Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 175350 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sri Saraswati
"Latar belakang: Malnutrisi berhubungan dengan patologi struktural dan fungsional di otak yang dapat mengganggu maturitas sistem saraf pusat (SSP). Hal ini dapat menyebabkan gangguan belajar dan mempengaruhi kecerdasan anak. Salah satu instrumen untuk menilai maturitas SSP adalah dengan pemeriksaan soft sign neurology yang dapat menilai kelainan motorik atau sensorik tanpa adanya lesi struktural di SSP.
Tujuan: Melihat perbandingan neurodevelopment anak dengan gangguan gizi dan anak gizi normal.
Metode: Penelitian potong lintang secara konsekutif nonrandom sampling pada anak usia 5-18 tahun dengan gizi normal dan ganguan gizi di wilayah Jakarta yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, dilakukan wawancara dengan orang tua, recall makanan, dan pemeriksaan soft sign neurology dengan instrumen Physical and Neurological Examination for Soft Sign (PANESS). PANESS terdiri dari 43 aitem untuk menilai gerakan motorik, graphesthesia, stereognosis, keseimbangan, gerakan berkelanjutan, gerakan bergantian dan string test.
Hasil: Dari 170 subyek didapatkan soft sign neurology pada 135 subyek (79,4%) terdiri dari 72 laki-laki (53,3%) dan 63 perempuan (46,7%); 70 subyek (77,8%) kelompok gizi normal dan 65 subyek (81,2%) kelompok gangguan gizi. Terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik antara kelompok gizi normal dengan kelompok gangguan gizi usia 5-12 tahun pada penilaian total graphesthesia, total keseimbangan, dan total PANESS (p<0,05). Terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik antara kelompok gizi normal dengan kelompok gangguan gizi usia 13-18 tahun pada penilaian gerakan bergantian (p=0,047).
Kesimpulan: Terdapat perbedaan soft sign neurology yang bermakna antara kelompok anak gizi normal dengan kelompok anak gangguan gizi terutama pada kelompok usia 5-12 tahun. Hal ini menunjukkan keterlambatan dalam maturitas SSP.

Background: Malnutrition is associated with structural and functional pathology of the brain, which can disrupt maturity of central nervous system (CNS). Furthermore, this condition will cause learning disability and influence child intellegency. One of instrument to assess maturity of the CNS by using Neurological soft signs (NSSs) which can assess abnormal of motor and sensory findings without a structural lesion in the CNS.
Aim: This study is aimed to assess association of neurodevelopment between malnutrition and normal nutrition children.
Method: This cross-sectional study used consecutive non-randomized sampling by enrolled to children range between 5-18 years old within normal nutrition and undernutrition based at Jakarta regions which had met with inclusion and exclusion criteria, and had undergone interview with their parents, 24 hours recall nutrition, and NSSs examination using Physical and Neurological Examination for Soft Sign (PANESS) instrument. PANESS consist of 43 items was used for the assesment of motor movement, graphestesia, stereognosis, balance, continuity of movement, alternating movement and string test.
Result: From total of 170 subjects, there were 135 subjects (79.4%) have NSSs, consist of 72 boys (53.3%) and 63 girls (46.7%). In normal nutrition group there were found 70 subjects (77.8%) have NSSs and at malnutrition group there were found 65 subjects (81.2%) have NSSs. It showed that there was significant difference between normal nutrition between 5-12 years old compared to malnutrition group in total assessment of graphesthesia, total balance, and total score of PANESS (P<0.05). There were significant difference between normal nutrition group of 13-18 years old with malnutrition group at alternating movement (P=0.047).
Conclusion: There is significant difference of NSSs between normal nutrition and malnutrition especially for children between 5-12 years old. This finding showed delay of the CNS maturity.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Viola Maharani
"[ABSTRAK
Latar Belakang: Gangguan gizi pada anak dapat menyebabkan terganggunya proses perkembangan otak yang berakibat pada terjadinya gangguan fungsi kognitif. Fungsi kognitif tersusun atas berbagai domain kognitif yang saling berkaitan. Belum ada studi di Indonesia mengenai gambaran fungsi masing-masing domain kognitif pada anak dengan gangguan gizi jika dibandingan anak dengan gizi normal.
Metode: Studi ini merupakan studi potong lintang pada 68 anak dengan gangguan gizi dan 68 anak dengan gzi normal pada kelompok usia 6-9 dan 9-12 tahun. Pemeriksaan fungsi kognitif dengan menggunakan Forward Digit Span, Backward Digit Span, Trail MakingTest, Block Building Test, Boston Naming Test, Grooved Pegboard Test, Rey Osterrieth Complex Figure Test dan Rey Auditory Verbal Learning Test.
Hasil: Anak dengan gangguan gizi pada kedua kelompok usia menunjukkan hasil pemeriksaan fungsi kognitif yang lebih buruk daripada anak dengan gizi nomal pada domain atensi, memori, visuospasial, eksekutif dan bahasa (p<0,05). Tidak ada perbedaan bermakna untuk fungsi psikomotor pada kedua kelompok.
Kesimpulan: Terdapat perbedaan bermakna antara fungsi kognitif untuk domain atensi, memori, visuospasial, eksekutif dan bahasa pada anak usia 6-12 tahun dengan gizi normal dan anak dengan gangguan gizi.

ABSTRACT
Background: Malnutrition in childhood is associated with both structural and functional pathology of the brain which may lead to cognitive deficits. Cognitive function is built on many cognitive domains which works together in a complicated network. Recently, no study in Indonesia has been done to evaluate the function of each cognitive domain ini children with malnutrition.
Methods: The study was cross sectional, involving 68 malnourished children and 68 adequately nourished in the age groups of 6-9 and 9-12 years. Cognitve function examination was based on Forward Digit Span, Backward Digit Span, Trail MakingTest, Block Building Test, Boston Naming Test, Grooved Pegboard Test, Rey Osterrieth Complex Figure Test and Rey Auditory Verbal Learning Test.
Result: Malnourished children on both age groups show poorer cognitive performance on test of attention, memory, visuospatial, executive, and language (p<0,05). No significant difference on psychomotor function on both groups.
Conclusion: There are significant difference for the function of attention, memory, visuospatial, executive, and language on children with malnutrition and with normall nutritional status., Background
Malnutrition in childhood is associated with both structural and functional
pathology of the brain which may resulting in cognitive deficits. Congnitive
function is built on many cognitive domains who works in a complicated network.
Recently, no study in Indonesia has been done to evaluate the function of each
cognitive domain ini children with malnutrition.
Methods
The study was cross sectional, involving 68 malnourished children and 68
adequately nourished in the age groups of 6-9 and 9-12 years. Cognitve function
examination was based on Forward Digit Span, Backward Digit Span, Trail
MakingTest, Block Building Test, Boston Naming Test, Grooved Pegboard Test,
Rey Osterrieth Complex Figure Test and Rey Auditory Verbal Learning Test.
Result
Malnourished children on both age groups show poorer cognitive performance on
test of attention, memory, visuospatial, executive, and language (p<0,05)
Conclusion
There are significant difference for the function of attention, memory, visuospatial, executive, and language on children with malnutrition and with normal nutritional status. ]"
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Viviana Kusuma Dewi
"Perkembangan otak yang signifikan terjadi hingga usia 5 tahun. Salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan ini adalah nutrisi, yang dapat digambarkan dengan status gizi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan status gizi dan perkembangan pada usia lima tahun pertama. Penelitian potong lintang ini dilaksanakan di Pancoran Mas, Depok pada tahun 2018 dan Kampung Garungsang dan Kampung Tapos, Bogor pada tahun 2019. Status gizi diukur dengan antropometri dan perkembangan dinilai dengan KPSP. Dari 50 subjek penelitian, 26% anak masing-masing memiliki status gizi berat badan/umur (BB/U) dan tinggi badan/umur (TB/U) yang tidak normal, dan 22% anak dengan tinggi badan/berat badan (TB/BB) yang tidak normal. Lebih dari 60% anak dengan gangguan gizi memiliki perkembangan yang meragukan atau kurang. Sebaliknya, lebih dari 70% anak dengan status gizi normal memiliki perkembangan yang sesuai. Parameter BB/U dan BB/TB berhubungan dengan perkembangan (p = 0.001; p = 0.006), namun tidak TB/U. Faktor lainnya yang berhubungan dengan perkembangan adalah kelompok usia, berat badan lahir, pemeriksaan kesehatan rutin, dan pengasuh (p < 0.05). Perkembangan anak perlu dipantau secara berkala dengan memperhatikan kecukupan gizi, kesehatan prenatal, dan pengasuhan ibu yang baik untuk perkembangan otak yang optimal.

Major neurodevelopment happens until the age of 5. One of the factors that influence neurodevelopment is nutrition, which can be depicted by nutritional status. This research is to find the association between nutritional status and neurodevelopment in the first five years of age. This cross-sectional research was conducted in Pancoran Mas, Depok in 2018 and Kampung Garungsang and Kampung Tapos, Bogor in 2019. Nutritional status was assessed by anthropometry and neurodevelopment was evaluated using KPSP. Of 50 subjects, there were each 26% of children with abnormal weight for age and abnormal height for age, and 22% of children with abnormal weight for height. More than 60% of undernourished children had poor or questioned neurodevelopment. In contrast, more than 70% of children with normal nutritional status had proper neurodevelopment. Weight for age and weight for height had significant association with neurodevelopment (p = 0.001; p = 0.006), but not height for age. Other factors that were associated with neurodevelopment were age group, birth weight, health check-up, and primary caregiver (p < 0.05). Child development should be monitored regularly and good nutrition, prenatal health, and maternal care should be taken into account for optimal neurodevelopment"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tampi, Vidiyani Utari
"Skripsi ini bertujuan untuk membandingkan estimasi VO2 max, status gizi, aktivitas fisik, dan asupan gizi (energi, protein, vitamin A, vitamin B1, vitamin B2, vitamin C, kalsium, dan zat besi) antara anak normal dan anak dengan retardasi mental. Penelitian ini menggunakan desain ecological study. Pengambilan data dilakukan pada bulan Maret - April 2012 di SDN Srengseng Sawah 07 dan SLBN 02 Jakarta.
Hasil penelitian menunjukkan VO2 max dan aktivitas fisik yang lebih rendah secara siginifikan pada kelompok anak dengan retardasi mental (p =0,001). Rata-rata asupan kelompok dengan retardasi mental lebih tinggi secara bermakna untuk asupan protein (p=0,007), vitamin A (p=0,043) dan vitamin B2 (p=0,027).
Sekolah disarankan untuk rutin melakukan tes kebugaran kardiovaskular. Pada anak dengan retardasi mental disarankan untuk meningkatkan aktivitas fisik dan menjaga asupan makan.

The purpose of this study is to compare estimated VO2 max, nutritional status, physical activity, and nutritional intakes (energy, protein, vitamin A, vitamin B1, vitamin B2, vitamin C, calcium, and iron) between normal children and children with mental retardation. This research is an ecological study. Data were collected from March to April 2012 in SDN Srengseng Sawah 07 and SLBN 02 Jakarta.
This study shows that estimated VO2 max and physical activity in children with mental retardation is significantly different (p=0,001). Mean of nutritional intakes in children with mental retardation is siginificantly higher in protein (p=0,007), vitamin A (p=0,043), and vitamin B2 (p=0,027).
It is suggested that the school has to examine the cardiovascular fitness regularly. Children with mental retardation are suggested to increase their physical activity and control their food intake.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tutty Rajayu
"Hovarth, dkk mengevaluasi gastrointestinal pada 36 anak dengan gangguan autistik dan didapatkan adanya inflamasi kronis usus termasuk esofagus, lambung dan duodenum. Karena adanya defisiensi enzim yang menyebabkan gangguan pencernaan dan absorpsi karbohidrat yang mungkin menyebabkan adanya konstipasi dan terbentuknva gas. Abnormalitas ini mungkin berhubungan dengan dengan per ubahan tiba-tiba dari tingkah laku anak seperti iritabel, agresif dan bangun tengah malam. Malabsorbsi lemak, disfungsi pankreas, overgrowth bakteri di usus banyak ditemukan pada anak dengan gangguan autistik.
Metoda untuk mengevaluasi permeabilitas usus masih dikernbangkan dalam beberapa tahun ini. Pemeriksaan permeabilitas usus dengan menggunakan laktulosa-maruitol dalam studi Minis menggambarkan perubahan yang sangat kecil dari permeabilitas usus, namun pemeriksaan ini belum dapat dilakukan di Indonesia. Xilosa adalah suatu pentosa yang tidak dimetabolisme, diabsorpsi pada usus halus sehingga dapat digunakan untuk menentukan permeabilitas usus. Hasil absorpsi yang menurun dari pemeriksaan uji xilosa darah menggambarkan terdapatnya enteropati usus halus bagian atas yang terutama terdapat pada celiac disease, sindrom postgastroenteritis dan cow's milk protein intolerance (CMPSE).
Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka masalah dalam penelitian adalah: Apakah terdapat peningkatan permeabilitas usus dengan uji xilosa pada anak dengan gangguan autistik dibandingkan dengan anak normal di Jakarta.
Tujuan penelitian
Tujuan Umum
- Mengetahui terdapatnya peningkatan permeabilitas usus dengan uji xilosa pada anak dengan gangguan autistik dibandingkan dengan anak normal di Jakarta.
Tujuan Khusus
- Menilai uji xilosa pada anak dengan gangguan autistik dibandingkan dengan anak normal.
- Mengetahui batas nilai normal uji xilosa pada anak di Jakarta.
- Mengetahui angka kejadian peningkatan permeabilitas usus pada anak dengan gangguan autistik.
- Mengetahui hubungan gejala gangguan saluran cema pada anak dengan gangguan autistik dibandingkan dengan anak normal.
- Mengetahui hubungan riwayat alergi pada anak dengan gangguan autistik dibandingkan dengan anak normal."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Herlina
"ABSTRAK
Nama : Herlina PurbaNPM : 1306489205Falkultas : Ilmu Keperawatan Program Profesi NersJudul : Analisis Praktik Klinik Keperawatn Anak Kesehatan Masyarakat Perkotaan dengan Masalah Gangguan Kebutuhan Nutrisi pada Klien Gizi Kurang di RSPAD Gatot Subroto Perkotaan dengan penduduk yang memiliki pendapatan tinggi, menengah dan rendah tetap menunjukkan adanya masalah malnutrisi. Malnutrisi ini berakar pada kemiskinan dan ketidakmampuan. WHO 2010 menunjukkan 18 103 juta anak balita di Negara berkembang mengalami kurang gizi. WHO juga memperkirakan 54 kematian bayi dan anak dilatarbelakangi oleh keadaan gizi buruk, sedangkan di Indonesia masalah gizi mengakibatkan 80 kematian anak WHO, 2011 . Anak dengan gizi buruk akan mempengaruhi tumbuh kembangnya. Upaya penanganan balita dengan gizi kurang sudah dilakukan di puskesmas atau rumah sakit. Asuhan perawatan gizi anak memerlukan monitoring yang berkelanjutan mulai dari rumah sakit sampai klien pulang ke rumah. Hal inilah yang mengakibatkan perlunya edukasi pada keluarga klien agar tujuan pencapaian gizi anak dapat optimal. Edukasi adalah salah satu tugas perawat yang penting untuk meningkatkan kesehatan klien. Perawat memberikan informasi kepada klien yang membutuhkan perawatan untuk kelanjutan pelayanan kesehatan dari rumah sakit ke rumah Falvo, 2004 dalam Potter Perry, 2009 .Kata kunci : malnutrisi, anak, perkotaan

ABSTRACT
AbstractName Herlina PurbaStudy Program Ners ProgrammeTitle Analysis of clinical practice children with problem of urban community health disorder nutritional needs of the clients of malnutrition in the RSPAD Gatot SubrotoCities with a population whose income is high, medium and low fixed indicate a problem of malnutrition. Malnutrition is rooted in poverty and disability. WHO 2010 showed 18 103 million of children under five in developing countries are malnourished. WHO also estimates that 54 of deaths of infants and children is motivated by the poor nutritional status, while in Indonesia, nutritional problems resulted in 80 of childhood deaths WHO, 2011 . Children with poor nutrition will affect growth and development. The handling infants with malnutrition has been done in the clinic or hospital. Child nutrition care requires continuous monitoring ranging from hospitals to the clients home. This has resulted in the need to educate the client 39 s family for the purpose of achieving the optimal child nutrition. Education is one of the duties of nurses are critical to improve the health of the client. Nurses provide information to clients who require treatment for the continuation of health care from hospital to home Falvo, 2004 in Perry, 2009 Keywords malnutrition, child,city "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Habibah Nur Alawiah
"Penyakit Jantung Bawaan (PJB) sering dikaitkan dengan malnutrisi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang mengakibatkan peningkatan morbiditas dan mortalitas, penatalaksana yang tepat dapat menurunkan infeksi, lama rawat, bahkan kematian. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi kurang pada anak dengan PJB. Penelitian ini menggunakan observasional analitik dengan rancangan case control.  Sampel penelitian berjumlah 114 anak PJB di Rumah Sakit Jantung Jakarta periode Juli 2020 hingga Juni 2023. Uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara usia, jenis kelamin, riwayat BBLR, pemberian ASI eksklusif, jenis PJB dan penyakit penyerta terhadap status gizi kurang pada anak PJB, terdapat hubungan antara kelengkapan imunisasi dengan status gizi kurang pada anak PJB (p value <0,05). Simpulan: dari penelitian ini yaitu faktor nutrisi dan organik tidak berhubungan dengan status gizi kurang anak PJB. Oleh karena itu pelayanan perlu memberikan perhatian terkait status nutrisi dan imunisasi disamping masalah jantung.

Congenital Heart Disease (CHD) is often associated with malnutrition which is influenced by various factors resulting in increased morbidity and mortality, appropriate management can reduce infection, length of stay, and even death. This research was conducted to identify factors associated with malnutrition status in children with CHD. This study used an analytical observational with a case control design. The research sample consisted of 114 CHD children at the Jakarta Heart Hospital for the period July 2020 to June 2023. The result of this study showed that there was no relationship between age, gender, history of LBW, exclusive breastfeeding, type of CHD and comorbidities on malnutrition status in CHD children, there is a relationship between complete immunization and malnutrition status in CHD children (p value <0.05). Conclusion from this research, nutritional and organic factors are not related to the malnutrition status of CHD children. Therefore, services need to pay attention to nutritional status and immunization in addition to heart problems."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azizah Nur Anggraeni
"ABSTRAK
Tumor adrenal insidentaloma memberikan dampak malnutrisi. Hal ini disebabkan oleh adanya interaksi antara tumor-host dan respon inflamasi pada tubuh. Permasalahan gizi pada pasien dengan keganasan yaitu kaheksia atau sindrom anoreksia yang menyebabkan malnutrisi. Jika gizi pasien tidak diperbaiki akan memperburuk status gizi anak dan berisiko terjadinya infeksi dan keterlambatan jadwal terapi yang akan dialami pasien. Karya ilmiah ini bertujuan untuk perbaikan gizi melalui motivasi keluarga supaya anak makan sedikit tapi sering guna untuk meningkatkan asupan kalori pada anak. Hasil dari implementasi dari pemberian motivasi pada keluarga, yaitu anak mampu makan 7/8 dari 1 porsi. Saran dalam pemberian asupan nutrisi pada anak dengan keganasan adalah peningkatan asupan tinggi kalori tinggi protein dengan cara pemberian asupan sedikit namun sering.

ABSTRACT< br>
Adrenal incidentaloma cause malnutrition for children who live with it. This can be happened because of tumor host interaction and inflammatory response from the body. Under severe conditions, there would be symptoms of cachexia or anorexic syndrome which further the problem of malnutrition. If this condition is left untreated it will worsen the nutritional status of the children and add the risk of infection, thus cause delay in the children 39 s therapy schedule. This work intend to show how to use motivational support for families, so even if their children do not eat in the required amount these children would still get a good supply of calories. The result from this strategy is that children can eat 7 8 part of 1 required portion. The author suggests that in terms of supplying nutrition for children with severe condition, the supply of food rich in calories and protein must be increased by giving a fewer portion of food but in frequent manner. "
2017
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Andita Tissalia
"Down Syndrome (Sindroma Down) merupakan suatu kelainan autosom kongenital akibat disjungsi kromosom 21 yang ditandai dengan keterbelakangan perkembangan fisik, mental serta intelektual. Penelitian menunjukkan prevalensi penyakit periodontal yang tinggi pada anak sindroma Down. 1 C-telopeptida merupakan penanda biologis yang ditemukan meningkat pada kerusakan tulang alveolar. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui perbedaan konsentrasi C-telopeptida saliva pada anak sindroma Down dan anak normal dengan penyakit periodontal. Seluruh subyek dinilai tingkat keparahan penyakit periodontal (PBI= Papilla Bleeding Index) dan konsentrasi C-telopeptida pada salivanya. Hasil penelitian menunjukkan nilai PBI yang lebih tinggi pada kelompok sindroma Down dibandingkan dengan kelompok normal (p= 0.061). Konsentrasi C-telopeptida pada kelompok sindroma Down lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok normal (p=0.101). Penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan antara konsentrasi C-telopeptida dan keparahan penyakit periodontal pada anak sindroma Down.

Down Syndrome is an autosome congenital disorder caused by disjunction of chromosome 21, which is characterized by growth retardation of physical, mental and intellectual. Research shows a high prevalence of periodontal disease in Down syndrome children. 1 C-telopeptide were a biological marker that found increased in alveolar bone resorption. This study aimed to determine differences in the concentration of salivary C-telopeptide in Down syndrome children and normal children with periodontal disease. All subjects assessed for the severity of periodontal disease (PBI = Papilla Bleeding Index) and the concentration of salivary C-telopeptide. The results showed a higher value of PBI in the Down syndrome group compared with the normal group (p = 0.061). Concentration of salivary C-telopeptide on child with Down syndrome was higher than the normal group (p = 0.101). This study shows there is a relationship between the concentration of C-telopeptide and severity of periodontal disease in Down syndrome children."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Desta Bambangsafira
"ABSTRAK
Konsumsi makanan dengan gizi tidak seimbang menjadi penyebab timbulnya masalah gizi kurang pada anak usia sekolah. Karya ilmiah ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai dampak penyusunan menu gizi seimbang mingguan untuk mengatasi masalah gizi kurang. Implementasi yang telah dilakukan bersifat kognitif, afektif, dan psikomotor dengan pendekatan lima tugas kesehatan keluarga. Intervensi unggulan yang dipilih yaitu penyusunan jadwal menu makanan dengan gizi seimbang. Tujuannya adalah untuk membantu keluarga dalam penyusunan menu dengan zat gizi yang sesuai kebutuhan tubuh anak. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa terjadi peningkatan berat badan pada klien. Rekomendasi untuk pelayanan keperawatan di keluarga selanjutnya diharapkan dapat lebih memaksimalkan peran orang tua dalam pemenuhan gizi seimbang pada anak usia sekolah.

ABSTRACT
Consumption of food with unbalanced nutrition causes less nutritional problems in school aged children. This paper aims to provide an overview of the impact of the preparation of a weekly balanced nutrition menu to overcome the problem of malnutrition. Implementations that have been done are cognitive, affective, and psychomotor with the approach of five family health tasks. Preferred superior intervention is the preparation of food menu schedule with balanced nutrition. The goal is to help the family in the preparation of menus with nutrients that fit the needs of the child 39 s body. Evaluation results indicate that there is an increase in weight on the client. Recommendations for nursing services in the next family are expected to further maximize the role of parents in the fulfillment of balanced nutrition in school aged children."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>