Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 41003 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
S. Bronto
"Indonesia mempunyai banyak gunung api yang berpotensi menimbulkan bencana bagi manusia dan lingkungan hidup di sekitarnya. Usaha mitigasi sudah dilakukan terhadap 128 gunung api aktif, yang jenis potensi ancaman bahayanya sudah diketahui berdasarkan pada lokasi sumber bahaya dan sejarah kegiatan. Namun demikian, ancaman bahaya letusan gunung api yang lebih besar, yang membentuk kaldera letusan atau kaldera longsoran masih memerlukan penelitian. Begitu pula terhadap potensi ancaman bahaya gunung api monogenesis, yang dapat membentuk lubang letusan baru di luar gunung api aktif. Pemikiran ini dilandasi oleh kenyataan bahwa sampai sekarang belum ada letusan besar setara G. Tambora 1815 dan G. Krakatau 1883, namun kegiatan tektonika yang menimbulkan tsunami dan gempa bumi besar sudah sering terjadi. Kedua, erupsi gunung api lumpur Sidoarjo berlangsung cukup lama dan kawasan gunung api semakin dipadati oleh pemukiman serta kegiatan usaha."
Bandung: Pusat Survai geologi Bandung, 2011
665 JSDG 21:1 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Galeri Foto Jurnalistik Antara, 2011
R 363.34 MOU
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Maryam Azizah Hanif
"ABSTRAK
Salah satu bahaya erupsi Gunung Merapi 2010 adalah banjir lahar hujan yang memberikan pengaruh terhadap Kali Woro sebagai salah satu sungai yang bersifat ephemeral dan rawan ditutupi oleh endapan lahar hujan. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti morfodinamika badan Kali Woro sebelum dan sesudah erupsi Gunung Merapi 2010. Variabel bebas penelitian ini adalah kejadian banjir lahar hujan, topografi ketinggian dan kemiringan lereng , dan aktivitas tambang galian C yang diduga dapat mempengaruhi morfodinamika Kali Woro. Variabel terikat penelitian ini adalah morfodinamika Kali Woro yang terdiri atas perubahan indeks kelengkungan SRI , perubahan luas sungai dan perubahan lebar sungai. Penelitian ini menggunakan citra resolusi tinggi yang diperoleh dari aplikasi Google Earth. Hasil perhitungan morfodinamika diuji regresi untuk mengetahui pengaruh dengan kondisi topografi daerah aliran Kali Woro. Selain analisis dengan uji regresi, analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara kejadian lahar hujan dan aktivitas tambang dengan morfodinamika alur badan Kali Woro dilakukan secara deskriptif berdasarkan perbandingan antara data hasil perhitungan morfodinamika dengan fakta yang ada di lapangan. Berdasarkan hasil penelitian, maka diperolah kesimpulan bahwa Kali Woro mengalami peningkatan rata-rata SRI setiap tahunnya adalah 1,08; 1,15 dan 1,14. Luas Kali Woro juga semakin bertambah pasca erupsi Gunung Merapi 2010 dengan rata-rata luas setiap tahunnya adalah 34.026,58 m2, 43.001,24 m2 dan 62.696,23 m2. Berbanding lurus dengan kondisi luas sungai yang semakin meluas, Kali Woro juga mengalami pelebaran dengan nilai rata-rata lebar setiap tahunnya yaitu 42,91 m; 61,54 m dan 79,54 m. Lokasi yang mengalami perubahan bentuk adalah bagian hulu yang mencakup segmen 1 dan bagian tengah yang mencakup segmen 2 ndash; segmen 8. Berbeda dengan bagian hulu dan tengah, bagian hilir segmen 9 ndash; segmen 11 cenderung lebih tetap. Morfodinamika Kali Woro memiliki hubungan dengan seluruh variabel bebas, namun tidak semua variabel memiliki pengaruh. Luapan dan arah aliran lahar hujan juga dipengaruhi oleh kondisi topografi Kali Woro yang cenderung curam dan terjal serta rawan terhadap erosi permukaan, erosi alur dan longsor. Selain itu, peristiwa banjir lahar hujan menyebabkan potensi bahan tambang galian C di Kali Woro meningkat sehingga aktivitas tambang di bagian dasar maupun di bagian tebing Kali Woro juga bertambah.

ABSTRACT<>br>
One of the dangers of the 2010 Mount Merapi eruption is the lava flood that gives effect to the Woro River as one of the ephemeral river and is prone to be covered by rain lava sediment. This study aims to examine the morphodynamics of Woro River before and after the eruption of Mount Merapi in 2010. The independent variables of this research are the incidence of rain lava flood, topography height and slope , and mining activity suspected to affect Woro Kali morphodynamics. The dependent variable of this research is Woro River morphodynamics consisting of changes in curvature index SRI , changes in river area and changes in river width. This study uses high resolution imagery obtained from the Google Earth application. The results of morphodynamic calculations were tested by regression to determine the effect with topographic condition of Woro River area. In addition to the analysis with regression test, the analysis used to determine the relationship between the event of rain lava and mining activities with morphodynamic of Woro River is descriptively based on the comparison between the data of morphodynamic calculation with the facts in the field. Based on the results of the study, it is concluded that the Woro River has an average increase of SRI every year is 1.08 1.15 and 1.14. The area of Woro River is also increasing after the eruption of Mount Merapi 2010 with the average area of Woro River each year is 34,026,58 m2, 43,001,24 m2 and 62,696,23 m2. Directly proportional to the widespread condition of the river, Woro River also experiences widening with an average annual width of 42.91 m 61.54 m and 79.54 m. The deformed location is the upstream segment covering segments 1 and the middle segment covering the 2 segment segments 8. Unlike the upstream and middle sections, the downstream segment segment 9 segment 11 tends to be more fixed. Morphodynamics Woro times have a relationship with all independent variables, but not all variables have an influence. The outflow and direction of rain lava flow is also influenced by topographic condition of Woro River which tend to be steep and steep and prone to surface erosion, erosion of flow and landslide. In addition, the event of rain lava floods caused the potential of mining in Woro Kali increased so that mining activities at the bottom and in the cliffs Woro also increased."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bazooka Akbar Anantama
"Letusan Gunung Kelud yang terjadi pada malam hari tanggal 13 Februari hingga dini hari 14 Februari 2014 meninggalkan dampak pada daerah di sekitarnya. Kabupaten Kediri yang terletak di sebelah barat Gunung Kelud, merupakan salah satu kabupaten yang terdampak letusannya. Arah angin pada saat hari kejadian menjadikan Kabupaten Kediri wilayah yang paling parah terpapar oleh material hasil letusan Gunung Kelud. Di samping faktor angin, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi Kabupaten Kediri termasuk ke dalam wilayah terdampak letusan Gunung Kelud 2014, diantaranya faktor morfologi, topografi dan kemiringan lereng, serta jaringan sungai daerah bersangkutan.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui sejauh mana dampak letusan Gunung Kelud serta bagaimana kerusakan yang ditimbulkan, khususnya di wilayah Kabupaten Kediri. Melalui analisis citra radar, spasial dan deskriptif dapat ditunjukkan bahwa seluruh wilayah Kabupaten Kediri terpapar oleh material letusan dan sejumlah desa di empat kecamatan mengalami kerusakan permukiman dengan kategori ringan hingga berat. Analisis kapasitas dan sensitivitas menunjukkan bahwa daerah yang terkena dampak letusan Gunung Kelud tidak serta merta mengalami kerusakan baik itu ringan, sedang maupun berat.

Kelud Eruption that had happened in 2014 from February 13 night till February 14 night, was exposed its surrounding area. Kediri Regency which located in the west of Mount Kelud, is one of regencies that exposed by the eruption. Even Kediri Regency became the most exposed by all material things from the eruption. Furthermore, there's some other factors that impact Kediri Regency as an exposed area of Kelud Eruption. Those factors such as morphology, topography, slope, and river network in that area.
So, the purposes of this research are observing how far impact of the eruption and the damage that's been caused in Kediri Regency. By using radar imagery interpretation, spatial analysis, and descriptive analysis, readers will know how far Kediri Regency exposed and many houses in some villages in 4 districts were damaged, those kind of damage can be categorized as light and heavy damage. In addition, capacity and sensitivity analysis will show area that is not damaged by eruption, neither light, moderate nor heavy damage.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S58519
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Masruroh Setiawan
"ABSTRAK
Harapan merupakan salah satu faktor yang potensial dalam memprediksi resiliensi. Namun, hasil penelitian-penelitian sebelumnya masih kontradiktif dan terbatas dalam konteks tertentu sehingga hasilnya tidak bisa langsung digeneralisasi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh harapan terhadap resiliensi pada penyintas erupsi Gunung Kelud. Pengukuran harapan menggunakan alat ukur Adult Hope Scale AHS yang disusun oleh Snyder 1991 , sementara pengukuran resiliensi menggunakan alat ukur Connor-Davidson Resilience Scale CD-RISC yang disusun oleh Campbell-Sills dan Stein 2007 . Partisipan penelitian ini berjumlah 115 orang yang menjadi penyintas erupsi Gunung Kelud pada tahun 2014 dengan rentang usia 20-40 tahun. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh harapan yang positif dan signifikan terhadap resiliensi pada penyintas erupsi Gunung Kelud F = 51,044, p < 0,01 . Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi harapan yang dimiliki penyintas, maka semakin tinggi resiliensi penyintas tersebut. Saran untuk menindaklanjuti hasil penelitian ini disertakan.

ABSTRACT
Hope is one of potential factors for predicting resilience. However, prior studies show that the relationship between hope and resilience remain inconclusive and limited to certain context, so it can not be generalized to the other context directly. This study was conducted to examine hope as predictor of resilience among Kelud Eruption survivors. Hope was measured using Adult Hope Scale AHS which constructed by Snyder 1991 , while resilience was measured using Connor Davidson Resilience Scale CD RISC by Campbell Sills and Stein 2007 . Participants of this research are 115 survivors mean age 32, range 20 40 of Kelud Eruption on 2014. Result of this research shows that hope positive significantly predicts resilience F 51,044, p 0,01 . That is, the higher hope, the higher resilience among survivors. Recommendations for further research are included."
2016
S66665
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuriana Indah Pratiwi
"Sektor pertanian di Kecamatan Muntilan mengalami perubahan akibat banjir lahar dingin Gunung Merapi. Pengaruh dari banjir lahar dingin dilihat berdasarkan sebaran material piroklastik, jarak dari tanggul sungai dan jarak dari hulu sungai. Penelitian ini menggunakan pembagian segmen berdasarkan jarak dari sungai, yaitu 0-100, 100-200, dan 200-300 meter pada setiap desa terdampak banjir lahar dingin. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa kandungan unsur hara material piroklastik yang terbawa oleh aliran Kali Pabelan menguntungkan bagi kesuburan pertumbuhan tanaman. Wilayah terdampak banjir lahar dingin ada yang mengalami kerusakan sehingga dijadikan wilayah tambang pasir, ada pula yang kembali digunakan sebagai lahan pertanian. Luas lahan pertanian yang mengalami kerusakan memiliki jarak sejauh 10-120 meter dari tanggul sungai. Wilayah yang semakin jauh dari hulu sungai memiliki produktivitas yang lebih baik karena unsur hara dan tekstur tanah lebih mendukung untuk lahan pertanian. Komoditas hortikultura dan palawija mengalami peningkatan lebih dari 50%, terutama pada tanaman cabe dan kacang panjang.
Agricultural sector in Muntilan District altered by cold lahar flood from Mount Merapi. The influence of cold lahar flood can be seen of pyroclastic material, the distance from the river enbankment and distance from upstream. This research uses segment division based on the distance from the river, that are 0-100, 100-200, and 200-300 meters in every village affected by cold lahar flood. Results from this research showed that the nutrient content of pyroclastic material that was carried away by the flow of Pabelan River gave benefits for plant growth fertility. Region affected by cold lava flood damaged used as sand mining area, some are re-used as agricultural land. Agricultural land were damaged due to cold lahar flood has a distance of 10-120 meters from the river embankment. Further regions from the river upstream has better productivity, because nutrients and soil texture better support for agricultural land. Horticulture and palawija comodity have increased more than 50%, especially chili and beans."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S65501
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dino Eka Putra
"Bencana geologi seperti erupsi gunung api yang masih belum bisa diprediksi menjadikan wilayah sekitar gunung api rawan akan ancaman tersebut. Gunung Marapi merupakan salah satu gunung api aktif di Indonesia, yang terletak di Kabupaten Tanah Datar sehingga wilayah tersebut rawan terhadap bencana erupsi Gunung Marapi. Kerentanan wilayah Tanah Datar dapat ditentukan dengan menggunakan metode skoring berdasarkan Peraturan BNPB Nomor 2 Tahun 2012 dengan variabel kondisi sosial berupa kepadatan penduduk dan kelompok usia rentan, kondisi ekonomi berupa lahan produktif dan penduduk petani, dan kondisi fisik berupa wilayah terbangun, fasilitas umum dan fasilitas kritis.
Penelitian ini menghasilkan risiko erupsi Marapi berdasarkan kawasan rawan bahaya, kerentanan wilayah dan kapasitas yang dilihat dari sumber daya dan kemampuan mobilisasi menggunakan metode pembobotan yang menghasilkan tiga wilayah risiko. Wilayah risiko tertinggi berada di Desa Guguk di Kecamatan Pariangan dan wilayah risiko terendah berada di Desa Tigo Niniak di Kecamatan Limo Kaum, dimana kapasitas sangat berpengaruh dalam mengurangi tingkat risiko erupsi.

Geological disasters such as volcanic eruptions that still cannot be predicted to make the area around the volcano vulnerable to the threat. Mount Marapi is one of the active volcanoes in Indonesia. Mount Marapi is located in Tanah Datar so that region is vulnerable to the eruption of Mount Marapi. Tanah Datar vulnerability can be determined using a scoring method based BNPB Regulation No. 2 of 2012 with variable social conditions such as overcrowding and vulnerable age groups and economic conditions in the form of productive land and the farming population, the physical conditions in the form of region awakened, public facilities and critical facilities.
This research resulted in the risk of eruption of Marapi based on Marapi eruption hazard, the vulnerability of the area and capacity as seen from the resources and the ability to mobilize using weighting method produces three regions of risk. The highest risk region is in the village Guguk in the district Pariangan and the lowest risk region is in th village Tigo Niniak in the district Limo Kaum where capacity is very influential in reducing the level of risk of eruption.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S59332
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evi Yuliyanti
"Saat terjadi erupsi Gunung Merapi, Pemerintah Kabupaten Magelang harus mengungsikan penduduk yang berada pada jarak 5 km dari puncak Merapi, hal ini membutuhkan penanganan yang khusus karena pada setiap fase erupsi Gunung Merapi, warga diungsikan selama 7 sampai dengan 11 bulan. Pengungsian tersebut terjadi secara berkala setiap 4-5 tahun sekali. Adapun selama masa pengungsian tersebut Pemerintah Kabupaten telah menyediakan huntara, namun huntara yang disediakan belum optimal dalam memberikan kenyamanan sehingga pada tahun 2020 saat terjadi pengungsian erupsi Gunung Merapi, terdapat pengungsi yang memutuskan untuk meninggalkan huntara menuju ke rumahnya dan ada pula yang tetap tinggal di huntara namun membentuk pola perilaku dan adaptasi sebagai upaya mereka dalam mengatasi ketidaknyamanan tersebut. Ketidaknyamanan bangunan baik secara fisik maupun termal mengakibatkan perubahan perilaku dan pembentukan pola adaptasi pengungsi. Ada beberapa hal yang perlu dirubah pada ruang huntara agar dalam pengungsian erupsi Gunung Merapi selanjutnya para pengungsi dapat menjalani pengungsian dengan lebih nyaman."
Bandung: Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2022
728 JUPKIM 17:2 (2022)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Utia binti Yuhanni'ur Rohmah
"Erupsi Gunung Kelud pada 2014 menunjukkan terjadinya penyimpangan karakteristik letusan serta tidak terprediksinya arah aliran banjir lahar dan lokasi terdampak paling parah akibat material vulkanik. Kejadian tersebut mengarahkan penulis untuk menganalisis faktafakta terkait erupsi dan mitigasi bencana di lereng timur Gunung Kelud. Pada proses penyusunannya, penulis menggunakan pendekatan sejarah lingkungan material melalui kolaborasi konsep co volcanic societies dari Bankoff dan konsep living harmony with hazard di masyarakat Desa Pandansari. Tulisan ini menerapkan metode penelitian sejarah di antaranya pemilihan topik, heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Sumber data yang didapatkan berupa laporan kegiatan, surat kabar, foto, peta, dan wawancara. Kajian ini menunjukkan bahwa erupsi Gunug Kelud pada 2014 berdampak cukup parah di Desa Pandansari. Erupsi merusak berbagai infrastruktur serta lahan pertanian. Selain itu, kajian ini menunjukkan perkembangan mitigasi bencana yang lebih sistematis pascaerupsi 2014 oleh masyarakat lokal dan pemerintah daerah untuk tetap bertahan hidup sekaligus beradaptasi terhadap ancaman bahaya erupsi gunung berapi."
Kalimantan Barat : Balai Pelestarian Nilai Budaya, 2024
900 HAN 7:2 (2024)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>