Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 103320 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"ABSTRAK
Fobia ialah kelompok gangguan yang kecemasannya dictuskan oleh
adanya obyek yang jelas, yang sebenarnya secara umum tidak berbahaya; dan
sebagai akibatnya situasi obyek yang demikian secara khusus dihindari atau
dihadapi dengan perasaan terancam.
Fobia dapat mengganggu fungsi kehidupan sehari-hari_ Penderita fobia
membutuhkan terapi agar mereka dapat rnenjalankan fungsi kehidupan sehari-
hari dengan nyaman. Menumt beberapa kepustakaan desensitisasi sistematik
merupakan terapi yang efektif untuk mengatasi fobia. Atas dasar ini penulis
ingin meneliti tentang penerapan terapi desensitisasi sistematik terhadap
penderita fobia.
Desensitisasi sistematik, suatu teknik terapi perilaku yang diciptakan
oleh Wolpe (1982) untuk menghilangkan respon cemas ini didasarkan pada
prinsip counterconditioning dan recivrocal inhibition yang menyatakan bahwa
jika suatu penghambat respon cemas dapat diciptakan pada saat hadirnya stimuli
yang menimbulkan cemas, maka penghambat ini akan memperlemah ikatan
antara stimuli dengan kecemasan. Caranya ialah dengan menghadapkan secara
bertahap pasien yang sedang dalam keadaan rilek kepada situasi/obyek yang
menyebabkan ia cemas.
Penulis ingin meneliti apakah ada perubahan perilaku fobia pada
subyek penelitian, khususnya apakah kecemasan terhadap obyek fobia menjadi
hilang atau berkurang sebagai hasil dari perlakuan desensitisasi sistematik.
Penulis juga ingin mengetahui bagaimana berlangsungnya prosedur penerapan
terapi desensiiisasi sistematik yang meliputi penyusunan hirarki lcecemasan,
latihan :ileksasi dan desensitization proper; apa saja yang terjadi pada subyek
selama menjalani terapi, bagaimana proses terapeutik berlangsung dan kndala
apa yang dialami subyek dalam menjalani terapi.
Metoda yang dipakai adalah studi kasus tunggal dengan desain kuasi
eksperimen ABA yang terdiri dari fase baseline A yaitu masa sebelum
periakuan, fase perlakuan B yaitu masa terapi diberikan dan fasefoilow-rqn A.
yaitu masa setelah terapi tidalc diberikan lagi. Menurut Kazdin (1992) studi
kasus tunggal kuasi eksperimen terletak di antara ekstrim studi kasus dan
penelitian eksperimen kasus tunggal mumi sehingga mempunyai sebagian ciri-
ciri kualitatif dan sebagian ciri-ciri kuantitatif yang mungkin tidak sempurna
Metoda seperti ini diperlukan karena dalam penelitian klinis persyaratan studi
eksperimen kasus tunggal mumi sulit dipenuhi_ Namun demikian Kazdin
menyarankan beberapa persyaratan yang sbaiknya diusahakan untuk
meningkatkan validitas intemal dari penelitian yang dasarnya adalah studi kasus
ini. Dalam penelitian ini sebagian besar persyaratan yang diajukan oeh Kazdin
diusahakan dipenuhi oleh penulis. Subyek penelitian terdiri dari lima orang
mahasiswi. Pengambilan sampel dilakukan secara accidema! sampling, Teknik pengumpulan data adalah wawancara, observasi dan self rating scale dengan
subjective unit of disturbance (sud) scale dari Wolpe (1982) dan alatnya ialah
kuesioner, beberapa petunjuk pedoman perlakuan, fasilitas pendukung perlakuan
dan alat-alat yang diperlukan untuk pencatatan. Analisis dilakukan dengan
melihat secara visual kepada gratik dan tabel hasil terapi serta didasarkan
kepada persyaratan yang diajukan oleh Kazdin (1992) lentang studi kasus
tunggal kuasi eksperimen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terapi desensitisasi sistematik dapat
menurunkan taraf kecemasan terhadap obyek Fobia pada klima kasus dan
penurunan kecemasan ini ditransfer dalam kehidupan sehari-hari bila
berhadapan dengan sitruasifobyek fobia dalam kenyataan.
Atas dasar hasil penelitian ini disarankan agar terapi desensitisasi
sistematik ini dikembangkan di bidang psikologi klinis; agar terapis yang
melakukan terapi ini juga mernperhatikan pentingnya hubungan terapeutik
terapis-Pasien, empati dan pembinaan harapan; memperhatikan persyaratan
ruang serta tempat duduk untuk rileksasi dan desensitisasi sistematik sehingga
hasil terapi bisa optimal dan agar dilakukan penelitian dengan jumlah sampel
yang lebih banyak; dilakukan penelitian dengan jumlah sampel yang lebih
banyak.
"
[Depok, Depok]: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
T38379
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isbandi Rukminto Adi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pattinasarani, Robyn Maria
"Setiap orang yang telah terbukti melakukan tindak pidana dalam peradilan pidana harus dipidana. Pada pelaku tindak pidana yang diduga menderita sakit jiwa dapat dimintakan untuk dibuat suatu surat keterangan dari ahli jiwa mengenai keadaan jiwa orang tersebut yang disebut juga dengan Visum et Repertum Psychiatricum (VeRP). VeRP dapat diminta pada tahap penyidikan (Pasal 120 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), Penjelasan Pasal 186 KUHAP), tahap penuntutan (Penjelasan Pasal 186 KUHAP),dan pemeriksaan di sidang pengadilan (Pasal 180 KUHAP). VeRP menyentuh sekaligus dua sisi alat bukti yang sah dalam Pasal 184 KUHAP yaitu alat bukti keterangan ahli dan alat bukti surat. Apabila berdasarkan VeRP orang tersebut terbukti sakit jiwa, maka berdasarkan pasal 44 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) orang tersebut tidak boleh dihukum karena terdapat faktor-faktor pemaaf pada orang tersebut, yaitu jiwa yang cacat pada pertumbuhan atau jiwa yang terganggu karena penyakit yang mengakibatkan orang tersebut tidak dapat bertanggung jawab atas perbuatannya. Tetapi Pasal 44 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) hanya memfokuskan pada hasil diagnosis mengenai sakit jiwa, bukan pada kemampuan bertanggung jawab dari orang tersebut. Begitu pula halnya dengan model VeRP yang ada sekarang ini yang hanya memfokuskan pada diagnosis, sama sekali tidak menyebut-nyebut mengenai kemampuan bertanggung jawab, dan model VeRP tersebut juga hanya terbatas untuk kasus pidana dimana yang diminta untuk diperiksa (terperiksa) adalah pelaku tindak pidana."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2006
S21918
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wiedyantari
"Saham merupakan instrumen investasi yang digemari karena adanya kemungkinan investor mendapatkan keuntungan dalam jumlah besar dan dalam waktu yang cenderung singkat. Bersamaan dengan adanya kemungkinan keuntungan dalam jumlah besar tersebut, terdapat pula kemungkinan kerugian yang tak kalah besar. Hal inilah yang menyebabkan investor yang telah memilih saham sebagai instrumen investasinya hams mampu mengelola risiko yang menyertai perdagangan saham.
Secara umum, harga saham yang dibentuk di pasar modal dipengaruhi oleh kondisi perusahaan. Jika performa yang ditunjukkan perusahaan baik, maka terdapat kecenderungan harga saham perusahaan terkait meningkat begitupula sebaliknya. Beberapa kondisi yang mampu mempengaruhi fluktuasi harga saham adalah kinerja perusahaan, kredibilitas susunan pengurus, iklim ekonomi negara, regulasi secara makro dan masih banyak Iagi.
Penelitian yang dilakukan pada karya akhir ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dan pengaruh rasio keuangan terhadap beta yang merupakan risiko sistematik sebuah saham. Risiko sistematik perusahaan adalah risiko yang terkait erat dengan kondisi pasar dan tidak dapat dihilangkan melalui diversifikasi saham. Penelitian yang dilakukan Tandelilin (1997) menemukan bahwa rasio keuangan mampu memiliki pengaruh yang signifikan terhadap risiko sistematik saham. Rasio keuangan merupakan bagian dari tampilan kondisi keuangan perusahaan. Bagi perusahaan publik, terdapat kewajiban untuk mempublikasikan laporan keuangan tersebut secara periodik yakni secara triwulanan dan tahunan. Tujuannya adalah untuk mempertanggungjawabkan perusahaan yang sahamnya dimiliki oleh publik. Obyek penelitian yang dipilih pada penelitian ini adalah saham-saham perusahaan industri perbankan yang memiliki volume perdagangan tertinggi selama periode Januari 2004 hingga September 2006. Bank yang termasuk dalam penelitian ini adalah Bank Central Asia, Bank Rakyat Indonesia, Bank Danamon, Bank Mandiri, Bank Niaga, Bank Internasional Indonesia, Bank Lippo dan Bank Panin. Selain memiliki volume perdagangan tertinggi di lantai bursa, kedelapan saham ini memiliki aset lebih besar dan Rp. 20 Triliun, sehingga dapat dikategorikan sebagai bank besar. Diharapkan kriteria obyek penelitian ini mampu mewakili kondisi perbankan Indonesia secara umum.
Sesuai dengan peraturan Bank Indonesia mengenai faktor-faktor yang menentukan tingkat kesehatan sebuah bank mencakup permodalan, kualitas aset, manajemen, pendapatan dan likuiditas, maka variabel yang dipilih untuk diteliti adalah Return on Equity (ROE), Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), Non Performing Loan (NFL) dan Earnings Per Share (EPS). ROE dan EPS dapat mewakili faktor pendapatan (earnings), sementara faktor likuiditas diwakili oleh rasio LDR, NPL dan CAR. Rasio-rasio tersebut merupakan rasio yang penting dalam dunia perbankan. Berdasarkan pengalaman di masa lalu, maka Bank Indonesia juga telah mengeluarkan ketetapan yang mewajibkan pihak bank memenuhi sejumlah tertentu nilai rasio tersebut, antara lain CAR dan NPL. Tujuannya tak lain adalah untuk memastikan tingkat kesehatan perbankan nasional.
Data-data yang didapat berupa harga saham mingguan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mingguan dan informasi rasio keuangan yang didapat dari laporan keuangan kwartalan perusahaan. Selanjutnya, semua data tersebut diolah dalam tiga tahap. Tahap pertama adalah mencari return indidual dan return market. Tahap kedua, dilakukan pencarian beta masing-masing saham melalui regresi indeks tunggal antara return individual dengan return market. Tahap terakhir adalah mencari bentuk regresi yang dapat mewakili hubungan antara beta saham dengan rasio-rasio keuangan dengan bantuan program SPSS.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ROE dan CAR memiliki hubungan yang berlawanan dengan beta. Rasio LDR, NPL dan EPS menunjukkan hubungan yang searah dengan beta. Hal ini berati kenaikan variabel ROE dan CAR akan berdampak pada penurunan nilai beta. Kenaikan pada LDR, NPL dan EPS akan dapat meningkatkan risiko sistematik saham. Nilai risiko sistematik rata-rata cukup besar, yakni 1.32. Artinya risiko kepemilikan saham ini berkaitan erat dengan kondisi pasar.
Uji elastisitas yang dilakukan pada beta dan rasio-rasio keuangan menunjukkan bahwa kepekaan beta tertinggi disebabkan justru oleh variabel CAR. Hal ini mungkin terjadi disebabkan sejarah masa lalu. Kejatuhan dunia perbankan di masa lampau disebabkan minimnya cadangan dana di bank sendiri yang akhirnya mengakibatkan kesulitan likuiditas bagi bank.
Hasil akhir dari penelitian menunjukkan bahwa regresi multi-index yang didapatkan belum dapat menjelaskan seluruhnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi beta saham. Walaupun demikian, persamaan ini dapat dijadikan salah satu indikator alternatif dalam menilai kondisi perbankan dan saham-saham perusahaan perbankan.

Stocks, one of the investment's instruments were chosen by investor because of the attractiveness of return gained in large amount and in shorter time compared to other instruments. The consequence of high return that an investor might get was the risk. This is the reason why an investor must be able to manage the risk that come along with the investment decision in stocks.
Stock?s price formed in the market, were influenced by the condition of the company itself. In detail, the conditions that might influence a company's stock price volatility are the company's performance, staffs credibility, regulation, macro economic and many more.
The research's purpose is to find out how the financial ratios influence the systematic risk (beta) of a stock. Systematic risk of a company is a risk that related to market condition and can not be eliminated through portfolio diversification. This research based on Tandelilin study on 1997 that finds macro indicator such inflation rate and GDP does not significantly influence systematic risk, financial ratios do. Financial ratios revealed the financial condition of a company. There was an obligation for the public corporation to publish their financial report periodically, quarterly and yearly. The purpose of this obligation is to be responsible to the public that own the company through their shares. The research objects chosen are banking company stocks that had the highest selling volume during January 2004 until September 2006. Those banks are Bank Central Asia (BCA). Bank Rakyat Indonesia (BRI). Bank Danamon, Bank Mandiri, Bank Niaga, Bank Internasional Indonesia (BII), Bank Panin, and Lippo Bank. These banks also had assets for more than Rp. 20 Billions and categorized as Capital, asset quality, management, earnings and liquidity were the main factors to form a credible bank, according to the Indonesian Bank (BI). That is, the financial ratios chosen in this research are Return on Equity (ROE), Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), Non Performing Loan (NPL) and Earnings Per Share (EPS). ROE and EPS represent the earnings factor, while LDR, NPL and CAR represent the liquidity factor. Those five ratios were the most important ratios in banking industry. Based on history and to maintain the credibility of national banking industry, Indonesian Bank had defined several minimum percentages of CAR and NPL.
Data used in this research are weekly stock's price, weekly Jakarta's Composite Index and financial ratios that taken from quarterly financial report. It was calculated in three steps. The first step is to calculate market return and stock's individual return by using stock price and composite index data. The second step is to calculate beta, using single index regression of market return and individual return. The last step is to form a multi regression that could represent the influence of each financial ratio to systematic risk. All the calculations were done using Microsoft Excel and SPSS 13 program.
The results show that ROE and CAR influence systematic risk negatively. LDR, NPL and EPS ratios influence systematic risk positively. This means that the increasing of ROE and CAR will decrease the level of systematic risk. Increasing LDR, NPL and EPS point will increase the level of systematic risk. From this research, we find out that the systematic risk of sample is above I or high enough (average 1.32). It means that the stock's risk strongly related to the market risk.
Elasticity test that also done in this research shows that the highest sensitivity of was beta caused by CAR variable. This might explain that liquidity is the most important thing in banking industry. The research's results also show that multi-index regression still unable to explain the whole factors that influence systematic risk. Despite, the regression can be used as the alternative indicator to control banking industry and also banks' stocks."
Depok: Universitas Indonesia, 2007
T19747
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riwanti Estiasari
"Latar Belakang: Lupus Eritematosus Sistemik (LES) dapat melibatkan berbagai sistem organ termasuk sistem saraf dengan manifestasi klinis terbanyak berupa gangguan kognitif. Rana kognitif yang terganggu dapat bervariasi. Gangguan fungsi kognitif ini dapat mempengaruhi kualitas hidup penderita LES. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran gangguan kognitif pada penderita LES.
Metode: Studi potong lintang dengan populasi target semua penderita LES yang terdaftar sebagai anggota Yayasan Lupus Indonesia. Pemeriksaan fungsi kognitif yang dilakukan adalah Mini Menrai Sfaius Examination (MMSE), Forward Digit Span, Backward Digit Span, Rey Auditory Verbal Learning Test, Rey Osterrieth Complex Figure, Trail Making part A dan B serta Finger Tapping Test.
Hasil: Dari 66 subyek gangguan kognitif ditemukan sebanyak 71.2%. Gangguan kognitif Iebih banyak ditemukan pada kelompok umur < 40 tahun (76.6%) dengan aktivitas penyakit yang tidak terkontrol (51.1%). Rana kognitif yang terganggu adalah fungsi eksekutif (80.9%), visuospasial 59.6%, memori 21.3% dan atensi 8.5%. Gangguan rana tunggal ditemukan sebanyak 53.2%, 2 rana 27.7% dan kurang lebih 3 rana 19.2%. Didapatkan hubungan yang bermakna antara gangguan kognitif dengan aktifitas penyakit (p=0.013; OR 5.68 IK95% l.43;22.53).
Kesimpulan: Prevalensi gangguan kognitif pada penderita LES adalah 71.2%. Rana kognitif yang sering terganggu adalah fungsi eksekutif. Penderita LES dengan usia < 40 tahun dan aktivitas penyakit tidak terkontrol mempunyai kecenderungan mengalami gangguan kognitif."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007
T21319
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1993
S18295
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"The objective of this study was to know the patients? characteristics, antituberculosis drug use, and to analyzed the influence of counselling about tuberculosis therapy on patient?s adherence in Pancoran Mas-Depok. This study was quasi experiment design (non randomized control group pretest-postest design). The in-
clusion criteria were the people with tuberculosis who took antituberculosis drugs from February ? May 2007 in Pancoran Mas-Depok, and followed pretest and postest. Total samples were fifty two respondents. Respondents were divided into two groups, intervention group and control group. Both of groups were given questionnaire (pre-test). After that, intervention group were given counselling about tuberculosis therapy. A month later, both of groups were given a similar questionnaire (postest). Data was analysed with t-test. The result of this study showed that majority of respondents in intervention and control group were productive aged, low education, employee, but majority of intervention group were women and majority of control group were men. The results of this study showed that there was a significant different of adherence to
tuberculosis therapy between intervention group and control group (p value = 0,007). There was influence of conselling on patient?s adherence to tuberculosis therapy."
[Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, Universitas Indonesia], 2007
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Aristianti Lestari Adji
1998
S2771
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aristiati Lestari Adji
"
ABSTRAK
Penyakit kanker payudara merupakan penyakit kanker kedua tertinggi yang diderita oleh
wanita di Indonesia. Menerima diagnosa menderita kanker payudara merupakan suatu peristiwa
yang mengejutkan, menakutkan bahkan traumatis bagi penderita maupun orang-orang yang dekat
dengan penderita. Masalah-masalah yang berkaitan dengan penyakit, pengobatan dan dampaknya
semua fisik, sosial dan psikologis harus dihadapi oleh penderita kanker payudara.
Dalam menghadapi masalah-masalah tersebut, penderita kanker payudara. umumnya
mengalami stres. Stres dapat berakibat fatal apabila penderita tidak mampu berespon dengan tepat
dalam mengatasi stres. Dampak dari stres pada penderita, kanker payudara yang tidak diharapkan
terjadi, misalnya depresi berkepanjangan, menarik diri atau kecenderugan bunuh diri. Untuk
menghindari dampak negatif ini, dapat diusahakan dengan pemberian dukungan sosial.
Dukungan sosial sebagai hasil dari interaksi antara penderita kanker payudara dan
jaringan sosialnya dapat berpengaruh terhadap berkurangnya dampak stres pada penderita,
melemahnya nilai suatu stressor atau perbaikan perilaku mengatasi stres. Secara umum pengaruh
dari dukungan sosial itu adalah untuk mengurangi stres yang dirasakan penderita, sehingga ia
dapat terhindar dari dampak negatif stres. Dukungan sosial akan lebih efektif diterima oleh
penderita bila memenuhi kebutuhan yang ditimbulkan oleh stres sehingga dipersepsikan dengan
tepat (baik) oleh penderita, dan diberikan oleh sumber (significant others) yang tepat.
Penelitian ini menggunakan teori peran dukungan sosial sebagai stress-buffer. Hasil yang
diperoleh, dari pengambilan data yang dilakukan dengan metode studi kasus terhadap 3 (tiga)
subyek penelitian, menunjukkan bahwa ada pengaruh dukungan sosial terhadap berkurangnya
stres pada penderita kanker payudara. Pada 2 (dua) subyek yang menikah peran dukungan sosial
yang bersifat emosi dirasakan 'besar pengaruhnya dalam membantu mereka mengatasi stres.
terutama yang datang dari pasangan (suami). Hal ini karena penderita mengalami kecemasan dan
ketakutan akan persepsi suami terhadap perubahan yang akan mereka alami setelah menjalani
terapi. Dukungan harga diri dari lingkunga njuga dirasakan pengaruhnya dalam mengurangi stres
pada seorang subyek dengan meningkatnya kepercayaan diri dalam menjalani peran-peran sosial. Pada subyek lain, ditemukan bahwa dukungan informasi lebih berperan dalam mengurangi
stresnya, karena kebutuhannya untuk mengetahui tentang penyakit dan pengobatannya begitu
besar dan ini dapat dipenuhi dengan dukungan informasi dari seorang dokter ahli. Dari ketiga
subyek tidak ditemui adanya gangguan-gangguan psikologis atau fungsi sosial lebih lanjut.
Konflik dan masalah-masalah yang dihadapi ketiga subyek dapat diatasi dengan baik.
Hasil dari penelitian studi kasus ini khusus untuk menjelaskan ketiga kasus yang ada, dan
tidak dapat diambil suatu kesimpulan terhadap penderita kanker payudara yang ada di Jakarta
secara umum.
"
1998
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maryanti Tjandra
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1992
S7097
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>