Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 94168 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Guntur Rahmandhito
"Onomatope dalam kajian ilmu bahasa Indonesia adalah masalah yang menarik dan masih jarang diteliti. Melihat hal ini, penulis mencoba memakai onomatope sebagai kajian ilmu yang akan dipakai dalam penelitian ini. Penggunaan onomatope banyak ditemukan dalam media seperti komik. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan komik Indonesia nonterjemahan sebagai sumber kajian data dengan alasan untuk melihat sejauh mana masyarakat Indonesia dalam menafsirkan bunyi-bunyi alam menjadi sebuah bentuk bahasa (kosakata). Komikkomik yang menjadi sumber data merupakan komik yang terbit dalam kurun tahun 2008-2014.
Pembahasan onomatope bahasa Indonesia yang dilakukan dalam skripsi ini meliputi pengklasifikasian dan analisis dari sisi sugesti bunyi yang dihasilkan. Pengklasifikasian yang dilakukan berdasarkan jumlah sumber bunyi, jenis sumber bunyi, dan makna yang dihasilkan dari onomatope. Analisis yang dilakukan berdasarkan prinsip sugesti bunyi konsonan dan vokal dari Gorys Keraf.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa onomatope bahasa Indonesia diklasifikasikan berdasarkan jumlah sumber bunyi yakni satu dan dua sumber bunyi. Berdasarkan jenis sumber bunyi, diklasifikasikan lagi menjadi (1) onomatope yang berasal dari aktivitas tubuh manusia, (2) hewan, (3) kendaraan, (4) benda mati, (5) gejala/peristiwa alam, (6) aktivitas/gerakan manusia dengan benda/lingkungan sekitar, (7) pergerakan benda dengan benda lain, dan (8) asosiasi terhadap sesuatu yang lain untuk mendapatkan sebuah kesan tertentu.

Onomatopoeia in the study of Indonesian is an interesting issue and problem that still rarely to discussed. So, the authors tried to use onomatopoeic as the study of science that will be used in this study. The onomatopoeic commonly found in many thing such as comics. Therefore, this study use Indonesian comics as a data source to to see how far Indonesian peoples can describe and interpretate the onomatopoeia into a form of language (vocabulary). The comics that will be the data source are published in the period of 2008 until 2014.
Indonesian onomatopoeic issues in this discussion is about the classification of onomatopoeia and the analysis by it sound suggestion. The classification is based on the number of sound sources, the type of sound source, and the meaning resulting from the onomatopoeic. The analysis is based on the principle of consonant and vowel sounds suggestion by Gorys Keraf.
From the results of the analysis, the onomatopoeic of Indonesian can be classified based on the number of sound sources: one and two sound sources. Based on the type of sound source, it can be classified into (1) onomatopoeic derived from the activity of the human body, (2) animals, (3) a vehicle, (4) a thing/object, (5) phenomenon or natural events, (6) the activity or movement from human with the other objects or environment, (7) the movement of objects with other objects, and (8) the association with something else to get a certain impression.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
S58044
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Angelina Arfiany
"Onomatope adalah kata yang terbentuk dari imitasi bunyi hasil tangkapan indra pendengaran. Onomatope sering ditemukan dalam cerpen, komik, maupun novel Korea. Objek penelitian ini adalah teknik penerjemahan onomatope dari bahasa Korea ke bahasa Indonesia dengan menggunakan novel Almond sebagai korpus data. Latar belakang dilakukannya penelitian, yaitu kebaruan penelitian pada onomatope bahasa Korea dalam novel yang belum ditemukan dalam penelitian lainnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkapkan jumlah onomatope diklasifikasikan berdasarkan jenisnya dan teknik penerjemahan yang digunakan dalam menerjemahkan onomatope bahasa Korea ke bahasa Indonesia dari novel Almond berdasarkan jenis klasifikasinya. Penelitian ini berupa penelitian deskriptif-kualitatif dengan analisis penelitian menggunakan teori teknik penerjemahan yang dikemukakan oleh Molina dan Albir (2002). Hasil penelitian menunjukkan 1 kata termasuk jenis onomatope suara binatang, 101 kata suara manusia, tidak ada kata suara instrumen, dan 9 kata lainnya termasuk dalam aneka ragam tiruan bunyi lain. Sementara, ada 5 teknik penerjemahan yang digunakan: peminjaman, deskripsi, kreasi diskursif, padanan lazim, dan kompresi linguistik.

Onomatopoeia is a word formed from the imitation of sounds captured by the sense of hearing. Onomatopoeia is often found in Korean short stories, comics, and novels. The object of this research is translation techniques of onomatopoeia from Korean to Indonesian using Almond novel as a data corpus. The novelty of Korean onomatopoeia analysis in novel that has not been found in other research became the background to the research. The aim of this research is to show the number of onomatopoeia classified based on the sound classifications and the translation techniques that used in translating Korean onomatopoeia into Indonesian from the Almond novel also based on the sound classifications. This qualitative-descriptive research used the translation techniques by Molina and Albir (2002) for analysing. Research result shows that 1 word is classified as animal sounds, 101 words are human sounds, no word is instrument sounds, and 9 there words are miscellaneous sounds. There are 5 translation techniques used: borrowing, description, discursive creation, established equivalent, and linguistic compression."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Shafa Annisa
"Onomatope dalam komik memanfaatkan gambar sebagai representasi pengalaman indra untuk mengatasi keterbatasan penggunaan kata. Dengan gambar, onomatope tidak hanya bermakna tiruan bunyi, tetapi juga menimbulkan kesan, seperti emosi atau sikap. Oleh karena itu, penelitian ini mengenai makna onomatope pada komik Yowis Ben: Lika-liku Anak Band (YBLAB) karya Bayu Skak dengan melihat gambar dan kata sebagai sebuah rangkaian pemaknaan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan makna onomatope yang disertai gambar dalam komik YBLAB. Penelitian menggunakan metode kualitatif deskriptif dan teori kategori onomatope Thomas & Clara (2004), juga teori kontinum onomatope Sasamoto (2019). Dengan menggunakan teori Thomas & Clara (2004) hasil penelitian menunjukkan adanya 1 kata tiruan bunyi binatang (Call of Animals), 2 kata tiruan bunyi alam (Sounds of Nature), 4 kata tiruan bunyi manusia (Sounds by Human), dan 13 kata tiruan aneka ragam bunyi (Miscellaneous Sounds). Selain itu, dengan menggunakan teori kontinum dari Sasamoto (2019) ditemukan bahwa, gambar pada komik membuat kata onomatope yang merupakan tiruan bunyi mengalami penyempitan makna dengan membuatnya lebih spesifik melalui munculnya makna kesan, makna perasaan, detail kejadian atau peristiwa, dan intensitas kejadian.

Onomatopoeia in comics utilizes images as representations of sensory experiences to overcome the limitations of using words. With pictures, onomatopoeia does not only mean sound imitation but also creates impressions, such as emotions or attitudes. Therefore, this study examines the meaning of onomatopoeia in the comic Yowis Ben: Lika-liku Anak Band (YBLAB) by Bayu Skak by looking at pictures and words as a series of meanings. The purpose of this study is to describe the meaning of onomatopoeia accompanied by pictures in YBLAB comics. The study used descriptive qualitative methods and the onomatopoeic category theory by Thomas & Clara (2004), as well as Sasamoto's onomatopoeic continuum theory (2019). By using the theory of Thomas & Clara (2004) the results of the study showed that there was 1 word imitating animal sounds (Call of Animals), 2 words imitating natural sounds (Sounds of Nature), 4 words imitating human sounds (Sounds by Human), and 13 imitating words Miscellaneous Sounds. In addition, by using the continuum theory from Sasamoto (2019) it was found that images in comics make onomatopoeic words which are sound imitations experience a narrowing of meaning by making them more specific through the emergence of impression meanings, feeling meanings, details of events or events, and intensity of events."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Salma Atmadinata
"Komik Tintin merupakan salah satu komik asal Belgia yang paling terkenal di seluruh dunia. Hergé pertama kali menerbitkan serial komik ini pada tahun 1930 dengan versi hitam-putih yang mengangkat cerita petualangan Tintin sebagai karakter utama yang berprofesi sebagai wartawan untuk harian Le Petit Vingtième dalam edisi Tintin au pays des Soviets. Mengingat bahwa pada tiap edisinya Hergé mengangkat cerita dengan latar yang berbeda-beda dari berbagai belahan dunia, tentu terdapat unsur-unsur budaya spesifik yang turut disinggung dalam komik. Di Indonesia sendiri terdapat dua penerbit yang menerjemahkan serial komik ini yaitu Indira dan Gramedia. Penelitian ini membahas perbandingan kualitas terjemahan Komik Tintin edisi Tintin au pays des Soviets dari kedua penerbit menggunakan metode kualitatif dengan fokus istilah budaya. Dalam menentukan batasan istilah budaya pada penelitian ini, digunakan teori dari Newmark (1988) mengenai kategorisasi istilah-istilah budaya yang biasa ditemukan dalam penerjemahan. Klasifikasi strategi penerjemahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah yang dikemukakan oleh Mona Baker (1992). Berdasarkan klasifikasi itu, ditemukan bahwa Indira memiliki kesulitan dalam menerjemahkan istilah-istilah budaya ketika dibandingkan dengan Gramedia. Lebih lanjut, dengan parameter kualitas terjemahan Nababan, Nuraeni & Sumardiono (2012) ditemukan bahwa hasil terjemahan dari Indira lebih alamiah dan lebih mudah dipahami oleh pembaca dibandingkan dengan hasil terjemahan Gramedia yang meskipun akurat, namun pesan yang ingin disampaikan kurang alamiah dan lebih sulit untuk dipahami oleh pembaca. Secara umum dapat dikatakan bahwa Indira memiliki hasil terjemahan dengan kualitas yang lebih unggul.

The Tintin comics are among the most famous Belgian comics in the world. Hergé first published this comic series in 1930 in a black-and-white version featuring the adventures of Tintin as the main character who works as a journalist for the daily Le Petit Vingtième in the Tintin au pays des Soviets edition. Bearing in mind that in each edition Hergé presents stories with different backgrounds from various parts of the world, naturally there are specific cultural elements that are also mentioned in the comics. In Indonesia, there are two publishing houses that have translated this comic series, namely Indira and Gramedia. This study discusses the comparison of the translation quality of the Tintin au pays des Soviets edition of the Tintin comic from the two publishers using a qualitative method with a focus on cultural terms. The theory from Newmark (1988) regarding the categorization of cultural terms commonly found in translation is applied in determining the boundaries of cultural terms in this study. The classification of the translation strategy used in this study is the classification proposed by Mona Baker (1992). The findings show that based on the classification, Indira had difficulties in translating cultural terms compared to Gramedia. Furthermore, based on the translation quality parameters of Nababan, Nuraeni & Sumardiono (2012), the findings show that Indira's translation is more natural and easier for readers to understand than Gramedia's translation, which although accurate, the message to be conveyed seems less natural and more difficult for readers to comprehend. In general, it can be said that Indira has a superior quality translation."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Winda Luthfita
"Onomatope adalah kata yang mengimitasi, mereproduksi atau merepresentasikan suara alamiah seperti bunyi hewan atau bunyi tawa manusia. Sementara itu, mimesis adalah kata yang dibuat untuk mengekspresikan gerakan manusia atau kondisi sebuah benda bergerak atau benda mati seperti cara berjalan manusia. Skripsi ini membahas bentuk morfologis dan makna konseptual onomatope dan mimesis yang terdapat dalam komik Mabeob Cheonjamun Volume I.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 51 jenis onomatope yang ditemukan sebanyak 165 kali dan 56 jenis mimesis yang ditemukan sebanyak 93 kali yang terbagi dalam 26 makna konseptual. Selain itu terdapat 50 jenis onomatope dan mimesis berbentuk tunggal, 19 jenis reduplikasi suara sama, 10 jenis reduplikasi bagian dan 35 jenis bentuk modifikasi. Sementara itu, bentuk reduplikasi suara modifikasi tidak dapat ditemukan sama sekali dalam komik ini. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif.

Onomatopoeic expression is a word which imitates, reproduces, or represents natural sound such as an anima's cry and human laughter. While, Mimesis is words designed to express mimicry of human actions or the states or conditions of animate and inanimate objects and movements, such as human walk. This thesis explain about morphological form and conceptual meaning of onomatopoeia and mimesis which is found on Mabeob Cheonjamun 1st Volume Comic.
The research shows that there 51 kinds of onomatopoeia which is found 165 times and 56 kinds of mimesis which is found 93 times classified to 26 kinds of conceptual meaning. Beside that, there are 50 kinds of single onomatopoeia and mimesis form, 19 kinds of same voice reduplication form, 10 kinds of part reduplication onomatopoeia and mimesis form and 35 kinds of modification onomatopoeia and mimesis form. Modification voice reduplication can not be found on this comic. This thesis uses qualitative method with descriptive approach.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S56850
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alinda Rimaya
"Komik sudah menjadi bagian menyatu dalam sejarah Indonesia. Komik memiliki prospek yang baik dalam perkembangan media moderen. Akhir tahun 1980-an hingga 1990-an, industri komik Indonesia mengalami keruntuhan. Komikus di Indonesia mencoba bangkit, salah satunya dengan kemunculan komik independen. Banyak komikus yang akhinya mendistribusikan karya mereka melalui festival-festival, hingga mencetak hasil karya mereka dengan mengandalkan mesin fotokopi. Muncul istilah "copyleft". Kemunculan komik fotokopi menjadi salah satu fase penting dalam perkembangan komik Indonesia. Segala keunikan komik Indonesia ini membuat komik banyak menyimpan banyak sekali potensial dalam dunia visual.
Paper ini berfokus dalam upaya menunjukkan adanya peluang yang besar komik independen atau fotokopi menjadi produk budaya yang menunjukkan identitas komik Indonesia. Metode yang digunakan untuk menyusun paper ini adalah tinjauan literatur dari berbagai macam sumber seperti buku, jurnal dan beberapa sumber dokumen lain yang terkait, yang nantinya akan membantu menjawab permasalahan mengenai pencarian identitas komik Indonesia.

Comic have become part of the blend in the history of Indonesia. The comic has good prospects in the development of the modern media. In the end of the 1980s to the 1990s, Indonesia experienced a collapse of the comic industry. Anthologies in Indonesia try to rise, one of them with the appearance of independent comic. Many of them distribute their works through festivals, print the results of their work by relying on copiers. Appears the term "copyleft". The emergence of comic photocopied became one of the crucial phases in the development of Indonesia's comic. The uniqueness of this make Indonesia comic save a lot of potential in the visual world.
This Paper focuses on the effort to shows that there is a large opportunity independent comic or photocopying became a cultural product that shows the comic identity of Indonesia. The methods used for compiling this paper is a review of literature from a variety of sources such as books, journals and some other related document source, which later would help answer concerns about Indonesia's comic identity."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Risca Salina
"Skripsi tentang onomatope bahasa Jepang dalam komik dilakukan dengan tujuan untuk meneliti apakah bunyi-bunyi bahasa sebagai unsur pembentuk onoatope mencerminkan makna-makna tertentu. Onomatope yang diteliti di sini ialah onomatope yang ditemukan pada komik-komik. Langkah penelitian yang dilakukan Onomatope yang berasal dari satu cerita dikelompokan dan dicari maknanya. Kemudian dilihat hubungan natara unsur-unsur pembentuk Onomatope dan makna dari kata Onomatope tersebut. Untuk melakukan penelitian ini digunakan teori-teori tentang onomatope. Pertama-tama diperkenalkan teori onomatope secara umum seperti teori dari J.G. Herder, Stephen Ullman, dan lain-lain. Kemudian baru diperkenalkan teori onomatope dari Otsubo Heiji. Otsubo Heiji memberi istilah Giseigo untuk mengacu makna onomatope bahasa Jepang. Teori Otsubo Heiji ini sangat berperan dalam penganalisaan masalah pada skripsi ini. Hasil analisa skripsi ini menunjukkan bahwa ternyata bunyi-bunyi bahasa sebagai unsur pembentuk onomatope mencerminkan makna-makna tertentu. Sebagian besar hasil analisa tersebut kurang lebih sama dengan hasil penelitian dari Otsubo Heiji."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1991
S13783
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nevriza Wahyu Utami
"Onomatope merupakan sebuah kata yang dibentuk untuk menirukan suara-suara tertentu, seperti suara binatang, benda, peristiwa alam, bahkan manusia. Agar memberikan nyawa dan lebih hidup, komikus menyertakan onomatope di karya-karyanya. Penelitian ini berfokus untuk memaparkan bentuk dan makna onomatope dari komik Suske en Wiske: Het Machtige Monument karya Willy Vandersteen. Metode analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif diterapkan dalam penelitian ini. Dalam komik ini ditemukan sebanyak 93 onomatope dengan bentuk dan makna yang beragam. Terdapat 67 onomatope dengan berbentuk mono silabel, 23 onomatope bentuk bisilabel, dan 3 onomatope bentuk multi silabel. Berdasarkan maknanya, onomatope dalam komik ini terdiri dari 3 ciri khas suara binatang, 4 suara manusia, 15 suara gerakan, dan 71 suara lainnya. Penelitian ini menunjukkan bahwa perbedaan bentuk kata onomatope yang digunakan dapat memengaruhi makna onomatope karena perlu dilihat dari segi konteks dan gambar yang digunakan dalam komik. Penggunaan onomatope yang beragam dalam komik ini dapat meningkatkan makna ekspresif gambar, sehingga pesan cerita dapat tersampaikan dengan baik.

Onomatopoeia is created to mimic particular sounds, including those of animals, objects, natural occurrences, and even people. Comic book creators employ onomatopoeia in their works to give comic book storylines life and make them seem more real. This research intends to describe the form and meanings of onomatopoeias used in Willy Vandersteen's Suske en Wiske: Het Machtige Monument comic. Using a qualitative methodology with descriptive analysis in this research. There are 93 onomatopoeias in this comic, all of which have unique forms and meanings. There are 77 onomatopoeias that are monosyllabic, 13 that are bisyllabic, and 3 that are multisyllabic. Based on its meaning, it consists of 3 characteristics of animal sounds, 4 human voices, 15 movement sounds, and 71 other sounds. According to the findings of this study, it is found that the different forms of onomatopoeic words used can affect the meaning of onomatopoeia because it is seen from the perspective of the context and themes used in the comics. The use of various onomatopoeias in this comic can enhance the expressive meaning of the images, so that the message of the story can be conveyed properly."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Nina Prisilla
"Dalam skripsi ini saya menganalisis realisasi leksikal onomatope dalam komik bahasa Jerman dan komik bahasa Indonesia. Fokus penelitian saya adalah membandingkan persamaan dan perbedaan realisasi leksikal onomatope yang muncul dalam komik berbahasa Jerman dan realisasi leksikal onomatope yang muncul dalam komik berbahasa Indonesia, dari segi semantik dan fonologi. Skripsi ini terdiri dari empat bab. Teori-teori yang tersaji dalarn bab II terdiri dari teori struktur teks dalam komik dari Noth, teori konsep dasar tanda Peirce, teori penandaan makna dari Humboldt, teori tiruan bunyi dari Gross, serta teori sistem bunyi bahasa Jerman dan sistem bunyi bahasa Indonesia. Hasil dari penelitian yang saya lakukan menunjukkan bahwa, pada realisasi leksikal onomatope dalam komik, baik komik berbahasa Jerman maupun komik berbahasa Indonesia, terdapat persamaan bunyi dominan dan kesan yang ditimbulkan oleh kata-kata onomatope, yang mengacu pada makna referensial yang sama. Kesamaan yang dimiliki oleh kata-kata onomatope berbahasa Jerman maupun onomatope berbahasa Indonesia tersebut, menunjukkan bahwa meskipun dalam kedua bahasa tersebut memiliki tafsir yang berbeda satu sama lain terhadap suatu realita bunyi yang sama, tetap terdapat kemiripan dalam onomatope pada keduanya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2003
S15149
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pulung Setiosuci Perbawani
"In Japan, manga—the infamous nickname for Japanese Comics—is a great deal of business. It became a core industry which fringes include multi-billion merchandise and copyright business, and is seriously taken care of by the government. Outside Japan, manga, has been a secretively massive and growing industry. In Indonesia, manga was introduced by Elex Media Komputindo through the release of Doraemon, the all-time favorite manga. So far, the comics only succeeded to penetrate into the children and teenagers market. There is still a lot of potential for a market expansion. Noticing the potential, lately PT Elex Media Komputindo had taken the business more seriously, and started to execute the expansion strategy to adult market through the release of its brand extension, Level Comics. Level Comics concentrates on adult-oriented titles, which contains stories with complicated plot twists that requires further comprehension, a bit more violence and less sensors. It also takes a different physical shape than the existing comic books; bigger in dimension, richer cover and higher price. The question is, "Does the strategy really works, or turns into double edged-sword against Elex Media Computindo by providing contribution to company profit through eating its predecessor's market?" This research is designed to answer the question. Through a questionnaire which distributed to the consumer of comics with certain criterias, the research led us to a conclusion which shows the symptoms of brand cannibalism. It was due to the result of consumer's preferences which tends to favor the newly arising Level Comics and its more favorable attributes, and also several others discovery concerning the Indonesian Manga marketplace and its consumer behavior."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
T23481
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>