Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 160837 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Septi Niawati
"Aspergillus oryzae dilakukan kultivasi pada medium limbah berupa onggok dan ampas tahu dengan menggunakan metode submerged fermentation dan ekstraksi sonikasi dengan pelarut etanol untuk menghasilkan asam lemak tak jenuh. Ekstraksi etanol merupakan salah satu ekstraksi yang aman, sehingga asam lemak yang dihasilkan dalam penelitian ini dapat diaplikasikan pada industri pangan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa suhu optimum dalam produksi asam lemak tak jenuh berada pada suhu 300C dengan menghasilkan 65,88 % asam lemak tak jenuh terdiri dari 1,28% MUFA dan 64,6 % PUFA, serta pH 4 menghasilkan asam lemak tak jenuh tertinggi sebesar 54,44% dengan 1,84% MUFA dan 52,6% PU.

Aspergillus oryzae is cultivated in medium based on onggok and tofu?s solid waste by using submerged fermentation and extraction of sonication with ethanol solvent to produce unsaturated fatty acid. Ethanol extraction is one of the safe extraction methods, so the fatty acid can be applied to the food industry.
The result showed the optimum incubation temperature in the production of unsaturated fatty acid at 300C with 65.88% unsaturated fatty acids that consist of 1.28% MUFA and 64.6% PUFA. And also pH 4 result the highest unsaturated fatty acid of 54.44 with 1.84% MUFA and 52.6% PUFA.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S63648
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muslimah
"Asupan gizi merupakan salah satu kebutuhan dasar yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Salah satu zat gizi yang penting bagi tubuh adalah lemak. Asam lemak esensial merupakan jenis asam lemak yang tidak dapat dibuat oleh tubuh manusia sehingga perlu asupan dari luar, diantaranya jenis asam lemak tak jenuh rantai panjang (PUFA) seperti AA, DHA, dan EPA. Sumber asam lemak ini umumnya dari minyak ikan, namun ketersediaannya dari ikan memiliki keterbatasan. Oleh karena itu, sudah mulai digunakan mikroorganisme sebagai sumber bahan baku. Aspergilus oryzae adalah mikroorganisme yang dipilih dalam penelitian ini. A.oryzae dikultur dengan metode submerged fermentation memanfaatkan limbah padat tapioka dan tahu sebagai substrat. Variabel bebas yang dipilih untuk meningkatkan akumulasi lipid adalah variasi rasio C:N. Hasil penelitian menunjukkan bahwa yield biomassa dan yield lipid maksimum ada pada rasio 30:1, dengan persentase berturut-turut 24,43% (w/w) dan 13, 44% (w/w). Jenis asam lemak yang mendominasi pada rasio ini adalah omega-9 yaitu 49,26% (w/w). Sedangkan persentase AA, DHA, dan EPA secara berturut-turut adalah 0,51% (w/w); 2,54% (w/w); dan 0,24% (w/w). Berdasarkan pada hasil ini, pemanfaatan A.oryzae serta limbah padat tapioka dan tahu cukup potensial untuk produksi asam lemak tak jenuh.
Nutritional intake is one of the basic requirement for human life. Variouse types of have a role in the provision of energy, growth, development, and other health aspects. One of the important nutrients is fatty acid, especially unsaturated fatty acid like omega-3, omega-6, and omega-9. For the more polyunsaturated fatty acid (PUFA) such as AA, DHA, and EPA also important for human body particulary for the fetus. This compounds are produce from fish oil, but it has limitation factor. Microorganism such as yeast, algae, fungus, and bactery commonly use as the alternative source. In this research, Aspergillus oryzae is used to produce the essential fatty acid using solid waste tofu and tapioca industry as the substrat. Limitation of C:N ratio from this substrate expected give high lipid accumulation, so we use C:N ratio from 20:1 until 80:1 with submerged fermentation method to culture this fungus. This research given a result that maximum lipid and biomass accumulation in 30:1 carbon and nitrogen ratio. Biomass and lipid yield maximum are 24.42% (w/w) and 13.44% (w/w). Fatty acid compotition in this ratio is dominated with monounsaturated fatty acid attain 49.26% (w/w), and total polyunsaturated fatty acid is 18.10% (w/w). The percentase of AA, DHA, and EPA as the PUFAs group are 0.51% (w/w), 2.54 % (w/w), and 0.24% (w/w). It’s potetially to produce AA, DHA, and EPA using A. oryzae in solid waste tofu and tapioca industry."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59707
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fhani Meliana
"Penyakit jantung koroner merupakan masalah yang cukup banyak ditemukan di beberapa negara pada usia 25-60 tahun. Berbagai pengobatan medis telah dikembangkan untuk mencegah dan menanggulangi penyakit jantung koroner. Pengobatan oral medis yang telah umum dilakukan adalah pengobatan menggunakan nitrogylcerin, isosorbide, beta blocker, namun kebanyakan memiliki efek cepat namun dalam jangka waktu yang pendek sehingga tidak dapat digunakan sebagai pengobatan berkelanjutan. Akar Salvia milthiorrhiza mengandung asam przewalskinik A yaitu molekul kecil asam fenolik yang dapat diperoleh dengan metode maserasi. Asam fenolik ini menunjukkan aktivitas antioksidan yang kuat dan memiliki efek potensial dalam melindungi otak dan jantung yang disebabkan oleh ischemia reperfusion. Asam przewalskinik A merupakan senyawa yang langka namun dapat diproduksi melalui biotransformasi senyawa asam salvianolik B oleh crude enzim Aspergillus oryzae. Asam salvianolik B diperoleh dengan teknik esktraksi metanol. Asam salvianolik B setelah direaksikan dengan crude enzim menghasilkan kenaikan aktivitas antioksidan sebanyak 20,2% untuk variasi waktu inkubasi Aspergillus oryzae dan 15,8% untuk variasi konsentrasi ampas tahu sebagai sumber nitrogen. Aktivitas spesifik enzim yang dihasilkan pada variasi waktu inkubasi sebesar 0,0068 U/mg. Sedangkan, aktivitas spesifik yang dihasilkan pada variasi konsentrasi ampas tahu yaitu 0,0059 U/mg.

The numbers of coronary heart disease patient were excessive and spread in many countries, even in developed countries especially in 25-60 ages. Many of medical treatment were developed in order to prevent and to cope with coronary heart disease. Common oral medical treatments for sufferer are using nitroglycerin, isosorbide, and beta-blocker, but they have fast effects but just in short term, so it cannot use for sustainable medications. Salvia milthiorrhiza root contains przewalskinik acid A which is small molecules of phenolic acid. This phenolic acid shows strong antioxidants activities and gives potential effects in protecting brain and heart damage which caused by ischemia reperfusion. Przewalskinik acid A is rare compound but it can be produced from biotransformation of salvianolic acid B using crude enzyme from Aspergillus oryzae. After reacted by crude enzyme, salvianolic acid B shows increase of antioxidant activity 20,2% in incubation time variation of Aspergillus oryzae and 15,8% in variation of tofu waste concentration as nitrogen source. Specific activity of enzyme in variation of incubation time is 0,0068 U/mg. Whereas, specific activity of enzyme in tofu waste concentration as nitrogen source is 0,0059 U/mg."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S64120
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shaina Tania
"Gangguan spectrum autisma GSA merupakan gangguan perkembangan neurologis pada anak di mana terdapat perubahan dalam metabolisme asam lemak tak Jenuh dengan rasio EPA Eicosapentaenoic Acid dan AA Arachidonic Acid yang tinggi yang menurunkan produksi ceruloplasmin Cp yang menyebabkan gejala-gejala perilaku dalam individu GSA. Oleh karena itu, gangguan sosial pada penderita GSA dapat ditangani dengan suplementasi AA.
Dalam penilitian ini, akan dilihat kemampuan Aspergillus oryzae dalam memproduksi asam lemak dan PUFA dengan fokus pada AA dengan metode fermentasi tiga tahap serta konsentrasi glukosa optimum untuk propagasi miselium pada medium tahap satu dan akumulasi lipid pada medium tahap dua. Ekstraksi dlakukan dengan menggunakan klroform dan metanol.
Hasil penelitian konsentrasi glukosa optimum untuk propagasi miselium adalah 60 g/L dengan berat biomassa kering 1,079 g. Sedangkan, untuk medium tahap dua konsentrasi glukosa yang optimum adalah 40 g/L dengan perbandingan berat lipid dan biomassa kering 17,18. Dengan metode fermentasi tiga tahap kadar asam lemak tak jenuh yang terbaik mencapai 64,43 dengan 31,67 asam lemak jenuh. Sedangkan produksi AA terbaik didapatkan pada kultur dengan konsentrasi glukosa 60 g/L pada medium tahap dua dengan 0,06.

Acid to AA Arachidonic Acid ratio, this decreases the production of ceruloplasmin Cp that can be cured from AA supplementation. The main source PUFA is fish oil, which is limited, thus an alternative source is needed. A possible source can be found in microorganisms.
In this paper Aspergillus oryzae is evaluated for its ability to produce fatty acids and AA with the three stage fermentation method as well as the optimum glucose concentration for the first and second stage of fermentation. The extraction of lipids is done with a mixtrure of chloroform and methanol.
The results of this research find the optimum glucose concentration for miscellium propagation in the first stage medium is 60 g L resulting in 1,079 g of dry biomass. On the other hand, the optimum glucose concentration for the second stage, which is the lipid accumulation stage is 40 g L resulting in 17,18 of lipid compared to the dry biomass. With the three stage fermentation method, the best unsaturated fatty acid content in the lipid produced is 64,43 with 31,67 of saturated fatty acid. While the highest amount of AA produced is 0,06 with 60g L of glucose in the second stage medium.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
Spdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laras Ragil Kuncoro Putri
"Lemak menjadi nutrisi yang berperan penting dalam proses metabolisme. Sekitar 60% nutrisi yang dibutuhkan untuk perkembangan otak adalah berupa lemak. Polyunsaturated Fatty Acid (PUFA) yang terdiri dari omega-3 (linoleate) dan omega-6 (linolenat), merupakan asam lemak esensial yang digunakan untuk menjaga bagian-bagian struktural dari membran sel, serta mempunyai peran penting dalam perkembangan otak. Kapang adalah salah satu mikroorganisme oleaginous yang potensial sebagai sumber alternatif peghasil PUFA. Peneliti akan menggunakan Aspergillus oryzae sebagai mikroorganisme penghasil PUFA. Namun produksi single cell oil (SCO) dari mikroorganisme terhambat pada biaya operasional yang mahal, sehingga perlu adanya pemanfaatan limbah untuk menekan biaya operasional. Oleh karena itu, dalam penelitian ini digunakan limbah industri yaitu onggok tapioka dan ampas tahu sebagai medium kultivasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan PUFA dalam lipid A. oryzae meningkat seiring peningkatan konsentrasi karbon. Persentase PUFA tertinggi berada pada konsentrasi karbon 6% (w/w), yaitu sebesar 60,8% (w/w). Pada variasi rasio C/N, persentase PUFA dalam lipid A. oryzae relatif menurun seiring dengan peningkatan rasio C/N. Persentase PUFA tertinggi berada pada rasio 30:1, yaitu sebesar 56,1% (w/w).

Fat is nutrients that play an important role in the metabolism process. About 60% of the nutrients needed for brain development is in the form of fat. Polyunsaturated Fatty Acids (PUFAs), which consists of omega-3 (linoleate) and omega-6 (linolenic acid), is an essential fatty acid that is used to maintain the structural parts of the cell membrane, and has an important role in brain development. Fungus is one of oleaginous microorganisms as a potential alternative source of PUFA producer. We will use the Aspergillus oryzae as PUFA-producing microorganisms. However, the production of single cell oil (SCO) of microorganisms is inhibited at high operational cost, thus we need for waste utilization to reduce the operational cost. Therefore, in this study, we used industrial waste, they are production waste of tapioca powder and tofu as cultivation medium. The result showed that the content of PUFAs in lipid A. oryzae increases with the concentration of carbon. The highest percentage of PUFA is at the carbon concentration of 6% (w/w), which amounted to 60.8% (w/w). In variations of C/N ratio, the percentage of PUFAs in lipid A. oryzae relatively decr"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S63687
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astrid Miranti
"Zat yang harus terpenuhi untuk proses perkembangan sel terutama sel otak, adalah asam lemak seperti AA, DHA dan EPA. Kapang dapat menjadi sumber alternatif asam lemak tak jenuh seperti omega 3, omega 6, dan omega 9 khususnya AA, DHA dan EPA. Dalam penelitian ini, akan dilakukan penelitian mengenai variasi kondisi operasi yang sesuai untuk pertumbuhan Aspergillus oryzae dalam produksi asam lemak tak jenuh AA, DHA dan EPA dengan metode Submerged Fermentation menggunakan media sintetis dan ekstrasi bertingkat. Aspergillus oryzae akan dikultivasi pada medium PDA dengan menggunakan sumber karbon pada substrat berupa glukosa dan Ammonium sulfate serta yeast extract sebagai sumber nitrogen. Ekstraksi yang digunakan menggunakan etanol dan n-heksana.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa laju agitasi optimum untuk produksi asam lemak tak jenuh dari Aspergillus oryzae adalah 120 RPM dengan yield lipid sebesar 28,28 dan menghasilkan kadar asam lemak tak jenuh sebesar 50,36 . Laju agitasi optimum untuk produksi EPA adalah sebesar 120 RPM dengan komposisi EPA yang didapatkan sebesar 2,42. Serta pH medium optimum untuk produksi asam lemak tak jenuh dari Aspergillus oryzae adalah pH 6 dengan yield lipid sebesar 22,35 dan menghasilkan kadar asam lemak tak jenuh sebesar 45,5. Sedangkan Suhu inkubasi optimum untuk produksi asam lemak tak jenuh dari Aspergillus oryzae adalah 25°C dengan yield lipid sebesar 13,19 dan menghasilkan kadar asam lemak tak jenuh sebesar 62,15 . Jenis asam lemak tak jenuh yang diperoleh dari Aspergillus oryzae adalah oleat, linoleat, linolenat dan EPA.
There are several substances that needs to be fulfill to keep the brain cell growth such as AA, DHA and EPA. Fungi is one of the alternative source of omega 3, omega 6, omega 9 especially AA, DHA and EPA. This research variates operating condition that is suitable for the growth of Aspergillus oryzae in AA, DHA, and EPA fatty acid production with Submerged Fermentation using synthetic medium and layered extraction. Aspergillus oryzae will be cultivated in medium using glucose as carbon source and Ammonium sulfate and yeast extract as nitrogen source. The extraction method using ethanol and n hexane as solvent.
The result shows that optimum agitation rate for unsaturated fatty acid production of Aspergillus oryzae is 120 RPM, lipid yield 28,28 and unsaturated fatty acid content 50,36. Optimum medium pH for PUFA production of Aspergillus oryzae is 6, lipid yield 22,35 and unsaturated fatty acid content 45,5. Optimum incubation temperature for unsaturated fatty acid production of Aspergillus oryzae is 25°C, lipid yield 13,19 and unsaturated fatty acid content 62,15. Unsaturated fatty acids produced from Aspergillus oryzae are oleic, linoleic, linolenic and EPA.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S68251
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ardita Rizky Putri Arcanggi
"Lemak tak jenuh adalah salah satu asupan nutrisi perkembangan otak dan kesehatan tubuh. Akan tetapi, tubuh memiliki keterbatasan dalam mensintesis asam lemak tak jenuh seperti AA EPA. Oleh karena itu, kedua asam lemak ini menjadi esensial bagi tubuh. Selama ini, asam lemak tak jenuh dipenuhi oleh nutrisi dari minyak ikan. Namun, ketersediaan minyak ikan saat ini memiliki keterbatasan, yaitu pencemaran logam berat, penyediaan sumber daya ikan, dan harga komoditas. Oleh karena itu, penelitian ini menggagas upaya pengadaan asam lemak tak jenuh dari mikroorganisme yang mampu mengonversi asam lemak tak jenuh dengan biaya yang murah dan menghasilkan asam lemak tak jenuh dengan persentase yang tinggi.
Penelitian ini menggunakan Aspergillus oryzae dengan medium kultivasi onggok tapioka dan ampas tahu sebagai usaha penekanan biaya produksi. Disamping itu, Penelitian ini memvariasikan komposisi karbon dan menganalisis kurva hubungan konsentrasi karbon terhadap produksi lipid maksimum dari Aspergillus oryzae serta menentukan laju agitasi optimum terhadap produksi lipid dari Aspergillus oryzae. Hasil penelitian menunjukkan perolehan komposisi AA, DHA, EPA optimum berada pada konsentrasi karbon 9 w/w dan laju agitasi 120 RPM, sebesar 0,18 w/w , 0,33 w/w , dan 2,96 w/w.

Unsaturated fatty acids are one of the most nutrient intake for brain development and health. However, the body has limited synthesize unsaturated fatty acids such as AA, DHA, EPA. Therefore, both these fatty acids are essential for the body. During this time, an unsaturated fatty acid filled with nutrients from fish oil. However, the availability of fish oil currently has limitations, namely the heavy metal pollution, provision of fish resources, and commodity prices. Therefore, this study initiated the procurement efforts of unsaturated fatty acids of microorganisms able to convert unsaturated fatty acids with low cost and produce unsaturated fatty acids with a high percentage.
This study will use Aspergillus oryzae with tapioca and tofu waste as production cost reduction efforts. In addition, this study will analyze the varying composition of carbon and carbon concentration curves to the maximum lipid production from Aspergillus oryzae and determine the optimum rate of agitation against lipid production from Aspergillus oryzae. The results shows that the optimum composition of AA, DHA, EPA are 0.18 w w , 0.33 w w , and 2.96 w w in concentration carbon of 9 w w and agitation rate of 120 RPM.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S68371
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stefyana Hernawati
"Asam kojat merupakan metabolit sekunder yang disekresikan oleh beberapa kapang dari genus Aspergillus melalui proses fermentasi. Senyawa ini sering digunakan sebagai zat aktif pemutih kulit pada produk kosmetik karena dapat menghambat aktivitas tirosinase dalam melanogenesis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan sumber nitrogen kompleks terbaik, nilai pH optimal, dan kadar air awal optimal untuk produksi asam kojat dengan Aspergillus oryzae menggunakan metode fermentasi substrat padat. Optimasi sumber nitrogen kompleks dilakukan dengan menggunakan medium yeast extract, kacang kedelai, kacang hijau, dan kacang tanah. Selanjutnya dilakukan optimasi nilai pH medium dan kadar air awal secara bertahap. Optimasi nilai pH medium dilakukan dengan tiga variasi, yaitu 3,5; 4,5; dan 5,5. Kadar air awal medium dioptimasi dengan variasi 70%, 80%, dan 90%. Dari empat variasi medium, didapatkan sumber nitrogen kompleks yang terbaik, yaitu kacang kedelai dengan perolehan kadar asam kojat sebesar 0,792 mg/ml. Nilai pH yang optimum untuk produksi asam kojat didapatkan pada pH 5,5 dengan kadar asam kojat sebesar 1,2888 mg/ml. Dari tiga variasi yang dilakukan dalam optimasi kadar air awal, diperoleh asam kojat dengan kadar tertinggi sebesar 3,1852 mg/ml pada kadar air awal 80%. Nilai yield sebagai penentu efisiensi proses fermentasi pada keadaan optimum didapatkan sebesar 0,0043 gg-1. Produktivitas dari proses fermentasi pada keadaan optimum diperoleh sebesar 0,0001 gg-1jam-1. Kesimpulan dari penelitian ini adalah kondisi optimal pada fermentasi substrat padat dengan Aspergillus oryzae untuk asam kojat diperoleh dengan kacang kedelai sebagai sumber nitrogen kompleks, nilai pH 5,5, dan kadar air awal 80%.

Kojic acid is a secondary metabolite secreted by several molds from genus Aspergillus. It is often used as whitening agent in cosmetic products because of its ability to inhibit tirosinase activity in melanogenesis. The aim of this study is to obtain the best complex nitrogen source, optimal pH value, and optimal moisture content for kojic acid production by Aspergillus oryzae under solid-state fermentation. Optimization of complex nitrogen sources was carried out using medium yeast extract, soybean, mungbean, and groundnut. Furthermore, the optimization of pH value and initial moisture content were carried out gradually. Optimization of pH value was carried out with three variations (3.5, 4.5, and 5.5). Initial moisture content was also optimized with three variations (70%, 80%, and 90%). Of four variations of the medium, the optimal complex nitrogen source was obtained in soybeans with kojic acid levels of 0,792 mg/ml. The optimal pH value for kojic acid production was obtained at pH 5.5 with kojic acid levels of 1.2888 mg/ml. Three variations were carried out in the optimization of initial moisture content and the highest level of kojic acid was obtained 3.1852 mg/ml at an initial moisture content of 80%. The yield for determination of fermentation efficiency at optimal conditions was obtained at 0.0043 gg-1. The productivity of the fermentation process was obtained at 0.0001 gg-1hour-1 at optimal conditions. The conclusion of this experiment is optimal condition for solid-state fermentation by Aspergillus oryzae for kojic acid production was obtained with soybean as complex nitrogen source, pH value of 5.5, and initial moisture content of 80%."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadira Putri Pinasthika
"Dua persen dari 48 juta penyandang cacat menderita tuna grahita, dimana penyebab terbesar adalah kekurangan Arachidonic Acid AA , Docosahexaeonic Acid DHA dan Eicosapentanoic Acid EPA yang berperan dalam perkembangan otak. Single Cell Oil, yaitu pemanfaatan mikroorganisme satu sel, dapat menjadi solusi, seperti kapang Aspergillus oryzae, untuk menghasilkan AA, DHA EPA. Kapang A. oryzae dikultivasi pada medium Potato Dextrose Agar PDA, Czapek Dox Agar CDA dan Malt Extract Agar MEA, lalu divariasikan waktu inkubasinya selama 2,4,5,6 dan 7 hari pada medium yang optimal. Lipid kapang diekstrak menggunakan etanol dan n-heksana. Karakterisasi lipid kapang dilakukan dengan metode kromatografi gas GC. Medium yang paling optimal adalah CDA dengan produktivitas lipid 21,516. Waktu inkubasi yang paling optimal pada medium CDA adalah 5 hari dengan produktivitas lipid sebesar 33,59 yang mengandung 58,3 asam lemak tak jenuh. Komposisi asam lemak tak jenuh yang dihasilkan pada hari ke-5 adalah 29,2 oleat; 29,1 linoleat dan 0,046 EPA.

Two percent of the 48 million people with disabilities suffer from mental illness, where the biggest cause is the lack of Arachidonic Acid AA , Docosahexaeonic Acid DHA and Eicosapentanoic Acid EPA that play a role in brain development. Single Cell Oil, which utilizes one cell microorganism, can be a solution, such as Aspergillus oryzae, to produce AA, DHA EPA. A. oryzae was cultivated on Potato Dextrose Agar PDA, Czapek Dox Agar CDA and Malt Extract Agar MEA, then the incubation time are 2,4,5,6 and 7 days in optimal medium. Lipid were extracted using ethanol and n hexane. The characterization of lipid was done by gas chromatography GC method. The most optimal medium is CDA with a lipid yield of 21.516. The most optimal incubation time on CDA medium was 5 days with 33.59 lipid productivity containing 58.3 unsaturated fatty acid. The unsaturated fatty acid composition produced on the 5th day was 29.2 oleate 29.1 linoleate and 0.046 EPA."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67559
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reza Nur Fahmi
"Asam kojat merupakan metabolit sekunder yang dihasilkan oleh kapang genus Aspergillus dan Penicillium. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh fase pencampuran dan konsentrasi inokulum kultur Aspergillus oryzae dan Aspergillus tamarii terhadap produksi asam kojat. Perhitungan konsentrasi asam kojat dilakukan menggunakan metode Spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang 268 nm. Variasi fase pencampuran dan konsentrasi inokulum kultur kapang dilakukan secara bertahap. Fase pencampuran yang diteliti yaitu pada awal prakultur, awal fase log, dan akhir fase log. Sedangkan variasi konsentrasi inokulum kultur kapang yang diteliti yaitu 1:1, 2:3, dan 3:2 (A. oryzae : A. tamarii).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil konsentrasi asam kojat tertinggi dalam stirred-bioreactor diperoleh pada kultur fermentasi dengan fase pencampuran awal prakultur dan konsentrasi inokulum kultur kapang 1:1 dengan nilai 0,3436 g/L. Efisiensi dari proses fermentasi ditentukan dengan menghitung nilai yield asam kojat dibandingkan jumlah sukrosa didalam medium fermentasi, dimana didapatkan nilai yield tertinggi 0,0127 g/g.

Kojic acid is a secondary metabolite produced by the mold of genus Aspergillus and Penicillium. This research aimed to analyze the effect of mixing phase and inoculum concentration of Aspergillus oryzae and Aspergillus tamarii cultures on kojic acid production. The levels of kojic acid were determined by UV-Vis Spectrophotometry method at 268 nm wavelength. The variation of mixing phase and inoculum concentration of mold cultures was carried out gradually. The mixing phase studied was at the beginning of preculture, the beginning of the log phase and the end of the log phase. Meanwhile, the variation of inoculum concentration were 1:1, 2:3 and 3:2 (A. oryzae : A. tamarii).
The results showed that the highest concentration of kojic acid in stirred-bioreactor was obtained in fermentation cultures with the beginning of preculture of mixing phase using 1:1 ratio inoculum, which produced 0.3436 g/L of kojic acid. The efficiency of fermentation process is determined by calculating the yield of kojic acid compared to the amount of sucrose in fermentation medium, and the highest result of yield value is 0.0127 g/g.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>