Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 114151 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Evi Sukmaningrum
"Penelitian ini berangkat dari kenyataan bahwa pekerja kemanusiaan dapat mengalami dampak psikologis akibat pekerjaannya. Para pekerja kemanusiaan tersebut dalam penelitian ini disebut pendamping adalah ujung tombak dari upaya penanganan korban kekerasan, khususnya yangg dialami perempuan dan anak-anak. Di lain pihak, perhatian dan penghargaan yang diberikan institusi maupun masyarakat terhadap apa yang mereka lakukan dirasakan kurang. lsu mengenai kesehatan mental pada para pendamping itu sendiri juga masih sering terabaikan. Padahal mcreka yang berhadapan dengan kasus kekerasan ini sangat rentan terhadap berbagai dampak psikologis, yang pada akhirnya akan mengurangi kualitas dari pelayanan mendarnpingi klien.
Dampak psikologis yang telah terlebih dahulu dikenal dalam konteks pekerjaan sebagai pendamping adalah burnout. Namun sejak awal awal tahun 90-an bcrkembang. puia konstruk lain yang dianggap lebih menggambarkan dampak hubungan antara pendamping dengan trauma yang dialami oleh kliennya, yaitu secondary traumatic stress (STS) dan vicarious trauma (VT).
Penelitian yang komprehensif menyangkut kcligu dampak psikologis yang dialami pendamping - yaitu STS, VT dan burnout - masih dirasakan kurang terutama dalam konteks pekerja kemanusiaan di Indonesia. Sementara itu, ketiga istilah tersebut masih digunakan secara tidak tepat sehingga dapat menghambat penanganannya. Oleh karel.a itu, penelitian ini hendak memahami secara lebih utuh dinamika terbentuk dan berkembangnya STS, VT maupun burnout, termasuk factor-faktor penyebab dan upaya penanganannya.
Pemahaman yang lebih utuh akan ketiga dampak psikologis ltu berusaha dicapai melalui wawancara mendalam terhadap 6 orang partisipan. Para partisipan ini dipilih melalui proses seleksi terhadap 43 orang pendamping yang berasal dari 9 institusi pendampingan anak dan perempuan korban kekerasan di Jakarta. KeA3 orang calon partisipan tersebut diminta untuk mengisi kuesioner ProQoL Rill yang mengukur tingkat STS dan burnout serta kuesioner TSI Belief Scale yang mengukur VT. Dengan cara ini diharapkan akan tcrpilih partisipan yang mcmang mcngalami dmnpak psikologi yang ingin didalami, serta memaksimalkan variasi respon di antara partisipan dengan dampak yang berbeda.
Hasil analisis terhadap rcspon ke-6 partisipan peneUtian menunjukkan bahwa STS merupakan dampak dari keterpaparan pendamping pada malcri trauma klien, khususnya kekerasan yang ekstrim. Sedangkan VT, walaupun juga merupakan dampak dari kontak dengan materi trauma, tetapi baru dirasakan pendatnping setelah jangka waktu tertentu sejalan dengan proses akumulasi sejumlah pendampingan yang ditunjukkan dengan gangguan pada sejumlah kognitif. yaitu skema safety dan skema trust. Perbedaan lain antara STS dan VT juga tarnpak dari dampak jangka panjangnya. Bila dampak STS alum menghilang setelah waktu tertentu, VT akan cenderung bertahan pada pendamping karena telah terjadi perubahan skema kognitif tentang pandangannya terhadap "dunia". Berbeda dengan STS dan VT, burnout lebih merupakan dampak yang dirasakan akihat tekanan dari kondisi pekerjaan terlentu.
Namun, faktor sltuasi pekerjaan yang rnenyebabkan burnout juga dapat memperccpat terjadinya STS dan VT, Sedangkan STS, walaupun merupakan dampak yang wajar terjadi pada seseornng pendamping ketika ada pelibatan afektif pada masalah yang dialarni kliennya, tetapi dapat terakumulasi dan akhirnya menyebabkan VT, Dampak psikologis seperti STS, VT, dan burnout menjadi sesuatu yang bisa teramalkan, mengingat karakteristik pekerjaan mereka yang kompleks. Behan kerja yang beriebihan, tugas-tugas pendarnpingan yang beragam, jumlah dan jenis kasus yang berat disertai pula oleh kurangnya kompetensi dalam menangani kasus traumatik menyebabkan dampak semacam ini mungkin sekaii terkena pada pcndamping. Pada akhirnya memang dibuluhkan penanganan yang serius dan sistematis untuk meningkatkan kesejahteraan mental para pekerja kemanusiaan di Indonesia."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salma Qonita Thifal
"Skripsi ini membahas tentang analisis faktor risiko compassion fatigue (burnout & secondary tramatic stress) pada tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit Jabodetabek. Compassion fatigue adalah fenomena yang dapat terjadi pada tenaga kesehatan yang dapat memengaruhi pekerjaan maupun individu. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode kuantitatif potong lintang dan teknik simple random sampling dan analisis menggunakan analisis Chi Square dan regresi logistik untuk mengetahui nilai OR. Instrumen yang digunakan adan Professional Quality of Life Scale Version 5 (ProQOL). Ditemukan bahwa faktor pekerjaan yang signifikan terhadap compassion fatigue (burnout dan secondary traumatic stress) adalah kelompok tenaga kesehatan, shift kerja, panjang shift, lama kerja per minggu, departemen/unit kerja dan pengalaman kerja. Faktor individu terdiri dari jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, status perkawinan, tingkat aktivitas fisik, dan kualitas tidur. Faktor individu lainnya yaitu anak dan status merokok juga signifikan terhadap burnout sebagai salah satu bagian dari compassion fatigue. Rumah sakit perlu menerapkan pengaturan kerja yang lebih baik untuk mengurangi risiko compassion fatigue pada tenaga kesehatan.

This research discusses the analysis of risk factors for compassion fatigue (burnout & secondary traumatic stress) in health care workers working in Jabodetabek hospitals. Compassion fatigue is a phenomenon that can occur in health workers and can affect work and individuals. This research was conducted using quantitative cross-sectional methods and simple random sampling techniques and analysis using Chi Square analysis and logistic regression to determine the OR value. The instrument used was the Professional Quality of Life Scale Version 5 (ProQOL). It was found that the work factors that were significant for compassion fatigue (burnout and secondary traumatic stress) were the group of health care workers, work shifts, shift length, length of work per week, department/work unit, and work experience. Individual factors consist of gender, age, education level, marital status, physical activity level, and sleep quality. Other individual factors, namely children and smoking status, are also significant in burnout as a part of compassion fatigue. Hospitals need to implement better work arrangements to reduce the risk of compassion fatigue among health workers."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuli Widiarti
"Perawat yang melanjutkan studi dapat mengalami tingkat kelelahan dan stress yang tinggi karena menghadapi tekanan akademik disertai beban pekerjaan. Stress akademik dan kelelahan kerja dapat memberikan dampak pada permasalahan fisik dan mental, serta kinerja yang buruk. Meskipun perawat sebagai mahasiswa keperawatan menerima pembelajaran mengenai stress dan kelelahan, namun sebagian besar mahasiswa tidak dapat mengenali gejala tersebut pada diri mereka sendiri. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran stress akademik dan kelelahan kerja (burnout) berdasarkan karakteristik perawat yang melanjutkan studi. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Populasi target dalam penelitian ini adalah perawat yang masih aktif bekerja sambil melanjutkan studi di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ). Teknik pengambilan sampling yang digunakan teknik probability sampling, dengan jumlah sampel sebanyak 119 responden dari mahasiswa keperawatan S1 Ekstensi dan S2 tahun 2021-2022. Pengukuran tingkat stress akademik menggunakan kuesioner Student-Life Stress Inventory (SLSI) dan tingkat burnout kerja menggunakan kuesioner Maslach Burnout Inventory Human Service (MBI-HSS. Data dianalisis dengan uji analisa univariat, dan didapatkan bahwa 80 perawat mengalami stress akademik sedang (67.2%), diikuti kelelahan kerja (burnout) sebanyak 91 perawat mengalami burnout tingkat sedang (76.5%). Hasil ini menunjukkan bahwa tingkat stress akademik sedang, diikuti dengan tingkat burnout sedang sehingga perlu dianalisa setiap karakteristik dari setiap komponen. Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi institusi pendidikan untuk memperhatikan kebutuhan mahasiswa seperti konseling, dan pelayanan keperawatan memberikan layanan dukungan.

Nurses who continue their studies can experience high levels of fatique and strss due to facing academic pressure combined with workload. Academic stress and work fatique can have an impact on physical and mental problems, as well as poor performance. Even though nurses as nursing students receive learning about stress and fatique, most students cannot recognize these symptoms in themselves. The aim of this research is to determine the description of academic stress and work fatique (burnout) based on the characteristics of nurses who are continuing their studies. This research is a descriptive research. The target population in this research are nurses who are still actively working while continuing their studies at the Faculty of Nursing, Muhammadiyah University, Jakarta (UMJ). The sampling technique used was probability sampling, with atotal sample of 119 respondens from undergraduate and postgraduate extension nursing students in 2021-2022. Measurement of academic stress levels used the Student-Life Stress Inventory (SLSI) questionnaire and work burnout levels used the Maslach Burnout Inventory Human Service (MBI-HSS) questionnaire. Data were analyzed using univariate analysis tests, and it was found that 80 nurses experienced moderate academic stress (67.2%), followed by work fatique (burnout) as many as 91 nurses experienced moderate levels of burnout (76.5%). These results indicate that the level of academic stress is moderate, followed by a moderate level of burnout so it is necessary to analyze each characteristic of each component. It is hoped that this research can be used as input material for educational institutions to pay attention to student needs such as counseling, and nursing services providing support services."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isqi Karimah
"Secondary traumatic stress (STS) merupakan hal yang sulit untuk dihindari bagi para petugas layanan kasus kekerasan anak. Penelitian ini bertujuan untuk melihat efektivitas intervensi dengan pendekatan MSC terhadap penurunan STS serta peningkatan mindfulness dan self-compassion pada para petugas layanan kasus kekerasan terhadap anak. Petugas layanan kasus kekerasan anak mencakup psikolog klinis, pekerja sosial/pendamping, konselor psikologi, konselor hukum, mediator dan pengadministrasi umum. Sebanyak 30 petugas layanan kasus kekerasan terbagi kedalam dua kelompok secara acak, yaitu kelompok intervensi dan kelompok kontrol wait-list. Intervensi diberikan sebanyak 6 kali pertemuan dengan durasi 2-3 jam per sesi secara online. STS diukur menggunakan subtes STS pada ProQol-V, mindfulness menggunakan MAAS, dan self-compassion menggunakan SCS yang telah diadaptasi ke bahasa indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hasil yang signifikan pada penurunan STS, peningkatan mindfulness, peningkatan aspek self-compassion (yaitu common humanity), serta peningkatan kesejahteraan pribadi bagi para petugas layanan kasus kekerasan pada kelompok intervensi. Individu yang mengikuti intervensi memiliki mindfulness dan self-compassion yang secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol wait-list. Dapat disimpulkan bahwa intervensi MSC memberikan dampak positif pada petugas layanan kasus kekerasan anak, meskipun efek intervensi belum konsisten bertahan pada 2 minggu follow-up. Adanya pemantauan terhadap kondisi partisipan secara berkala, pelaksanaan intervensi secara offline atau mixed (offline dan online), serta pertemuan rutin antar petugas layanan diduga menjadi faktor yang dapat dilakukan mempertahankan konsitensi dampak positif intervensi MSC.

Secondary traumatic stress (STS) is a challenging phenomenon that is hard to avoid for child welfare service providers. This study aims to examine the effectiveness of an intervention using the Mindful Self-Compassion (MSC) approach in reducing STS and enhancing mindfulness and self-compassion among child welfare service providers. Child welfare service providers include clinical psychologists, social workers/counselors, psychological counselors, legal counselors, mediators, and general administrators. Thirty child welfare service providers were randomly assigned to either the intervention group or the wait-list control group. The intervention consisted of six online sessions lasting 2-3 hours each. STS was measured using the STS sub-scale on the ProQol-V, mindfulness was assessed using the MAAS, and self-compassion was measured using the SCS adapted to Bahasa Indonesia. The results showed significant decreases in STS, increases in mindfulness, improvements in the self-compassion aspect of common humanity, and enhanced personal well-being among the intervention group. Individuals in the intervention group exhibited significantly higher levels of mindfulness and self-compassion compared to the wait-list control group. In conclusion, the MSC intervention had a positive impact on child welfare service providers, although the effects were not consistently sustained at the 2-week follow-up. Regular monitoring of participants, consideration of implementing offline or mixed interventions, and routine meetings among service providers are suggested factors that may help maintain the consistency of the positive impact of the MSC intervention."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Pramuchtia
"Turnover merupakan permasalahan yang kerap kali dihadapi oleh Kantor Akuntan Publik KAP . Penelitian menyatakan bahwa niat keluar seorang akuntan publik dapat diakibatkan oleh pengalaman burnout yang merupakan hasil dari tuntutan pekerjaan yang tinggi dan rendahnya kepuasan kerja. Penelitian ini dilakukan terhadakuntan publik 200 akuntan di KAP dengan menggunakan model Job Demands-Resources JD-R. Model ini menyatakan bahwa tuntutan pekerjaan dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang mengarah pada hasil negatif pada output organisasi, sedangkan sumber pekerjaan berkaitan dengan motivasi yang mengarah pada hasil positif.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa job demands beban kerja dan konflik kerja-keluarga berpengaruh positif terhadap niat akuntan untuk keluar melalui burnout. Di sisi lain job resources kepuasan karir-kesempatan promosi dan iklim tim kerja memilki pengaruh yang positif terhadap kepuasan kerja karyawan dan berpengaruh negatif terhadap niat pindah karyawan. Hasil penelitian ini memiliki dampak individual maupun organisasional yang dapat digunakan dalam mengurangi turnover.

Turnover is a problem that is often faced by Public Accounting Firm. The study states that turnover intention an accountant can be caused by an experienced of burnout results from high job demands and low job satisfaction. This study conducted on 200 accountants in Public Accounting Firm using the Job demands resources model JD R . This model states that the job demands can cause health problems that lead to a negative result in the organization 39 s output, while the job resources associated with the motivation that lead to positive results.
The results of this study indicate that the job demands workload and work family conflict have positive effect on accountants turnover intention through burnout. On the other side, the job resources career satisfaction promotion opportunities and climate work teams have positive effect on job satisfaction and negatively affect employees turnover intention. This findings have an impact individually and organizationally that can be used in reducing turnover.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Schaufeli, Wilmar, 1953-
London: Routledge, 1998
158.72 SCH b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Chiquita Pramesta
"ABSTRACT
Ada berbagai faktor yang dipengaruhi oleh kesejahteraan psikologis, seperti usia, jenis kelamin, dan pengalaman hidup. Relawan dengan tingkat kesejahteraan psikologis yang tinggi memiliki risiko rendah mengalami stres traumatis sekunder setelah kembali dari lokasi bencana. Skala Ryff's Well-Being Psychological dan Secondary Traumatic Stress Scale digunakan untuk mengidentifikasi kesejahteraan psikologis dan stres traumatis sekunder pada relawan yang ditugaskan setelah Tsunami di Pandeglang, Banten. Desain penelitian cross sectional digunakan, teknik sampel menggunakan total sampling yang melibatkan 32 relawan, dan analisis data menggunakan chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada korelasi yang signifikan antara kesejahteraan psikologis dan stres traumatis sekunder (α = 0,001). Tingkat kesejahteraan psikologis yang tinggi dapat mengurangi stres traumatis sekunder (p = 18.701). Hal ini diperlukan untuk melakukan penyaringan kesejahteraan psikologis untuk mengurangi stres traumatis sekunder.

ABSTRACT
There are various factors that are influenced by psychological well-being, such as age, gender, and life experience. Volunteers with a high level of psychological well-being have a low risk of experiencing secondary traumatic stress after returning from the disaster site. The Ryff's Well-Being Psychological Scale and Secondary Traumatic Stress Scale are used to identify psychological well-being and secondary traumatic stress in volunteers assigned after the Tsunami in Pandeglang, Banten. The cross sectional research design was used, the sample technique used total sampling involving 32 volunteers, and the data analysis used chi square. The results showed that there was a significant correlation between psychological well-being and secondary traumatic stress (α = 0.001). A high level of psychological well-being can reduce secondary traumatic stress (p = 18,701). It is necessary to screen psychological well-being to reduce secondary traumatic stress."
2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meisia
"ABSTRAK
Sejak pertengahan 1997 Indonesia mengalami krisis ekonomi yang berkepanjangan.
Akibat dari krisis ini antara lain adalah meningkatnya angka pengangguran dengan
cepat. Bersamaan dengan teijadinya krisis ekonomi dan meningkatnya pengang^ran,
dilaporkan pula teijadinya peningkatan tingkat hunian dan jumlah pasien pribadi pada
Rumah Sakit Jiwa di beberapa kota di Indonesia. Beberapa penelitian di Amerika
Serikat telah menemukan hubungan peristiwa ekonomi makro seperti krisis ekonomi
dengan kesehatan mental individu ataupun masyarakat secara umum, Salah satu
penghubung antara peristiwa ekonomi makro dan kesehatan mental adalah perubahan
psikologis yang menuntut dilakukannya adaptasi oleh individu.^ Jika tuntutan
lingkungan melebihi sumber daya yang dimiliki individu, maka teijadilah stres.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran proses stres (terdiri dari
penilaian primer, penilaian sekunder, dan perilaku coping) dan penampilan respon
stres pada individu yang mengalami PHK, sebagai salah satu cara untuk mengerti
hubungan antara peristiwa ekonomi makro dengan kesehatan mental individu.
Individu yang mengalami PHK antara bulan Juli 1997 dan September 1998 dipUih
karena dianggap sebagai kelompok individu yang terpengaruh dampak krisis
ekonomi secara langsung. Karena tujuan penelitian untuk mendapatkan gambaran
proses stres dan penampilan respon stres individu, maka metode penelitian yang
cocok digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Penelitian ini menggunakan
wawancara mendalam dan kuesioner sebagai metode pengumpulan data. Subyek
yang menjadi partisipan dalam penelitian ini adalah empat orang, terdiri dari satu pria
berkeluarga, satu wanita berkeluarga, satu pria tidak berkeluarga, dan satu wanita
tidakberkeluarga.
Basil penelitian menunjukkan bahwa tiga dari empat partisipan menitai PHK yang
mereka alami adalah suatu peristiwa yang menimbulkan stres (penilaian primer) dan
dua dari empat partisipan merasa optimis dalam menilai kemampuan dan prospek
dirinya dalam mengatasi sumber stresnya (penilaian sekunder). Selain itu ketiga
partisipan yang menilai PHK sebagai sumber stres bagi mereka melakukan usaha coping yang difokuskan pada inasalah dan usaha coping yang difokuskan pada emosi.
Pada ketiga partisipan itu pun terdapat respon-respon stres, sedangkan pada partisipan
yang menilai PHK bukan sebagai sumber stres baginya tidak terdapat respon stres.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penilaian primer dan penilaian
sekunder sangat mempengaruhi usaha coping yang dilakukan individu dan responrespon
stres yang tampil padanya. Banyak hai yang disarankan sehubungan deng^
penelitian ini, di antaranya agar dilakukannya penelitian dengan sampel yang lebih
besar dengan faktor-faktor individual yang lebih konstan."
1998
S2637
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tanjung, Purnama
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran mediasi job burnout dalam pengaruh antara emotional labor dan supervisor support terhadap turnover intention yang terjadi pada guru sekolah swasta. Emotional labor terdiri dari tiga dimensi, yaitu surface acting, deep acting dan emotional consonance begitu juga job burnout terdiri dari 3 dimensi, yaitu emotional exhaustion, depersonalization dan personal accomplishment. Responden dalam penelitian ini berjumlah 296 guru swasta. Pengolahan data dilakukan menggunakan metode Structural Equation Modeling (SEM).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa emotional labor berpengaruh positif terhada job burnout sementara supervisor support berpengaruh negatif terhadap job burnout. Emotional labor tidak signifikan berpengaruh terhadap turnover intention sementara supervisor support berpengaruh negatif terhadap turnover intention dan job burnout berpengaruh terhadap turnover intention. Job Burnout juga terbukti memediasi pengaruh antara emotional labor dan supervisor support terhadap turnover intention. Dukungan atasan perlu ditingkatkan agar dapat mengurangi terjadinya job burnout dan turnover intention.

This study aims to analyze the role of mediating job burnout in the influence of emotional labor and supervisor support on turnover intention that occurs in private school teachers. Emotional labor consists of three dimensions, they are surface acting, deep acting and emotional consonance as well as burnout jobs consists of three dimensions, they are emotional exhaustion, depersonalization and personal accomplishment. Respondents in this study were 296 private teachers. Data is processed by structural equation modeling (SEM).
Research finds that emotional labor has a positive effect on job burnout while supervisor support has a negative effect on job burnout. Emotional labor has no significant effect on turnover intention while supervisor support has a negative effect on turnover intention and job burnout has an effect on turnover intention. Job burnout also has a role by positively mediating emotional labor and supervisor support to turnover intention. Supervisor support needs to be improved in order to reduce the occurrence of job burnout and turnover intention.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatresia Irna
"Mahasiswa tingkat akhir yang sedang mengambil mata kuliah skripsi seringkali mengalami stres hingga burnout sehingga diperlukan mekanisme koping. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan mekanisme koping dengan stres dan burnout pada mahasiswa tingkat akhir yang sedang mengambil mata kuliah skripsi di Universitas. Desain penelitian ini adalah cross sectional kepada 109 responden mahasiswa tingkat akhir yang sedang mengambil mata kuliah skripsi. Didapatkan hasil bahwa mahasiswa tingkat akhir mengalami stres berat 97,2, burnout ringan 72,5, memiliki orangtua dengan pola asuh otoritatif 62,4, menggunakan mekanisme koping emotion focused engagement 44, dan koping spiritual positif 96,3. Terdapat hubungan yang bermakna antara mekanisme koping dan pola asuh dengan stres dan burnout. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi bidang pendidikan, penelitian, pelayanan keperawatan, dan mahasiswa agar mahasiswa dapat memiliki kesiapan dalam menghadapi skripsi.

Final year student who are taking thesis subject often experience stress until burnout so that required coping mechanism. The purpose of this research is to know the correlation of coping mechanism with stress and burnout at the final students of University. The design of this research is cross sectional to 109 final year student respondents who are taking thesis course. The result was that the final year students had severe stress 97.2 , light burnout 72.5 , parents with authoritative parenting 62.4 , using emotion focused engagement 44 coping mechanism, and positive spiritual coping 96.3 . There is a significant relationship between coping mechanisms and parenting with stress and burnout. These results will be beneficial to education, research, nursing service, and students so that students can have readiness in facing thesis."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S69117
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>