Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 81236 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Rizki Putranda
"Sistem isolasi peralatan tegangan tinggi merupakan jantung dari sistem tenaga listrik. Akibatnya peralatan-peralatan tersebut tidak dapat dioperasikan jika terjadi kerusakan yang tidak dapat diidentifikasi. Dampaknya akan berpengaruh secara global pada industri atau perusahaan yang bersangkutan. Masalah ini berawal dari adanya peluahan, dimana salah satu jenis dari peluahan tersebut yaitu korona. Pengidentifikasian peluahan sebagian sangat diperlukan untuk mengkarakteristikan fenomena peluahan sebagian tersebut. Metode-metode pengidentifikasian peluahan sebagian yang sudah ada memliki banyak kelemahan yang perlu diperbaiki. Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan serta teknologi, banyak perkembangan metode sistem identifikasi peluahan sebagian. Inovasi pengidentifikasian peluahan sebagian menggunakan metode analisa weibull memberikan informasi mengenai batasan parameter yang ada yaitu parameter bentuk atau parameter β sehingga dapat memberikan kemudahan bagi para teknisi untuk melakukan sistem pengidentifikasian partial discharge karena tidak menghabiskan waktu yang lama.

High voltage equipment insulation system is the heart of the electric power system. As a result, such equipment can not be operated if there is damage that can not be identified. The impact will affect globally on industry or company concerned. This problem starts from the discharge, in which one of these is the type of corona discharge. Identifying partial discharge is needed to characterize the partial discharge phenomenon. Methods of identifying existing partial discharge had many weaknesses that need to be repaired. The continued development of science and technology, many developments of partial discharge method identification system. Partial discharge identification method innovation using weibull analysis provides information about the limitations of existing parameter or parameters that shape parameter β so as to make it easy for the technician to perform the identification of partial discharge system because they do not spend a long time."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
S59527
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yefa Sister
"White Organic Light Emitting Diode (WOLED) merupakan teknologi baru dari divais solid state yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan divais pencahayaan dan display. Salah satu cara untuk membuat WOLED yaitu dengan menggunakan struktur hybrid multi emissive layer. Pada skripsi ini dibuat desain dan simulasi menggunakan struktur hybrid WOLED yang terdiri dari material red phosphorescent emitter, green phosphorescent emitter dan blue fluorescent emitter sebagai emissive layer pada perangkat lunak SimOLED 4.5.0. Tegangan dan ketebalan material emissive layer divariasikan untuk mendapatkan OLED warna putih. White OLED berhasil diperoleh dengan menambahkan electron blocking material yang diletakkan antara green phosphorescent emitter dan blue fluorescent emitter dan mencapai hasil optimal pada saat diberikan tegangan 2-10 Volt dengan ketebalan green phosphorescent emitter 2-4 nm. Pada setiap tegangan yang dapat menghasilkan White OLED, ketebalan red phosphorescent emitter yang diperlukan mulai dari 10 nm sementara ketebalan optimal untuk blue fluorescent emitter dan EBM adalah 6-21 nm. Semakin tebal sebuah emissive layer maka semakin dominan warna yang dihasilkan pada layer ini karena semakin banyak rekombinasi yang terjadi pada emissive layer tersebut.

White Organic Light Emitting Diode (WOLED) is a new technology of solid state devices which is developed to fulfill the demand for lighting devices and displays. One approach to make WOLED uses hybrid multi emissive layer structure. In this thesis we designed and simulated a hybrid WOLED using red phosphorescent emitter, green phosphorescent emitter and blue fluorescent emitter as emissive layer on SimOLED 4.5.0 software. Voltage and material thickness is var ied to obtain white OLED. WOLED can be achieved by using an electron blocking material between green phosphorescent emitter and blue fluorescent emitter and reach optimal result on 2-10 Volt with the thickness of green phosphorescent emitter is 2-4 nm. Each voltage that produce white OLED, need a thickness of red phosphorescent emitter start from 10 nm and the effective thickness of blue fluorescent emitter and EBM are 6-21 nm. When the thickness of an emissive layer increases, the dominant light color is emitted at this layer because the number of recombination increase at that layer.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59504
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyudi
"Satelit dan sistem radio frekuensi (RF) merupakan komponen yang penting dalam komunikasi. RF MEMS merupakan on-chip components dimana di dalamnya terdapat rangkaian RF filter dan voltage controlled oscillators (VCO?s). Dengan terintegrasi beberapa komponen-komponen tersebut akan menyebabkan meningkatnya kemampuan, yaitu dengan berkurangnya signal delay time dan noise. Meskipun demikian masih terdapat beberapa komponen seperti band select, channel select dan tuning element dari VCO masih harus terletak diluar chip.
Salah satu teknik yang dapat diaplikasikan untuk mengintegrasikan komponen-komponen tersebut adalah dengan menggunakan aktuator. Aktuator merupakan salah satu divais terpenting dalam mikrosistem untuk melakukan fungsi mekanik. Aktuator berfungsi untuk mengubah energi input (biasanya berupa energi listrik) menjadi energi mekanik.
Riset ini bertujuan untuk mendisain sebuah aktuator termal dengan dua lengan panas yang dipergunakan dalam pengontrolan variasi kapasitor pada VCO. Pengujian sifat elektrotermal dari aktuator dilakukan untuk mendapatkan distribusi temperatur pada masing-masing lengan panas, sedangkan pada pengujian sifat mekanik aktuator akan didapatkan besarnya simpangan aktuator fungsi tegangan. Dari data simpangan yang telah diperoleh selanjutnya dapat ditentukan range kapasitas kapasitor dimana range kapasitor yang memungkinkan dapat dibuat untuk disain adalah antara 2,213 nF sampai 13,112 pF.

Satellite and radio frequency system are the most important component in communication. RF MEMS is on-chip component which has RF filter and voltage control oscillators on it. Integrating several components to be a device could up grading a system with minimalizing delay time and noise. Nonetheless, there is still several components which aren?t on-board component, example: and select, channel select, and tuning element.
One of the applicable techniques to integrating thus component is by using the actuator. Actuator is one of the most important devices in Microsystems to do mechanical function. It converts electrical energy into mechanical energy.
The aim of this research is designing a thermal actuator with the two-hot-arm. It is used for controlling capacitor variation on VCO. Electro thermal from the actuator testing will be yield the temperature distribution value on each arm. The testing mechanical actuator will be yield deflection with respect to the input voltage. From these data, the range of capacitancy capacitor will be known. Posibility of fhe range the capacitancy made between 2.213 nF to 13.112 pF. iv "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
T25051
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anggie Chandra Kusumasembada
"Metode Diagnosa Partial Discharge telah dipelajari lebih dari seratus tahun dan hingga sekarang metode diagnosa PD terus dikembangkan. Analisa Partial Discharge menjadi bagian penting didalam assessmen peralatan listrik, analisa partial discharge menentukan kondisi terkini dari peralatan listrik. Diagnosa data sinyal Partial Discharge menggunakan Metode Weibull terbukti tepat untuk mendiagnosa dan memisahkan sumber-sumber Partial Discharge yang berbeda, noise, dan gangguan (disturbances). Pengujian Goodness of Fit dilakukan dengan tujuan menentukan karakteristik distribusi data. Jenis data yang dipergunakan dalam studi ini adalah Distribusi Nilai Partial Discharge (Partial Discharge Height Distribution) yang diperoleh dari data pengukuran jurnal-jurnal Partial Discharge dan data pembimbing. Tujuan dari studi diagnosa ini adalah: menentukan akurasi dari prosedur diagnosa dengan membandingkan parameter statistik yang telah ada dengan hasil prosedur rancangan penulis, mengambil kesimpulan karakteristik sumber Partial Discharge dari nilai-nilai shape parameter dari beragam jurnal. Hasil akhir menyimpulkan bahwa parameter- parameter Weibull dapat menjelaskan karakter Partial Discharge dari sumber yang berbeda, sedangkan Pengujian Goodness of Fit belum dapat mendukung parameter-parameter Weibull untuk menjelaskan keragaman data distribusi.

Partial discharge diagnosis methods have been studied for more than a century and until now its diagnosis method is still developing. Partial Discharge Analysis become an important part in electrical utility assessment, partial discharge analysis determine the actual condition of electrical utility. Partial Discharge signal data diagnosis using Weibull Method are proven proper to diagnose and separate among Partial Discharge origin sources, noises, and disturbances. Goodness of Fit Tests usage are practiced in order to determine characteristics of data distribution. Data type utilized in this study is Partial Discharge Height Distribution Data which acquired from Partial Discharge measurement data from journals and supervisor data. The purpose of this diagnosis study are : to determine diagnosis procedure accuracy by comparing existing statistical parameter result with the self-designed procedure, to take conclusion related to Partial Discharge source characteristics by shape parameter from various journals. Final results concludes that Weibull parameters are able to characterise Partial Discharge sources variety, while Goodness of Fit Tests have not yet been able to support the Weibull parameters to define data distributions variety."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S44204
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fristy Lita
"Pengolahan data magnetik menghasilkan nilai magentik total yang telah dikoreksi oleh koreksi IGRF, Variasi Harian dan Koreksi Drift. Hasil pengolahan data kemudian diplot menjadi kontur anomali magnetik pada software SURFER 9.0. Dari kontur inilah kemudian didapatkan indikasi anomali magnetik pada data pengukuran. Anomali inilah yang nantinya akan dijadikan patokan untuk membuat permodelan. Permodelan menggunakan data magnetik bertujuan untuk mengidentifikasikan anomali magnetik yang terdapat pada data pengukuran. Anomali magnetik biasanya dipengaruhi oleh hot rock yang berada pada bawah permukaan. Pada penelitian ini, data magnetik yang digunakan adalah data pengukuran magnetik di daerah Arjuna-Welirang. Daerah prospek geothermal Arjuna-Welirang terletak di wilayah Kabupaten Malang, Kabupaten Mojokerto, Pasuruan, dan Kota Batu. Daerah prospek ini berada di lingkungan geologi yang didominasi oleh batuan vulkanik berumur kuarter.

Magnetic data processing give a magnetic total value that has been corrected by the correction IGRF, Diurnal Variety and Drift Correction. Then the data processing?s results are plotted into the contours of the magnetic anomalies in the software Surfer 9.0. This contour is then obtained an indication of magnetic anomalies on the measurement data. This is an anomaly that will be used as a benchmark for modeling. Modeling using magnetic data aims to identify magnetic anomalies are present in the measurement data. Magnetic anomalies are usually influenced by the hot rock that is on the bottom surface. In this study, which used magnetic data is the data of magnetic measurements in the Arjuna-Welirang. Geothermal prospect area Arjuna-Welirang located in Malang regency, regency Mojokerto, Pasuruan, and Batu. This prospect area is located in the geological environment which is dominated by old volcanic rocks quarter."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S42473
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bimo Aulia C.
"Turbin cross flow merupakan turbin yang sering dipakai pada instalasi pembangkitan listrik mikrohidro. Pada penelitian ini, diteliti mengenai perubahan dimensi nosel terhadap performa pada turbin cross flow. Penelitian ini dilakukan dengan simulasi CFD dan percobaan. Untuk meneliti performa turbin ini digunakan percobaan, sedangkan untuk meneliti pola aliran, digunakan simulasi CFD. Percobaan dilakukan dengan memvariasikan kecepatan air pada nosel menjadi tiga variasi yang dibuat dengan mengubah luas penampang nosel, sehingga debit air terjaga konstan, sedangkan simulasi dilakukan dengan satu nosel (8 mm) dan runner, tetapi dengan fluida yang berbeda, yaitu air dan uap air.
Dari hasil simulasi didapatkan bahwa pada bagian ujung luar (lingkaran luar) sudu turbin mengalami tekanan dan turbulensi yang tinggi pada setiap putarannya. Maka dari itu, diperlukan perancangan dan pemanufakturan yang baik agar sudu mampu menghadapi tekanan dan turbulensi tersebut. Selain itu, kecepatan aliran tinggi dan tebal jet fluida yang lebih tipis dari jarak antara sudu dibutuhkan untuk memperoleh fenomena penyebrangan aliran yang baik melalui bagian tengah runner. Kemudian hasil percobaan membuktikan juga bahwa peningkatan kecepatan aliran air dari nosel akan meningkatkan efisiensi turbin. Pada kecepatan aliran air pada nosel sebesar 20,617 m/s dengan tebal jet 4 mm diperoleh efisiensi sebesar 92,647%, sedangkan pada kecepatan 10,721 m/s dan tebal jet 8 mm hanya diperoleh efisiensi sebesar 34,826%. Hal ini membuktikan perubahan dimensi nosel yang mengakibatkan peningkatan kecepatan aliran air dari nosel akan mempertinggi atau mengurangi daya hidrolis yang diserap turbin, yang akan menambah atau mengurangi efisiensi turbin.

Cross flow turbine is a commonly used turbine in micro-hydro power generation. In this research, influence of nozzle dimension on performance of cross flow turbine is studied. This research was performed using CFD simulation and experiment. To study the turbine performance, experiment is used, whereas to study the flow pattern, CFD simulation is used. Experiment were performed with varying the water flow speed from nozzle into three variants which was created with changing the cross-sectional area of the nozzle; so that the water debit was kept constant, whereas simulations were performed with one nozzle (8 mm) and runner, but with different fluid. One is water and the other is steam.
From the simulation result, it was found that the outer sides of turbine blades (outer circle) were experiencing great pressure and turbulence in each rotation. Therefore, a careful design and manufacturing is needed so that the blade can withstand that pressure and turbulence. Moreover, flow speed and fluid jet thickness which is thinner than the gap between blades are needed to achieve a good cross flow phenomenon through the middle section of the runner. Furthermore, experiment results shows too that an increase in water flow speed from nozzle will increase turbine efficiency. At water flow speed of 20.617 m/s and jet thickness of 4 mm, 92.647% efficiency was obtained whereas, at water flow speed of 6.109 m/s and jet thickness of 8 mm, only 34.826% efficiency was obtained. This proves changes in nozzle dimension which influence water flow speed from nozzle will increase or decrease the hydraulic power which is absorbed by the turbine, which, in turn, increases or decreases turbine efficiency.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S53044
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febie Permata Sari
"

Telah dilakukan penelitian mengenai struktur kristal, morfologi dan sifat magnetic bahan Nd1-xSrxMnO3 (x = 0, 0.2, 0.4, 0.6, 0.8, 1) dengan metode sol-gel. Divariasikan substitusi Sr terhadap senyawa NdMnO3. Efek dari substitusi Sr terhadap NdMnO3 didapatkan dari perbedaan struktur kristal, morfologi, dan sifa magnetic setiap variasi komposisi Sr. Dengan karakterisasi struktur kristal menggunakan X-Ray Diffractometer (XRD) dan karakterisasi morfologi menggunakan Scanning Electron Microscope (SEM) serta karakterisasi sifat magnetik menggunakan Vibrating Sample Magnetometer (VSM). Hasil XRD menunjukkan bahwa komposisi Sr di NdMnO3 tidak mengubah struktur kristal dari perovskite tersebut, tetapi parameter kisi dari struktur kristal berubah tiap komposisi Sr nya. Bentuk dan ukuran grain partikel juga sangat berbeda tiap komposisi Sr nya, hal ini menunjukkan bahwa komposisi Sr di NdMnO3 memang dapat mengubah strukur kristal, morfologi, dan sifat magnetik manganit perovskite NdMnO3.


Research on the crystal structure, morphology and magnetic properties of Nd1- xSrxMnO3 (x = 0, 0.2, 0.4, 0.6, 0.8, 1) was carried out using the sol-gel method. The Sr substitution of NdMnO3 was varied. The effect of Sr substitution on NdMnO3 was obtained from differences in crystal structure, morphology, and magnetic properties for each variation in the composition of Sr. With characterization of crystal structure using X-Ray Diffractometer (XRD) and morphological characterization using Scanning Electron Microscope (SEM) and characterization of magnetic properties using a Vibrating Sample Magnetometer (VSM). XRD results showed that the Sr composition in NdMnO3 change the crystal structure of the perovskite and the lattice parameters of the crystal structure changed with each Sr. composition. The shape and grain size of the particles are also very different for each Sr. composition, this shows that the Sr composition in NdMnO3 can indeed change the crystal structure, morphology, and magnetic properties of the NdMnO3 perovskite manganite.

 

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isom Muzakir
"ABSTRAK
Telah dilakukan suatu studi pangembangan rangkaian Osilator Colpitts sebagai pengkondisi sinyal system pengukuran parameter Kerentanan magnetik bahan. Penelitian ini merupakan pengembangan lanjutan dari pemanfaatan rangkaian Osilator sebagai pengkondisi sinyal sensor resistif, kapasitif, dan Induktif.
Dari pengukuran didapat bahwa frekuensi Osilator berbanding lurus dengan invers akar Induktansi, yang berarti pula berbanding lurus dengan invers akar parameter kerentanan magnetik bahan.

ABSTRACT
A development study of Colpitts Oscillator circuit as The Magnetic Susceptibility parameter measurement system has described. This research is an advanced development of the usage of Oscillator as The Signal Conditioner part of resistive, capacitive, and inductive type of sensor.
Measurement yields a relation where Oscillator frequency equals to inverse of inductance root, these means that it also equal to inverse of root of sample's magnetic susceptibility parameter.
"
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2000
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
A. Endang Sriningsih
"ABSTRAK
Suatu sensor pengukur medan magnit apabila dibuat dalam teknologi CMOS dalam array, akan bekerja pada suatu mode, yang mempunyai keluaran current mode sesuai dengan tegangan referensi dari sensor tersebut. Array yang dibentuk dengan MAGFET yang terintegrasi akan menjadikan suatu unit yang akan menaikan sensitifitas dan signal to noise ratio-nya. Sensor ini mempunyai karakteristik yang lebih linier, dibandingkan dengan rangkaian sensor hasil integrasi MAGFET dengan load resistor saja. Pengubahan bagian komponen pasif dengan komponen aktif menjadikan layout IC sensor lebih sederhana.
Pada Tesis ini akan dilakukan simulasi dan analisa dari rangkaian sensor medan magnit array CMOS dengan menggunakan perangkat lunak PSPICE versi 5.1. Dengan mengubah load resistor dengan rangkaian cermin CMOS secara array, hasil simulasi menunjukan bahwa keluarannya lebih linier.
Juga akan dibuat perancangan layout IC rangkaian tersebut dengan bantuan perangkat lunak MAGIC versi 6.02. Layout menjadi lebih sederhana setelah mengganti komponen pasif resistor dengan resistor aktif. Layout resistor aktif keluaran MAGIC yang dibuat dapat lebih kecil 3.07% dari resistor pasif."
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zulkarnain
"Magnet permanen berbasis Sm-Fe-N merupakan magnet kelas baru yang ditemukan pada tahun 1990. Sejak ditemukan fasa magnetik ini telah banyak studi lanjutan yang dilakukan terutama sekali untuk meningkatkan sifat magnetiknya. Dalam penelitian ini telah dilakukan analisis sifat magnetik dan struktur material magnet permanen berbasis Sm-Fe-N dengan komposisi nominal (SmxFe1oo-x)o.97N3, x = 6; 7,5; 9; 11,5 (at. %). Preparasi sampel dilakukan dengan teknik metalurgi serbuk menggunakan ball mill berenergi tinggi dan paduan nitrida didapatkan melalui reaksi gas-padatan. Kompaksi dilakukan dengan teknik kompaksi kejut.
Hasil identifikasi fasa dengan difraksi sinar-x menunjukkan bahwa fasa mayoritas yang hadir adalah Sm2Fe17N3 dengan struktur Th2Zn17 (rhombohedral) dihitung sekitar 90 %. Disamping itu hadir pula fasa kedua yaitu a-Fe sebagai konsekuensi komposisi di luar stoikiometri. Khusus untuk komposisi pada x = 11,5 terdapat kehadiran fasa SmN sebesar 0,14 %.
Hasil perhitungan konstanta kisi dengan metode Cohen memperlihatkan kesesuaian dengan nilai publikasi dan variasi komposisi magnet Sm-Fe-N tidak menyebabkan distorsi pada kisikisi kristal Sm2Fe17N3. Hasil analisis sifat magnetik diketahui terdapat peningkatan koersivitas dengan pertambahan kandungan Sm dalam' komposisi. Sedangkan harga remanen yang didapat melewati batas teoritis Stoner-Wohlfarth - 0,8 T. Namun secara umum remanen menurun dengan adanya peningkatan Sm. Demikian pula terjadi penurunan pada energi produk maksimum, (BH)n,. dengan bertambahnya kandungan Sm dalam komposisi.

Sm-Fe-N based permanent magnet belong to a new class of magnets were discovery in 1990. Since the discovery, a number of studies have been made to improve the magnetic properties. In this work, magnetic properties and materials structure of Sm-Fe-N based permanent magnets with (Sm)(Feio0.. )o,97N3 x = 6; 7,5; 9; 11,5 atomic persent composition have been analysed. Samples were prepared by powder metallurgy using high energy ball mills, then samples were nitrided using solid-gas reaction and subsequently compacted by shock compaction method.
Phase identification by XRD indicated that Sm2Fei7N3 is the majority magnetic phase with a volume fraction up to - 90 °I°. In addition, it was also identified an a-Fe as the second phase due to unstoichiometric composition of the magnet. Specially for x = 11,5 (at.%) also identified an SmN phase about 0,14 %. Lattice constants value of main phase that determined by Cohen's method is similar to that of published result. It is also shown that compositions of the magnets have no effect to lattice constants of main Sm2Fei7N3 phase.
The result of magnetic properties is increasing the coercivity with additional content of Sm composition. But the remanen value which is obtained more than Stoner-Wohlfarth theory - 0,8 T. In general, the remanen reduces by adding Sm. Also the maximum of product energy, (BH)max, is reduced by adding the content of Sm in the composition.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>