Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 138431 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yunnie Trisnawati
"Latar belakang Algoritme pemberian nutrisi enteral secara dini direkomendasikan sebagai strategi pelaksanaan pemberian nutrisi pada anak sakit kritis sehingga target kalori dapat dicapai dalam waktu singkat Saat ini belum ada algoritme pemberian nutrisi enteral standard di PICU RSCM untuk mencapai target kalori optimal.
Tujuan mengevaluasi lama waktu tercapainya target kalori Predicted Energy Expenditure PEE dengan menggunakan algoritme pemberian nutrisi enteral dibandingkan dengan lama waktu tercapainya PEE sebelum algoritme diterapkan di PICU RSCM.
Metode Penelitian dilakukan di PICU RSCM dengan pasien berusia 1 bulan 18 tahun dan lama rawatan di atas 24 jam dan mendapatkan nutrisi enteral. Penelitian retrospektif dilakukan pada 37 rekam medis pasien rawatan PICU pada bulan Juli - September 2015 kelompok sebelum menggunakan algoritme nutrisi enteral. Penelitian prospektif dilakukan di bulan Oktober ndash Desember 2015 pada 37 pasien yang mendapatkan nutrisi enteral sesuai algoritme kelompok menggunakan algoritme nutrisi enteral
Hasil Kelompok yang menggunakan algoritme memiliki lama waktu tercapainya PEE lebih singkat dibandingkan kelompok sebelum menggunakan algoritme median 24 jam vs 74 jam p

Background Early implementation of enteral nutrition EN algorithm is recommended as a strategy in overall nutritional support of the critically ill children Until nowadays there is no standard EN algorithm used for critically ill children in PICU RSCM
Objective To evaluate the time to reach energy goal predicted energy expenditure PEE before and after implementation EN algorithm for achieving optimal EN energy goal in PICU
Methods Patients admitted to PICU RSCM aged 1 mo ndash 18 yo who stayed more than 24 hours who received EN Retrospective data was collected from 37 medical records of patients admitted to PICU from July - September 2015 before implementation EN algorithm group Prospective data enrolled from October ndash December 2015 with 37 consecutive patients who received EN using algorithm after implementation algorithm group. Nutritional audit and time to reach PEE was compared in both groups
Results We found the median time to reach PEE was decreased from 74 hrs to 24 hrs p."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kevin Moses Hanky J.T.
"Stunting adalah suatu keadaan dimana tinggi badan seorang anak terhadap umurnya (TB/U) berada dibawah persentil lima kurva pertumbuhan WHO atau CDC. Terjadinya stunting dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk faktor asupan nutrisi. Energi atau kalori merupakan salah satu makronutrien yang berperan penting untuk mencukupi kebutuhan aktivitas vital tubuh, aktivitas sehari-hari, dan pertumbuhan jaringan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui korelasi antara asupan kalori dengan indikator tinggi badan terhadap umur (TB/U) khususnya pada anak usia 5-6 tahun. Penelitian menggunakan desain cross sectional dengan sampel sebanyak 70 sampel yang merupakan data sekunder dari penelitian primer yang dilakukan pada anak berusia 5-6 tahun di beberapa RW di Jalan Kimia, Jakarta Pusat pada bulan Mei 2011. Data asupan kalori didapatkan dengan menggunakan metode food frequency questionnaire. Pengolahan data dilakukan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dan uji Spearman's dengan software SPSS versi 20 Mac OSX. Dari penelitian didapatkan sebanyak 15.7 % subjek mengalami stunting dan lebih dari 50 % subjek tidak mencapai Angka Kecukupan Energi harian. Namun, tidak ditemukan korelasi bermakna antara asupan kalori dan indikator tinggi badan terhadap umur (TB/U) (p=0.402). Dapat disimpulkan bahwa belum dapat dibuktikan adanya korelasi antara asupan kalori dan indikator tinggi badan terhadap umur (TB/U).

Stunting is defined as a condition where the length per age of child is below fifth percentile of the standardized international growth curve from WHO or CDC. Many factors contribute to stunting, including nutrition. Energy or calorie is one of the macronutrients needed for vital activities of the human body, daily activities and tissue growth. This research is being held to find out the correlation between calorie intake and the height/age indicator, specifically in children in 5 to 6 years of age. This is a cross sectional research with 70 samples gathered from secondary data by the primary research done to several children 5-6 years in Jalan Kimia, Central Jakarta in May 2011. The calorie intake data is acquired using the food frequency questionnaire. The data is analyzed using Kolmogorov-Smirnov and Spearman's test in SPSS for Mac OSX version 20 software. It is found that 15.7 % of the subjects are stunted and more than 50 % of the subject didn't meet the national minimum daily energy intake. Therefore, no correlation is found between calorie intake and height/age indicator value of the subjects (p=0.402). It is concluded that there is no correlation found between calorie intake and height/age indicator value in this."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zairida Rafidah Noor
"ABSTRAK
Latar belakang: Cholangiocarcinoma adalah keganasan traktus bilier yang dapat menyebabkan gangguan metabolisme dan malnutrisi. Terapi kuratif adalah dengan pembedahan. Saat ini telah terdapat pedoman tata laksana nutrisi perioperatif pada slauran cerna tetapi belum terdapat rekomendasi spesifik terkait cholangiocarcinoma.
Presentasi kasus: Pasien dalam serial kasus ini terdiri dari empat pasien laki-laki berusia γ1?6β tahun dengan diagnosis cholangiocarcinoma ekstrahepatik dengan rencana bedah elektif. Maka tata laksana nutrisi yang dilakukan adalah dukungan nutrisi perioperatif. Pasien diberikan diet tinggi protein dan rendah lemak dengan nutrien spesifik berupa MCT dan BCAA. Pada kasus pertama dukungan nutrisi perioperatif mencakup pra dan pasca operasi, outcome operasi baik dan target nutrisi tercapai. Pada kasus kedua pasien mengalami komplikasi fistula pankreas dan tuberkulosis usus sehingga toleransi terhadap dukungan nutrisi pasca operasi berjalan lambat dan tidak mencapai target. Pada kasus ketiga pasien diberikan dukungan nutrisi pra operasi dan selama pemantauan didapatkan perbaikan kondisi klinis dan target nutrisi tercapai. Pasien kasus kedua dan ketiga diberikan suplementasi enzim pankreas yang meningkatkan toleransi asupan. Pada kasus keempat pasien mengalami perburukan kondisi klinis selama pemantauan yang berkaitan dengan beratnya penyakit dan berbagai komplikasi sehingga tata laksana nutrisi yang diberikan tidak optimal.
Kesimpulan: Tata laksana nutrisi perioperatif yang adekuat dapat memberikan outcome yang baik pada pasien cholangiocarcinoma. Pemberian nutrien spesifik berupa MCT dan BCAA, dan suplementasi enzim pankreas bermanfaat meningkatkan toleransi asupan pada pasien cholangiocarcinoma.

ABSTRACT
Background: Cholangiocarcinoma is biliary tract malignancy that may alter metabolism function and cause malnutrition. Curative therapy is abdominal surgery. Recommendations regarding perioperative nutrition in abdominal surgery has been established but there is no specific recommendations for cholangiocarcinoma yet.
Case presentation: Four male with range of age between γ1 to 6β years old are included in this case series. All cases were diagnosed with extrahepatic cholangiocarcinoma and bound to elective surgery therapy. Thus all patients were given perioperative nutrition support. All patient were given high protein and low diet with specific nutrients such as MCT and BCAA. The first patient received perioperative nutrition during pre and post operation phase, operation outcome was good, and nutrition target was achieved. The second patient experienced complications of pancreatic fistula and intestine tuberculosis, resulting in slow response to nutrition therapy. The third patient received nutrition therapy during pre operation phase with good response and nutrition target was achieved. The second and third patient were given pancreatic enzyme supplementation that improved nutrition tolerance. The fourth patient?s clinical condition worsen during monitoring due to nature of the severe disease and presence of complications hence nutrition therapy worked poorly.
Conclusion: Adequate perioperative nutrition support in cholangiocarcinoma improves outcome. Specific nutrients such as MCT and BCAA, and pancreatic enzyme supplementation improves nutrition tolerance and contribute to achieving nutrition target in cholangiocarcinoma patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lily Indriani Octovia
"Latar belakang: luka bakar berat dapat disertai dengan trauma inhalasi, yang akan memicu respons lokal dan sistemik, sehingga menyebabkan berbagai komplikasi, termasuk systemic inflammatory response syndrome (SIRS) dan sepsis. Berbagai kondisi ini menyebabkan hipermetabolime dan hiperkatabolisme, yang membutuhkan tatalaksana nutrisi adekuat untuk membantu proses penyembuhan pasien. Berbagai kelompok ahli telah memberikan rekomendasi tatalaksana nutrisi pada luka bakar berat dan sakit kritis. Namun, akibat keterbatasan sarana dan prasarana, tidak semua rekomendasi dapat dilaksanakan, sehingga tatalaksana nutrisi diberikan secara optimal. Metode: serial kasus ini terdiri atas empat pasien luka bakar berat, yang disebabkan oleh api, dan disertai trauma inhalasi, yang menyebabkan berbagai komplikasi, sepsis, multiple organ dysfunction syndrome (MODS) dan multiple organ failure (MOF). Tatalaksana nutrisi diberikan secara bertahap sesuai dengan keadaan pasien. Pemberian nutrisi diawali dengan nutrisi enteral dini (NED) dalam waktu 2448 jam setelah luka bakar, sebesar 10 kkal/kg BB, menggunakan drip intermiten. Selanjutnya, nutrisi diberikan sebesar 2025 kkal/kg BB pada fase akut dan 2530 kkal/kg BB/hari pada fase anabolik. Setelah pasien keluar dari intensive care unit (ICU), target kebutuhan energi menggunakan persamaan Xie, dengan protein 1,52,0 g/kg BB/hari, lemak 2530%, dan karbohidrat (KH) 5565%. Mikronutrien diberikan berupa multivitamin antioksidan, vitamin B, asam folat, dan vitamin D. Pasien dalam serial kasus ini juga mendapatkan nutrisi spesifik glutamin sebesar 0,3 g/kg BB/hari, selama 510 hari. Hasil: tiga pasien mengalami perbaikan klinis, kapasitas fungsional, dan laboratorium. Pasien selamat dan dipulangkan untuk rawat jalan. Masa rawat pasien yang selamat berturut-turut 33 hari, 70 hari, dan 43 hari. Seorang pasien mengalami perburukan dan MOF, hingga meninggal dunia setelah dirawat selama 23 hari di ICU. Kesimpulan: tatalaksana nutrisi optimal dapat menunjang penyembuhan luka serta menurunkan angka morbiditas dan mortalitas pasien luka bakar berat dengan trauma inhalasi dan sepsis.
;Background: severe burn trauma combined with inhalation injury initiates local and systemic response, resulting in various complications such as systemic inflammatory response syndrome (SIRS) and sepsis. These conditions stimulate hypercatabolic process, leading to the increase of nutrition requirement. Adequate nutritional support is necessary in order to control both inflammatory and metabolic response, and also to improve healing process. To date, nutritional recommendations specific for severe burn trauma and critical illness have been established. However, many problems including patient?s condition and lack of resources exist, so optimal nutritional support that fits our settings was delivered. Method: this serial case focused on four severely burned patients caused by flame. Subjects with inhalation trauma and complications such as sepsis, multiple organ dysfunction syndrome (MODS), and multiple organ failure (MOF) were included in this study. Nutritional support was delivered according to clinical conditions, patient?s tolerance, and laboratory findings. Early enteral nutrition was initiated within 2448 hours post burns, starting from 10 kcal/kg BW/day with intermittent gravity drip method. Nutrition was gradually increased in order to reach the target of energy for critically ill patients, which is 2025 kcal/kg BW/day in acute phase or 2530 kcal/kg BW/day in anabolic recovery phase. Xie Equation was used to calculate target of total energy for burned patient. Protein requirement was 1.52.0 g/kg BW/day. Lipid and carbohydrate given were 2530% and 5565% from calorie intake, respectively. Micronutrient supplementation including antioxidants, vitamin B, folic acid, and vitamin D was also provided. Glutamin as specific nutrient was delivered by 0.3 g/kg BW/day in 510 days. Results: improvement of clinical condition, functional capacity, and laboratory parameters was observed in three patients, who could be discharged from hospital and asked to come back for outpatient care. Their lengths of stay were 33 days, 70 days, and 43 days, respectively. However, one patient experienced worsening of condition and died after 22 days of care in Intensive Care Unit (ICU). Conclusions: optimal nutritional support for severely burned patients with inhalation trauma and sepsis is necessary in order to improve healing process, as well as decrease morbidity and mortality."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mochammad Rifky Fail Hassan
"Mie instan merupakan produk olahan makanan kemasan yang sangat populer di Indonesia. Menurut Susenas, Indonesia menjadi negara dengan konsumsi mie instan terbesar kedua di dunia. Namun, konsumsi mie instan secara berlebihan memiliki efek meningkatkan risiko penyakit tidak menular seperti hipertensi dan obesitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi konsumsi mie instan serta mengetahui perbedaan tingkat konsumsi mie instan berdasarkan karakteristik individu, penggunaan label pangan, pengaruh klaim produk, kepentingan konsumen terhadap produk, ketersediaan mie instan di rumah, perilaku merokok dan pengaruh keluarga pada mahasiswa Universitas Indonesia tahun 2022. Data dikumpulkan melalui kuesioner secara daring kepada mahasiswa UI dengan yaitu 253 mahasiswa aktif semester 4 dan 6. Desain penelitian ini adalah cross-sectional dan menggunakan analisis statistik univariat serta bivariat (Chi-Square). Hasil penelitian menunjukan bahwa sebanyak 69,2% mahasiswa UI mengonsumsi mie instan kategori tinggi (≥1x/minggu) dalam satu bulan terakhir. Hasil analisis bivariat menunjukan bahwa terdapat perbedaan proporsi yang signifikan antara pengaruh keluarga dengan konsumsi mie instan. Peneliti menyarankan agar mahasiswa dapat lebih sadar pentingnya membatasi konsumsi mie instan untuk makan sehari-hari serta mengajak teman untuk mengonsumsi makanan yang lebih sehat. Pada orang tua agar memberikan contoh pola makan yang sehat sehingga menjadi pengaruh baik kepada anaknya. Universitas Indonesia dapat memberikan edukasi kebutuhan gizi dan makanan sehat kepada mahasiswa.

Instant noodles are packaged food products that are very popular in Indonesia. According to Susenas, Indonesia is the country with the second largest consumption of instant noodles in the world. However, excessive consumption of instant noodles has the effect of increasing the risk of non-communicable diseases such as hypertension and obesity. This study aims to determine the prevalence of instant noodle consumption and to determine differences in the level of instant noodle consumption based on individual characteristics, use of food labels, the effect of product claims, consumer interests in the product, the availability of instant noodles at home, smoking behavior and the influence of families on University of Indonesia students in 2022. Data were collected through online questionnaires to 253 Universitas Indonesia active students in semesters 4 and 6. The design of this study was cross-sectional and used univariate and bivariate (Chi-Square) statistical analysis. The results showed that 69.2% of UI students consumed high category instant noodles (≥1x/week) in the past month. The results of the bivariate analysis showed that there was a significant difference in the proportion between the family influence and the consumption of instant noodles. Researchers suggest that students can be more aware of the importance of limiting the consumption of instant noodles for daily meals and influence friends to eat healthier foods. Parents should provide examples of healthy eating patterns so that they become a good influence for their children. Universitas Indonesia can provide education on nutritional needs and healthy food to students."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Annisa Rahardhiani
"ABSTRAK
Anak usia sekolah adalah anak dengan usia 6 sampai 12 tahun yang artinya sekolah menjadi pengalaman inti anak. Anak usia sekolah memiliki karakteristik dengan aktivitas yang tinggi. Oleh karena itu, pada usia ini anak membutuhkan energi yang tinggi untuk menunjang aktivitas yang dilakukannya. Untuk mendapatkan energi yang cukup, pola makAn.Serta pemasukan nutrisi pun harus seimbang. Namun, masyarakat perkotaan cenderung sibuk dan kurang memperhatikan kebutuhan nutrisi anaknya serta kurangnya variasi makanan yang dibuat sehingga anak mulai mengenal jajan dan menjadi malas untuk makan di rumah. Hal ini terjadi pada An.S anak kedua dari keluarga Bapak B yang mengalami masalah keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Intervensi unggulan yang dilakukan adalah dengan menyusun menu makan berdasarkan piramida makanan. Tujuan dari intervensi ini adalah agar keluarga mampu memberikan perawatan pada An.S yang mengalami nutrisi kurang. Berdasarkan hasil evaluasi yang didapat, menunjukkan tingkat pengetahuan keluarga Bapak B mengenai gizi seimbang dan adanya peningkatan berat badan pada An.S.

ABSTRACT
Elementary school students with the age range six until twelve years old place their school as the place to get through their childhood experiences. The students have characteristics to do many activities. Therefore, the students need high energy to support their activities. To get enough energy, the food and nutrition should be in balance. However, people in cities tend to be busy, are lack of attention to the children rsquo s nutrition, and have no variation of food so that their children start buying unhealthy food and are not looking forward to eating at home. This case happens to An.S, the second children of B rsquo s family. An.S suffers the problems of unbalance nutrition in his body. The prior intervention is to arrange food menu based on the food pyramid. It is aimed at preparing the family to take care of An.S who suffers lack of nutrition. Based on the evaluation conducted, it can be summarized that the knowledge of B rsquo s family regarding the balance nutrition influences the increase of An.S weight. "
2016
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Desta Bambangsafira
"ABSTRAK
Konsumsi makanan dengan gizi tidak seimbang menjadi penyebab timbulnya masalah gizi kurang pada anak usia sekolah. Karya ilmiah ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai dampak penyusunan menu gizi seimbang mingguan untuk mengatasi masalah gizi kurang. Implementasi yang telah dilakukan bersifat kognitif, afektif, dan psikomotor dengan pendekatan lima tugas kesehatan keluarga. Intervensi unggulan yang dipilih yaitu penyusunan jadwal menu makanan dengan gizi seimbang. Tujuannya adalah untuk membantu keluarga dalam penyusunan menu dengan zat gizi yang sesuai kebutuhan tubuh anak. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa terjadi peningkatan berat badan pada klien. Rekomendasi untuk pelayanan keperawatan di keluarga selanjutnya diharapkan dapat lebih memaksimalkan peran orang tua dalam pemenuhan gizi seimbang pada anak usia sekolah.

ABSTRACT
Consumption of food with unbalanced nutrition causes less nutritional problems in school aged children. This paper aims to provide an overview of the impact of the preparation of a weekly balanced nutrition menu to overcome the problem of malnutrition. Implementations that have been done are cognitive, affective, and psychomotor with the approach of five family health tasks. Preferred superior intervention is the preparation of food menu schedule with balanced nutrition. The goal is to help the family in the preparation of menus with nutrients that fit the needs of the child 39 s body. Evaluation results indicate that there is an increase in weight on the client. Recommendations for nursing services in the next family are expected to further maximize the role of parents in the fulfillment of balanced nutrition in school aged children."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Jordan Sardjan
"Stunting merupakan suatu masalah kesehatan yang banyak ditemui pada balita Indonesia, yang ditetapkan oleh WHO sebagai rasio tinggi badan terhadap usia (TB/U) dibawah persentil 5. Persentase stunting balita Indonesia adalah sebesar 37,2% dan terklasifikasi sebagai high severity stunting oleh WHO. Stunting menjadi suatu isu penting karena memiliki dampak buruk yang bersifat inter-generasi. Stunting bersifat kronik dan memiliki penyebab yang bersifat multifaktorial, dengan defisiensi nutrisi sebagai penyebab utama.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat korelasi antara asupan asam folat dengan indikator TB/U. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain studi cross-sectional. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder dari penelitian yang dilakukan pada Mei 2011 dengan subjek anak 5-6 tahun yang berdomisili di beberapa RW di Jalan Kimia, Jakarta Pusat.
Metode penelitian menggunakan pengukuran antropometri terstandar untuk memperoleh tinggi badan subjek serta ­food-frequency questionnaire (FFQ) untuk mengetahui asupan asam folat subjek. Data yang diperoleh kemudian diolah menggunakan piranti lunak SPSS 11.5 lalu dianalisis dengan uji Spearman dan uji Chi-Square. Didapatkan bahwa persentase subjek stunted adalah sebesar 20% dan lebih dari 70% subjek memiliki asupan asam folat harian rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ditemukan adanya korelasi antara asupan asam folat dengan indikator TB/U.

Stunting is a health issue commonly found in Indonesian children of 0-5 years old, whose height-for-age is lower than the 5th percentile standard set by WHO. Having 37,2% of its 0-5 years old population to be stunted (2013), Indonesia claims a high severity stunting level from WHO. Stunting rises as an important issue because of its inter-generation lasting poor effect. Stunting is a chronic and multifactorial condition in which nutrient deficiency holds the main etiology.
This research aims to determine whether a correlation between folic acid intake and height-for-age indicator exists. Running a cross-sectional study design, this research uses secondary data from a former research conducted in May 2011 with children of 5-6 years old living in some RWs located at Kimia Street, Central Jakarta as its subjects.
The research method comprised a standardized anthropometric measurement and the usage of food-frequency questionnaire (FFQ) to obtain subject's height and folic acid intake respectively. Using SPSS 11.5 software, data is then analyzed by Spearman and Chi-Square test, resulting 20% of subjects being stunted and more than 70% of subjects receiving under-par folic acid intake. This research shows that no correlation could be found between folic acid intake and height-for-age indicator.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tifanne Winesa
"Presentase gizi kurang pada balita mencapai 13.8% dari total penduduk di Indonesia (Kementrian Kesehatan RI Pusat Data dan Informasi Kesehatan, 2018). Beberapa faktor resiko terjadinya gizi kurang pada balita khsusunya di wilayah perkotaan adalah kondisi sosial ekonomi, penyakit infeksi, faktor lingkungan, tingkat pengetahuan dan tingkat pendidikan orangtua. Salah satu upaya mengatasi gizi kurang adalah dengan peningkatan jumlah asupan nutrisi anak dengan gizi seimbang. Peningkatan asupan nutrisi harus memperhatikan jenis makanan, porsi makanan dan jadwal pemberian makan. Hasil penelitian menunjukan 60% orangtua balita dengan gizi kurang belum mengetahui porsi makan yang sesuai dengan gizi seimbang untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas intervensi keperawatan pengaturan porsi makan sesuai gizi seimbang untuk meningkatkan berat badan balita dengan gizi kurang. Hasil analisis penelitian yang dilakukan selama 1 bulan menunjukan terdapat peningakatan berat badan sebanyak 0,1 Kg dalam satu minggu. Hasil penelitian ini merekomendasikan perlunya penelitian lebih lanjut mengenai intervensi keperawatan lainnya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah gizi kurang pada balita.

Percentage of malnutrition in children under five reached 13.8% of the total population in Indonesia (Ministry of Health of Indonesia Center for Health Data and Information, 2018). Some risk factors for malnutrition in toddlers especially in urban areas are socio-economic conditions, infectious diseases, environment, level of knowledge and a level of parent education. One of solution to overcome malnutrition is to increase the amount of nutritional intake for children with balanced nutrition. Increased nutritional intake underlined the food types, food portions and feeding schedules. The results showed 60% of parents of children under five with less nutrition did not know the recommended food portion with balanced nutrition to support children's growth and development. This study aims to determine the effectiveness of nursing interventions to regulate food portions according to balanced nutrition to increase the weight of toddlers with under nutrition. The results of research conducted for 1 month showed that there was an increase in body weight by 0.1 kg in one week. The results of this study recommend the need for further research regarding other nursing interventions that can be done to overcome the problem of malnutrition in infants."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Fiqriyarizqi
"Kejadian gizi kurang pada balita di Indonesia cukup tinggi. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi status gizi pada balita yaitu jenis pangan yang dikonsumsi, pola asuh keluarga, penyakit infeksi, status ekonomi, sosial budaya, pendidikan, dan lingkungan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah gizi kurang pada balita yaitu dengan memenuhi asupan nutrisi balita sesuai dengan pedoman gizi seimbang. Pemenuhan asupan nutrisi balita harus memperhatikan keanekaragaman jenis pangan, porsi makan, dan jadwal makan yang teratur. Intervensi keperawatan unggulan yang diberikan kepada keluarga untuk mengatasi masalah gizi kurang pada balita yaitu dengan penyusunan jadwal makan dan menu makan gizi seimbang. Hasil dari intervensi yang dilakukan selama 3 minggu menunjukkan bahwa terdapat peningkatan berat badan pada balita yang mengalami gizi kurang sebanyak 0,3 kg. Hasil praktik ini merekomendasikan agar praktik selanjutnya dapat menggali intervensi keperawatan lainnya yang dapat dilakukan guna mengatasi masalah gizi kurang pada balita. Selain itu, praktik ini juga merekomendasikan kepada keluarga untuk memberikan makan anak secara teratur sesuai dengan jadwal serta mengandung makanan dengan gizi yang seimbang.

The incidence of malnutrition in children under five in Indonesia is quite high. There are several factors that influence the nutritional status of toddlers which are the type of food consumed, family parenting patterns, infectious diseases, economic status, socio-culture, education, and the environment. One of the efforts that can be done to overcome the problem of malnutrition in toddlers is to fulfill the nutritional intake of toddlers in accordance with balanced nutrition guidelines. Fulfillment of nutritional intake of toddlers must pay attention to the diversity of food types, meal portions, and regular eating schedules. The leading nursing intervention given to families to overcome the problem of undernutrition in toddlers is by compiling a meal schedule and a balanced nutritional diet. The results of the intervention carried out for 3 weeks showed that there was an increase in body weight in undernourished toddlers as much as 0.3 kg. The results of this practice recommend that further practice can explore other nursing interventions that can be done to overcome the problem of malnutrition in toddlers. In addition, this practice also recommends families to feed their children regularly according to a schedule and contain foods with balanced nutrition."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>