Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 168105 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Riyan Adiputra Lukardi
"Berdasarkan laporan nasional riset kesehatan dasar tahun 2007, prevalensi karies gigi aktif di Indonesia mencapai angka 43,4 %. Propolis adalah bahan herbal yang telah terbukti memiliki efek antibakteri yang baik terhadap S.mutans dan S.sobrinus, bakteri yang erat kaitannya dengan terjadinya karies gigi. Namun belum diketahui efektifitas kandungan propolis dalam pasta gigi terhadap S.mutans dan S.sobrinus yang diisolasi dari saliva dan plak.
Penelitian ini menganalisis pengaruh pasta gigi dengan kandungan propolis 0,5% terhadap kedua bakteri tersebut dengan metode kuantifikasi real-time PCR. Sampel plak dan saliva diambil dari 6 orang subjek pada saat sebelum, sesaat setelah, 3 jam setelah, dan 9 jam setelah pengunaan pasta gigi propolis.
Hasil menunjukan penurunan jumlah rerata bakteri S.mutans dan S.sobrinus dari sebelum perlakuan ke sesaat setelah perlakuan pasta gigi propolis, kemudian jumlah bakteri meningkat pada pengambilan sampel 3 jam setelah perlakuan dan 9 jam setelah perlakuan baik pada sampel plak dan saliva.

Based on basic health national report in 2007, active tooth caries prevalence in Indonesia reached 43,4%. Propolis is a herbal substance which has been proved to have good antibacterial effect toward S.mutans and S.sobrinus, cariogenic bacteria. Nevertheless, propolis efficacy in toothpaste toward S.mutans and S.sobrinus, which are isolated from plaque and saliva, has not been well-studied.
This research analyzed efficacy of 0.5% propolis-containing toothpaste toward these two species of bacteria by using real-time PCR quantification method. Both saliva and plaque samples were taken from six subjects at a-while-before, a-while-after, 3-hours-after, and 9-hours-after toothbrushing using propolis toothpaste.
The result showed reduction in number of bacteria from before-treatment to a-while-after treatment, later on, the amount of bacteria increased gradually at 3-hour-after and 9-hour-after treatment. This happens to bacteria isolated from both saliva and plaque sample."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Roseita Dewi
"Salah satu cara pencegahan karies adalah menyikat gigi. Streptococcus mutans dan Streptococcus sobrinus memiliki peranan pada terjadinya karies. Daun sirih dalam pasta gigi perlu diuji sebagai pencegah terjadinya karies.
Tujuan: Menganalisis pengaruh pasta gigi daun sirih terhadap jumlah Streptococcus mutans dan Streptococcus sobrinus.
Metode: Jumlah Streptococcus mutans dan Streptococcus sobrinus dari sampel plak dan saliva dikuantifikasi dengan menggunakan real-time PCR.
Hasil: Terdapat perbedaan bermakna antara 3 jam setelah menyikat gigi dengan sebelum menyikat gigi pada Streptococcus mutans di plak.
Kesimpulan: Terjadi penurunan jumlah Streptococcus mutans dan Streptococcus sobrinus setelah menyikat gigi menggunakan pasta gigi mengandung daun sirih.

Brushing tooth is one of technique to prevent caries. Streptococcus mutans and Streptococcus sobrinus have role in development of caries. Betel leaf ingredient in toothpaste needs to be studied as caries prevention.
Aim: To analyze the effect of betel leaf toothpaste against levels of Streptococcus mutans and Streptococcus sobrinus.
Methods: Streptococcus mutans and Streptococcus sobrinus from plaque and saliva samples were quantified by real-time PCR.
Result: There was significant difference between before brushing and three hours
after brushing on amount of Streptococcus mutans in dental plaque.
Conclusion:
The levels of Streptococcus mutans and Streptococcus sobrinus showed reduction
after brushing tooth."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Saputri
"Latar Belakang : Resesi gingiva penyebab dentin hipersensitif (DH). Streptococcus mutans dan Streptococcus sobrinus pada plak menghasilkan asam. Produk asam menyebabkan demineralisasi akar gigi.
Tujuan: Menganalisis jumlah serta distribusi S. mutans dan S. sobrinus dari plak dan saliva penderita resesi gingiva dengan DH dan non sensitif.
Metode: Dari sampel saliva dan plak subjek DH dan non sensitif diperiksa jumlah S. mutans dan S. sobrinus menggunakan real-time PCR dengan SYBR Green.
Hasil: Jumlah S. mutans lebih banyak pada plak DH daripada non sensitif, S. sobrinus lebih banyak pada saliva non sensitif.
Kesimpulan: Jumlah S. mutans lebih banyak pada plak penderita DH.

Background : Gingival recession cause of dentine hypersensitivity (DH). Streptococcus mutans and Streptococcus sobrinus in dental plaque will produce of acid. Acid can cause demineralization that involved in hypersensitivity.
Objectives : To analyze the amount and distribution of S. mutans and S. sobrinus from plaque and saliva in patients with DH and non sensitive.
Methods :, S. mutans and S. sobrinus from saliva and plaque samples was quantify by real-time PCR using SYBR Green.
Results : The number of S. mutans is higher in plaque of DH and S. sobrinus is higher in saliva of non sensitive.
Conclusion : Patients with DH had higher level of S. mutans in plaque.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
T31475
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Gracia Abygail Jasmine
"Latar Belakang: Karies merupakan kondisi yang terjadi akibat plak pada permukaan
gigi yang menetap dan menumpuk dalam jangka waktu yang panjang. Salah satu bakteri
early colonizers biofilm yang berperan besar dalam karies adalah Streptococcus mutans.
Bakteri ini telah lama dianggap sebagai agen penting dalam perkembangan karies. Selain
bakteri, organisme lain seperti fungi Candida albicans juga dapat membentuk biofilm
multi-/lintas-spesies pada permukaan gigi. C. albicans dan S. mutans diketahui dapat
berinteraksi secara sinergis dalam proses terjadinya karies. Saat ini, golden standard obat
kumur untuk mencegah dan mengangani karies adalah Chlorhexidine gluconate, namun
penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan efek samping lokal dan iritasi mukosa.
Propolis merupakan salah satu bahan alami yang dapat menjadi alternatif untuk
digunakan dalam produk perawatan mulut karena memiliki sifat antikaries dan antiplak.
Tujuan: Menganalisis dampak pemberian obat kumur propolis 5% terhadap kuantitas S.
mutans dan C. albicans pada biofilm dual-spesies, in vitro. Metode: Dilakukan uji
pembentukan biofilm dual species S. mutans (ATCC 25175) dan C. albicans (ATCC
10231) yang dipaparkan obat kumur propolis 5% kemudian diinkubasi selama 24 jam.
Uji q-PCR dilakukan untuk melihat jumlah S. mutans dan C. albicans pada biofilm dualspesies.
Hasil: Jumlah C. albicans dan S. mutans pada biofilm-dual spesies yang
diberikan perlakuan propolis lebih banyak dibandingkan pada kelompok kontrol yang
diberikan perlakuan aquades. Kesimpulan: Obat kumur propolis 5% tidak memiliki efek
positif yang cukup dalam menghambat pertumbuhan C. albicans dan S. mutans pada
biofilm dual-spesies.

Background: Caries is a condition that occurs due to plaque on the tooth surface that
persists and accumulates over a long time. One of the biofilms early colonizers bacteria
that play a major role in caries is Streptococcus mutans. This bacterium has long been
considered an important agent in the development of caries. Apart from bacteria, other
organisms such as Candida albicans can also form multi-/cross-species biofilms. C.
albicans and S. mutans are known to have synergistic interactions in the process of caries
formation. Currently, the golden standard mouthwash for preventing and treating caries
is Chlorhexidine gluconate, but long-term use can cause local side effects and mucosal
irritation. Propolis is one of the natural ingredients that can be an alternative for use in
oral care products because it has anti-caries and anti-plaque properties. Aim: To analyze
the effect of 5% propolis mouthwash on the quantity of S. mutans and C. albicans in dualspecies
biofilms. Methods: Biofilm formation test of dual-species S. mutans (ATCC
25175) and C. albicans (ATCC 10231) was performed which were exposed to 5%
propolis mouthwash and then incubated for 24 hours. RT-PCR test was performed to
analyze the number of S. mutans and C. albicans in dual-species biofilms. Results: The
number of C. albicans and S. mutans in biofilm-dual species treated with propolis was
higher than in the control group treated with distilled water. Conclusion: 5% Propolis
mouthwash did not have enough positive effects on inhibiting the growth of C. albicans
and S. mutans in dual-species biofilms.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadiya Nur Husniah
"Streptococcus mutans merupakan mikroorganisme yang berkoloni pada permukaan gigi dan membentuk plak penyebab utama terjadinya karies. Salah satu bentuk upaya pencegahan karies yaitu dengan cara menggosok gigi secara teratur menggunakan pasta gigi yang mengandung lilin propolis. Lilin propolis merupakan residu dari proses pean propolis lebah madu yang memiliki kandungan antibakteri.
Tujuan: Menganalisis efektivitas pasta gigi dengan kandungan lilin propolis terhadap pertumbuhan koloni Streptococcus mutans dan pembentukan plak dan membandingkannya dengan pasta gigi yang mengandung propolis.
Metode: Sebanyak 24 subjek karies yang diinstruksikan menyikat gigi 2 kali sehari dan tidak melakukan prosedur kebersihan mulut lainnya. Plak gigi diukur menggunakan indeks plak Sillness-Loe dan sampel plak diambil dari permukaan bukal gigi insisif atas subjek karies sebelum dan sesudah penggunaan pasta gigi selama 7 hari, selanjutnya dibiakan pada media agar TYS20B selama 2x24 jam, kemudian dilakukan penghitungan jumlah koloni S.mutans yang dihitung dalam CFU/ml.
Hasil: Pasta gigi lilin propolis dapat menurunkan jumlah koloni Streptococcus mutans dan indeks plak gigi. Secara statistik terdapat perbedaan bermakna antara jumlah koloni S.mutans dan indeks plak sebelum dan sesudah pemakaian pasta gigi dan tidak terdapat perbedaan bermakna antara penggunaan pasta gigi yang mengandung lilin propolis dan propolis.
Kesimpulan: Pasta gigi lilin propolis berpotensi sebagai alternatif pencegahan karies gigi.

Streptococcus mutans is a microorganism that colonizes on the tooth surface and forms plaque which is the main cause of caries. One form of prevention of caries is by tooth brushing regularly with toothpaste containing propolis wax. Propolis wax is a residue from the purification process of pure honey bee propolis which has antibacterial contents.
Purpose: To analyze the effectiveness of toothpaste containing propolis wax on growth of Streptococcus mutans and dental plaque formation and compare it with toothpaste containing propolis in caries patient.
Methods: 24 caries subjects were instructed to brush their teeth twice daily refrain from any other oral hygiene procedures. The plaque was measured using the Sillness Loe plaque index and plaque samples were collected from subjects buccal surface upper incisors before and after using toothpaste for 7 days, subsequently cultured on TYS20B agar medium for 2x24 hours then counting the number of colonies of S.mutans in CFU ml.
Results: In this study toothpaste containing propolis wax can decrease the number of Streptococcus mutans colonies and dental plaque index. There is a significant difference between the amount of S.mutans colony and plaque index before and after using toothpaste.
Conclusion: The use of toothpaste containing propolis wax has the potential as an alternative to prevention of dental caries.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astrid Levina
"Perkembangan karies gigi terkait erat dengan karakter kariogenik Streptococcus mutans, yang menyebabkan pembentukan plak gigi. Propolis dilaporkan sebagai agen antibakteri karena mengandung flavonoid yang dapat menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans. Lilin propolis adalah residu dari ekstrak propolis yang masih mengandung flavonoid.
Tujuan: Menganalisis efektivitas pasta gigi dengan kandungan lilin propolis terhadap pertumbuhan koloni Streptococcus mutans dan penurunan indeks plak dan membandingkannya dengan pasta gigi yang mengandung propolis.
Metode: 24 subjek bebas karies diinstruksikan untuk menyikat gigi dua kali sehari menggunakan pasta gigi uji selama 7 hari dan tidak melakukan pembersihan gigi selain sikat gigi. Dilakukan pemeriksaan sebelum dan sesudah penggunaan pasta gigi uji. Akumulasi plak dihitung menggunakan indeks plak Silness-Loe. Sampel plak dikumpulkan dari permukaan bukal insisif atas untuk penghitungan bakteri Streptococcus mutans. Data dianalisis secara statistik menggunakan uji Wilcoxon dan uji Kruskal Wallis.
Hasil: Tidak terdapat perbedaan bermakna antara penggunaan pasta gigi dengan kandungan lilin propolis dan propolis.
Kesimpulan: Pasta gigi dengan kandungan lilin propolis dan pasta gigi dengan kandungan propolis memiliki efek antibakteri pada Streptococcus mutans, sehingga dapat digunakan sebagai bahan tambahan dalam pasta gigi untuk mencegah karies gigi.

The development of dental caries was closely associated with Streptococcus mutans, which leads to the forming of dental plaque. Propolis has been reported as a potent antimicrobial material by containing flavonoids those can inhibit growth of Streptococcus mutans. Propolis wax is a residue of propolis extract that still contains flavonoids.
Aim: To analyze the effect of toothpaste containing propolis wax on the growth of Streptococcus mutans and formation of dental plaque in free caries subjects and to compare it with toothpaste containing propolis.
Methods: 24 subjects were instructed to brush their teeth twice daily using the assigned toothpaste and refrain from any other oral hygiene procedures throughout the duration of the study. The patients were examined at the first visit as baseline record and after 7 days for comparison. The plaque accumulation were scored using Silness Loe Plaque Index. Plaque samples were collected from buccal surface upper incisors for bacterial count. The data was statistically analyzed using Wilcoxon test and Kruskal Wallis test.
Results: No statistically significant difference was noted between propolis wax and propolis groups.
Conclusion: Both toothpastes have good antimicrobial effect on caries producing bacteria Streptococcus mutans, thus can be used in patients as a regular home care preventive aid in combating dental caries.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febia Karunia
"Streptococcus mutans dan Streptococcus sobrinus adalah bakteri kariogenik penyebab terjadinya karies. Upaya pencegahan karies dapat dilakukan melalui penyikatan gigi dengan pasta gigi berbahan aktif.
Tujuan: Mengetahui pengaruh penyikatan gigi menggunakan pasta gigi xylitol terhadap jumlah S. mutans dan S. sobrinus dalam plak dan saliva.
Metode: Plak dan saliva diambil dalam 4 waktu yaitu sebelum, setelah, 3 jam setelah, dan 9 jam setelah penyikatan gigi dengan dan tanpa pasta gigi xylitol. DNA sampel diekstraksi dengan metode thermal shock. Lalu, dilakukan deteksi dan kuantifikasi sampel menggunakan mesin real-time PCR.
Hasil: Rata-rata jumlah S. mutans dan S. sobrinus dalam plak setelah dilakukan penyikatan dengan pasta gigi xylitol menunjukkan penurunan hingga 9 jam setelah sikat gigi. Sedangkan jumlah S. mutans dan S. sobrinus dalam saliva mengalami perubahan jumlah yang tidak pasti. Jumlah S. mutans dan S. sobrinus pada sampel yang diberi perlakuan memiliki jumlah yang lebih sedikit dibandingkan pada sampel kontrol.
Kesimpulan: Jumlah S. mutans dan S. sobrinus dalam plak dan saliva yang diberi perlakuan penyikatan gigi menggunakan pasta gigi xylitol mengalami penurunan dibandingkan dengan sampel kontrol. Namun perbedaan ini tidak berbeda bermakna secara statistik.

Streptococcus mutans and Streptococcus sobrinus are cariogenic bacteria that cause dental caries. Brushing teeth with toothpaste which contains active ingredients is one of caries prevention.
Objectives: Identifying the effect of using a xylitol-containing toothpaste to the quantities of S. mutans and S. sobrinus in dental plaque and saliva.
Methods: The dental plaque and saliva is collected in before, right after, 3 hours after, and 9 hours after brushing with and without the xylitol-containing toothpaste. The samples DNA are extracted with thermal shock method. Then, the samples are detected and quantified by real-time PCR.
Results: In the dental plaque, the mean quantity of S. mutans and S. sobrinus are decreased until 9 hours after brushing. In saliva, the mean quantity of S. mutans and S. sobrinus changes uncertainly. For all samples, the mean quantity of S. mutans and S. sobrinus are lower than the control group.
Conclusion: The statistics of S. mutans and S. sobrinus are lower compared to the control group. No significant differences were observed between all quantity differences.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pramodanti Jiwanakusuma
"Streptococcus mutans merupakan bakteri utama penyebab karies gigi. Bakteri ini dapat ditemukan pada saliva individu bebas karies sebagai flora normal. Propolis telah dilaporkan memiliki efek antibakteri terhadap berbagai bakteri gram positif dan dapat mereduksi Streptococcus mutan.
Tujuan: Mengetahui pengaruh konsumsi permen propolis madu terhadap prevalensi Streptococcus mutans pada subjek bebas karies.
Metode: Subjek penelitian adalah kelompok individu bebas karies. Pada sampel saliva dilakukan perhitungan koloni Streptococcus mutans sebelum dan sesudah tujuh hari konsumsi permen propolis madu, permen madu dan permen merk X. Streptococcus mutans dari sampel saliva dibiakkan pada medium agar TYS20B selama 48 jam, selanjutnya koloni Streptococcus mutans yang terbentuk dihitung dan dinyatakan dalam CFU/ml.
Hasil: Seluruh kelompok perlakuan cenderung mengalami penurunan jumlah koloni Streptococcus mutans jika dibandingkan dengan sebelum konsumsi permen, namun hanya pada kelompok yang mengkonsumsi permen propolis madu yang penurunannya bermakna secara statistik (p<0,05).
Kesimpulan: Permen propolis madu terbukti dapat menurunkan jumlah koloni Streptococcus mutans pada individu bebas karies setelah dikonsumsi selama tujuh hari.

Streptococcus mutans is the main microbes responsible for dental caries. This microb can be found in a caries-free individual’s salivary as a normal flora. Propolis has been reported to have antibacterial effects on various positive gram bacteria and capable to reduce Streptococcus mutans.
Objective: To evaluate the effects of Propolis Honey candy consumption on Streptococcus mutans prevalence in a caries-free subject.
Methods: The subject of this research was a caries-free group of individuals. The Streptococcus mutans colony was counted on saliva samples after 7 days period of consuming Propolis Honey candy, Honey candy, and "X" candy. The Streptococcus mutans was proliferated in a TYS20B gelatin medium for 48 hours. The number of Streptococcus mutans colony was expressed in CFU/ml.
Result: Compared with the pre-treatment group, the number of Streptococcus mutans colony in the treatment group tended to show a significant reduction statistically (p<0.05).
Conclusion: After seven days of consumption, the Propolis Honey candy showed that it is capable to reduce the number of Streptococcus mutans colony in caries-free individual.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
S45581
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Avianti Sectiotania
"Karies dapat mengenai gigi sulung dan gigi tetap. Gigi sulung lebih rentan terhadap terjadinya karies karena struktur dan morfologinya yang berbeda dari gigi tetap. Bakteri Mutans Streptococci yang paling banyak berada dalam rongga mulut manusia adalah S. mutans dan S. sobrinus. S.mutans merupakan spesies bakteri utama yang mengawali karies gigi manusiadan patogen yang paling umum terdapat pada plak gigi. Ibu sebagai pengasuh utama sering dianggap menjadi sumber infeksi terbesar bagi anak yang memiliki S.mutans dan atau S.sobrinus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubunganS.mutans serotipe c dan S.sobrinus serotipe d antara ibu-anak serta mengetahui hubungan status karies diantaranya. Sampel penelitian diambil dari plak gigi 48 pasangan ibu dan anaknya yang menderita karies dan diperiksa menggunakan PCR (Polimerase Chain Reaction).Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah S.sobrinus serotipe d mendominasi keseluruhan subyek penelitian. Terdapat hubungan yang tidak bermakna antara status karies anak-ibu dengan distribusi S.mutans serotipe c danS.sobrinus serotipe d. Uji korelasi skor def-t dengan DMF-T menunjukkan adanya hubungan yang bermakna, yang berarti bahwa def-t anak akan meningkat seiring dengan kenaikan DMF-T ibu. Hubungan S.mutans serotipe c antara anak dan ibu ditemukan tidak bermakna dengan hubungan sangat lemah sedangkan hubungan S.sobrinus serotipe d antara anak dan ibu bermakna walau hubungannya lemah. Perilaku dan pengetahuan kesehatan gigi ibu berhubungan dengan pengalaman karies gigi anak melalui transmisi S.mutans dan S.sobrinus secara vertikal.

Dental caries may occur in the primary and permanent teeth. Primary teeth are more susceptible to caries due to the different structure and morphology compared to permanent teeth . The most bacteria of Mutans Streptococci found in the human oral cavity are S. mutans and S. sobrinus .While S. mutans is also the main species of bacteria that initiate dental caries humans and the most common pathogens found in dental plaque. Mother as the primary caregiver is often considered to be the biggest source of infection for children with S. mutans and or S.sobrinus. This study aims to investigate the relationship of serotypes c S. mutans and serotype d S.sobrinusbetween mother - child relationship and to know the status of caries among others . Samples were taken from dental plaque of 48 pairs mothers and their children who suffer from caries and examined using PCR (Polimerase Chain Reaction) . Results indicate that the number of serotype d S. sobrinus dominates whole subject of research . There is no significant relationship between caries status of the child - mother with the distribution of serotype c S. mutans and serotype d S.sobrinus. Correlation test scores def-t with DMF-T showed a significant relationship, which means that def-t will increase along with the increase of DMF-T. S.mutans serotypec relationship between the child and the mother was found to be significantly associated with a very weak relationship whereas S.sobrinus serotypes d relationship between the child and mother meaningful relationship despite weak . Behavioral and dental health knowledge mother dealing with dental caries experience of children through vertical transmission of S. mutans and S.sobrinus ."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salma Utami Ulaya
"Latar Belakang: Early Childhood Caries merupakan penyakit rampan gigi yang paling umum terjadi pada anak-anak dan merupakan penyakit multifaktoral, yang terdiri dari inang, agen, dan lingkungan. Mikroorganisme kariogenik yang paling utama dan berhubungan dengan ECC adalah Streptococci, khususnya S. mutans dan S. sobrinus. Selain itu terdapat C. albicans yang juga berperan aktif dalam patogenesis dari karies gigi. Komposisi protein saliva bisa menjadi indikator yang cukup sensitif bagi kesehatan gigi dan mulut, salah satunya adalah protein saliva. Tujuan: Mengetahui peran protein saliva ECC terhadap pertumbuhan biofilm S. sobrinus dan kombinasi S. sobrinus dan C. albicans di rongga mulut. Metode: Menggunakan uji Bradford untuk melihat total konsentrasi protein, uji SDS-PAGE untuk melihat profil protein yang terdapat dalam saliva, uji Crystal Violet untuk melihat pembentukan massa biofilm, dan uji Total Plate Count untuk melihat viabilitas biofilm. Hasil: Tidak terdapat perbedaan antara biofilm mono-spesies dan dual spesies dalam pembentukan massa biofilm maupun viabilitas biofilm berdasarkan konsentrasi protein. Tidak terdapat perbedaan pembentukan massa biofilm mono-spesies berdasarkan waktu inkubasi biofilm. Terdapat perbedaan pembentukan massa biofilm dual-spesies berdasarkan waktu inkubasi biofilm. Tidak terdapat perbedaan antara biofilm mono- spesies dan dual-spesies dalam viabilitas biofilm berdasarkan waktu inkubasi biofilm. Kesimpulan: Konsentrasi protein saliva dan waktu inkubasi biofilm tidak dapat menjadi indikator dalam pembentukan massa biofilm dan melihat viabilitas biofilm mono-spesies maupun dual-spesies.

Background: Early Childhood Caries is the most common dental disease in children and a multifactoral disease, consisting of host, agent, environment, and diet. Microorganisms associated with ECC are Streptococci, especially S. mutans and S. sobrinus. Besides that, C. albicans also plays an active role in the pathogenesis of dental caries. The composition of salivary protein can be a sensitive indicator for oral health, one of them is salivary protein. Objective: To determine the role of the ECC salivary protein on the growth of S. sobrinus biofilms and the combination of Streptococcus sobrinus and C. albicans in the oral cavity. Methods: Bradford Assay was performed to determine the total protein, SDSPAGE test to determine the profile protein in saliva, the Crystal Violet Assay to determine the mass of the biofilm formation, and the Total Plate Count test to see the viability of the biofilm. Results: There is no significant difference between the mono spesies biofilms and dual-species in the mass of the biofilm formation and biofilm viability based on protein concentration. There is no significant difference in the mass of the biofilm formation of mono-species biofilm based on the biofilm incubation time. There is a significant difference in the mass of biofilm formation of a dual-species biofilms based on the biofilm incubation time. There is no significant difference between mono-spesies biofilms and the dual-species in biofilm viability based on biofilm incubation time. Conclusion: Salivary protein concentration and biofilm incubation time can’t be an indicator of biofilm mass formation and to see the viability of biofilm mono-species and dual-species."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>