Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 122229 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rifka
"Penelitian ini membahas tentang manajemen program penanggulangan HIV/AIDS di Puskesmas Sukmajaya Kota Depok tahun 2015. Data dicari menggunakan pedoman wawancara mendalam dengan informan berjumlah enam orang yang berasal dari petugas program penanggulangan HIV/AIDS di Puskesmas Sukmajaya Kota Depok. Variabel yang diteliti adalah input (petugas HIV/AIDS, dana, sarana, logistik, kebijakan), proses (perencanaan, pengorganisasian, kemitraan, penggerakkan/pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi). Hasil penelitian ini menunjukkan penyebab tidak tercapainya target pada program penanggulangan HIV/AIDS di Puskesmas Sukmajaya Kota Depok adalah jumlah tenaga pelaksana kurang, kelancaran pencairan dana sering terlambat, sarana yang dibutuhkan masih belum lengkap, belum baiknya perencanaan di Puskesmas, kurang optimalnya kerja sama dengan mitra yang dekat dengan masyarakat, kurangnya
penggerakkan dari pimpinan, belum optimalnya pengawasan dan evaluasi dari pimpinan.

This study discusses about the management of HIV/AIDS in the health center of Sukmajaya, Depok in 2015. The data are obtained by using the guidelines depth interviews with informants of six people who come from the clerk of HIV/AIDS in health centers Sukmajaya, Depok. The variables observed were from (attendant HIV / AIDS, funds, facilities, logistics, methods), processes (planning, organizing,
partnerships, mobilizing / implementation, monitoring and evaluation). The result of this research showed the cause of the unachieved target HIV/AIDS tackling program at the health center of Sukmajaya, Depok, these failures are caused by lack of number of human resources for example, incomplete infrastructure, Notwell prepared plan, the cooperation which is not optimum with the sociality, the leader who does not lead and monitoring and evaluation are not optimum from
leader.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S61197
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Victorino
"ABSTRAK
Realisasi dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) untuk Puskesmas di Kota
Depok dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2013 meningkat sebesar 25,56%.
Tingginya serapan dana tersebut seharusnya diimbangi dengan peningkatan
cakupan kunjungan neonatal pertama (KN1). Hasil capaian KN1 di tahun 2013
mengalami penurunan sebesar 6,11%, sehingga perlu dievaluasi. Penelitian
dilakukan di Dinas Kesehatan dan 4 Puskesmas, yaitu Puskesmas Cipayung,
Puskesmas Cinere, Puskesmas Cilodong dan Puskesmas Tapos dengan metoda
kualitatif dan mempertimbangkan variabel dana serta cakupan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tidak semua Puskesmas kekurangan sumber daya manusia
dan sarana prasarana dalam mengelola BOK dan program kesehatan anak. Namun,
ketersediaan dana operasional rutin (BOP) untuk melakukan kunjungan luar
gedung relatif terbatas, sehingga Puskesmas mengutamakan dana BOK. Sebelum
pelaksanaan kegiatan, tiap Puskesmas menetapkan rencana pelaksanaan
berdasarkan capaian program tahun sebelumnya dengan melibatkan lintas program
di Puskesmas. Dana BOK dimanfaatkan untuk kunjungan neonatus resiko tinggi,
penyuluhan dan pendataan sasaran oleh kader kesehatan

ABSTRACT
The Health Operational Fund (BOK) to support programs in 2013 in Depok has
increased 25,56% as compared to 2012. This should be followed by an increase in
coverage of the first neonatal visit (KN1). Performance of KN1 in the year 2013
decreased by 6,11%, so it is needed to evaluate the use of BOK. The study was
conducted at the District Health Office level and covering 4 health centers, namely
Cipayung, Cinere, Cilodong and Tapos using qualitative approach and considered
cost and coverage variables. The results showed that there was no shortage on
human resources and facility to manage the Puskesmas Operational funds (BOK)
and neonatal health programs. The availability of routine operational funds (BOP)
is limited so that the health center has been relying on BOK fund to support
outreach programs. Each health center set up Plan of Action based on previous
programs achievement involving various relevant programs. The fund was used for
high risk neonatal visit, counseling and mapping the target by cadres."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T42024
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asmanidar Kamaruddin
"Puskesmas merupakan ujung tombak Pelayanan Kesehalan dan sebagai suatu organisasi melaksanakan fungsi-fungsi manajemen, salah satu fungsi tersebut adalah penggerakan pelaksanaan (P2) dan pada pclaksanaannya di Puskesmas dikenal dengan lokakarya mini Puskesmas yang berguna mengevaluasi kegiatan-kegiatan program yang telah dikeijakan bulan lalu, tennasuk P2 TB-Paru dalam penemuan penderita TB-Paru- Untuk dapat meningkatkan cakupan penemuan penderita TB Paru ini, sarana yang cukup strategis adalah membahasnya secara mendalam dalam kegiatan Iokakarya mini Puskesmas. Tujuan penelitian ini untuk memperoleh gambaran atau informasi tcntang evaluasi pelaksanaan lokakarya mini Puskesmas dalam penemuan penderita TB-Paru di Kota Jambi.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif karena belum ada penelitian serupa sebelumnya, dengan memakai pendekatan sistem meliputi input yaitu jadwal, data cakupan penemuan penderita TB-Pam bulan lalu, hambatan pelaksanaan penemuan penderita TB-Paru bulan lalu, proses pelaksanaan meliputi variabel daftar hadir, agenda/materi rapat, tema pembicaraan, laporan kegiatan penemuan penderita TB-Paru bulan lalu, metode pelaksanaan, analisis hambatan pelaksanaan kegiatan penemuan penderita TB-Paru bulan lalu, mekanisme keljasama antara pihak terkait, pemecahan masalah, perhitungan target cakupan penemuan penderita TB-Paru bulan yang akan datang, notulen rapat serta output berupa rencana keija baru (POA) penemuan penderi ta TB-Paru untuk bulan yang akan datang. Analisis data dilakukan dengan membuat transkrip hasil wawancara, membuat ringkasan data dalam bentuk matriks, mengkategorikan data yang mempunyai karakteristik atau pola yang sama, serta melakukan identifikasi persamaan, perbedaan dan kecenderungan antar variabel dengan melakukan interpretasi data.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pcngetahuan petugas tentang Lokakarya mini Puskesmas cukup baik sementara untuk program P2 TB-Paru masih bervariasi, masih kurangnya sarana dan prasarana serta penghargaan terhadap petugas. Lokakarya mini Puskesmas telah dilaksanakan setiap bulan dengan tema yang berbeda dan tidak fokus pada kegiatan penemuan penderita TB-Pam saja. Kerjasama diantara petugas belum semuanya berjalan dengan baik, belum optimalnya pelaksanaan Lokakar-ya mini Puskesmas ini sehingga belum dapat menyelesaikan masalah rendahnya penemuan penderita TB-Paru di Kota Jambi serta belum ditindak lanjutinya hasil lokakarya mini Puskesmas ini dalam bentuk pembuatan Rencana Kerja Baru (POA).
Dengan mclihat hasil penelitian di atas perlu bagi Dinas Kesehatan Kota Jambi untuk menyusun suatu petunjuk teknis tentang Lokakarya Mini Puskesmas, meningkatkan pembinaan, mengadakan pelatihan serta melengkapi sarana dan prasarana yang dibutuhkan. Bagi Kepala Puskesmas agar membina kerjasama tim dengan baik atas dasar keterbukaan, saling menghargai dan memperbaiki sistem penyimpanan dokumen.

A Health Center is a Primary Health Service in the grass root level. Health Center is an organization that order management function like "implementation" (P2), known as a ?Lokakarya Mini" (a simple workshop) to evaluate all activities done in last month, including the TB control activities like case finding. To increase the coverage of TB case finding, a simple workshop in the Health Center is required. The objective of this study is to find out the infomation of TB case finding activities conducted in the city of Jambi through the implementation of a simple workshop.
This study was conducted with qualitative method using the following information like time schedule, number of TB cases treated last month, problem arises on case tindi ng for last month. For process of the implementation of activities, the following are studied i.e. absenteism, agenda of the workshop, topic of discussion, TB cases reported for the last month, method of simple workshop implementation, analysis of case finding, the mechanism of collaboration of related units on TB control, to solve the existing problems, problem solving, estimating the total TB cases expected for the next month, minutes of the meeting, and the ?output? of preparing a new plan of action on the expected TB cases to be covered next month. Analysis of existing data made produced the following, a transcript of the result of the interview, a list of information tabulated in a matrix, categorizing data in groups, identified the same group and the different one, and the inclination of variables followed by interpretation of data with reference to the respective theory.
The result indicated that the knowledge of the Health Center staff on the simple workshop of the health center is good enough but it is varied for TB control because of less of availability of equipment and because of lack of rewards. A simple workshop is organized every month with different topics not.only for TB case finding. Lack of cooperation among the Health Center staff makes the Lokakarya Mini (simple workshop) not optimum enough to solve the problem of low TB coverage in Jambi township and because of no follow up taken based on the finding during the last workshop by introducing the plan of action (POA).
According that result the Municipal Health Department of Jambi township should arrange a manual for a simple workshop on TB control, to improve the services, the trainings and to provide the required resources. The head of the Health Center is required to build up a good collaboration of his/her staff based on transparancies, respecting each other, and improving the filing system.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T3722
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nia Amelia
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran angka kunjungan dan angka rujukan di Puskesmas Kelurahan Gelora Jakarta Pusat bulan Oktober-Desember Tahun 2014 berdasarkan umur peserta, jenis kelamin, jenis kepesertaan, dan diagnosa penyakit. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Puskesmas Kelurahan Gelora memiliki angka kunjungan 17,1% dan angka rujukan 3,1%. Angka kunjungan berdasarkan umur paling banyak adalah kelompok umur 15-57 tahun sebesar 17,4%, jenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki sebesar 21,8%, jenis kepesertaan Bukan PPU paling banyak sebesar 33,7%, diagnosis penyakit terbanyak adalah faringitis akut sebanyak 197 kasus. Angka rujukan berdasarkan umur terbanyak kelompok umur ≥58 tahun sebesar 9,4%, jenis kelamin laki-laki paling banyak dirujuk sebesar 3,2%, jenis kepesertaan Bukan Pekerja paling banyak sebesar 14,3%, diagnosa penyakit paling banyak dirujuk adalah Diabetes Melitus Tipe 2. Diharapkan BPJS Kesehatan Kantor Cabang Jakarta Pusat meningkatkan monitoring dan evaluasi penatalaksanaan dan pengendalian ke Puskesmas masing-masing.

This research aims to know about the description of visit rate and referral rate in Puskesmas Kelurahan Gelora Jakarta Pusat, October-December 2014 based on age, sex, type of membership, and disease diagnosis. The results shows that Puskesmas Kelurahan Gelora has 17,1% visit rate and 3,1% referral rate. Visit rate based on age 15-57 is the most 17,1%, female more than male 21,8%, type of membership Bukan PPU is the most 33,7%, disease diagnosis accute pharyngitis is the most case about 197. Referral rate based on age ≥58 is the most 9,4%, male is the most widely referenced 3,2%, type of membership Bukan Pekerja is the most 14,3%, disease diagnosis Diabetes Mellitus Type 2 is the most widely referenced. Expected BPJS Kesehatan Jakarta Pusat Branch Office increase monitoring and evaluation management and control to every Puskesmas.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S61203
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fathimah Sulistyowati
"Program Eliminasi Filariasis termasuk dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan RI 2010-2014 dengan satuan lokasi berupa Kabupaten/Kota. Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui hubungan tingkat aktivitas Kader Puskesmas dalam Program Eliminasi Filariasis dengan cakupan pengobatan massal Filariasis di Kota Depok.
Penelitian menggunakan desain cross sectional, dengan sampel penelitian berupa seluruh Kader Puskesmas di Kelurahan Sukmajaya dan Tirtajaya. Variabel tingkat aktivitas diukur dengan kuesioner, sedangkan data cakupan pengobatan massal Filariasis diperoleh secara sekunder dari Dinas Kesehatan Kota Depok.
Hasil penelitian menunjukkan tidak ditemukan perbedaan yang bermakna antara tingkat aktivitas Kader di Kelurahan Sukmajaya dan Tirtajaya dengan cakupan pengobatan massal Filariasis (p=0,56).

Filariasis elimination has become one of the health priorities embodied in Indonesia as manifested in the national program of infectious disease eradication. Filariasis Elimination Program is included in the Ministry of Health Strategic Plan 2010-2014, with District/City Health Department as its program executors. This study is aimed to determine the relationship of the health cadres in the community health centers specifically in the Filariasis Elimination Program with filariasis Mass Drug Administration (MDA) coverage in Depok.
The study uses cross-sectional design, with a sample of the entire health cadres in Sukmajaya and Tirtajaya village (total sampling method). The levels of activity variable measured by a questionnaire, while the data of Filariasis MDA coverage obtained secondary from Depok City Health Department.
The results showed that in general there were no significant relationship between the level of activity of health cadres in Sukmajaya and Tirtajaya village with filariasis MDA coverage, with a significance value of 0.56. Nonetheless specifically significant difference regarding several points of activities, which are steps in diagnosis, health promotion, detect and report of new cases, participate in MDA execution, and educate chronic patients and their families for treatment and how to do self-care.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rostini
"Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap petugas puskesmas terhadap Orang Dengan HIV-AIDS (ODHA) di Kota Bandung melalui pendekatan kuantitatif dan kualitatif dengan data primer di empat puskesmas (Salam, Kopo, Pasundan, dan Ibrahim Adji/Kiaracondong) di Kota Bandung pada bulan Oktober - Nopember 2010.
Hasil penelitian didapatkan 59.6% petugas puskesmas bersikap positif terhadap ODHA. Faktor yang berhubungan dengan sikap petugas puskesmas terhadap ODHA adalah pengalaman menolong ODHA dengan nilai p=0.016 (OR: 4.827, 95%CI: 1.343-17.349). Artinya, petugas puskesmas yang pernah menolong ODHA akan memberi sikap positif terhadap ODHA sebesar 4.8 kali lebih tinggi dibandingkan petugas puskesmas yang belum pernah menolong ODHA setelah dikontrol variabel dukungan rekan kerja. Hasil penelitian kualitatif ditemukan informasi tentang sikap negatif petugas Puskesmas terhadap ODHA dan mutasi petugas Puskesmas yang mengganggu kelancaran pelayanan kesehatan HIV-AIDS di Puskesmas.

The study was designed to explore the relationship of the factors of health center providers attitude toward People Living with HIV-AIDS (PLWH) in HIV-AIDS Care, through quantitative and qualitative approach using primary data in four health centers (Ibrahim Adjie/Kiaracondong, Kopo, Pasundan, and Salam) in Bandung in October - November 2010.
The result showed 59.6% health center providers had positive attitude toward PLWH. Only one factor was significant related to attitude of health center providers toward PLWH with p=0.16 (OR: 4.827, 95% CI: 1.343-17.349). Meaning, there was 4.8 chance for health center providers who had helped PLWH having positive attitude toward PLWH compared with those who never helped PLWH. The qualitative study found negative attitude of health centre providers toward PLWH and mutation of health centre providers was the problem in HIV-AIDS care at health centers in Bandung.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T21797
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Evi Dwi Yanti
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran manajemen pelaksanaan program kesehatan jiwa di Kota Depok Tahun 2015 dengan melihat pencapaian program kesehatan jiwa, sumber daya, dan proses manajerial. Penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, dari 20% target Standar Pelayanan Minimum (SPM) untuk program kesehatan jiwa di Provinsi Jawa Barat, cakupan deteksi dini gangguan kesehatan jiwa di Puskesmas Jatijajar hanya 2.83%, Kedaung 0.92%, dan Rangkapan Jaya 0.08%. Selain itu, dari target 100%, cakupan penanganan pasien terdeteksi gangguan kesehatan jiwa Puskesmas Jatijajar hanya 41.68%, Kedaung 33.21%, dan Rangkapan Jaya 148.48%.
Hasil penelitian tersebut secara umum belum mencapai target SPM. Kondisi ini dikarenakan sumber daya dan proses manajerial yang belum dilaksanakan secara maksimal. Oleh karena itu, disarankan agar ada penyamaan pengetahuan terlebih dahulu antara pihak-pihak yang terlibat untuk kemudian dilakukan optimalisasi sumber daya dan proses manajerial.

This study aims to describe the implementation of the management of mental health program in Depok City in 2015 by looking at the achievement of mental health programs, resources, and managerial processes. This study used a qualitative research design.
The result shows, 20% of the West Java Minimum Health Care Standard target, coverage early detection of mental health disorders in Jatijajar Public Health Center only 2.83%, Kedaung 0.92%, and Rangkapan Jaya 0.08%. Moreover, 100% of the target, the coverage of handling patients diagnosed with mental health disorders in Jatijajar Public Health Center only 41.68%, Kedaung 33.21%, and Rangkapan Jaya 148.48%.
Generally, this result hasn't reached out for SPM's target. These conditions are due to the resources and managerial processes which have not been implemented optimally. It is suggested to ensure common understanding among everybody and sectors related to mental health program and optimalize the available resources and managerial process.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S65017
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tumundo, Debora Gebby
"Pemberian pelayanan kesehatan pada masyarakat dalam melakukan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif serta pelayanan obat sesuai dengan kebutuhan medis. Untuk menunjang pelaksanaan tersebut maka Kementerian Kesehatan, khususnya Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan berupaya untuk menjamin ketersediaan, keterjangkauan dan aksesibilitas obat dengan menyusun Formularium Nasional (Fornas) yang akan digunakan sebagai acuan dalam pelayanan kesehatan di seluruh fasilitas kesehatan. Penyusunan Formularium Puskesmas bertujuan untuk menentukan dan menyeragamkan jenis obat yang digunakan dalam pengobatan agar sesuai dengan penyakit dan kebutuhan obat di Puskesmas, sehingga dapat digunakan sebagai acuan bagi penulis resep, mengoptimalkan pelayanan kepada pasien, memudahkan perencanaan, dan penyediaan obat di fasilitas pelayanan kesehatan. Penyusunan formularium puskesmas didasarkan pada Formularium Nasional yang telah disusun oleh Kementerian kesehatan RI, dan juga berdasarkan beberapa pertimbangan yang dilakukan oleh apoteker serta dokter dilihat berdasarkan kebutuhan pasien di wilayah kerja puskesmas yang berupa hasil usulan obat dokter.

The provision of health services to the community in carrying out the National Health Insurance (JKN) includes promotive, preventive, curative and rehabilitative services as well as drug services according to medical needs. To support this implementation, the Ministry of Health, in particular the Directorate General of Pharmacy and Medical Devices, is trying to ensure the availability, affordability and accessibility of medicines by compiling a National Formulary (Fornas) which will be used as a reference in health services in all health facilities. The formulation of the Puskesmas Formulary aims to determine and standardize the types of drugs used in treatment to suit the disease and drug needs at the Puskesmas, so that it can be used as a reference for prescribers, optimizing services to patients, facilitating planning, and providing drugs at health care facilities. The preparation of the puskesmas formulary is based on the National Formulary that has been compiled by the Indonesian Ministry of Health, and also based on several considerations made by pharmacists and doctors based on the needs of patients in the working area of the puskesmas in the form of the results of doctor's drug recommendations."
Depok: 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yenny Purnama
"Latar Belakang: Resusitasi Neonatus merupakan tindakan medis terpenting dalam pertolongan gawat napas pada bayi baru lahir. Setiap praktisi kesehatan yang membantu persalinan bayi wajib mempunyai kemampuan resusitasi neonatus sesuai standar yang berlaku. Jakarta sebagai ibu kota Indonesia, dengan permasalahan dan kelebihannya, diharapkan Puskesmas Kecamatan memiliki kemampuan yang handal dalam menangani persalinan, dan mempunyai Tim Resusitasi Neonatus yang siap setiap saat dibutuhkan sesuai standar yang berlaku. Meskipun pelatihan Resusitasi Neonatus sudah dilakukan, belum pernah ada evaluasi kesiapan Tim Resusitasi Neonatus.
Tujuan: Mengetahui kesiapan Tim Resusitasi Neonatus dalam penanganan kegawatan napas pada bayi lahir di Puskesmas Kecamatan Wilayah DKI Jakarta dan faktor – faktor yang berhubungan.
Metode: Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan kuantitatif (mixed metode). Metode kualitatif dilakukan dengan wawancara terhadap sistem kesehatan mikro (dokter, perawat dan bidan menggunakan Focus Group Discussion (FGD), sistem kesehatan meso (Kepala Puskesmas dengan cara wawancara mendalam (depth interview), dan sistem kesehatan makro (Dinas Kesehatan dan SuDinkes) dengan cara wawancara mendalam (depth interview). Laporan program Puskesmas terkait hasil capaian dalam pengelolaan asfiksia neonatorum akan dibandingkan dengan standar dari IDAI dengan metode evaluasi program dan kuantitatif dilakukan untuk melihat pengetahuan masyarakat, dokter, perawat dan bidan. untuk mengidentifikasi akar masalah digunakan analisis tulang ikan (fish bone ishikawa) dan dilakukan wawancara dan Focus Group Discussion. Untuk memprioritaskan akar masalah ini digunakan metode USG (Urgency, Serious, and Growth). Metode untuk alternatif solusi adalah Mc. Namara.
Hasil: Berdasarkan evaluasi kualitatif didapatkan adanya keterbatasan sumber daya manusia dan kurangnya kualitas pelatihan. Berdasarkan evaluasi kuantitatif didapatkan pengetahuan pada dokter sebesar 62,9 %, bidan 35% dan perawat 12,1%. Bidan sebagai ujung tombak pelayanan resusitasi neonatus. Terdapat korelasi antara pengetahuan Tim resusitasi Neonatus tiap Puskesmas dengan pembahasan kasus dalam FGD di tiap Puskesmas, menunjukkan hubungan yang signifikan (p value 0,001) dan hubungannya sangat kuat serta berpola positif (nilai r korelasi = 0,813). Artinya semakin tinggi pengetahuan semakin tinggi skor kasus.

Background: Neonatal resuscitation is the most important medical treatment in relief of respiratory emergencies in newborns. Thus, every health care practicioners (HCP) who help delvering babies is required to have starndardized competencies in neonatal resuscitation. DKI Jakarta as the capital city of Indonesia, with various problems and advantages, is expected to have good neonatal resuscitation team at Primary Health Cares. The team should be ready at any time they are needed according to applicable standars. Although the Neonatal Resuscitation training has been conducted, but the neonatal resuscitation team's readiness has never been evaluated
Objective: To investigate the readiness of the neonatal resuscitation team in handling respiratory emergencies in infants born in Jakarta Primary Health Care and its affecting factors.
Method: This is a qualitative and quantitative research (mixed methods). Qualitative method for looking at phenomena in the field are based on interviews with: The microenvironment, namely to doctors, nurses and midwives using focus group discussion (FGD); Meso environment: The Head of Primary Health Care by depth interviews, Macro Environment: Office of Health and the Office of Health by means of depth interviews. Reports of Primary Health Care programs related to the results of achievements in the management of asphyxia neonatorum will be compared with the standars of Indonesian Pediatric Society (IPS) with program evaluation and quantitative methods are carried out to see the knowledge of the community, doctors, nurses and midwives. To identify the root of the problem, fish bone analysis (fish bone Ishikawa), conducted interviews and focus group discussion are used. To prioritize the root of this problem the USG (Urgency, Serious, and Growth) method is used. The method for alternative solutions is Mc. Namara Result: The limitation of human resources and the lack of the latest training qualifications are the most common problems. Based on quantitative evaluations, the knowledge of the health care practicioners based on minimal passing grade are doctors by 62.9%, midwives by 35% and nurses by 12,1%. There is a strong correlation between the knowledge of the HCP and their ability to do case based discussion comprehensively during FGD at each Primary Health Care (p value 0.001). The relationship is very strong as well and has a positive pattern (correlation r value = 0.813). This means that the higher the knowledge the higher the case based discussion score.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ismail H.S.
"Dalam rangka memelihara dan meningkatkan mutu pelayanan Puskesmas harus ditunjang oleh sumber daya manusia dalam hal ini sumber daya tenaga kesehatan (ter masuk tenaga keperawatan) yang memadai dari segi jumlah dan kualitas. Oleh karena itu perlu di analisis dan direncanakan kebutuhannya dengan seksama agar dapat didayagunakan oleh organisasi dalam mencapai tujuan secara efelctif dan efisien.
Kenyataan dilapangan menunjukkan beberapa puskesmas di daerah perkotaan cenderung terkesan mempunyai tenaga keperawatan yang "beriebih" sehingga terkesan kurang efisien dalam pelaksanaan pelayanannya. Bila dilihat rata-rata jumlah tenaga keperawatan yang bekeljia di puskesmas dalarn Provinsi Jambi adalah 18,86 (18 - 19 orang), sedangkan rata-rata jumlah tenaga keparawatan yang bekexja di puskesmas dalam wilayah Kota Jambi 21,95 ( 21 - 22 orang). Di Puskesmas Pakuan Baru terdapat 60 orang tenaga kesehatan diantaranya terdapat 31 orang tenaga keperawatm, hal ini menunjukkan kelebihan bila dibandingkan dengan standar tenaga keperawatan pola ketenagaan puskesmus pada Pelita V Puskesmas dengan tempat tidur yang ditentukan 9 orang. Demilcian pula bila dibandingkan dengan kebutuhan tenaga keperawatan berdasarkan SK Mendagri No. 23 tahun 1994 yang berkisar antara 18 - 20 orang.
Penelilian ini bertujuan untuk mengetahui secara mendalam beban kerja dan faktor penyebab kelebihan tenaga keperawatan di Puskesmas Pakuan Baru Kota Jambi tahun 2001. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif untuk mengetahui beban kerja dan besarnya kelebihan tenaga keperawatan, sedangkan untuk mengetahuifaktor penyebab kelebihan tenaga keperawatan digunakan metoda kualitatif. Data diperoleh dengan teknik observasi langsung kegiatan keperawatan dengan menggunakan Formiat "Work Sampling" di puskesmas, telaah data selamder, dan wawancara men dalam terhadap pejabat yang berwenang menempatkan tenaga kesehatan dilingkungén. Dinas Kesehatan Provinsi Jambi dan Dinas Kesehatan Kota Jambi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa beban kerja tenaga keperawatan di Puskesmas Pakuan Bam ternyata rendah hal ini ditunjukkan oleh jumlah waktu kegiatan keperawatan langsung dan kegiatan keperawatan tidak langsung yang dilakukan tenaga keperawatan masih rendah. Dari segi jumlah, tenaga keperawatan yang ada 31 orang ter nyata kelebihan sebanyak 13 orang. Dari hasil wawancara mendalam diketahui bahwa faktor penyebab keiebihan tenaga keperawatan di Puskwesmas Pakuan Baru Kota Jambi karena adanya tenaga titipan/ikut suami dan nota dinas yang sulit untuk ditolak oleh pihak Dinas Kesehatan Kota Jambi, selain itu proses perencanaan kebutuhan tenaga tingkat puskesmas tidak jelas, hanya berdasarkan usulan staf.
Untuk meningkatkan produktivitas kerja tenaga keperawatan di Puskesmas Pakuan Baru Kota Jambi perlu meningkatkan kegiatan langsung dan kegiatan tidak langsung tenaga keperawatan dengan jalan mengaktiikan kegiatan Puskesmas Keliling, Perawatan kesehatan masyarakat, dan pengaturan kembali jadual dinas/libur bagi tenaga keperawatan di unit rawat inap. Untuk kelebihan tenaga keperawatan, diharapkan Kepala Dinas Kesehatan Kota Jambi mengusulkan kepada Walikota membuat Surat edaran bahwa di linglcungan Dinas Kesehatan Kota Jambi unmk sementara waktu tidak menerima tenaga keperawatan, dan kelebihan tenaga keperawatan diarahkan untuk pindah ke Rumah' Sakit Umum Raden Mat Taher Jambi yang saat ini masih membutuhkan tenaga keperawatan, serta membatasi pemakaian tenaga honorer. Selanjut nya perlu meningkatkan kemampuan tenaga perencana melalui pendidikan dan pelatihan.

In keeping and increasing Public Health Centre service of excellence human resource to support the effort is a must, it needs a decent consideration in number and quality of the medical staffs (including the nursing staffs). So that the necessity has to be analyzed and planned thoroughly the organization to achieve its objectively and eficiently.
In reality shows that the public health centre in urban areas tend to have excessive? nursing staffs so it seems that the health service is inefficient. The average of nursing staffs numbers in all Jambi Province's Public health centre for 18,86 (18 - 19 personnel), meanwhile the average of nursing staffs in the urban Jambi area is 21,95 (21 - 22 personnel). Public Health Centre of Pakuan Baru has 60 health staffs, 31 of them are the nursing staff's, it shows an excess to compare with the standard of nursing staff's in the pattern of public health centre personnel at the Five Year Plan with beds for 9 staffs. Likewise when it is compared on letter of decision of Minister of Internal Affairs No. 23 year 1994 which is about 18 - 20 staffs.
This research is conducted to End out deeply the cause factor of nursing staffs excess in Pakuan Baru Public Health Centre Jambi City in 2001. The research method used is quantitative to detect the burden and how much is the excess, while the qualitative to detect the cause factors Data collected by direct observation technique of nursing activity with the use of "Work Sampling" method at the public health centre itself; secondary data study, and in deep interview to authorized official of placing the medical staffs surrounding the Health Department of Jambi Province and Health Department of Jambi City.
The result of study shows that the work load of the nursing staffs in Pakuan Baru Public Health Centre is low, it is appointed by the low time of direct nursing activity and the indirect ones which are done by the staffs themselves. From the number, 31 nursing personnel are over for 13. From the in deep interview, it is found that the cause factor of the excessive are the entrusted personnel/ accompanying husband and also official notes which are quite complicated to be refused by the Health Department of Jambi City, in the other hand the planning process of the medical staffs necessity in the level of public health centre is not clear, it is based only from other staffs recommendation.
To increase the nurses productivity in Pakuan Baru Public Health Centre needs to activate by Public Health Centre Out reach program, public health nursing, and rearranging on duty/time off schedule for the nursing personnel in patient unit. For the excessive staffs, it is expected that the head of Health Department of Jambi City to recommend to the Mayor to make circular letters that in the surrounding of Health Department of Jambi City does not accept nursing personnel for a while, and the excess should be to move to Raden Mat Taher Jambi General Hospital which is in need of nursing staff`s, and to limit the recruitment of honorarium employers. In addition to increase the planning staff ability through education and training is indeed necessary.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T3233
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>