Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 128311 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Puspa Dewi
"Filariasis disebabkan oleh cacing filaria yang menyerang kelenjar getah bening yang pada akhirnya dapat mengakibatkan penurunan produktivitas kerja dan kerugian ekonomi bagi negara. Eliminasi filariasis adalah salah satu prioritas nasional pemberantasan penyakit menular dengan salah satu strateginya berupa pemberian obat masal pencegahan (POMP) filariasis dan indikator keberhasilan berupa cakupan pengobatan. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan warga mengenai obat filariasis dengan cakupan pengobatan filariasis di Kota Depok. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan data diperoleh dari kuesioner. Responden di Kelurahan Sukmajaya dengan cakupan pengobatan 53.5% memiliki tingkat pengetahuan yang rendah mengenai obat masal pencegahan filariasis sebesar 26.3%, sedang sebesar 42.5%, dan tinggi sebesar 28%; di Kelurahan Tirtajaya dengan cakupan pengobatan 49% memiliki tingkat pengetahuan rendah sebesar 30.2%, sedang sebesar 47.2%, dan tinggi sebesar 24%. Uji Chi-Square didapatkan nilai p<0.05 menunjukkan hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan warga mengenai obat filariasis dengan cakupan pengobatan filariasis di kedua Kelurahan. Di Kelurahan Sukmajaya didapatkan aspek pengetahuan yang paling rendah adalah manfaat obat, sasaran, dan kontraindikasi pengobatan filariasis; sedangkan di Kelurahan Tirtajaya didapatkan aspek pengetahuan yang paling rendah adalah manfaat obat filariasis. Tingkat pengetahuan yang rendah mengenai pengobatan filariasis menunjukkan kurangnya sosialisasi dan edukasi mengenai pengobatan filariasis kepada masyarakat, oleh karena itu kegiatan tersebut harus lebih ditingkatkan lagi.

Filariasis is caused by filarial worm attacking lymph nodes which in the end could cause decrease of productivity in labor and economical loss for the nation. Filariasis elimination is one of the national priority in eradicating infectious disease with filariasis mass drug administration (MDA) as one of its strategy and coverage of MDA as its indicator of achievement. This study has an aim to understand the association between citizen?s level of knowledge regarding the filariasis treatment and coverage of MDA in Depok City. This study used cross-sectional design with data gathered from the questionnaire. Respondents in Sukmajaya Village with coverage of MDA 53.5% who have low level of knowledge are 26.3%, intermediate level are 42.5%, and high level 28%; respondents in Tirtajaya Village with coverage of MDA 49% who have low level of knowledge are 30.2%, intermediate level are 47.2%, and high level are 24%. Chi-square test presented p value <0.05 that showed significant association between citizen?s level of knowledge and coverage of MDA. In Sukmajaya Village showed the lowest aspect of knowledge is function of filariasis medication; while in Tirtajaya Village showed the lowest aspects of knowledge are function of filariasis medication, target, and contraindication of filariasis medication. Low level of knowledge regarding filariasis treatment shows lack of socialization and education about filariasis treatment to the citizens, thus those activities should be improved."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yun Istatik
"Filariasis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh cacing filaria yang ditularkan oleh berbagai spesies nyamuk bersifat menahun dan bila tidak mendapatkan pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap Saat ini dilaporkan lebih dari 1 milyar penduduk dunia memiliki risiko menderita filariasis Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan tingkat pengetahuan kader puskesmas mengenai filariasis terhadap cakupan Pengobatan Massal Filariasis di Depok Penelitian ini menggunakan metode potong lintang Sampel penelitian adalah kader Puskesmas di Kelurahan Sukmajaya dan Tirtajaya yang dipilih melalui cara total sampling Variabel berupa tingkat pengetahuan didapatkan dengan kuisioner sedangkan angka kepatuhan minum obat massal pencegahan filariasis per kepala keluarga didapatkan dari data sekunder milik kader kelurahan setempat tahun 2014 Hasil penelitian didapatkan hubungan antara tingkat pengetahuan kader dengan angka cakupan minum obat dengan p 0 006 Dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan kader memiliki hubungan dengan cakupan Pengobatan Massal Filariasis di daerah yang memang kadernya lebih banyak berperan dalam hal ini Kelurahan Tirtajaya Dengan demikian diharapkan adanya penelitian lanjutan mengenai kepatuhan minum obat pada penderita filariasis bukan hanya dari faktor pengetahuan kader namun juga dari faktor faktor lainnya yang sekiranya berperan.

Filariasis is a chronic communicable disease caused by filarial worm that was transmitted by various species of mosquitoes and could cause permanent disability if untreated More than 1 billion people in the world reported having risk to filariasis The purpose of this study is to identify whether there is association between the level of knowledge about filariasis among the Puskesmas cadre and compliance of filariasis mass drug administration MDA in Depok This was a cross sectional study involving Puskesmas cadres in Sukmajaya and Tirtajaya villages as the study subjects selected by total sampling The level of knowledge in filariasis was obtained through questionnaires data on filariasis mass drug administration in those two villages was obtained from the village cadres in 2014 The result showed there was an association between the level of cadre rsquo s knowledge in filariasis and compliance of fiariasis mass drug administration p 0 006 It is concluded that the level of knowledge of Puskesmas cadre in filariasis has a significant association with the compliance of filariasis mass drug administration at Tirtajaya village which has better cadre participation Further study on other factors contributed to compliance rate of filariasis mass drug administration is necessary.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Clarissa Emiko Talitaputri
"Filariasis merupakan salah satu penyakit infeksi yang endemis di Indonesia, salah satunya di Kota Depok. Penyakit ini menyebabkan cacat permanen sehingga menurunkan produktivitas seseorang dan berdampak pada perekonomian suatu negara. Salah satu strategi untuk mencegah dan memutus rantai penularan penyakit ini yaitu melalui program pemberian obat massal pencegahan (POMP) filariasis dengan cakupan pengobatan sebagai indikator keberhasilan. Desain penelitian ini adalah studi cross-sectional, dilakukan dengan pengambilan data melalui kuesioner pada 106 responden yang dipilih secara consecutive sampling di dua Kelurahan. Pengolahan data dilakukan dengan program SPSS 11.5 yang dilanjutkan analisis dengan uji chi-square. Tidak terdapat hubungan bermakna antara tingkat pendidikan dengan cakupan pengobatan (p=0,408) dan pengetahuan masyarakat mengenai filariasis dengan cakupan pengobatan (p=0,501) di Kelurahan Sukmajaya. Namun sebaliknya diperoleh adanya hubungan bermakna antara tingkat pendidikan dengan cakupan pengobatan (p=0,000) dan pengetahuan masyarakat mengenai filariasis dengan cakupan pengobatan (p=0,013) di Kelurahan Tirtajaya. Tingkat pengetahuan dan pendidikan dapat berpengaruh terhadap cakupan pengobatan filariasis, namun hal ini masih dapat dipengaruhi hal lain seperti perbedaan nilai yang dianut kelompok masyarakat yang berbeda.

Filariasis is one of the infectious diseases endemic in Indonesia, including Depok city. This disease causes permanent disability resulting in lower productivity and have impact on economic aspect of a country. One strategy to prevent and break the chain of transmission of filariasis is through mass preventive-drug administration with coverage of taking mass preventive-drug administration as an indicator of success. The study design was cross-sectional study, conducted by collecting data through questionnaires to 106 respondents that were selected by consecutive sampling in their respective villages. Data processed by the SPSS 11.5 program analysis followed by chi-square test. There was no significant association between level of education towards treatment coverage of taking medication (p=0.408) and knowledge about filariasis towards treatment coverage of taking medication (p=0.501) in Sukmajaya. On the contrary in Tirtajaya, there is significant correlation between level of education towards treatment coverage of taking medication (p=0.000) and knowledge about filariasis towards treatment coverage of taking medication (p= 0.013) in Tirtajaya. The level of education and knowledge about filariasis can affect the coverage of taking mass preventive-drug, but it can still be influenced by other things such as differences in shared values of different community."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fathimah Sulistyowati
"Program Eliminasi Filariasis termasuk dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan RI 2010-2014 dengan satuan lokasi berupa Kabupaten/Kota. Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui hubungan tingkat aktivitas Kader Puskesmas dalam Program Eliminasi Filariasis dengan cakupan pengobatan massal Filariasis di Kota Depok.
Penelitian menggunakan desain cross sectional, dengan sampel penelitian berupa seluruh Kader Puskesmas di Kelurahan Sukmajaya dan Tirtajaya. Variabel tingkat aktivitas diukur dengan kuesioner, sedangkan data cakupan pengobatan massal Filariasis diperoleh secara sekunder dari Dinas Kesehatan Kota Depok.
Hasil penelitian menunjukkan tidak ditemukan perbedaan yang bermakna antara tingkat aktivitas Kader di Kelurahan Sukmajaya dan Tirtajaya dengan cakupan pengobatan massal Filariasis (p=0,56).

Filariasis elimination has become one of the health priorities embodied in Indonesia as manifested in the national program of infectious disease eradication. Filariasis Elimination Program is included in the Ministry of Health Strategic Plan 2010-2014, with District/City Health Department as its program executors. This study is aimed to determine the relationship of the health cadres in the community health centers specifically in the Filariasis Elimination Program with filariasis Mass Drug Administration (MDA) coverage in Depok.
The study uses cross-sectional design, with a sample of the entire health cadres in Sukmajaya and Tirtajaya village (total sampling method). The levels of activity variable measured by a questionnaire, while the data of Filariasis MDA coverage obtained secondary from Depok City Health Department.
The results showed that in general there were no significant relationship between the level of activity of health cadres in Sukmajaya and Tirtajaya village with filariasis MDA coverage, with a significance value of 0.56. Nonetheless specifically significant difference regarding several points of activities, which are steps in diagnosis, health promotion, detect and report of new cases, participate in MDA execution, and educate chronic patients and their families for treatment and how to do self-care.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatimah Sania
"Filariais is a tropical disease , which is caused by microfilaria of filarial worm and is spread by mosquitoes bites and shows acute or chronic clinical manifestation. Therefore, this disease becomes one of national priority to eradicate infectious diseaseand listed as medium-term National development plan 2010 --2014. Mass-drug administration (MDA) program for filariasis has been done in Depok since 2008. Yet, there are still gap in realization of mass drug administration for prevent filariasis in Sukmajaya and Tirtajaya and there had never been done any researches about this program before. Now, we're doing a research about relationship between implementation of drug distribution with mass drug administration coverage to prevent filariasis.
This research is used consecutive sampling cross sectional methode with questionnaire in target population with CI 95%. In the results we know the p value is more than 0,05 in both village. So there are no relation between implementation of drug distribution with mass drug administration coverage to prevent filariasis. Implementation of mass-drug administration distribution to prevent filariasis using standard operational number at Tirtajaya is 5.7% and Sukmajaya 7%. So that, drug coverage number is also low. Thus, in the next research it is suggested to distributing mass drug administration to prevent filariasis based on standard operational then the similar research done later. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puhilan
"Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing filarial dan ditularkan oleh nyamuk.Program Pemberian Obat Massal Pencegahan (POMP) merupakan salah satu program pencegahan filariasis.Cakupan Program Pemberian Obat Massal Pencegahan (POMP) filariasis dari tahun 2005-2009 berkisar antara 28% -59,48%. Persentase kasus klinis yang ditatalaksana berkisar antara 17%- 40%. Pencapaian ini belum mencapai target yang ditetapkan oleh WHO (85%).Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuihubungan cakupan pemberian obat massal pencegahan (POMP) terhadap keberhasilan pemberantasan filariasis di 32 Kabupaten/Kota di Indonesia tahun 2012.Penelitian ini menggunakan desain Cross Sectionaldengan pendekatan data ekologi.Penelitian ini dilaksanakan terhadap Kabupaten/kota di Indonesia yang telah melaksanakan pemberian obat massal pencegahan filarisis. Berdasarkan laporan pemeriksaan mikrofilaria dalam darah hasil dari Subdit Pencegahan Filariasis dan Kecacingan Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Ditjen PP dan PL Kementrian Kesehatan RI pada tahun 2012 terhadap kabupaten/kota yang telah melaksanakan pemberian obat massal pencegahan filariasis selama lima tahun yang diberikan sekali dalam setahun.Analisis data menggunakan cox regression.Hasil analisisdiperoleh prevalensi kabupaten/kota cakupan pemberian obat kategori tinggi sebesar 85% dan berhasil dilakukan pemberantasan sebanyak 22 kabupaten/kota. Penelitian ini menunjukkan ada hubungan cakupan pemberian obat massal pencegahan (POMP) terhadap keberhasilan pemberantasan filariasis sebesar 2,04 kali (PR = 2,04; 1,019-4,05), hasil uji multivariat menunjukkan cakupan pemberian obat massal kategori tinggi berpeluang berhasil dalam pemberantasan filariasis sebesar 1,591 kali (PR = 1,591; 0,561-4,512) setelah dikontrol variabel tingkat pendidikan dan sex ratio. Dengan melakukan pemberian obat massal pencegahan (POMP) filariasis yang diberikan satu tahun sekali selama lima tahun berturut-turut maka eliminasi filariasis di Indonesia dapat tercapai.

Filariasis(elephantiasis) is achronicinfectiousdiseasecaused byfilarial wormsandtransmittedbymosquitoes. Mass Drug AdministrationProgram(MDAP) is one offilariasispreventionprograms. FilariasisMass Drug AdministrationProgram(MDAP) Coveragefrom 2005-2009ranged from28% - 59.48%. Percentage ofclinical casesare administeredrangedfrom 17% -40%. This achievementhas notreached the assigned target by theWHO (85%0. This study aimstodetermine the relationshipcoverage ofmass drug administrationagainstthe success oftheprevention offilariasis inIndonesiain 2012. This study was using a cross sectional design with ecological data approach. This study was conducted to district / city in Indonesia that have implemented Mass Drug Administration (MDA) filarisis prevention which is based on inspection reports of microfilariae in the blood in the districts / cities that have implemented preventive filariasis Mass Drug Administration for five years, given once a year. Data obtained from the Filariasis Prevention and Worm Sub Directorate - Directorate of Animal Disease Control Sourced , Directorate General of Disease Control and Enviromental Health, Ministry of Health in 2012. Data analysisusingcoxregression.Results ofanalysis,the prevalence ofthe district/cityhighcoverage ofdrugcategoriesby 85% and successfull in preventing22 districts/cities.This studyshowedthat there are correlation of MassDrug Administrationagainst the success of filariasispreventionof2.04 times(PR =2:04; 1.019 to 4.05), test showing the coverageof MassDrug Administrationlikely tosucceedin thehigh categoryforthe prevention offilariasis1,591times(PR =1,591;0.561 to 4.512) after controllingvariablelevel of educationandsex ratio. By doingpreventivefilariasisMass Drug Administrationgivenonce a yearfor fiveyears regularly then theeliminationof filariasisinIndonesia can be achieved.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35354
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febriana Santhi
"Depok merupakan salah satu daerah endemis filariasis di Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi masyarakat kelurahan Limo Depok dalam minum obat filariasis dengan menggunakan pendekatan teori Health Belief Model. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional dan jumlah sampel sebanyak 107 responden. Analisis data dengan cara univariat dan bivariat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jenis kelamin, umur, status perkawinan, tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan kepatuhan minum obat filariasis sedangkan pendidikan mempunyai hubungan yang bermakna dengan kepatuhan responden minum obat filariasis. Ini dapat berarti bahwa tingginya pendidikan masyarakat akan membuat mereka semakin terpapar akan informasi termasuk informasi kesehatan. Persepsi yang ada pada teori Health Belief Model yaitu persepsi keseriusan, persepsi kerentanan, persepsi rmanfaat dan persepsi hambatan serta self efficacy mempunyai hubungan dengan kepatuhan minum obat filariasis. Persepsi mempengaruhi perilaku seseorang dalam minum obat filariasis pada pengobatan massal di kelurahan Limo.

Depok is one of the filariasis endemic area in West Java. This study aims to determine the relationship between people's perceptions Limo Depok sub-district in medicine filariasis by using a theoretical approach to Health Belief Model. This type of study is a quantitative research with cross sectional design and the sample of 107 respondents. Data analysis by univariate and bivariate. The results of this study indicate that gender, age, marital status, does not have a significant relation to medication adherence filariasis while education has a significant association with medication adherence respondents filariasis. This may mean that higher education community will make them more exposed to information including health information. Perceptions that exist in the theory of the Health Belief Model perceived seriousness, perceived susceptibility, perceived barriers and perceptions rmanfaat and self-efficacy has a relationship with medication adherence filariasis. Perceptions influence one's behavior in taking medication in the treatment of filariasis mass in the village Limo."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rikeish R. Muralitharan
"Delapan kasus baru filariasis kronis telah ditemukan di Jakarta Selatan yang bukan merupakan daerah endemis. Untuk memotong rantai penularan, pemberian obat Diethylcarbamazine (DEC) dan albendazole tiap tahun selama lima tahun harus dilakukan. Oleh karena itu , pekerja kesehatan primer di Jakarta Selatan membutuhkan penyuluhan kesehatan untuk melakukan pencegahan filariasis dengan benar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penyuluhan kesehatan mengenai program minum obat massal pencegahan (POMP) filariasis pada petugas kesehatan primer di Jakarta Selatan. Desain penelitian ini adalah eksperimental dengan metode pre -post studi. Pengumpulan data dilakukan di Jakarta Selatan pada 26 Juni 2013 dengan meminta semua pekerja perawatan kesehatan primer yang hadir untuk mengisi pre- dan post-tes kuesioner (n = 54). Kuesioner terdiri dari delapan pertanyaan mengenai POMP filariasis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum penyuluhan kesehatan, 83,3 % dari peserta memiliki pengetahuan yang buruk, 14,8 % memiliki pengetahuan rata-rata dan 1,9 % dari peserta memiliki pengetahuan yang baik mengenai POMP filariasis. Setelah penyuluhan kesehatan, 64,8 % dari peserta memiliki pengetahuan yang baik mengenai POMP filariasis, 27,8 % memiliki pengetahuan rata-rata dan hanya 7,4 % dari peserta memiliki pengetahuan yang kurang mengenai POMP filariasis (tes homogenitas marginal pre dan post tes < 0.001* ). Oleh karena itu, disimpulkan bahwa penyuluhan kesehatan efektif dalam meningkatkan pengetahuan petugas kesehatan primer mengenai POMP filariasis.

Eight new cases of chronic filariasis have been discovered in South Jakarta, a nonedemic area. To cut the chain of transmission, administration of diethylcarbamazine (DEC) and albendazole yearly for five years should be performed 1 . Therefore, primary health care workers in South Jakarta require health education to perform filariasis prevention correctly. This research aimed to study the effectiveness of health education on filariasis mass drug administration (MDA) among primary health care workers in South Jakarta. This study used experimental design with pre-post study method. Data collection was done in South Jakarta on the 26th of June 2013 by asking all the attending primary health care workers to fill pre- and post-test questionnaires (n=54). The questionnaire comprised of eight questions regarding filariasis MDA. The results showed that before health education, 83.3% of participants had poor knowledge, 14.8% had average knowledge and 1.9% of participants had good knowledge on filariasis MDA. Following health education, 64.8% of participants had good knowledge on filariasis, 27.8% had average knowledge and only 7.4% of participants had poor knowledge on filariasis MDA (marginal homogeneity of pre and post tests <0.001*). Hence, it was concluded that health education is effective in increasing the knowledge of primary health care workers on filariasis MDA."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reni Oktarina
"Penyakit kaki gajah (filariasis) adalah penyakit infeksi cacing filaria yakni 'wuchereria bancroftt, Brugia malayt dan Brugia timori. Parasit ini ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk. Tahun 2000 WHO menetapkan kesepakatan global untuk eliminasi penyakit kaki gajah. Indonesia telah melaksanakan eliminasi ini secara bertahap pada tahun 2002 di 5 kabupaten. Obat fiariasis diberikan gratis dalam pengobatan massal di daerah endemis. Tujuan penelitian melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan praktek minum obat filariasis di kabupaten Banyuasin tahun 2009. Hasil penelitian menunjukkan proporsi responden yang minum obat filariasis di wilayah Puskesmas Sukajadi 79,1% dan proporsi yang tidak minum obet 20,9%."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T21799
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Assyifa Gita Firdaus
"Indonesia adalah negara endemisitas filariasis yang tinggi (13.032 kasus pada tahun 2015) dan Papua Barat adalah provinsi tertinggi ketiga dengan filariasis (1.244 kasus). Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan filariasis sebagai masalah kesehatan masyarakat global yang harus dihilangkan melalui pemberian obat massal (MDA) dengan memberikan diethylcarbamazine citrate (DEC) dan albendazole, dosis tunggal, setahun sekali dalam lima tahun berturut-turut. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi cakupan MDA di Papua Barat pada 2015 dan untuk menganalisis hubungan antara tingkat endemisitas filariasis dan cakupan MDA. Sebuah studi cross-sectional dilakukan dengan menggunakan data peserta MDA yang telah direkam oleh Dinas Kesehatan Papua Barat (total sampling) pada tahun 2015. Data tersebut mencakup jumlah total populasi yang mengonsumsi obat MDA, populasi target dan total populasi di setiap kabupaten Papua Barat. Target cakupan MDA yang ditentukan oleh WHO adalah> 65% dari total populasi dan> 85% dari populasi yang ditargetkan. Hasil menunjukkan bahwa cakupan MDA di Papua Barat pada 2015 per total populasi adalah 35% dan per populasi target adalah 45,2%, tidak mencapai target WHO. Tingkat endemisitas filariasis dikaitkan dengan cakupan MDA; per total populasi (chi-square p <0,001) dan per populasi yang ditargetkan (chi-square p <0,001). Area dengan tingkat endemisitas filariasis yang lebih rendah memiliki persentase cakupan MDA yang lebih rendah daripada area dengan tingkat endemisitas filariasis yang lebih tinggi.

Indonesia is a country of high filariasis endemicity (13,032 cases in 2015) and West Papua is the third highest province with filariasis (1,244 cases). The World Health Organization (WHO) states filariasis as a global public health problem that must be eliminated through mass drug administration (MDA) by giving diethylcarbamazine citrate (DEC) and albendazole, a single dose, once a year in five consecutive years. This study aims to evaluate the scope of MDA in West Papua in 2015 and to analyze the relationship between the degree of endemicity of filariasis and MDA coverage. A cross-sectional study was conducted using MDA participant data that was recorded by the West Papua Health Office (total sampling) in 2015. The data includes the total population taking MDA drugs, the target population and the total population in each district of West Papua. The MDA coverage target determined by WHO is> 65% of the total population and> 85% of the targeted population. The results show that MDA coverage in West Papua in 2015 per total population was 35% and per target population was 45.2%, not reaching the WHO target. The degree of filariasis endemicity is associated with MDA coverage; per total population (chi-square p <0.001) and per targeted population (chi-square p <0.001). Areas with lower levels of filariasis endemicity have lower MDA coverage percentages than areas with higher levels of filariasis endemicity."
Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>