Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 145941 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Angra Angreni
"Merupakan segmen dari lingkungan bersejarah yaitu Kompleks Kawasan Gedung Sate yang menjadi tempat representatif untuk melakukan berbagai macam aktivitas budaya masyarakat. Wujud yang paling nyata dari proses budaya tersebut yaitu munculnya beragam budaya populer di ruang terbuka Lapangan Gasibu dan Koridor Taman MPRJB. Wujud budaya populer itu diantaranya adalah : kegiatan festival dan kesenian, aktivitas olah raga, kegiatan perkumpulan komunitas, dan pasar kaget. Namun, kondisi ini menyebabkan terjadinya problema yang dilematis pada perwajahan lingkungan menyangkut ide awal dan kenyataan yang ada sekarang. Untuk mencegah semakin memburuknya kondisi, maka diperlukan sebuah upaya untuk membentuk sebuah pusat budaya sebagai ruang yang representatif agar aktivitas berkebudayaan itu mendapatkan ruang yang memadai. Perancangan pusat budaya tersebut adalah di daerah Sekeloa dan Koridor Taman Monumen. Bertujuan untuk mewujudkan gagasan membuat garis lurus (sumbu imajiner) Gedung Sate ke Gunung Tangkuban Perahu. Konsep perancangan dirumuskan berdasarkan pendekatan cultural landscape. Cultural landscape dapat menjadi tolak ukur untuk menilai dan membangun lingkungan tempat tinggal; sarana untuk mengatasi perbedaan antara lingkungan bersejarah dan lingkungan dengan segala pengembangan barunya; sarana yang mengakomodasi segala bentuk budaya yang berkembang. Metode penelusuran sejarah dan survey digunakan untuk menemukan pembentuk cultural landscape yang paling menonjol pada kawasan, yaitu berupa : nilai historis kawasan, beragam budaya, dan keunikan kondisi geografis kawasan tersebut yang menjadikan kawasan ini berpotensi menjadi sebuah kawasan wisata sejarah, pendidikan, budaya, dan kuliner. Dengan demikian, pemahaman cultural landscape dapat dijadikan sebagai pedoman dalam pengaturan kuantitas dan kualitas unsur-unsur yang berhubungan dengan pembentukan dan penataan Kawasan Penggal Koridor dan Simpul Aksis Kawasan Gedung Sate ini, guna melestarikan dan mengembangkan kawasan tersebut agar tidak kehilangan identitas historis dan budayanya. Penataan dengan pendekatan cultural landscape diwujudkan dengan menggunakan prinsip desain Ekologikal Demokrasi, yang mengkaji manusia, alam, budaya, dan warisan bangunan bersejarah sebagai satu kesatuan pembentuk citra dan identitas tempat.

Corridor Segment Area and Kompleks Gedung Sate Axis Node is a part of the historic environment which is became the representative to perform a wide variety of cultural activities. The most obvious manifestation of the cultural process is the emergence of the variety popular culture in Gasibu Field and Corridor Segment Area. Manifestation popular culture that include : festivals and arts activities, sports activities, community association activities, and Pasar Kaget. However, this condition causes dilemma problems in the typographical arrangement environmental regarding the initial idea be compared with the fact now. To prevent worsening of the condition, it would require an effort to establish a cultural center as a representative space in order to the culture activity get the comfortable space. The design of the cultural center is in the Sekeloa area and Corridor Segment Area. Aimed to realize the idea of making a straight line (the imaginary axis) from Gedung Sate to Tangkuban Perahu Mount. The concept design was formulated based on the cultural landscape approach. Cultural landscape can be a benchmark for assessing and building living environments; means to resolve differences between the historic environment and the environment with all the new development; facilities that accommodate all forms of culture that flourished. History research and survey methods used to discover the cultural landscape forming the most prominent in the region, which are : the historical value of the area, diversity of culture, and the unique of geographical conditions area, that made this area could potentially become a tourist destination, like history tourism, education tourism, culture tourism, and culinary tourism. Thereby, understanding the cultural landscape can be used as a guide to arrangements the quantity and quality of the elements involved in the formation and structuring Corridor Segment Area and Kompleks Gedung Sate Axis Node, to preserve and develop the area in order not lose the historical and cultural identity. Arrangement of the cultural landscape approach is realized by using ecological democracy design principles, which examines the human, natural, cultural, historic and heritage buildings as a whole forming the image and identity of the place.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T42203
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arneta Iftita Pramadhani
"Penelitian ini membahas implementasi teori lanskap linguistik dan fenomena multibahasa dalam lanskap linguistik yang ada di salah satu kawasan wisata Kota Malang, yaitu kawasan Kayutangan. Kayutangan adalah kawasan yang memiliki bangunan-bangunan kuno di pusat Kota Malang. Lanskap linguistik yang ditemukan di Kawasan Kayutangan berupa papan nama toko, papan nama bangunan, papan penunjuk jalan, spanduk iklan, poster, rambu lalu lintas, grafiti, dan lain-lain. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Teori lanskap linguistik yang digunakan adalah teori Landry dan Bourhis (1997). Data dikumpulkan dengan memotret lanskap di lokasi penelitian dan didukung dengan wawancara. Berdasarkan hasil identifikasi 178 data lanskap, diketahui bahwa lanskap linguistik di kawasan Kayutangan menunjukkan adanya fenomena multibahasa, meliputi bahasa Indonesia, bahasa Inggris, bahasa Jawa, bahasa Belanda, dan bahasa Arab. Lanskap bersumber dari dua sumber, yaitu tanda pemerintah dan tanda privat. Lanskap mengandung fungsi informasional dan fungsi simbolis. Melalui penelitian ini pula dapat diketahui bahwa lanskap linguistik dapat menunjukkan identitas masyarakat suatu wilayah.

This study discusses the implementation of linguistic landscape theory and multilingual phenomena in the linguistic landscape in one of the tourist areas of Malang City, namely the Kayutangan area. Kayutangan is an area that has ancient buildings in the center of Malang City. Linguistic landscapes found in the Kayutangan area include signboards, road signs, advertising banners, posters, traffic signs, graffiti and others. This research uses a qualitative approach with a case study method. The linguistic landscape theory used is the theory of Landry and Bourhis (1997). Data were collected by photographing the landscape at the research site and supported by interviews. Based on the identification of 178 landscape data, it is known that the linguistic landscape in the Kayutangan area shows a multilingual phenomenon, including Indonesian, English, Javanese, Dutch, and Arabic. Landscapes come from two sources, the government and private communities. The landscape contains an informational function and a symbolic function. Through this research, it can also be seen that the linguistic landscape can show the identity of the people of a region."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Hendlyeus Raffael Magasyiwa
"ABSTRAK
Skripsi membahas tentang bagaimana keterkaitan pembangunan fisik pada
perubahan nilai nominal lahan. Skripsi ini membahas tentang bagaimana
pembangunan Summarecon Bekasi memberikan kontribusi dalam peningkatan
Harga Lahan di daerah Koridor Jl. Jenderal Ahmad yani. Dari studi ini dapat
dilihat bahwa peningkatan nilai lahan dapat dihasilkan oleh pertumbuhan nilai
guna yang dihasilkan oleh pembangunan dan sistem evaluasi yang dilakukan oleh
dinas perpajakan

Abstract
Focus of this study is about Physical Development and it?s relation with
change of land price. Focus of this study is about how development of
Summarecon Bekasi contribute in land value change within Jenderal Ahmad
Yani Street area.. The writer suggest There are two factor that increase the land
value, that is the rise of value of use in land by Development and evaluation of
value by Goverment Taxation Agencies.
;"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43421
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ryu, Je-hun
Seoul: Hollym, 2000
KOR 304.209 51 RYU r
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
" Water control and management have been fundamental to the building of human civilisation. In Europe, the regulation of major rivers, the digging of canals and the wetland reclamation schemes from the 16th to 19th centuries, generated new typologies of waterscapes with significant implications for the people who resided within them. This book explores the role of waterways as a form of heritage, culture, and sense of place and the potential of this to underpin the development of cultural tourism. With a multidisciplinary approach across the social sciences and humanities, chapters explore how the control and management of water flows are among some of the most significant human activities to transform the natural environment. Based upon a wealth and breadth of European case studies, the book uncovers the complex relationships that we have with waterways, the ways that they have been represented over recent centuries and the ways in which they continue to be redefined in different cultural contexts. Contributions recognise not only valuable assets of hydrology that are at the core of landscape management, but also more intangible aspects that matter to people, such as their familiarity, affecting what is understood as the fluvial sense of place. This highly original collection will be of interest to those working in Cultural Tourism, Cultural Geography, Heritage Studies, Cultural History, Landscape Studies and Leisure Studies. "
London: Routledge, 2018
386 WAT
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"This book approaches cultural landscape as a driver for societal challenges, economic development, social inclusion, place assessment and heritage conservation. It explores issues stemming from the relation between conservation and emergencies, and identifies descriptive tools for conveying knowledge and generating new expertise, heritage skills, seismic culture and social resilience.
The documentation of landscapes, due in part to new technologies, increasingly involves integrated methodologies and graphic outcomes such as Heritage-BIM, advanced 3D modeling, and immersive environments. According to recent UNESCO recommendations, the process of mapping places is a necessary prerequisite for design action, and also includes the emotional and perceptive dimension, so as to represent space through visual thought and produce graphic materials.
The chapters presented here will ultimately support efforts to overcome the emergency phase of reconstruction after natural disasters and, by exploring relevant issues in recent studies, will describe emerging tools that can help inspire practices that concern not only agrarian and urban, but also historic urban landscapes. The work also presents planning tools to help preserve the integrity and authenticity of urban heritages."
Switzerland: Springer Nature, 2019
e20507594
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Sachi Emelin Carissa
"Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri atas 17.000 pulau dengan tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi. Hutan mangrove Indonesia merupakan 23% dari ekosistem mangrove dunia. Salah satu wilayah konservasi ekosistem mangrove terdapat pada Kawasan Mangrove Angke Kapuk, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara. Kawasan ini merupakan satu-satunya kawasan hutan lindung di Provinsi DKI Jakarta. Kawasan mangrove di Jakarta Utara terfragmentasi menjadi beberapa blok seperti pada Hutan Lindung Angke Kapuk (HLAK), Suaka Margasatwa Muara Angke (SMMA), Ekowisata Mangrove Tol Sedyatmo, Arboretum Mangrove, dan Taman Wisata Alam (TWA) Angke Kapuk. Menanggapi meningkatnya tuntutan yang ditempatkan pada lanskap dan kesulitan dalam memenuhi tujuan keberlanjutan, wilayah ekologi lanskap masih terus berkembang. Sehingga, perlu integrasi peneliti pada ilmu pengetahuan ke dalam sistem pengelolaan skala lanskap dengan kerjasama yang efektif dan keterlibatan lokal, meningkatkan kapasitas lanskap untuk memberikan berbagai manfaat, komponen kunci dari ilmu pengetahuan keberlanjutan lanskap. Oleh sebab itu, perlu kajian spasial konektivitas lanskap sebagai bagian dari penilaian lanskap mangrove yang berkelanjutan di Kawasan Angke Kapuk, Jakarta Utara. Persamaan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode konektivitas lanskap. Dengan demikian, keterbaruan metode terdapat pada lanskap berkelanjutan berbasis sosial-ekonomi dan fisik pada konektivitas lanskap dengan biodiversitas mangrove. Karakteristik sebaran lanskap mangrove di Kawasan Angke Kapuk, Jakarta Utara umumnya adalah Avicennia, Nipah, Pidada, dan Rhizopora dengan kerapatan mulai dari rendah, sedang, dan tinggi. Konektivitas lanskap mangrove di Kawasan Angke Kapuk, Jakarta Utara termasuk rendah pada SMMA dan Hutan Lindung serta sedang pada Ekowisata dan TWA Hal ini disebabkan mayoritas penggunaan lahan kawasan konservasi sebelumnya dari tambak sehingga tidak semua jenis mangrove dapat beradaptasi. Keberlanjutan lanskap wilayah mangrove di Kawasan Angke Kapuk, Jakarta Utara memiliki visi bersama yang setuju. Mayoritas responden sangat tidak setuju terkait berkurangnya mangrove.

Indonesia is an archipelagic country consisting of 17,000 islands with a high level of biodiversity. Indonesia's mangrove forests constitute 23% of the world's mangrove ecosystems. One of the areas of the mangrove ecosystem is located in the Angke Kapuk Mangrove Area, Penjaringan District, North Jakarta. This area is the only protected forest area in DKI Jakarta Province. The mangrove area in North Jakarta is fragmented into several blocks, such as the Angke Kapuk Protection Forest (HLAK), Muara Angke Wildlife Reserve (SMMA), Sedyatmo Toll Mangrove Ecotourism, Mangrove Arboretum, and Angke Kapuk Natural Tourism Park (TWA). In response to the increasing tensions placed in the world and the difficulties in meeting the goals of cancellation, the landscape ecological area is still growing. Thus, it is necessary to integrate researchers in science into landscape-scale management systems with effective collaboration and local involvement, increasing the capacity of landscapes to provide multiple benefits, a key component of landscape sustainability science. Therefore, it is necessary to study the spatial connectivity of the landscape as part of a sustainable mangrove landscape assessment in the Angke Kapuk Area, North Jakarta. The method used in this research is the landscape connectivity method. Thus, the novelty of the method is in sustainable landscapes based on socio-economic and physical landscape connectivity with mangrove biodiversity. The distribution characteristics of the mangrove landscape in the Angke Kapuk Area, North Jakarta, are generally Avicennia, Nipah, Pidada, and Rhizophora with densities ranging from low, medium, and high. The connectivity of the mangrove landscape in the Angke Kapuk Area, North Jakarta, is low in SMMA and Protected Forest and moderate in Ecotourism and TWA. The sustainability of the landscape of the mangrove forest area in the Angke Kapuk Area, North Jakarta, has a shared vision that has been agreed upon. The majority of respondents strongly disagree regarding the reduction of mangroves."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Sutedjo Dharma Oetomo
Yogyakarta: Andi, 2003
004.6 BUD k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"Manajemen Konstruksi (MK) adalah suatu metode untuk mengelola proyek, dimana tahapan-tahapan dalam proses pembangunan yaitu ; tahapan pengembangan konsep (concept development phase), tahapan perencanaan (design phase), tahap pelelangan (tender phase), tahap pelaksanaan (construction phase), dan tahap pemeliharaan dan operasional (maintenance and operational phase) diperlukan sebagai satu sistem yang menyeluruh dan terpadu (integrated), dengan tujuan untuk mencapai hasil yang optimal dalam aspek biaya, mutu, dan waktu. Peran Manajemen Konstruksi dalam menjalankan suatu kegiatan pekerjaan atau proyek meliputi pengendalian waktu, biaya, administrasi dalam pencapaian fisik mulai dari tahap persiapan atau perencanaan sampai pengoperasian dan pemeliharaan proyek.
Secara historis, biaya kapital, jadwal, utilitas mendapatkan perhatian yang lebih
selama tahap perencanaan dan pelaksanaan. Dalam banyak kasus, sedikit perhatian yang
diberikan pada untuk karakteristik desain jangka panjang seperti kemudahan pemeliharaan.
kepercayaan, kemudahan pengoperasian dan faktor-faktor manusia seperti kemudahan
dalam menjalankan fungsi pemeliharaan.
Karena biaya efektif sebenarnya dari keseluruhan proyek adalah dayaguna dan biaya
sepanjang usianya, biaya pemeliharaan adalah sebagian besar dari biaya operasi total dari
seluruh fasilitas yang dibangun.
Penelitian ini difokuskan pada perencanaan anggaran operasional dan pemeliharaan
gedung pada gedung perkantoran menara sudirman dijakarta selatan sebagai studi kasus.
Pada penelitian ini akan menganaIisa data - data yang tersedia mengenai fasilitas -
fasilitas, peralatan - peralatan dan komponen - komponen gedung lainnya yang berpengaruh
pada biaya pemeliharaan dan operasional gedung.
Hasil akhir dari penelitian ini diharapkan dapat menyajikan suatu metode perencanaan
anggaran operasional dan pemeliharaan gedung yang optimal, baik dari segi waktu, mutu dan
biaya operasional dan pemeliharaan gedung."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S35783
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Rianti Utami
"Pada perencanaan suatu pekerjaan konstruksi, penguraian pekerjaan ke dalam beberapa elemen merupakan suatu faktor penting yang dapat mempengaruhi efisiensi dan efektivitas waktu dan biaya. Suatu kesalahan yang terjadi dapat menyebabkan kerugian dalam hal keterlambatan waktu proyek maupun pembengkakan biaya. Kurangnya standarisasi pekerjaan menyebabkan keterlambatan waktu dan biaya menjadi tidak terkendali akibat penambahan waktu pekerjaan. Penelitian ini membahas perencanaan sumber daya dari pekerjaan interior dan pekerjaan lansekap pada bangunan apartemen dengan menggunakan WBS Work Breakdown Structure sehingga dapat meminimalisir kesalahan dan kerugian pada saat tahap konstruksi dengan menggunakan metode penelitian Teknik Delphi melalui validasi pakar yang berpengalaman pada pekerjaan gedung konstruksi. Hasil dari penelitian ini merupakan paket pekerjaan dan alternatif desain pada pekerjaan interior dan lansekap, serta sumber daya yang terindentifikasi dibuthkan setiap paket pekerjaannya.

In the planning of a construction work, decomposing work into several elements is an important factor that can affect efficiency and cost. An error that could result in a loss in terms of time delay and cost swelling. Lack of standardization of work causes the delay of time and expense uncontrolled due to the addition of time work. This study discusses the resource planning of interior work and landscape work in apartment building using WBS Work Breakdown Structure so as to minimize error and loss during construction phase by using Delphi technique method through expert validation experienced on construction work. The results of this study is a package of work and alternative designs on interior and landscape work, as well as the resources that are identified in every work package.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>