Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 179848 dokumen yang sesuai dengan query
cover
M. Fahrinaldi Fajar Akbar
"Pada tahun 2002 pemerintah membuat target swasembada gula yang pada awalnya ingin dicapai pada tahun 2009. Meskipun nilai produksi gula Indonesia terus meningkat, hingga pada tahun 2009 target swasembada gula belum juga tercapai, sehingga target tersebut diundur menjadi tahun 2014. Penelitian ini ingin menganalisis produktivitas individu perusahaan gula melalui efisiensi teknis perusahaan. Dengan pendekatan stochastic frontier analysis(SFA penelitian ini juga menganalisis determinan dari efisiensi teknis pada industri gula.
Rentang waktu penelitian ini dimulai pada tahun 2002 sampai 2010 dengan menggunakan data panel perusahaan sebanyak 15 perusahaan gula di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efisiensi teknis industri gula di Indonesia terus mengalami penurunan. Skor efisiensi pada Industri gula ini pada tahun 2002 berkisar 50%, dan terus menurun hingga pada tahun 2010 mencapai sekitar 29%. Hal ini menunjukkan bahwa produksi industri gula di Indonesia seharusnya masih bisa ditingkatkan untuk mencapai target swasembada pada Industri gula di Indonesia.

In 2002 the government made a target of self-sufficiency that was originally to be achieved by 2009. Though the value of Indonesian sugar production continued to increase, until in 2009 target of self-sufficiency has not been achieved, so that the target is postponed to 2014. The Research wants to analyze the productivity of individual sugar company through the company's technical efficiency. With the approach of stochastic frontier analysis (SFA study also analyzes the determinants of technical efficiency in the sugar industry.
Timeframe of this study began in 2002 to 2010 by using panel data companies as much as 15 sugar companies in Indonesia. Results showed that technical efficiency in the sugar industry Indonesia continued to decline. Scores efficiency in the sugar industry in 2002 is about 50%, and continued to decline until the year 2010 reached approximately 29%. This suggests that the production of the sugar industry in Indonesia should still be improved in order to achieve the target of self-sufficiency in sugar industry in Indonesia.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
S56390
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lely Pelitasari Soebekty
"Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis struktur dan kinerja industri gula rafinasi di Indonesia serta merumuskan alternatif dan prioritas kebijakan dalam pengembangan industri gula reformasi. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan S-C-P (Structure - Conduct - Performance), sedangkan perumusan prioritas dilakukan dengan menggunakan Analystical Hierarchy Process (AHP).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa industri gula rafinasi memiliki struktur pasar oligopoli dengan perilaku yang mengarah pada praktek kolutif. Kinerja berdasarkan ukuran profitabilitas menunjukkan adanya marjin yang cukup besar. Namun begitu persepsi konsumen mengharuskan industri ini untuk melakukan perbaikan terutama pada aspek kualitas harga dan kontinuitas suplai. Pilihan dan prioritas kebijakan yang dapat diambil pemerintah untuk mewujudkan industri rafinasi yang efisien dan menunguntungkan semua stakeholder adalah : 1) optimalisasi pabrik gula rafinasi dan 5) menuruhnkan bea masuk gula kasar. Mempertimbangkan potensi konflik yang ada di antara stakeholders, pemerintah harus melakukan pendekatan yang lebih adail kepada semua pihak sehingga tidak ada pihak yang merasa dirugikan. Pemerintah perlu secara konsisten mulai mengurani proteksi terhadap industri gula rafinasi sehingga diharapkan akan mampu mendorong pasar untuk bekerja lebih efisien."
2005
JUKE-1-2-Des2005-181
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
James Budiono
"Industri gula Indonesia sering kali menimbulkan berbagai polemik. Dari segi konsumen, harga eceran gula pasir Indonesia sangat tinggi, sebaliknya dari segi produsen, pabrik gula sering kali masuk koran karena hidupnya bagaikan kerakap?mati talc hendak, hidup pun tak mau?meskipun sudah mendapat proteksi yang besar.
Karya Akhir ini mencoba membahas salah satu sisi dari permasalahan industri gula tersebut, yaitu dari sisi produsen. Ditinjau berbagai aspek dan permasalahan yang kerap kali menyelimuti industri gula ini. Apalagi dengan mengingat bahwa pada masa kejayaannya tahun 1930-an, Indonesia bukan hanya pernah menikmati swasembada gula, tetapi juga menjadi eksportir gula yang disegani di dunia.
Dari analisa ini, tampak bahwa permasalahan tersebut urnumnya bukan hanya berasal dan industrii gula itu sendiri, tetapi pada hulu dan hilirnya. Di hulu, industri gula membutuhicari perkebunan tebu sebagai sumber bahan baku utamanya, dan perkebunan tebu Indonesia juga sering dilanda berbagai masalah yang akhirnya mengimbas ke industri gula. Di hilir, monopoli distribusi bukan saja membuat industri gula menjadi tak efisien, tetapi juga membuat masyarakat harus membayar lebih mahal dari seperlunya.
Bila industri gula dapat dijalankan dengan lebih efisien, sebagaimana disarankan dalam Karya Akhir ini, maka dibandingkan dengan industni agribisnis lain yang mengandalkan pada keunggulan komparatif yang dimiliki fndonesia?tanah yang subur, luas dan iklim yang cocok?industni gula sebenarnya memiliki prospek yang cukup baik dan layak dìperhitungkan sebagal pilihan investasi."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yaumil Khairoh
"Permintaan gula di Indonesia meningkat setiap tahunnya seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan pertumbuhan industri makanan dan minuman, dengan asumsi proyeksi pertumbuhan penduduk sekitar 1,25 persen dan pertumbuhan industri makanan dan minuman sebesar 5-7 persen. per tahun. Semakin tinggi permintaan, maka semakin tinggi kapasitas produksi, maka logistik semakin dituntut untuk dapat meningkatkan kecepatan tanpa mengabaikan ketepatan untuk meningkatkan kapasitas pengiriman. Penelitian ini membahas tentang usulan perbaikan proses muat produk pada perusahaan gula rafinasi dalam mengantisipasi perubahan permintaan di masa depan. Kemudian fokus mengoptimalkan waktu proses pada aktivitas proses muat produk dengan penerapan metode E-Kanban dengan QR Code dan ECRS. Aliran proses aktivitas muat produk digambarkan dengan value stream mapping (VSM) dan model aliran disimulasikan menggunakan perangkat lunak Flexsim untuk dapat mengetahui kemampuan banyaknya penanganan truk pada proses muat produk. Peramalan dilakukan untuk mengetahui perubahan permintaan pengiriman di masa depan. Penerapan metode-metode tersebut pada penelitian ini dapat mereduksi waktu proses VA pada aktivitas administrasi sebanyak 33 menit. Mereduksi waktu VA pada aktivitas fisik sebanyak 8,9 menit dan mengurangi waktu NVA sebanyak 24 menit. Hasil penelitian juga dapat meningkatkan kemampuan banyaknya memproses truk setiap harinya.

The demand for sugar in Indonesia increases every year along with the increase in population and the growth of the food and beverage industry, assuming a projected population growth of around 1.25 percent and a food and beverage industry growth of 5-7 percent per year. The higher the demand, the higher the production capacity, so logistics is increasingly required to be able to increase speed without neglecting accuracy to increase delivery capacity. This research discusses the proposed improvements to the product loading process at a refined sugar company in anticipation of future demand changes. Then focus on optimizing the process time in the product loading process activity by applying the E-Kanban method with QR Code and ECRS. The process flow of product loading activities is described by value stream mapping (VSM) and the flow model is simulated using Flexsim software to be able to determine the ability of the number of truck handling in the product loading process. Forecasting is done to determine changes in future delivery demand. The application of these methods in this study can reduce the VA process time in administrative activities by 33 minutes. Reducing VA time in physical activities by 8.9 minutes and reducing NVA time by 24 minutes. The results of the study can also increase the ability to process many trucks every day."
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ferry Setiawan
"Industri gula merupakan salah satu bagian dalam perekonomian di era kolonial. Hal ini terlihat dari berbagai kebijakan yang diterapkan untuk meningkatkan produksi gula di Hindia Belanda, contohnya di Pabrik Gula Jatibarang, Kabupaten Brebes. Pabrik Gula Jatibarang memberikan dampak signifikan dalam aspek ekonomi. Penelitian sebelumnya mengenai Pabrik Gula Jatibarang kurang menekankan bagaimana kebijakan internal dan eksternal Pabrik Gula Jatibarang itu berpengaruh dalam meningkatkan industri tebu di era kolonial. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah yang melibatkan heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Dalam proses heuristik, penelitian menggunakan sumber seperti arsip, surat kabar, dan majalah sezaman, serta artikel yang memiliki pembahasan serupa. Penelitian ini menganalisis sejarah berdirinya Pabrik Gula Jatibarang, bagaimana implementasi kebijakan internal dan eksternal Pabrik Gula Jatibarang dalam mendorong perekonomian masyarakat sekitar di era kolonial, dan dampaknya pada aspek ekonomi dan sosial. Periode tahun 1910-1940 menjadi era yang penting dalam perkembangan Pabrik Gula Jatibarang. Meskipun program kebijakan internal dan eksternal Pabrik Gula Jatibarang sukses dalam mendongkrak produksi gula, pada awal 1939-an terjadi penurunan produksi yang mengakibatkan kekacauan sosial di masyarakat, hal inilah yang kemudian memunculkan dinamika Pabrik Gula Jatibarang. Diharapkan penelitian ini memberikan kontribusi penting dalam memahami dinamika Pabrik Gula Jatibarang dan pengaruhnya dalam aspek ekonomi di era kolonial.

The sugar industry was a key part of the economy in the colonial era. This is evident from the various policies implemented to increase sugar production in the Dutch East Indies, for example, at the Jatibarang Sugar Factory in Brebes Regency. The Jatibarang Sugar Factory had a significant economic impact. Previous research on the Jatibarang Sugar Factory did not emphasize how the internal and external policies of the factory influenced the improvement of the sugar cane industry during the colonial era. This research uses historical methods involving heuristics, source criticism, interpretation, and historiography. In the heuristic process, the research utilizes sources such as contemporary newspapers and magazines, as well as articles with similar discussions. This study analyzes the history of the establishment of the Jatibarang Sugar Factory, the implementation of its internal and external policies in encouraging the economy of the surrounding community during the colonial era, and the impact on economic and social aspects. The period from 1910 to 1940 was an important era in the development of the Jatibarang Sugar Factory. Even though the factory's internal and external policy programs were successful in boosting sugar production, in the late 1940s there was a decline in production which resulted in social chaos in society. This led to the dynamics of the Jatibarang Sugar Factory. It is hoped that this research will provide an important contribution to understanding the dynamics of the Jatibarang Sugar Factory and its influence on economic aspects during the colonial era.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Darto Harnoko
Yogyakarta: BPNB D.I. Yogyakarta, 2018
633.6 DAR p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Sulistiorini
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1987
S17732
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Jafar Hafsah
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2002
338.173 61 MOH b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ryandita Ainun Nisa
"Penelitian ini mengkaji pengaruh kebijakan Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI) terhadap produktivitas Pabrik Gula (PG) Jatiroto dari tahun 1975 hingga 1998. Industri gula memiliki peran penting dalam perekonomian di Indonesia sejak masa kolonial. Meskipun Indonesia pernah menjadi produsen gula terbesar kedua di dunia pada awal abad ke-20, produksi gula menurun sejak krisis ekonomi 1930 hingga Perang Kemerdekaan. Ketergantungan pada impor gula semakin meningkat seiring dengan kurang efektifnya pengelolaan industri gula dan peningkatan konsumsi gula dalam negeri. Untuk mengatasi hal ini, pemerintah menerbitkan Instruksi Presiden (Inpres) No. 9/1975 mengenai sistem TRI. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah yang terdiri dari pemilihan topik, heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi dengan menggunakan sumber primer seperti dokumen pemerintah, arsip internal PG Jatiroto, wawancara dengan pegawai PG Jatiroto, serta sumber sekunder berupa buku, artikel, dan penelitian terdahulu yang memiliki aspek kajian serupa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sejak 1968, penanaman tebu di PG Jatiroto telah menggunakan lahan rakyat disamping pengusahaan tebu di lahan Hak Guna Usaha (HGU) milik pabrik gula. Pelaksanaan TRI di PG Jatiroto menemui hambatan yang menimbulkan keraguan petani untuk mengikuti program, namun PG Jatiroto berupaya meningkatkan partisipasi petani dan perluasan lahan dengan menyediakan fasilitas penunjang, membuka kantor wilayah khusus perluasan, menggunakan sistem glebagan, serta melibatkan Komando Rayon Militer (Koramil) Jatiroto. Penelitian ini menunjukkan bahwa tujuan TRI di PG Jatiroto belum dapat tercapai dengan baik, namun TRI memberi pengaruh signifikan terhadap produktivitas PG Jatiroto meliputi peningkatan kapasitas produksi, perluasan lahan tebu rakyat, peningkatan jumlah tebu giling, serta fluktuasi tingkat rendemen. Perbedaan rendemen tebu rakyat dengan tebu lahan HGU tidak signifikan karena pengelolaan lahan HGU yang lebih teratur, tetapi tingkat rendemen lahan rakyat setelah TRI seringkali lebih tinggi karena memengaruhi besaran penghasilan petani.

This study examines the effect of the Smallholder Sugarcane Intensification (TRI) policy on the productivity of Jatiroto Sugar Factory (PG) from 1975 to 1998. The sugar industry has played an important role in Indonesia's economy since the colonial era. Although Indonesia was once the world’s second-largest sugar producer in the early 20th century, sugar production declined from the 1930 economic crisis until the War of Independence. Dependence on sugar imports increased along with ineffective management of the sugar industry and increased domestic sugar consumption. To overcome this, the government issued Presidential Instruction (Inpres) No. 9/1975 regarding the TRI system. The method used in this research is the historical method, which consists of topic selection, heuristics, verification, interpretation, and historiography using primary sources such as government documents, PG Jatiroto internal archives, interviews with PG Jatiroto employees, as well as secondary sources in the form of books, articles, and previous studies that have similar aspects of study. The results showed that since 1968, sugarcane cultivation in PG Jatiroto has used people's land in addition to sugarcane cultivation on Cultivation Rights (HGU) land owned by the sugar factory. The implementation of TRI in PG Jatiroto encountered obstacles that caused farmers' hesitation to join the program, but PG Jatiroto tried to increase farmers' participation and land expansion by providing supporting facilities, opening a special regional office for expansion, using the glebagan system, and involving the Jatiroto Military Regional Command (Koramil). This study shows that TRI goals in PG Jatiroto has not been achieved well, but TRI has a significant influence on the productivity of PG Jatiroto including an increase in production capacity, expansion of smallholder sugarcane land, increase in the amount of milled sugarcane, and fluctuations in the level of yield. The difference in the yield of smallholder sugarcane with HGU land sugarcane is not significant because of the more organized management of HGU land, but the yield level of smallholder land after TRI is often higher because it affects the amount of farmers' income."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Erwien Yuliansyah Putera
"ABSTRAK
Tebu merupakan bahan baku untuk membuat gula putih yang merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat di Indonesia. Tebu yang dipotong ketika panen akan mengalami penurunan kualitas karena kehilangan gula yang terkandung di dalam batang tebu. Kehilangan gula ini akan bertambah seiring dengan lamanya waktu tunda tebu tersebut untuk digiling. Waktu tunda akan menjadi semakin lama apabila terjadi antrian truk di pabrik karena proses bongkar tebu sebelum dilakukan proses penggilingan. Antrian yang terjadi di pabrik gula pada umumnya mengikuti pelayanan FCFS First-Come First Serve . Sistem antrian memiliki beberapa teknik disiplin pelayanan, antara lain disiplin pelayanan dengan prioritas priority service , pelayanan secara acak random order service dan pelayanan dengan kedatangan terakhir Last-Come First-Serve Penelitian ini akan membahas tentang pengaruh disiplin pelayanan terhadap waktu tunda dan pengaruhnya terhadap kualitas bahan baku tebu dengan didukung oleh rancangan penelitian berdasarkan kondisi sistem antrian. Analisis yang dilakukan menggunakan model simulasi sehingga dapat dikembangkan skenario lanjutan untuk memperbaiki sistem antrian di pabrik gula

ABSTRACT
Sugarcane is a raw material for making white sugar which is one of the basic needs of society in Indonesia. Stalks of sugarcane will decrease quality because of the loss of sugar. This losses will increase by the time because of delay time happened in the queue of trucks at the factory due to the process of unloading of sugar cane before the milling process. Queues servce in sugar mills is mostly using first come first serve FCFS dicipline. The queuing system has several service discipline techniques, among others are last come first serve LCFS, services with priority, random service and last come first serve. This research will analysze the delay time and impact on the quality of sugarcane with using design of experiment. Analyzes made using the model simulation which can be used to improve queuing systems at sugar mills. "
2018
T51602
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>