ABSTRAKSejak pertengahan 1997 Indonesia mengalami krisis ekonomi yang berkepanjangan.
Akibat dari krisis ini antara lain adalah meningkatnya angka pengangguran dengan
cepat. Bersamaan dengan teijadinya krisis ekonomi dan meningkatnya pengang^ran,
dilaporkan pula teijadinya peningkatan tingkat hunian dan jumlah pasien pribadi pada
Rumah Sakit Jiwa di beberapa kota di Indonesia. Beberapa penelitian di Amerika
Serikat telah menemukan hubungan peristiwa ekonomi makro seperti krisis ekonomi
dengan kesehatan mental individu ataupun masyarakat secara umum, Salah satu
penghubung antara peristiwa ekonomi makro dan kesehatan mental adalah perubahan
psikologis yang menuntut dilakukannya adaptasi oleh individu.^ Jika tuntutan
lingkungan melebihi sumber daya yang dimiliki individu, maka teijadilah stres.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran proses stres (terdiri dari
penilaian primer, penilaian sekunder, dan perilaku coping) dan penampilan respon
stres pada individu yang mengalami PHK, sebagai salah satu cara untuk mengerti
hubungan antara peristiwa ekonomi makro dengan kesehatan mental individu.
Individu yang mengalami PHK antara bulan Juli 1997 dan September 1998 dipUih
karena dianggap sebagai kelompok individu yang terpengaruh dampak krisis
ekonomi secara langsung. Karena tujuan penelitian untuk mendapatkan gambaran
proses stres dan penampilan respon stres individu, maka metode penelitian yang
cocok digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Penelitian ini menggunakan
wawancara mendalam dan kuesioner sebagai metode pengumpulan data. Subyek
yang menjadi partisipan dalam penelitian ini adalah empat orang, terdiri dari satu pria
berkeluarga, satu wanita berkeluarga, satu pria tidak berkeluarga, dan satu wanita
tidakberkeluarga.
Basil penelitian menunjukkan bahwa tiga dari empat partisipan menitai PHK yang
mereka alami adalah suatu peristiwa yang menimbulkan stres (penilaian primer) dan
dua dari empat partisipan merasa optimis dalam menilai kemampuan dan prospek
dirinya dalam mengatasi sumber stresnya (penilaian sekunder). Selain itu ketiga
partisipan yang menilai PHK sebagai sumber stres bagi mereka melakukan usaha coping yang difokuskan pada inasalah dan usaha coping yang difokuskan pada emosi.
Pada ketiga partisipan itu pun terdapat respon-respon stres, sedangkan pada partisipan
yang menilai PHK bukan sebagai sumber stres baginya tidak terdapat respon stres.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penilaian primer dan penilaian
sekunder sangat mempengaruhi usaha coping yang dilakukan individu dan responrespon
stres yang tampil padanya. Banyak hai yang disarankan sehubungan deng^
penelitian ini, di antaranya agar dilakukannya penelitian dengan sampel yang lebih
besar dengan faktor-faktor individual yang lebih konstan.