Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 141424 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Ulfah Hartina
"Pada penelitian ini, telah berhasil dilakukan sintesis hidrogel nanokomposit NaAlg-PVA-g-AAm termodifikasi nanopartikel ZnO dengan pembentukan ZnO secara in situ di dalam matriks hidrogel dengan metode hidrotermal. Karakteristik hidrogel diamati dengan FTIR, SEM, TEM, EDX, XRD, AAS serta kapasitas swelling-nya. Hidrogel NaAlg-PVA-g-AAm dengan kapasitas swelling terbaik disintesis didapatkan dengan menambahkan PVA dan alginat dengan perbandingan massa sebesar 0,6:3. Hidrogel nanokomposit setelah dimodifikasi dengan ZnO memiliki kapasitas swelling yang lebih tinggi dibandingkan hidrogel yang belum dimodifikasi. Didapatkan hasil untuk hidrogel nanokomposit NaAlg-PVA-g-AAm termodifikasi nanopartikel ZnO yaitu kapasitas swelling maksimumnya 215,5278 g/g, loading ion Zn2 sebesar 285,82 ppm dan kapasitas release 3maksimumnya sebesar 0,9832 ppm. Kinetika swelling hidrogel NaAlg-PVA-g-AAm mengikuti orde pseudo-pertama dengan parameter laju swelling sebesar 350 menit. Sedangkan kinetika swelling hidrogel nanokomposit NaAlg-PVA-g-AAm termodifikasi nanopartikel ZnO mengikuti orde pseudo-kedua dengan parameter laju swelling sebesar 487,5 menit. Dari hasil uji aktivitas antibakteri yang dilakukan secara in-vitro, diketahui S.aureus lebih resisten dibandingakan P. aeruginosa dengan persen inhibisi S. aureus yang lebih besar pada konsentrasi hambat minimum yang sama yaitu 31,25 ppm.

In this research, NaAlg PVA g AAm nanocomposite hydrogel had been successfully modified by ZnO nanoparticles in the hydrogel matrix by hydrothermal method. Characteristics of hydrogels were observed with FTIR, SEM, TEM, EDX, XRD, AAS and through their swelling capacities. The NaAlg PVA g AAm hydrogel with the best swelling capacity was synthesized by adding PVA and alginate with a mass ratio of 0.6 3. Obtained results for NaAlg PVA g AAm nanocomposite hydrogel modified ZnO nanoparticles had the maximum swelling capacity of 215.52 g g, Zn2 ion loading of 285.82 ppm and its maximum release capacity of 0.98 ppm, while the maximum swelling capacity for a NaAlg PVA g AAm nanocomposite hydrogel was 73.26 g g. Kinetics swelling of NaAlg PVA g AAm hydrogel followed the first pseudo order with a swelling rate parameter of 350 minutes, whereas kinetics swelling of NaAlg PVA g AAm nanocomposite hydrogel modified ZnO nanoparticles followed the second pseudo order with swelling rate parameter of 487.5 minutes. From in vitro antibacterial activity test, S.aureus was known to be more resistant than P. aeruginosa with a greater inhibition percentage of S. aureus at the same minimum inhibitory concentration of 31.25 ppm."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Resti Amelia Putri
"

Kulit kering merupakan salah satu masalah penuaan yang paling umum. Perubahan pada sistem integumen meningkatkan risiko peradangan dan infeksi kulit pada lansia. Peradangan dan infeksi kulit sering terjadi pada permukaan tubuh yang terlihat. Karya ilmiah ini bertujuan untuk menjelaskan asuhan keperawatan pada lansia dengan masalah gangguan integritas kulit melalui manajemen pruritus yaitu personal hygiene dan pemberian pelembab Tea Tree Oil di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Ciracas. Klien berusia 60 tahun merupakan salah satu lansia yang tinggal di wisma Merpati PSTW Budi Mulia 4 Ciracas. Klien mengalami penyakit kulit berupa eksim kering (xerosis) dan pruritus pada area kaki bagian bawah. Kulit kaki klien tampak kering, kasar, bersisik, terdapat eritema dan tampak kehitaman. Hasil akhir menunjukkan adanya peningkatakan pada rasa nyaman yang ditandai dengan berkurangnya gatal yang dirasakan oleh klien dan derajat eritema tampak berkurang setelah dilakukannya personal hygiene dan pemberian pelembab Tea Tree Oil. Pemberian pelembab Tea Tree Oil dapat dilalukan sebagai penyembuhan infeksi kulit yang disebabkan oleh mikroorganisme. Sehingga dalam hal ini, personal hygiene dan pelembab Tea Tree Oil dapat mengatasi masalah kulit kering dan meredakan pruritus. Panti Sosial Tresna Werdha diharapkan dapat mendukung ketersediaan alat dan bahan dalam perawatan personal hygiene, seperti sabun antiseptik atau sabun dengan pH balance, handuk bersih untuk masing-masing lansia, dan pelembab khusus yang dapat mengatasi masalah integritas kulit pada lansia.

 


Dry skin is one of the most common aging problems. Changes in the integumentary system increase the risk of skin inflammation and infection in the elderly. Skin inflammation and infection often occur on the visible surface of the body. This scientific work aims to explain nursing care for elderly with skin integrity problems through pruritus management, namely personal hygiene and tea tree oil moisturizer at Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Ciracas. The 60 year old clien is one of the elderly who live in the Merpati guesthouse of PSTW Budi Mulia 4 Ciracas. The client experiences skin disease in the form of dry eczema (xerosis) and pruritus in the lower leg area. The client’s leg skin looked dry, rough, scaly, had erythema, and looked blackish. The final results showed an increase in confort which was marked by the reduction of itching felt by the client and the degree of erythema seemed to decrease after personal hygiene and the application of Tea Tree Oil moisturizer. Tea Tree Oil moisturizer can be applied as a treatment for skin infections caused by microorganisms. So in this case, personal hygiene and Tea Tree Oil moisturizer can overcome dry skin problems and relieve pruritus. Tresna Werdha Social Institutions are expected to support the availability of tools and materials in personal hygiene care, such as antiseptic soap or soap with a pH balance, clean towels for each elderly person, and special moisturizers that can overcome skin integrity problems in the elderly.

"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Rizkia
"

Xerosis dan pruritus adalah salah satu masalah kulit yang paling sering terjadi pada lansia sebagai respon fisiologis penuaan. Xerosis merupakan kondisi kulit kering akibat kurangnya kadar air pada stratum korneum di epidermis. Ekstremitas bawah merupakan salah satu bagian tubuh yang paling sering mengalami xerosis dibandingkan dengan bagian tubuh lainnya. Xerosis seringkali disertai pruritus yang memicu garukan berlebih dan menyebabkan kerusakan sekunder pada kulit. Penulisan ini bertujuan untuk melihat efek pelembab yang mengandung urea pada kulit kering pada lansia. Penulisan ini berfokus pada intervensi perawatan kaki dengan menggunakan pelembab yang mengandung urea selama 20-30 menit setiap sesinya selama 7 hari. Urea telah terbukti sebagai natural moisturizing factors (NMF) dapat mengurangi transpepidermal water loss (TEWS) pada kulit kering dan sebagai agen antimikroba serta antipruritus untuk mengurangi rasa gatal. Hasil evaluasi intervensi menunjukkan penurunan derajat kulit kering setelah dilakukan intervensi perawatan kaki menggunakan pelembab yang mengandung urea pada lansia dengan kulit kering. Perawat general diharapkan dapat menerapkan perawatan kaki menggunakan pelembab yang mengandung urea sebagai intervensi keperawatan untuk mengatasi masalah integritas kulit pada lansia.


Xerosis and pruritus are the most common skin problems in the elderly as a physiological response to aging. Xerosis is a dry skin condition due to lack of water content in the stratum corneum in the epidermis. The lower extremity is one of the parts of the body that most often experiences xerosis compared to other parts of the body. Xerosis is often accompanied by pruritus which triggers excessive scratching and causes secondary damage to the skin. This paper aims to see the effect of a moisturizer containing urea on dry skin in the elderly. This paper focuses on foot care interventions using a moisturizer containing urea for 20-30 minutes each session for 7 days. Urea has been proven as a natural moisturizing factor (NMF) to reduce transpepidermal water loss (TEWS) in dry skin and as an antimicrobial and antipruritic agent to reduce itching. The results of the intervention evaluation showed a decrease in the degree of dry skin after the foot care intervention using a moisturizer containing urea in the elderly with dry skin. General nurses are expected to apply foot care using a moisturizer containing urea as a nursing intervention to address skin integrity problems in the elderly.

"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rusana
"Risiko kerusakan integritas kulit perineal merupakan salah satu masalah keperawatan yang muncul pada balita dengan diare. Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh perawatan kulit terhadap risiko kerusakan integritas kulit perineal balita dengan diare. Jumlah responden kelompok kontrol dan intervensi masing-masing 45. Desain penelitian quasi experiment dengan pre dan post test with control group.
Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh yang bermakna dimana balita dengan diare yang mendapatkan perawatan kulit sesuai standar praktik dalam penelitian ini mengalami risiko kerusakan integritas kulit lebih rendah (17% atau 6 kali) daripada balita yang mendapatkan perawatan kulit sesuai kebiasaan rumah sakit. Perlunya disusun standar praktik perawatan kulit sebagai pedoman dalam pemberian asuhan keperawatan.

The risk of impaired perineal skin integrity is one of the nursing problems which occurs among children under five years old with diarrhoea. The aim of this study was to identity the influence of skin care to the risk of the area perineal skin integrity among children under five years old with diarrhoea. The numbers of control group respondent and intervention group was 45 for each group. The research design used quasi experiment with pre and post test with control group.
The results identified that there was a significant different in which children under five years old with diarrhoea who recene skin care with standard practice recene lower risk of impaired skin integrity (17% or 6 times) than children under five who recened skin care based on hospital procedure. This research recommends that a standard practice for skin care is necessary as a guidance in providing nursing care.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T34836
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lulu Khairunnisa
"

Penyakit hirschsprung (Hirschsprung’s Disease) merupakan kelainan kongenital pada sistem gastrointestinal yang umum terjadi pada anak. Salah satu komplikasi yang umum dijumpai pasca pembedahan definitif duhamel pull-through yakni peningkatan frekuensi dan perubahan konsistensi feses sehingga berisiko lebih tinggi mengalami gangguan integritas kulit di area yang tertutupi popok. Masalah gangguan integritas kulit juga dipengaruhi oleh pengetahuan dan perilaku orang tua yang tidak tepat dalam membersihkan kulit sehingga merusak kulit di area sekitar perianal dengan ditandai adanya kemerahan, papula/pustula, bahkan erosi. Perawatan kulit yang tepat diperlukan untuk mencegah perluasan area dan menangani masalah integritas kulit melalui pendekatan ABCDE (air, barrier, cleansing, diapering, dan education). Penerapan konsep ini yang dilakukan pada anak B menunjukkan hasil yang cukup signifikan dengan menggunakan instrumen DDSIS dari skor 6 menjadi 3 terhadap berkurangnya derajat gangguan integritas kulit setelah dilakukan intervensi dengan pendekatan konsep ABCDE. Hasil penerapan ini dapat digunakan sebagai masukan bagi institusi pendidikan keperawatan, penelitian keperawatan, maupun institusi rumah sakit.


Hirschsprung's Disease is a common congenital abnormality of the gastrointestinal system that occurs in children. One of the common complications observed after definitive Duhamel pull- through surgery is an increase in the frequency and changes in the consistency of feces, which can lead to a higher risk of skin integrity problems in the diapered area. Skin integrity problems are also influenced by inappropriate parental knowledge and behavior in cleaning the skin, which can cause damage to the skin around the perianal area, resulting in redness, papules/pustules, and even erosion. Proper skin care is essential to prevent the expansion of affected areas and address skin integrity problems. The ABCDE approach, which stands for air, barrier, cleansing, diapering, and education, has been shown to be effective in preventing skin integrity problems in children. This study applied the ABCDE approach to child B and observed significant results with a decrease in the DDSIS instrument score from 6 to 3 after intervention. The findings of this study suggest that the ABCDE approach can be used as a guide for nursing education, research, and hospital institutions to improve skin care practices and prevent skin integrity problems in children.

"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Salsabila
"ABSTRAK
Penelitian ini mempelajari efek ozonasi pada minyak kelapa dan campuran minyak kelapa dengan minyak zaitun. Kualitas minyak nabati terozonasi oleozon diuji secara analitis dengan metode bilangan iod, bilangan asam, bilangan peroksida, dan spektrum FT-IR. Ozonasi terbukti meningkatkan bilangan peroksida dan bilangan asam pada kedua minyak, namun menurunkan bilangan iod. Kondisi ozonasi terbaik terlihat dari kenaikan bilangan asam sebesar 277,52 dan kenaikan bilangan peroksida sebesar 114,77 meq O22-/kg minyak, serta penurunan bilangan iod yang mencapai 22 . Selanjutnya, minyak nabati terozonasi dicampur dengan ekstrak mahkota dewa dan kayu manis lalu dilakukan uji kemampuan penyembuhan luka diabetes melalui uji aktivitas antibakteri. Campuran 160 mL minyak kelapa yang diozonasi selama 72 jam dan 0,18 gram ekstrak herbal dengan pelarut n-heksana menunjukkan zona hambat tertinggi yakni sebesar 18,3 mm pada bakteri Staphylococcus aureus.

ABSTRACT
In this work, the effect of ozonation on coconut oil and mixture of coconut oil and olive oil was studied. The properties of ozonated oils oleozon were analytically tested by the method of iodine value, acid value, peroxide value, and FT IR as general chemical substances. Ozonation may increase the peroxide and acid values for both oils but decrease the iodine values. The best ozonation condition is seen from an increase of 277.52 acid value, peroxide value about 114.77 meq O22 kg oil, and decrease of iodine value up to 22 . Furthermore, ozonated oils were mixed with Phaleria macrocarpa and Cinnamomum burmanii extract and be tested the diabetic wound healing ability through antibacterial activity test. A mixture of 160 mL coconut oil that ozonated for 72 hours and 0.18 gram herbal extracts with n hexane solvent showed the highest inhibition zone of 18.3 mm in Staphylococcus aureus bacteria."
2017
S67669
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gissi Novientri
"Luka merupakan suatu kerusakan integritas kulit yang dapat terjadi ketika kulit terpapar suhu atau pH tertentu, zat kimia, ataupun gesekan. Setiap luka tentunya dapat beresiko infeksi atau peradangan apabila tidak diberi perawatan dengan baik dan benar, terlebih jika pemilihan material pembalut luka yang digunakan tidak sesuai dengan karakteristik luka. Pada penelitian ini dikembangkan material unggul berupa hidrogel nanokomposit yang diharapkan dapat diaplikasikan sebagai pembalut luka yang dapat menyeimbangkan kelembaban jaringan luka karena sifatnya yang hidrofilik dan memiliki struktur berupa jejaring tiga dimensi. Hidrogel nanokomposit disintesis dari biopolimer natrium alginat NaAlg dan polivinilalkohol PVA dengan metode pencangkokan grafting menggunakan akrilamida AAm dan N,N rsquo;-metilen-bis-akrilamida MBA sebagai agen pengikat silangnya cross-linker . Matriks jejaring dalam hidrogel nanokomposit NaAlg-PVA-g-AAm dimanfaatkan sebagai nanoreaktor untuk pembentukan nanopartikel perak AgNP menggunakan metode post-loading sehingga akan didapatkan material pembalut luka yang juga memiliki aktivitas antibakteri disamping dapat menjaga keseimbangan kelembaban luka. Karakterisasi hasil sintesis dilakukan dengan menggunakan instrumentasi FTIR, SEM, TEM, XRD dan AAS. Dilakukan variasi ukuran natrium alginat dan rasio Alg/PVA dalam proses polimerisasi dan didapatkan hasil terbaik yaitu hidrogel dengan ukuran alginat nano dan rasio Alg/PVA 3:1 kode. Hn 3 . Material hidrogel tanpa modifikasi Hn 3 memiliki kapasitas swelling maksimum sebesar 45,7260 g/g dan loading ion Ag 153,67 ppm/g. Kemudian dilakukan variasi konsentrasi prekursor AgNO3 pada material hidrogel Hn 3 dan diketahui bahwa Hn 3 dengan konsentrasi AgNO3 62,5 ppm kode. HNKn 3/62,5 memiliki hasil terbaik yang cukup untuk menghambat aktivitas antibakteri. Uji aktivitas antibakteri dilakukan secara in-vitro terhadap bakteri uji Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Diketahui bahwa S. aureus lebih resisten dibandingkan E. coli dengan nilai konsentrasi hambat minimum masing-masing secara berturut-turut sebesar 62,5 ppm dan 31,25 ppm. Didapatkan hasil untuk HNKn 3/62,5 yaitu kapasitas swelling maksimumnya 56,9407 g/g, loading ion Ag sebesar 54,2509 ppm/g dan kapasitas release maksimumnya sebesar 1,485 ppm/g. Studi kinetika swelling dilakukan terhadap material Hn 3 dan HNKn 3/62,5 menggunakan metode diferensial. Kinetika Hn 3 mengikuti orde pseudo dua dengan parameter laju swelling sebesar 80 menit. Sedangkan HNKn 3/62,5 mengikuti orde pseudo satu dengan parameter laju swelling 151,52 menit.

Wounds is a skin damage that occur when the skin is exposed to temperature, pH, chemicals, or friction. Wounds can be risk of infection or inflammation if wound dressing selection that used does not match with wound characteristics. This research will developed a hydrogel nanocomposite material which is expected to be applied as a wound dressing that can balancing moisture on wound tissue because it has hydrophilic properties and three dimensional network pores. Hydrogel nanocomposite will be synthesized from sodium alginate and polyvinylalcohol with grafting method used acrylamide as a monomer and N,N rsquo methylenbisacrylamide as a crosslinker. Hydrogel matrix will be used as nanoreactor to forming silver nanoparticles AgNP rsquo s with post loaded method. So, we can get a wound dressing material with antibacterial activities beside it can balancing moisture on wound tissue. Hydrogel nanocomposite was characterized by FTIR, SEM, TEM, XRD and AAS. Sodium alginate size and Alg PVA ratio in polymerization process were variated and the best material is hydrogel with nano sodium alginate and Alg PVA 3 1 ratio Code. Hn 3 . Hydrogel without modification Hn 3 has maximum swelling capacity 45,7260 g g and Ag ion loading 153,67 ppm g. Precursors AgNO3 concentration were variated on Hn 3 and it is known that 62,5 ppm Code. HNKn 3 62,5 has a best result with maximum swelling capacity 56,9407 g g Ag ion loading 54,2509 ppm g maximum release capacity 1,485 ppm g and it has antibacterial activities. Antibacterial activities test was done to against Staphylococcus aureus and Escherichia coli with minimum inhibitory concentration is 62,5 ppm and 31,25 ppm. Swelling kinetic studies for Hn 3 and HNKn 3 62,5 was done by diferential method. Hn 3 follows pseudo second order rate law with swelling rate parameter 80 minutes. HNKn 3 62,5 follows pseudo first order rate law with swelling rate parameter 151,52 minutes."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adi Ponco Jaya
"Penelitian ini telah berhasil disintesis hidrogel ramah lingkungan dengan struktur jejaring tiga dimensi yang bersifat hidrofilik sehingga dapat diaplikasikan sebagai pembalut luka yang dapat menyeimbangkan kelembaban jaringan luka. Hidrogel ini disintesis dari karboksimetil selulosa (CMC) dan polivinil alkohol (PVA) dengan asam sitrat (CA) sebagai agen pengikat silang. Matriks jejaring hidrogel digunakan sebagai tempat untuk pembentukan nanopartikel tembaga (CuNPs) dengan metode ex situ dan in situ sebagai antibakteri pada pembalut luka. Karakterisasi hidrogel menggunakan analisis FTIR, SEM, TEM, XRD dan AAS. Hidrogel terbaik diperoleh dari 3 gram CMC, 1 gram PVA, asam sitrat 10% dan dimodifikasi oleh CuNPs dengan metode in situ. Kapasitas swelling maksimum yang diperoleh adalah 19,59 g/g dan release ion Cu2+ maksimum yang diperoleh adalah 18,70 ppm/g. Uji aktivitas antibakteri berhasil dilakukan dengan metode dilusi terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan bakteri Escherichia coli. Uji aktivitas antibakteri dengan metode total plate count menunjukkan bahwa Staphylacoccus aureus lebih resisten dari pada Escherichia coli yaitu 12,4 juta dan 4,9 juta Colony for Units, masing-masing.

This study have successfully synthesized eco-friendly hydrogels with a three-dimensional network structure that is hydrophilic so that it can be applied as a wound dressing that can balance the moisture of wound tissue. This hydrogels were synthesized from carboxymethyl cellulose (CMC) and polyvinyl alcohol (PVA) with citric acid (CA) as cross-linking agent. The network matrix hydrogels was used as a place for the formation of copper nanoparticles (CuNPs) by ex situ and in situ methods as antibacterial in wound dressing. The characterization of hydrogels used FTIR, SEM, TEM, XRD and AAS analysis. The best hydrogel were obtained from 3 grams CMC, 1 gram PVA, 10% citric acid and modified by CuNPs with in situ method. The maximum swelling capacity obtained is 19.59 g/g and the maximum Cu2+ ions release obtained is 18.70 ppm/g. Antibacterial activity test was successfully carried out by dilution method against Staphylococcus aureus bacteria and Escherichia coli bacteria. Antibacterial activity test by total plate count method shows that Staphylacoccus aureus is more resistant than Escherichia coli of 12.4 million and 4.9 million Colony for Units respectively."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Anugrah Rizki
"Luka yang lama sembuh pada pasien pasca operasi masih menimbulkan keluhan nyeri dan menghabiskan biaya yang besar. Terapi standar topikal hidrokoloid masih membuat rasa tidak nyaman karena gel berwarna kuning, kental, dan menimbulkan bau yang tidak sedap. Terapi topikal dengan royal jelly (RJ) yang berasal dari Yamada Bee Farm (YBF), Jepang terbukti dapat mempercepat penyembuhan luka, namun belum pernah ada penelitian yang menggunakan RJ yang berasal dari Sragen, Indonesia. Penelitian ini bermaksud membandingkan efek RJ Sragen dengan RJ YBF yang diberikan pada luka pasca operasi.
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorium prospektif. Penelitian dilakukan di Animal Research Facilities Indonesian Medical Education and Research Institute (ARF-IMERI) FKUI dan Departemen Patologi Anatomik FKUI-RSCM. Penelitian dilakukan pada tanggal 14 Februari 2022-30 Agustus 2023. Penelitian dilakukan pada tikus jantan sprague dawley (SD) dan manusia. Setiap tikus terdapat 4 kelompok perlakuan yaitu: tanpa perlakuan, hidrokoloid, gel RJ Sragen 10% dan gel RJ Yamada Bee Farm (YBF) 10%. Penyembuhan luka diamati secara makroskopik dan mikroskopik (sel inflamasi, kolagen, epitelisasi, angiogenesis, TNF-α serta TGF-β) di hari ke-1, ke-3, ke-5, ke-12. Pada manusia, perlakuan diberikan sampai hari ke-21 dan difoto lukanya di hari ke-7, ke-14, dan ke-21. Ada 3 kelompok perlakuan pada manusia yaitu kelompok hidrokoloid, kelompok gel RJ Sragen 10%, dan gel RJ gel YBF 10%. Semua penilaian dihitung dengan Image J. Selanjutnya dilakukan uji general linear model repeated measures ANOVA dan analisis semikuantitatif.
Aplikasi gel RJ Sragen 10% dan hirokoloid dapat menekan sel inflamasi dan menurunkan ekspresi TNF-α dan TGF-β. Walaupun kinetika perubahan jumlah sel inflamasi serta penekanan ekspresi TNF-α dan TGF-β pada aplikasi keduanya sama, namun ekspresi TNF-α dan TGF-β lebih ditekan pada aplikasi gel RJ Sragen 10%. Pada parameter kolagen dan epitelisasi kelompok gel RJ Sragen 10% dan hidrokoloid menunjukkan kemampuan yang sama. Pada parameter angiogenesis, kelompok gel RJ Sragen 10% menunjukkan peningkatan angiogenesis lebih banyak dibandingkan dengan hidrokoloid (p < 0,0001). Hal ini mungkin disebabkan beberapa sitokin seperti VEGF dan BFGF juga berperan. Penutupan diameter luka tikus terlihat lebih cepat satu hari (hari ke-10) pada kelompok gel RJ Sragen 10% dibandingkan kelompok hidrokoloid (hari ke-11) pada pengamatan makroskopik.

Chronic wound healing in post-operative patients still provoking pain complaints and spending a lot of money. Topical hydrocoloid as a standard therapy still makes you uncomfortable because the gel is yellow, thick, and causes an unpleasant odour. Topical therapy with royal jelly (RJ) originating from the Yamada Bee Farm (YBF), Japan has been shown to accelerate wound healing, but there has never been a study using RJ originating in Sragen, Indonesia. This study is intended to compare the effects of RJ Sragen with RJ YBF given to post-operative wounds.
This research is a prospective laboratory experimental research. The research was conducted at Animal Research Facilities Indonesian Medical Education and Research Institute (ARF-IMERI) FKUI and the Department of Anatomic Pathology FKUI-RSCM. The research was done on male sprague dawley mice (SD) and humans. Each rat has four treatment groups: untreated, hydrocoloid, RJ Sragen 10% gel and RJ Yamada Bee Farm (YBF) 10% gel. The wound healing was observed macroscopically and microscopically (inflammatory cells, collagen, epithelization, angiogenesis, TNF-α and TGF-β) on day 1, 3rd, 5th, 12th. In humans, the treatment was given until day 21 and the wound is photographed on day 7, 14th and 21st. There were three treatment groups in humans: the hydrocolloid group, the RJ gel group Sragen 10%, and the YBF gel RJ 10%. All assessments were calculated with Image J. Then the general linear model repeated measures ANOVA and semi-quantitative analysis were performed.
Although the kinetics of the change in the number of inflammatory cells as well as the suppression of TNF-α and TGF-β expressions in both applications were the same, the expression of RJ Sragen, as well as TGF-β, was more suppressed in the application of the 10% Sragen RJ gel. On collagen and epithelization of the 10% Sragen and hydrocoloid gels, the same ability was shown. On the angiogenesis parameters, the 10% sragen gels show a greater increase in angiogenesis compared to the hydrocoloid (p < 0,0001). This is probably because some cytokines, like VEGF and BFGF, also play a role. The closure of the diameter of the wound of the rat was seen more quickly one day (10th day) in the RJ Sragen gel group 10% compared to the hydrocoloid group (11th day), in macroscopic observations.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>