong oxidant that can destroy the organic and inorganic compounds are toxic and difficult to break down in the water.
From this research, it was found that advanced oxidation process and membrane filtration effective for remove linear alkyl benzene sulfonate (LAS), but uneffective for remove ammonia in the water. The total removal of linear alkyl benzene sulfonate was about 89,82 %; 84,20% and 81,49% for initial concentration was 30 mg/L, 50 mg/L and 100 mg/L, respectively and 17,07% for ammonia.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51901
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sofia Hikmatussa’diah
"roses ozonisasi katalitik sebagai pre-treatment pengolahan air gambut menjadi air minum difokuskan pada efektivitas penyisihan parameter Warna, Total Fe, COD, Total Coliform, dan Kekeruhan. Perbandingan eksperimen dilakukan antara O3, O3/UV, O3/UV/Fe, dan O3/UV/Fe tanpa KFS (Koagulasi, Flokulasi, Sedimentasi) dengan O3/UV/Fe yang dilanjutkan dengan KFS. Berdasarkan hasil percobaan, proses penyisihan optimum terjadi pada proses O3/UV/ZVI pada pH 5 + KFS (dosis tawas: 40 ppm) dengan kondisi awal meliputi kecepatan pengadukan saat ozonisasi (300 rpm), suhu (27°C ), volume sistem (250 mL), dan dosis katalis ZVI (1 g/L) dengan proses ozonisasi secara kontinyu selama 60 menit. Proses koagulasi berjalan dengan pengadukan 120 rpm (1 menit), diikuti dengan flokulasi 40 rpm (20 menit), dan sedimentasi (15 menit). Proses kombinasi O3/UV/ZVI + KFS mampu menyisihkan dua kali penyisihan, yaitu setelah O3/UV/ZVI (77%) dan setelah KFS (88%), COD (100%), Total Fe (100%), Total Coliform (100%), dan kekeruhan (89%). Pada proses yang dipilih, mekanisme kinetika orde dekolorisasi warna tidak sesuai dengan data eksperimen, dikarenakan penurunan dekolorisasi yang sangat tinggi pada rentang waktu tertentu, namun pada proses O3/ZVI reaksi berjalan dengan mekanisme kinetika orde nol dengan nilai R2 (0,9887) dengan nilai k0 sebesar 10,89 mg/L.menit yang menandakan proses dekolorisasi berjalan dengan cepat. Sementara itu, nilai EEO pada percobaan yang dipilih adalah 58,95 kWh/m3 per orde.

The catalytic ozonation process as a pre-treatment for peat water treatment into drinking water focused on the effectiveness of the removal of Color, Total Fe, COD, Total Coliform, and Turbidity parameters. Experimental comparisons were made between O3, O3/UV, O3/UV/Fe and O3/UV/Fe without KFS (Coagulation, Flocculation, Sedimentation) with O3/UV/Fe followed by KFS. Based on the experimental results, the optimum removal process occurred in the O3/UV/ZVI process at pH 5 + KFS (alum dose: 40 ppm) with initial conditions including stirring speed during ozonization (300 rpm), temperature (27°C ± 0.495), system volume (250 mL), and ZVI catalyst dose (1 g/L) with a continuous ozonization process for 60 minutes. The coagulation process runs with 120 rpm stirring (1 min), followed by 40 rpm flocculation (20 min), and sedimentation (15 min). The O3/UV/ZVI + KFS combination process was able to remove twice the removal, namely after O3/UV/ZVI (77%) and after KFS (88%), COD (100%), Total Fe (100%), Total Coliform (100%), and turbidity (89%). In the selected processes, the color decolorization order kinetics mechanism does not match the experimental data, due to the very high decrease in decolorization in a certain time range, but in the O3/ZVI process the reaction runs with a zero-order kinetics mechanism with an R2 value (0.9887) with a k0 value of 10.89 mg/L.min which indicates that the decolorization process runs quickly. Furthermore, the EEO value in the selected experiment was 58.95 kWh/m3 per order."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>