Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 99412 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wido Cepaka Warih
"Daerah Tangkapan Air Rawapening dengan luas 27.434,393 ha merupakan bagian dari DAS Tuntang dengan luas 130.036,886 ha (Sriyana, 2011) dengan hulu di Gunung Merbabu, Gunung Telomoyo dan Gunung Ungaran. Perubahan penggunaan tanah mengakibatkan terjadinya run off (limpasan), sehingga mempercepat terjadinya erosi. Penelitian ini bertujuan untuk memprediksi potensi erosi di DTA Rawapening menggunakan model SWAT. SWAT (Soil and Water Assessment Tool) merupakan model hidrologi yang dapat digunakan untuk memprediksi pengaruh penggunaan lahan terhadap aliran air, sedimen, erosi dan zat kimia lainnya yang masuk ke sungai atau badan air pada suatu DAS. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa Hydrologic Response Unit (HRU) yang terbentuk di DTA Rawapening didominasi oleh unit lahan berupa kebun/tegalan dengan tekstur tanah loam/lempung (L) dan lereng 15-25% (AGRR/L/15-25). Potensi erosi rata-rata tahunan yang terjadi di DTA Rawapening sebesar 167,201 ton/ha. Kontribusi erosi paling tinggi berasal dari SubDTA Galeh sebesar 2.820,9099 ton/ha/tahun karena kondisi unit lahan didominasi oleh kebun/tegalan pada lereng yang antara 15-40 % disertai dengan curah hujan tahunan yang cukup tinggi yaitu 2750-3250 mm/tahun dan kontribusi paling rendah terjadi pada SubDTA Kedungsringin sebesar 1,3762 ton/ha/tahun. Hasil kalibrasi antara debit model dengan debit observasi yaitu R= 0,8018 menunjukkan bahwa model dapat diterima dan layak diaplikasikan di DTA Rawapening.

Rawapening water catchment area with 27.434,393 ha, is part of the Tuntang watershed with 130.036,886 ha (Sriyana, 2011), which has headwaters in Mount Merbabu, Telomoyo Mountain and Mount Ungaran. Changes in land use resulting in run off, thereby accelerating erosion. This study aims to predict the potential for erosion in the Rawapening water catchment area with SWAT model. SWAT (Soil and Water Assessment Tool) is a hydrological model that can be used to predict the effects of land use on water flow, sediment, erosion and other chemicals into streams or bodies of water in a watershed. The research concludes that the Hydrologic Response Unit (HRU) that form in the watershed are dominated by land unit Rawapening a garden/dry with loam (L) soil texture and 15-25% slope (AGRR/L/15- 25). Potential average annual erosion that occurred in the Rawapening water catchment area of 167,201 tons/ ha/year. The highest erosion contribution comes from the SubDTA Galeh of 2.820,9099 tons/ha/year, because condition of the land unit dominated by garden/dry on slopes between 15-40% along with annual rainfall is 2750-3250 mm and the contribution of the lowest occurred in SubDTA Kedungsringin of 1,3762 ton/ha/year. Calibration results between models debit with observation debit that R = 0,8018 indicate that SWAT model can be accepted and applied in the Rawapening Water Catchment Area.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S54389
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faizah Muthmainnah
"Penggunaan lahan pada suatu daerah tangkapan air (DTA) memiliki pengaruh terhadap kualitas suatu perairan. Sumber air dari suatu perairan dapat berasal dari mata air yang terdapat di dalamnya dan dari masukan air sungai atau limpasan air permukaan serta air hujan yang mengalir di lahan sekitar perairan tersebut. Daerah tangkapan air adalah suatu daerah yang mengalirkan air ke Situ Gintung. Masyarakat yang tinggal di sekitar Situ Gintung memanfaatkannya untuk perikanan, pertanian dan sarana wisata. Dalam jangka waktu 20 tahun, yaitu tahun 1999, 2004, 2009, 2014, 2019, Situ Gintung mengalami perubahan kualitas perairan secara fisik dapat diketahui melalui kandungan materi yang mengubah warna air tersebut. Perubahan tersebut salah satunya dipengaruhi oleh erosi dan sedimentasi. Untuk mengetahui besarnya laju erosi pada suatu lahan digunakan pemodelan USLE (Universal Soil Loss Equation). Hasil penelitian menunjukkan terdapat empat tingkat erosi di DTA Situ Gintung, yaitu normal, ringan, sedang, berat. Sebaran erosi yang terjadi di DTA Situ Gintung mengikuti pola lereng. Laju erosi normal terbesar sebesar 178,13 ton/ha/tahun pada tahun 2019 dan terkecil sebesar 58,43 ton/ha/tahun pada tahun 2014. Tingkat erosi ringan terbesar sebesar 1410,63 ton/ha/tahun pada tahun 2019 dan terkecil sebesar 706,13 ton/ha/tahun pada tahun 2014. Tingkat erosi sedang tertinggi adalah 2.831,84 ton/ha /tahun pada tahun 2009 dan yang terkecil sebesar 1710,71 ton/ha/tahun pada tahun 2014. Laju erosi berat terbesar adalah 4782,74 ton/ha/tahun pada tahun 2009 dan terkecil adalah 2.312,31 ton/ha/tahun pada tahun 2019.

Changes in land use in a sub-watershed have an effect on the quality of a waters. Sources of water from a waters can come from springs contained in it and from river water input or runoff surface water and rain water that flows in the land around these waters. Pesanggrahan Sub-watershed is a sub-watershed that flows water to Situ Gintung. People who live around Situ Gintung use it for fisheries, agriculture and tourist facilities. Within a period of 20 years, namely 1999, 2004, 2009, 2014, 2019, Situ Gintung experienced a change in the quality of the physical waters, namely changes in the number of suspended solids entering the waters. The amount of the TSS value in a waters is influenced by soil material which is eroded by water passing through a land area. To determine the amount of the erosion rate on a land, USLE (Universal Soil Loss Equation) modeling is used. The results showed that changes in the land cover of the Situ Gintung catchment had an effect which was directly proportional to the rate of erosion in the Situ Gintung catchment area. The distribution of erosion that occurs in the Situ Gintung catchment follows the slope pattern. The largest normal erosion rate was 178,13 ton/ha/year in 2019 and the smallest was 58,43 ton/ha/year in 2014. The largest light erosion rate was 1410,63 ton/ha/year in 2019 and the smallest was 706,13 ton/ha/year in 2014. The highest moderate erosion rate was 2.831,84 tonnes / ha / year in 2009 and the smallest was 1710,71 ton/ha/year in 2014. The highest rate of heavy erosion was 4782,74 ton/ha/year in 2009 and the smallest was 2.312,31 ton/ha/year in 2019"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Dwi Hafidah
"Rawapening merupakan cekungan danau tektonik yang terjadi dari peristiwa tektonik gravitasi. Adanya struktur patahan dan lipatan yang terjadi akibat peristiwa tersebut juga menyebabkan terjadinya patahan akuifer sehingga muncul titik-titik mata air di DAS Rawapening. DAS Rawapening merupakan wilayah gunung api kerena sebagian besar jenis batuannya merupakan batuan vulkanik. Wilayah gunung api memiliki potensi besar dalam kemunculan mata air sehingga penelitian ini dilakukan untuk mengetahui persebaran mata air berdasarkan karakteristik fisik wilayah, debit, dan jenis mata airnya di DAS Rawapening.
Analisis asosiasi dan deskriptif digunakan untuk menjelaskan keadaan mata air tersebut. Hasil studi menunjukkan bahwa sebagian besar mata air muncul pada ketinggian kurang dari 500 mdpl dengan kelerengan 2 - 8 %, berada pada formasi geologi fasies gunung api kwarter muda (Gkm), berada pada wilayah produktivitas akuifer setempat, dan penggunaan tanah sekitar adalah kebun/perkebunan. Jenis mata air didominasi oleh mata air rekahan (fracture springs) atau yang biasa disebut dengan mata air umbul dengan debit rata - rata sebagian besar adalah 1 - 10 liter/detik.

Rawapening is a tectonic lake basin that occurred from tectonic gravity process. That process formed structural faults and folds. The faults also fracturing the aquifer so there are many springs appear in Rawapening watershed. Rawapening watershed is categorized as a types of volcanic region because the geological formations mostly are volcanic rocks. Volcanic region has great potential in the emergence of springs so this study was conducted to determine the distribution of springs by physical characteristics of region, discharge, and types of springs.
Descriptive and association analysis are used to describe the distribution of springs in Rawapening watershed. The results of the study showed that most of the springs appear at an altitude of less than 500 meters above sea level with slopes 2-8%, with geological formations is volcanic facies young crater, at the local aquifer productivity, and surrounding landuse is a garden/farm. Types of springs dominated by fracture springs with average discharge mostly is 1-10 liters/sec.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Universitas Indonesia, 2014
S58177
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sibuea, Tulus T. H.
"Sumber air utama untuk wilayah Sukabumi tertumpu pada kawasan pegunungan Gunung Gede-Pangrango dan Gunung Halimun- Salak. Kawasan tersebut adalah hulu dari daerah aliran sungai Cimandiri yang mengalir ke selatan wilayah Sukabumi sampai ke Iaut di Kota Pelabuhanratu, ibukota Kabupaten Sukabumi.
Pemanfaatan air di kawasan hulu berupa air tanah dan air mata-air selain untuk kebutuhan rumah tangga juga untuk industri. Keuntungan dari pemanfaatan air tersebut oieh industri umumnya belum disertai membayar beaya pemulihan.
Penggunaan air cenderung meningkat secara eksponensial, sedangkan pasokan air cenderung melambat akibat rusaknya hutan di daerah tangkapan airnya. Internalisasi pengelolaan daerah tangkapan air untuk penyediaan air baku dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut
Tujuan penelitian adalah mendapatkan gambaran kondisi air tanah dan perkiraan nilai air tanah melalui pendekatan perhitungan nilai ekonomi manfaat lokal daerah tangkapan airnya, persepsi dan keharusan pengguna air tanah untuk membayar beaya pengelolaan daerah tangkapan airnya.
Hasii penelitian diharapkan dapat memberikan informasi untuk melestarikan sumberdaya air dan melestarikan fungsi lingkungan alam. Informasi dari penelitian ini dapat memperkaya khasanah pengetahuan untuk pertimbangan dalam perencanaan pembangunan daerah tersebut.
Penelitian dilaksanakan dan bulan Januari sampai dengan Juni 2003 di Kecamatan Cicurug, Kecamatan Cidahu, Kecamatan Parakansalak dan Kecamatan Parungkuda di kaki Gunung Salak dalam wilayah Kabupaten Sukabumi. Daerah penelitian berada pada Kompleks Gunungapi Tua di wiilayah resapan utama dan juga berada di wilayah pelepasan. Penelitian bersifat ex post facto melalui pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Data primer dan sekunder dikumpulkan dengan metode survei dan studi pustaka.
Hipotesis yang diajukan adalah tersedianya air tanah akan berlanjut jika neraca air terjaga keseimbangannya dan daerah tangkapan air terlindungi.
Hasii kajian memperlihatkan bahwa air tanah ada di 100-300 meter di bawah permukaan tanah setempat. Pelepasan air tanah berupa mataair ada yang mencapai 400 lt/dt dan penurapan melalui sumur bor dengan debit mencapai 2 It/dt hingga 5 lt/dt. Neraca keseimbangan air di daerah penelitian mengaiami defisit air tanah sebanyak 4,4 juta m3 pada tahun 2003. Kecenderungan air tanah berkurang adalah akibat perubahan kondisi tutupan lahan disertai dengan ekstraksi air tanah yang terus bertambah.
Hasil analisis ruang dan wilayah daerah penelitian memperlihatkan adanya interaksi antara daerah tangkapan air dan daerah perlepasan serta lokasi cadangan air tanah. Kegiatan ekonomi yang menggunakan air tanah tidak terpisahkan dari kawasan hutan Iindung Gunung Salak sebagai daerah tangkapan airnya. Pemanfaatan air tanah di kawasan hulu akan dapat menghilangkan peluang kegunaannya bagi kawasan hilirnya. Sepatutnya kawasan hulu menjadi kawasan tumbuh lambat yang diprogramkan untuk fungsi konservasi atau lindung karena menjadi satu kesatuan ekosistem dari hulu sampai ke hilir.
Air adalah satu fase bentuk sumberdaya alam yang secara alamiah mengalami siklus perubahan bentuk. Sumberdaya alam ini pada fase bentuk air menjadi kebutuhan dasar semua mahluk hidup di bumi. Sebagai kebutuhan dasar, air tidak dapat menjadi komoditi (barang ekonomi) yang dapat diperdagangkan dan diberi label harga. Prinsip yang memandang air sebagai komoditi (barang ekonomis) akan menghilangkan fungsi ekologis, sosial, religius dan budaya.
Pengguna air tanah dapat dikenakan beaya masa siklus air. Beaya masa siklus air adalah beaya kerugian yang dialami oleh generasi masa depan akibat pemanfaatan sumberdaya alam masa kini. Nilai masa siklus air dihitung melalui pendekatan valuasi manfaat Iokal sumberdaya hayati dan manfaat lokal sumber air.
Beaya masa siklus air di Iokasi penelitian per hektar hutan sebesar Rp. 2.924.890,- setiap tahunnya. Persepsi dan pemahaman tentang beaya masa siklus air belum sepenuhnya disadari oleh perusahaan air minum dalam kemasan. Akibatnya adalah masih banyak perusahaan belum bersedia ikut berperanserta daiam kegiatan konservasi daerah tangkapan air.
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam tesis ini, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Tersedianya air tanah berkurang karena terganggunya keseimbangan neraca air akibat penurapan melalui sumur bor lebih besar dan suplesi air tanah.
2. Beaya bagi tersedianya air adalah beaya kerugian yang akan ditanggung oleh generasi masa depan.
3. Pengetahuan dan pemahaman tentang beaya masa siklus air belum sepenuhnya disadari oleh pengusaha air tanah.
Saran dari penulis dalam tesis ini adalah; (1) Perlu dilakukan segera pengendalian ekstraksi air tanah melalui penataan ulang SIPA yang telah dikeluarkan, penutupan sumur bor yang tidak memiliki ijin atau melebihi debit yang diijinkan, penghentian ijin baru dan peningkatan pengawasan pemanfaatan air tanah; (2) Memperbesar suplesi air tanah meIaIui pengendalian pembangunan permukiman di daerah tangkapan air, menghutankan kembali Iahan yang bersudut Iereng lebih dari 30% dan pembangunan ?embung" atau ?waduk kecil" sebagai sumber air bersih untuk memenuhi kebutuhan penduduk; (3) Perlu disosialisasikan secara luas kepada masyarakat tentang beaya masa siklus air. (4) Perlu disosialisasikan paradigma air sebagai hak asasi manusia. Setiap orang berhak memperoleh air bersih khususnya air minum dan kewajiban negara untuk memenuhinya.

The main source of water in the Sukabumi is the reservoirs found in the Gede Pangrango and Halimun Salak highlands. These areas are the up river of the Cimandiri River which flows south through Sukabumi all the way to the Southern coastal city of Pelabuhan Ratu, the capital city of Sukabumi District. These water reservoirs, ground reservoirs and spring water, have been used in the upper regions for many years. The use of the ground water for domestic needs and industrial needs is increasing rapidly. Revenue through the use of these water resources by industry has not been charged with conservation cost of these resources.
As the use of water has increased exponentiaily, supply tends to decrease due to the destruction of the upper catchments areas that are now being developed or destroyed. Internal control in the areas with their hydrology functions are being assessed in order to over come the problem before it gets out of hand.
The aim of this study is to estimate the current ground water condition, its value through analysis of local economic value of water catchments area and the current price of water. To understand perceptions and ability of water consumers to pay reservation cost of the water catchments area.
Results would enrich information in the effort to preserve natural water resources and natural environment as a unified natural resource. Information obtained may also be useful in future planning and development of these areas.
This research has been carried out in the Counties of Cicurug, Cidahu, Parakansalak, and Parugkuda, from January to June of 2003. The focus area is located at the foot of the Salak Mountain in the area of Sukabumi district. The form of research that has been used is ex post facto through qualitative and quantitative approach. The primary and secondary data were was collected through surveys and studies of literatures.
The result of studies has shown that the area in the vicinity of Gunung Api Tua is located in the main water absorption area, which is also the area of ground water release. Ground water potential is found to be between 100-300 meters below ground surface. The release of ground water from springs is at a rate of 400 It/sec and extracted using drill-wells at a rate of 2 lt/sec up to 5 lt/sec. The balance water measured in this area shows a deficit of as much as 4,4m3 in the year 2003. Ground water deficit tends to continue declining as result of man-made change in the soil covering due to building constructions agriculture as such that disturbs the seepage of rain water into the ground, hence the replenishment, while water extraction continue to increase.
Result of space and area analysis of research area shows that an interaction exists between the water catchments areas, water releasing areas, and the areas where the ground water is naturally stored. Therefore, economic sectors benefit from the ground water supply should not be freed from their responsibility in forest conservation and protection of Salak Mountain as water catchments areas. Using ground water in water areas will eventually reduce or even eliminate the benefit for water draining areas. It should be understood that water catchments area must be considered as areas of conservation and protection, because of its ecosystem unity from water-catchments area to water-released areas.
Liquid water is one phase in the cycle of this resource, which is naturally changing in form and state. In its liquid phase, water is a basic necessity for all living organism on this earth. As a basic necessity, water cannot become a commodity to be commercialised and given a price label. Considering water as eoonomic commodity will lose its ecological, social, religious and cultural functions.
Water users could be charged with water cycling costs. Water cycle cost is atpenses to cover losses which wlll be experienced by future generations due to present resource ulilisation. The value of water cycle period is calculated by local usage valuation approach of the biological resources and the local use of water resource.
The annual per hectare expenses of water cycle at the site of investigation is calculated at Rp. 2.924.890,-. Perception and understanding in the expenses for water cycling period have not been fully realized by water packing companies. Consequently there are still a great number of companies that are not willing to participate in the effort of water catchments area.
Water is only one phase of a natural cycle that is always moving. This natural resource when it is in the water phase is essential to the life of all animals on earth. As a basic need water can not beoome a commodity that can be sold with a label and a price, it is priceless. The principle that view water as a commodity will absolutely destroy its ecological, social, and cultural function and even will threaten our religious foundations. All humans have rights to have clean water, and it is not a commodity.
Water cycle cost in research area per hectare forest is Rp. 2.924.890,- every year. Perceptions and understanding about water cycle cost is not completely realized by water-packing company. As result, there still many companies that weren?t willing to participate in conservation program of water-catchments area.
Conclusions of research result and discussion in this thesis are: 1) There is deficit of ground water in research location as result of disturbances the equilibrium of water scale. The disturbances is caused by the used of ground water through artificial pump-well that larger than infiltrate of water volume. There is company that used ground water in water-absorbent areas and water-released areas In Salak Mountain areas. Ground water that is extracted from those areas are products of conservation forest water-catchments area; 2) Water cycles should be included in production total cost by water ground user. The value of water cycles cost can be calculated through valuation approach of local benefit of natural resources and local benelit of water resources; 3) Even though the water cycles cost cannot implemented yet for ground water benefit management, the valuation approach can be easily used by people in community so that the used of the valualjon need to be socialized.
Suggestions from writer in this thesis are: a) we need to do more detail assessment about ground water storage, b) it is necessary to socialized water paradigm as human rights. Every human have rights to have clean water especially drinking water and it is obligation of the country to fulfil it; c) Some studies should be done so that water- cycle cost policy can be implemented. The study that can be done is study of scarcity rent and extraction cost; d) To minimize bias from calculating economic benefit from natural resources, we need to choose respondents accurately from areas that closed or those who lived near the forest.
"
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T11080
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fajar Ramadhan
"Sumber daya tanah dan air yang sangat penting untuk keberlangsungan manusia saat ini tengah menghadapi tantangan oleh erosi dan degradasi lahan yang disebabkan oleh perubahan iklim, khususnya pada skala DTA dan DAS. Untuk menghadapi masalah ini diperlukan analisis mendalam tentang tingkat kerentanan erosi pada sub-DAS dengan melihat karakteristik morfologi, tutupan lahan, dan erosivitas curah hujan untuk menentukan sub-DAS prioritas, agar dapat melakukan upaya konservasi yang tepat berdasarkan karakteristik sub-DAS tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik morfometri sub-DAS dan mengevaluasi tingkat kerentanan erosi di Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Kerinci. Menggunakan Analisis Morfometri Kuantitatif, penelitian ini mengintegrasikan karakteristik morfometri, tutupan lahan, dan erosivitas hujan untuk menilai tingkat kerentanan erosi 18 subDAS untuk menentukan prioritas konservasi. Empat sub-DAS ditemukan memiliki tingkat kerentanan erosi yang sangat tinggi, yaitu sub-DAS Siulak Deras, sub-DAS Aek Siulak, sub-DAS Sangkir, dan sub-DAS Aek Pulau Tengah. Berdasarkan hasil ini, penelitian ini menyusun rekomendasi strategi konservasi yang disesuaikan dengan karakteristik tiap sub-DAS untuk mengatasi erosi dan mendukung pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan.

Soil and water resources that crucial for human sustainability, are currently facing challenges from erosion and land degradation caused by climate change, especially in the Catchment and Watershed scale. To address this issue, an in-depth analysis of erosion vulnerability is required for sub-watersheds by examining morphometric characteristics, land cover, and rainfall erosivity to determine priority sub-watersheds for appropriate conservation efforts based on their characteristics. This study aims to identify the morphometric characteristics of sub-watersheds and assess the level of erosion vulnerability in the Lake Kerinci Catchment Area. Utilizing Quantitative Morphometric Analysis, this research integrates morphometric characteristics, land cover, and rainfall erosivity to evaluate the erosion vulnerability of 18 sub-watersheds and establish conservation priorities. Four sub-watersheds were found to have a very high level of erosion vulnerability, namely Siulak Deras, Aek Siulak, Sangkir, and Aek Pulau Tengah sub-watersheds. Based on these findings, the study formulates tailored conservation strategies for each sub-watershed to address erosion and support sustainable natural resource management."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Danio Putra Nusantara
"Lahan merupakan salah satu sumber daya yang penting untuk menopang kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Studi ini berfokus pada kualitas air di daerah tangkapan air yang dipengaruhi oleh pertumbuhan lahan. Tujuan dari model ini diwakili oleh hubungan linear antara indeks kualitas air sebagai variabel respon dan daerah tangkapan kedap air sebagai variabel penjelas. Daerah penelitian berada di daerah tangkapan air di kampus Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat. Data daerah tutupan lahan kedap air dikumpulkan dari citra dunia digital dan didigitasi berdasarkan atap yang diidentifikasi. Data kualitas air ditentukan berdasarkan laporan sebelumnya dan dikumpulkan secara manual di danau oleh penulis. Air yang dikumpulkan dari danau akan dimasukkan untuk uji laboratorium untuk bisa mendapatkan kualitas sampel sesuai dengan parameter yang ditentukan. Indeks kualitas air yang ditargetkan ditentukan berdasarkan kesesuaian penggunaan air mengacu pada peraturan pemerintah Indonesia nomor 82/2001. Seiring berjalannya waktu, pertumbuhan lahan berubah dan memberikan efek pada kualitas air Danau UI. Sebagai alat untuk menetapkan perencanaan dalam pengembangan di masa depan pada daerah tangkapan air sistem danau di Universitas Indonesia, digunakan hubungan linear antara kedap air daerah tangkapan air dan indeks kualitas air. Setelah dilakukan analisis regresi linear antara tutupan lahan kedap air dan kualitas air, didapatkan relasi bahwa semakin meningkatnya persentase tutupan lahan kedap air maka kualitas air semakin buruk dari waktu ke waktu.

Land is one of the resources that is essential to sustain the lives of humans and other living things. This study focuses on the water quality in a catchment area that is affected by the land growth. The purpose of the model is represented by a linear relationship between the water quality index as a response variable and catchment area imperviousness as an explanatory variable. The study area is in a catchment area at the campus of Universitas Indonesia, Depok, West Java. The data of the catchment are imperviousness is collected from the digital globe imagery and digitized based of identified rooftops. The water quality data is determined based on previous reports and collected manually in the lake by the author. The water collected from the lake will be put for laboratory test to be able to get the quality of the sample according to the determined parameters. The targeted water quality index is determined based on water use suitability referring to the Indonesian government regulation number 82/2001. As time goes by, the land growth changes and gives an effect to the water quality of the UI Lake. As a tool to set a plan for future development on the catchment area of the lake system in Universitas Indonesia, it is possible to use the linear relationship between catchment area imperviousness and water quality index. After a linear regression analysis between imperviousness and water quality, a relationship was found that the increasing percentage of imperviousness affects the water quality in getting worse over time."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kurniawan Ramadhan
"Penggunaan lahan memiliki peran vital yang memengaruhi perpindahan massa air dalam siklus hidrologi. Di sekitar Sub DA Ci Catih Hulu dalam kurun waktu 10 tahun terakhir mulaiberkembang berbagai macam industri mulai dari yang relatif besar hingga industri dalamskala yang relatif kecil. Perkembangan lahan terbangun khususnya permukiman dan industri secara masif dapat meningkatkan besar limpasan permukaan yang berdampak pada terjadinya degradasi lahan seperti erosi. Fokus penelitian ini adalah melakukan pemodelan hidrologi dengan model SWAT Soil Water Assesment Tools dan prediksi penggunaan lahan denganmetode CA-Markov Cellular Automata-Markov Chain untuk mengetahui pengaruh perubahan penggunaan lahan terhadap perubahan laju besaran erosi dan kemudian memprediksi perubahan laju besaran erosi tahun 2032 berdasarkan prediksi perubahan penggunaan lahan Sub DA Ci Catih Hulu pada tahun tersebut.
Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat keberagaman unit respon hidrologi URH memengaruhi laju besaran erosi tiap Sub-DAS. Hasil uji akurasi dan kalibrasi model adalah memuaskan dengan nilai NS dan R2untuk validasi model SWAT masing-masing sebesar 0,69 dan 0,71, dan nilai kappa untuk validasi model CA-Markov sebesar 0,89. Perubahan penggunaan lahan terutama penggunaan lahan hutan FRST dan sawah irigasi RICE diprediksi pada tahun 2032 mengalami penurunan luas di setiap Sub-DAS yang diikuti dengan peningkatan luas lahan terbangun permukiman dan industri dan pertanian campuran AGRL. Perubahan penggunaan lahan tersebut diprediksi akan memberikan kontribusi terhadap rata-rata kenaikan laju erosi disebesar 15 dari besar laju erosi tahun 2017.

Landuse has a vital role that affects the movement of water on hidrological cycle. Around Upper Ci Catih Catchment Area in the past 10 years, many of various industries ranging from smal scale industries to large scale industries have increased. Increasing built up area, especially settlements and industries can increase runoff that have an impact on land degradation such as erosion. This study focuses on the hydrological modelling made by SWAT Soil Water Assesment Tools and land use change prediction using CA Markov Cellular Automata Markov Chain to find the effects of land use changes on the erosion rate changes, and predict the erosion rate changes in 2032 based on land use changes prediction in Upper Ci Catih Catchment Area in that year.
This study shows that variations of Hydrologic Response Unit HRU conditions affects the erosion rate in every sub watershed. The result of accuracy and calibration test satisfied, which NS and R2 mark for SWAT validation is 0,69and 0,71, and kappa coefficient value for CA Markov model validation by 89. The changes of land use especially forest FRST and irrigated rice fields. RICE is predicted in 2032 will decrease in every Sub basin. That matter will affect the increase of average erosion rate by 15 of the erosion rate in 2017 on Upper Ci Catih Catchment Area.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meilyana Putri
"Jakarta merupakan ibu kota dan juga kota metropolitan terbesar di Indonesia yang menjadi pusat pemerintahan dan perekonomian. Peningkatan jumlah penduduk di Jakarta sebanding dengan meningkatnya kebutuhan lahan tempat tinggal dan kebutuhan air bersih. Pembangunan infrastruktur banyak terjadi alih fungsi lahan dan mengurangi daerah resapan air hujan. Kebutuhan air bersih Jakarta sebanyak 40% dipenuhi oleh PDAM dan sisanya dipenuhi oleh air tanah yang bersumber dari CAT Jakarta. Berkurangnya daerah resapan air hujan dan juga pengambilan air tanah dalam jumlah besar secara terus menerus akan mengganggu kesetimbangan recharge dan discharge air tanah. Akibatnya terjadi kekosongan di bawah permukaan yang dapat menyebabkan amblesan dan intrusi air laut. Keberadaan air asin di Jakarta secara nyata dialami masyarakat Jakarta, khususnya di daerah Jakarta Utara, yang berbatasan langsung dengan laut. Penyebab asinnya air tanah di Jakarta masih menjadi perdebatan di kalangan peneliti. Setidaknya terdapat dua kesimpulan yang berbeda, yaitu karena adanya intrusi air laut atau adanya air laut purba. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sumber air asin yang berada di Jakarta tepatnya di Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, menggunakan data gravitasi yang didukung oleh data air sumur dan data geolistrik resistivitas. Data-data tersebut diinterpresikan secara terpadu untuk dapat menganalisis penyebab asinnya air tanah di daerah penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konduktivitas air tanah disebabkan oleh adanya kandungan garam pada air tanah yang terdeteksi pada data gravitasi dengan pola sebaran nilai tinggi berada di utara daerah penelitian dan semakin ke selatan, nilai konduktivitas, salinitas dan gravitasi semakin menurun. Pada data geolistrik resistivitas terdapat nilai resistivitas rendah yang diinterpretasikan sebagai air asin yang berada pada daerah dengan nilai gravitasi tinggi. Berdasarkan mekanisme terjadinya intrusi air laut dan kondisi fisik di lapangan, dapat disimpulkan bahwa asinnya air tanah di daerah penelitian disebabkan oleh intrusi air laut

Jakarta is the capital city and also the largest metropolitan city in Indonesia which is the center of government and economy. The increase in population in Jakarta is proportional to the increasing need for residential land and needs clean water. Many infrastructure development changes in land functions and reduces rainwater catchment areas. PDAM needs 40% of Jakarta's clean water and the rest is met by ground water sourced from CAT Jakarta. The reduction in the catchment area of rain water and also the continuous extraction of large amounts of groundwater will disturb the balance of recharge and discharge of groundwater. As a result, there is a void below the surface which can cause subsidence and sea water intrusion. The presence of salt water in Jakarta is clearly experienced by the people of Jakarta, especially in the North Jakarta area, which is directly adjacent to the sea. The cause of the salty groundwater in Jakarta is still a matter of debate among researchers. There are at least two different conclusions, namely because of the intrusion of sea water or the presence of ancient sea water. This study aims to determine the source of salt water in Jakarta, precisely in Penjaringan District, North Jakarta, using gravity data which is supported by well water data and geoelectric resistivity data. These data are expressed in an integrated manner to be able to analyze the causes of salty groundwater in the study area. The results showed that groundwater conductivity was caused by the presence of salt content in groundwater which was detected in the gravity data with a high value distribution pattern in the north of the study area and further south, the value of conductivity, salinity and gravity decreased. In the geoelectric resistivity data, there is a low resistivity value which is interpreted as salt water in an area with a high gravity value. Based on the mechanism of sea water intrusion and physical conditions in the field, it can be concluded that salty groundwater in the study area is caused by sea water intrusion"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Tanah yang tererosi akan terbawa aliran air permukaan menuju sungai dan akan masuk ke dalam waduk. Hal ini menyebabkan pendangkalan waduk sehingga harus dilakukan kajian untuk memperkirakan jumlah laju erosi. Lokasi penelitian adalah Daerah Aliran Sungai di hulu Waduk Gondang dan Nglambangan, yang terletak di DAS Bengawan Solo. Salah satu metode yang sering digunakan dalam pengukuran tingkat kerawanan erosi adalah metode USLE (Universal Soil Loss Equation). Prediksi erosi dengan metode USLE juga bisa menggunakan SIG dalam perhitungannya. Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan teknologi berbasis spasial yang sangat populer saat ini. Pemanfaatan SIG berbasis pixel sebagai alat pemodelan spasial dalam memprediksi erosi bisa membantu keakuratan data yang dihasilkan khususnya pada lahan-lahan yang mempunyai keadaan topografi yang kompleks. "
JSDA 8 (1) 2012
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Luluk Azkarini
"Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi menyebabkan tutupan lahan pada suatu daerah akan semakin besar. Pada tahun 2017, presentase lahan yang sudah terbangun di DTA UI pada bagian luar kamus UI Depok mencapai 95 dan pada bagian dalam kampus UI mencapai 20 yang selalu bertambah setiap tahunnya. Hal ini menyebabkan terjadinya peningkatan volume limpasan permukaan. LID adalah salah satu metode untuk mengelola limpasan hujan untuk kawasan skala mikro. Bangunan LID dirancang untuk mengelola hujan dengan spektrum ringan sampai sedang. Salah satu alat yang dapat mensimulasikan peletakan bangunan LID adalah BMP Siting tool. Penelitian terdahulu sudah menghasilkan suatu usulan terapan berbagai bangunan LID-BMP di DTA UI Depok dengan menggunakan bantuan BMP Siting Tools.
Pada penelitian ini bertujuan untuk membandingkan volume limpasan permukaan tanpa dan dengan adanya bangunan LID pada DTA UI Depok serta menghitung efektifitas bangunan LID untuk berbagai spektrum hujan. Dengan menghitung nilai CN yang terjadi akibat adanya perubahan tata guna lahan setelah penerapan bangunan berkonsep LID di DTA Kampus UI Depok maka akan mempengaruhi besar volume limpasan di DTA tersebut.
Bangunan berkonsep LID yang digunakan adalah bioretention, porous pavement, infiltration trench, infiltration basin, vegetated filterstrip, sand filter nonsurface, sand filter surface, rain barrel dan grassed swales. Sand filter merupakan bangunan termudah dan terbanyak yang dapat dibangun di DTA UI menurut BMP Siting Tools. Efektifitas penurunan volume limpasan setelah peletakkan bangunan LID-BMP terhadap kondisi eksisting bervariasi dari 3-30 dengan efektifitas terbesar menggunakan teknologi sand filter surface/nonsurface.

High population growth rate will increased the impervious land cover in a certain area will be greater. In 2016, the percentage of impervious area in DTA UI Depok has reached 95 on the outside Campus UI and on the inside reaches 20 which is always increasing every year. This condition causes the surface runoff volume will increase. LID is a new paradigm for stormwater management in micro scale areas. LID infrastructure is designed to manage stormwater for light to moderate rainfall spectrum. Previous research has produced an applied proposal of various LID BMP infrastructure in UI catchment area, Depok, by using BMP Siting Tools.
This study aims to compare the volume of surface runoff without and with the LID infrastructures on UI catchment area, Depok, and to calculate the effectiveness of LID infrastructure for various spectrum of rainfall. By calculating the CN value that occurs due to the change of land use after the implementation of LID concept building in DTA UI Depok Campus it will affect the volume of runoff at the DTA.
The LID infrastructures used are bioretention, porous pavement, infiltration trench, infiltration basin, vegetated filterstrip, nonsurface sand filter, sand filter surface, rain barrel, green roof and grassed swales. By applying said infrastructures, the reduction of peak flow on various rain spectrums various from 3 30 with the greatest effectiveness using sand filter surface nonsurface technology.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>