Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 187933 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Erlian Rista Aditya
"Prevalensi HIV pada LSL terus meningkat dari tahun ke tahun, 8% pada 2007 menjadi 17% pada 2011. Tingginya prevalensi HIV pada populasi ini disebabkan oleh pratek perilaku seks aman berupa penggunaan kondom secara konsisten yang masih rendah, 32% pada 2007 dan 24% pada 2011.
Tujuan penelitian: Diperolehnya informasi yang mendalam tentang faktor-faktor pendukung dan penghambat perilaku penggunaan kondom secara konsisten pada pekerja seks laki-laki panti pijat serta situasi dan pola penggunaan kondomnya.
Desain penelitian: Kualitatif menggunakan rapid assessment procedures. Sebanyak 30 informan dipilih melalui "stratified" purposive sampling dari 15 panti pijat laki-laki, diwawancarai secara mendalam menggunakan structured open-ended question, ditranskrip dan matriks dibuat untuk memilah data sesuai tema-tema yang muncul. Observasi situasi di panti pijat dan analisis dokumen dilakukan untuk melengkapi wawancara mendalam. Analisis-interpretasi data dilakukan berdasarkan 5 level Socio Ecological Model.
Hasil: Sebagian besar faktor-faktor pada level individual (pengetahuan, motivasi dan kesiapan menggunakan kondom, niat, keputusan menggunakan kondom, keterampilan, dan selfefficacy) dalam situasi yang memadai dan menjadi faktor pendukung penggunaan kondom secara konsisten. Namun pengaruh faktor-faktor ini tidak langsung dan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor interpersonal terutama klien, atasan/manajer panti pijat, teman dan pasangan tetap serta oleh faktor-faktor situasi organisasi panti pijat seperti aturan organisasi, mekanisme rantai suplai distribusi dan promosi kondom, struktur dan budaya organisasi. Faktor-faktor pada level komunitas tidak mendukung tetapi juga tidak menghambat secara langsung karena jejaring, kapasitas, kepemimpinan, partisipasi dan sumber daya komunitas masih embrional dan belum kuat. Faktor-faktor pada level kebijakan publik mendukung perilaku penggunaan kondom informan karena memungkinkan ketersediaan dan distribusi kondom serta program HIV berjalan di panti pijat. Namun karena adanya kontradiksi antara beberapa kebijakan publik, pengaruhnya menjadi terbatas. Ditemukan juga ada 3 pola umum penggunaan kondom pada informan yang merupakan model sederhana dari stage of change model, health believe model, precaution adoption process model dan social cognitive theory.
Kesimpulan/rekomendasi: semua informan telah menggunakan kondom tetapi hanya sebagian kecil informan, sekitar 30%, yang penggunaan kondomnya konsisten. Faktor pada level interpersonal dan organisasional adalah faktor yang paling mempengaruhi penggunaan kondom informan dibandingkan faktor-faktor pada level individual, komunitas dan kebijakan publik. Disarankan agar intervensi pencegahan HIV menyasar lebih dalam faktor-faktor pada kedua level tersebut.

Background: HIV prevalence among MSM increase time to time, 8% in 2007 to 17% in 2011. High HIV prevalence among this population caused by low unsafe sex practices in form of consistent condom use, 32% in 2007 and 24% in 2011.
Study purpose: to acquired insight of consistent condom use suporting and inhibiting factors among massage parlor-based male sex workers as well as situation and patterns of condom use behavior.
Study design: qualitative approach using rapid assessment procedure method. Thirty informans were select through "stratified" purposive sampling from 15 massage parlors, interviewed using structured open-ended questions, trancripted and matrix developed for data sorting to captured any emerged themes. Documents and secondary data analysis and observation carried out to suplement indepth interview. Data analysis and interpretation done based on 5 levesl of Socio Ecological Model.
Results: Most of factors at individual level (knowledge, motivation and readiness to use condom, behavioral intention, deicion about acting, condom use skill, self-efficacy) were adequate and as supporting factors for consistent condom use practices. However influences of these factors was indirect and greathly influenced by interpersonal factors particularly by clients, massage parlor managers, peers and steady partners as well as by organizational factors such as massage parlor work regulation, condom supply chain management and promotion, organizational culture and structure. Factors at community level were neither support nor inhibit directly to consitent condom use practices. These are mainly caused by inadequate and embryonic stage of community networking, capacity, leadership, participation, and resources. Factors at public policy level support informant?s consistent condom use practices since these factors enabled condom availability and distribution and presence of HIV prevention program inside the massage parlors as well. However due to contradiction among those existing public policy, the influences were narrow. This study found 3 general patterns of informant?s condom use practices which are served as simple model of social cognitive theory, stages of change model, health believe model and precaution adoption process model.
Conslusion/recommendation: All informants had used condom but only few of them, about 30%, had used it consistently. Factors at interpersonal and organizational level were the most influencing factors for consistent condom use practices among informants compared to factors at individual, community and public policy level. It is recommended to have deeper and more intensive intervention at those two levels.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T32564
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indriyati Srikandi Putri
"Jumlah kasus HIV positif dan AIDS pada tahun. 2013 mengalami peningkatan yang signifikan. Provinsi dengan jumlah tertinggi yaitu DKI Jakarta. Terjadinya pergeseran pola epidemi dari pengguna jarum suntik ke penyebaran melalui hubungan seksual. Estimasi jumlah ODHA di kalangan Waria meningkat. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pisani, dkk (2004) kelompok yang tidak menggunakan kondom saat melakukan seks anal paling banyak adalah kelompok Waria (59,3%). Yayasan Srikandi Sejati (YSS) merupakan lembaga yang menaungi kelompok Waria di Jakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku penggunaan kondom sebagai upaya pencegahan HIV pada Waria Penjaja Seks di Jakarta Tahun 2015. Merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian menggunakan cross sectional dengan pendekatan teori Health Belief Model. Sampel sebanyak 217 Waria penjaja seks dibawah naungan YSS.
Hasil : perilaku penggunaan kondomnya yang tidak konsisten (46,5%), kelompok umur terbesar adalah ≤ 34 th (55,7%), 74% responden telah memiliki pengetahuan komprehensif yang baik, persepsi bahwa dirinya rentan terhadap HIV (84,6%), sebanyak 89% responden memiliki persepsi bahwa HIV/AIDS merupakan penyakit yang parah, 86,3% responden memiliki persepsi bahwa kondom bermanfaat untuk mencegah HIV, 62% responden memiliki persepsi hambatan yang rendah, 76% responden telah memiliki Self Efficacy yang Tinggi, 68,5% sudah terpapar informasi dengan frekuensi tinggi mengenai HIV/AIDS. hasil uji statistik menunjukkan adanya hubungan antara variabel umur, pengetahuan, persepsi kerentanan, persepsi keparahan, persepsi manfaat, persepsi hambatan, self efficacy, dan paparan informasi dengan perilaku penggunaan kondom. saran penelitian agar pihak-pihak terkait terus mengembangkan program intervensi yang efektif serta memperkaya materi edukasi demi menanamkan persepsi-persepsi yang mempengaruhi perilaku pencegahan.

The number of HIV positive and AIDS cases in 2013 indicate a significant increase. Provinces with the highest number is DKI Jakarta. A shift in the pattern of the epidemic of injecting drug users to key populations. Estimated number of people living with HIV among trangender increased. Based on research by Pisani, et al (2004) group who did not use condoms during anal sex is the most widely Transgender group (59.3%). Srikandi Sejati Foundation (YSS) is an institution that accompany Transgender group in Jakarta. The purpose of this study was to determine the behavior of the use of condoms for prevention of HIV on Transgender sex workers in Jakarta in 2015. It is a quantitative study using cross sectional study design with the Health Belief Model theory approach. Sample of 217 sex workers under the auspices of YSS.
Results: behavior inconsistent condom use (46.5%), the largest age group is ≤ 34 th (55.7%), 74% of respondents have had a good comprehensive knowledge, the perception of susceptibillity (84,6%), as many as 89% of respondents have the perception that the HIV is a serious illness, 86,3% of respondents have the perception that condoms are useful to prevent, 62% of respondents have a perception of low barriers, 76% of respondents have had the High Self Efficacy, and 68.5% were exposed information with high frequence about HIV / AIDS. Statistical test results indicate a relationship between the variables of age, knowledge, perception of vulnerability, perceived severity, perceived benefits, perceived barriers, self-efficacy, and exposure information with condom use behavior. Study suggestions that the parties continue to develop an effective intervention programs especially to holding partner / "husband" or customers Transgender sex workers.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S61056
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sidabutar, Nadya Hanna Talitha
"Infeksi HIV akibat hubungan seksual lelaki dengan lelaki telah mengalami peningkatan dan menjadi salah satu penyebab tingginya transmisi HIV di dunia saat ini. Prevalensi HIV pada kelompok LSL di Indonesia merupakan yang tertinggi dibandingkan negara lain di Asia Tenggara. Salah satu penyebab tingginya prevalensi HIV pada LSL di Indonesia adalah penggunaan kondom konsisten yang masih rendah di bawah target nasional 60 penggunaan kondom konsisten pada populasi kunci, terutama dengan perilaku seksual LSL yang berganti-ganti pasangan. Rendahnya penggunaan kondom secara konsisten pada LSL dapat dipengaruhi oleh faktor predisposisi, faktor pemungkin, serta faktor penguat. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara berbagai faktor tersebut dengan perilaku penggunaan kondom secara konsisten pada LSL di Tangerang, Yogyakarta, dan Makassar tahun 2013. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan menggunakan data STBP 2013. Sampel dalam penelitian ini adalah 303 LSL di 3 kota tersebut yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi untuk kemudian dianalisis secara univariat dan bivariat. Hasil penelitian yang diperoleh adalah 38 LSL selalu menggunakan kondom setiap kali berhubungan seks, 87,8 LSL berusia 25 tahun, 81,8 LSL memiliki tingkat pendidikan tinggi ge; SMA , 43,6 LSL memiliki pengetahuan baik tentang HIV/AIDS, 70,6 LSL memiliki gejala IMS, 46,5 LSL memperoleh kondom gratis selama sebulan terakhir, 49,8 LSL memiliki akses yang baik ke sumber informasi mengenai HIV/AIDS, serta 38,3 LSL telah berpartisipasi dengan baik dalam program HIV/AIDS. Berdasarkan analisis bivariat yang dilakukan, hubungan dengan penggunaan kondom konsisten yaitu umur ge; 25 tahun PR=1,154; 95 CI=0,92-1,45 , tingkat pendidikan tinggi PR=1,142; 95 CI=0,93 ndash;1,4 , pengetahuan baik mengenai HIV/AIDS PR=1,301; 95 CI=1,08-1,57 , memiliki gejala IMS PR=1,241; 95 CI=1,04 ndash;1,48, menerima kondom gratis PR=1,734; 95 CI=1,4 ndash;1,9, mengakses sumber informasi mengenai HIV/AIDS secara baik PR=1,401; 95 CI=1,17 ndash;1,68, serta berpartisipasi baik dalam program HIV/AIDS PR=1,323; 95 CI=1,08-1,62 . Oleh karena itu, disarankan untuk meningkatkan kembali program IPP terutama distribusi kondom, menyebarluaskan informasi HIV/AIDS melalui media sosial yang saat ini lebih sering diakses masyarakat, serta memberikan pendidikan kesehatan reproduksi pada anak usia sekolah yang disesuaikan dengan umur. Selain itu, penelitian kualitatif juga perlu dilakukan untuk menggali lebih dalam mengenai alasan keengganan LSL menggunakan kondom secara konsisten.

HIV infection in MSM has been increasing and becoming one of many reasons of high HIV transmission in the world recently. HIV prevalence in MSM in Indonesia is the highest among other countries in South East Asia. One of the cause of high HIV prevalence in MSM in Indonesia is the low percentage of consistent condom use under 60 national target of consistent condom use in key population, compounded by having multiple sexual partners. The low percentage of consistent condom use among MSM can be determined by predisposing factors, enabling factors, and reinforcing factors. This study aims to determine the relations among those factors with consistent condom use among MSM in Tangerang, Yogyakarta, and Makassar in 2013. This study used cross sectional design by using IBBS 2013 data. Samples in this study were 303 MSM in those 3 cities met the inclusion and exclusion criteria and analyzed by univariate and bivariate. From the result, there are 38 MSM using condom in every sexual intercourse, 87.8 MSM ge 25 years old, 81.8 MSM having high level education, 43.6 MSM having good knowledge about HIV AIDS, 70.6 MSM having STIs symptoms, 46.5 MSM getting free condom, 49.8 MSM having better access of HIV AIDS information, and 38.3 MSM with good participation in HIV AIDS program. Based on bivariate analysis, relationships with consistent condom use are MSM ge 25 years old PR 1.154 95 CI 0.92 ndash 1.45 , having high level education PR 1.142 95 CI 0.93 ndash 1.4, having good knowledge about HIV AIDS PR 1.301 95 CI 1.08 ndash 1.57, having STIs symptoms PR 1.241 95 CI 1.04 ndash 1.48, getting free condom PR 1.734 95 CI 1.4-1.9, having better access of HIV AIDS information PR 1.401 95 CI 1.17 ndash 1.68, and having good participation in HIV AIDS program PR 1.323 95 CI 1.08-1.62. Therefore, it is advised to improve IPP program especially for condom distribution, spread the information about HIV AIDS through social media which are more accessed nowadays, and give reproductive health education for students based on their age. Besides, qualitative study is also needed to dig up MSM motivation to not use condom consistently."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khumaidi
"

Abstrak

Latar Belakang: Wanita pekerja seks merupakan salah satu populasi kunci penularan human immunodeficiency virus (HIV)  melalui jalur hubungan seksual. Salah satu faktor yang menjadikan  pekerja seks sebagai populasi kunci penularan HIV adalah perilaku seksual berisiko. Perilaku seksual berisiko pada wanita pekerja seks dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah negosiasi penggunaan kondom dan konsumsi alkohol.

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menilai hubungan antara negosiasi penggunaan kondom dan konsusmis alkohol terhadap perilaku seksual berisiko HIV pada wanita pekerja di Kupang.

Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan teknik purposive sampling dengan melibatkan 125 wanita pekerja seks. Penelitian ini menggunakan tiga instrumen yakni : safe sexual behavior questionaire (SSBQ), condom influence strategy questionaire (CISQ) dan the alcohol use disorders identification test (AUDIT).

Hasil: Terdapat hubungan yang signifikan antara negosiasi penggunaan kondom dan perilaku seksual berisiko (p-value : 0,003) dan konsumsi alkohol dengan perilaku seksual berisiko (p value : 0,037).

Kesimpulan: Negosiasi penggunaan kondom dan konsumsi alkohol  berdampak  pada perilaku seksual berisiko HIV.  Upaya untuk meningkatkan  kemampuan negosiasi penggunaan kondom melalui pelatihan komunikasi efektif  dengan melibatkan teman sebaya perlu ditingkatkan. Intervensi untuk menurunkan konsumsi alkohol juga diperlukan.

Kata kunci: konsumsi alkohol, negosiasi penggunaan kondom, perilaku seksual berisiko, wanita pekerja seks


Abstract

Background : Female sex worker is one of the key populations of transmission human immunodeficiency virus (HIV) through sexual intercourse. One of the factors that make sex workers as the key population of HIV transmission is risky sexual behavior. Risky sexual behavior in female sex workers is influenced by several factors including negotiation of condom use and alcohol consumption.

Objective : The study aimed to determine the relationship between condom negotiation, alcohol comsumption and HIV risk sexual behavior among female sex worker in Kupang .

Method : Cross-sectional was used in this study. Purposive sampling technique involving 125 female sex workers. This study utilized theree instruments: safe sexual behavior questionaire (SSBQ), condom influence strategy questionaire (CISQ) and the alcohol use disorders identification test (AUDIT).

Results : There was a significant relationship between condom negotiation and risky sexual behavior (p-value : 0,003) and alcohol use and risky sexual behavior (p-value : 0,037).

Conclusion : Negotiation of condom use and alcohol consumption affect to HIV risk sexual behavior. Efforts to improve the ability to negotiate condom use through effective communication training involving peers need to be improved. Interventions to reduce alcohol consumption are also needed

Keywords: alcohol consumption, condom negotiation, female sex worker, risky sexual behavior

"
2019
T53070
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fina Frichylya Fatmawati
"Skripsi ini bertujuan menguraikan konsep tubuh ideal yang dimiliki para pekerja seks bar, panti pijat dan freelance melalui pengggunaan jamu dan kosmetik palsu. Tubuh ideal bagi para pekerja seks terdiri dari bentuk tubuh, penampilan wajah dan organ seksual yang menjadi kepercayaan diri dan penunjang profesi mereka di dalam bisnis prostitusi. Jamu dan kosmetik palsu digunakan sebagai upaya terbaik dalam pembentukan tubuh ideal para pekerja seks tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian skripsi ini yaitu metode kualitatif dengan wawancara mendalam, pengamatan langsung dan studi pustaka. Pengamatan langsung dilakukan secara menyeluruh mengenai keadaan lapangan penelitian dan tubuh para pekerja seks.
Hasil penelitian skripsi ini melihat bahwa tubuh ideal bagi para pekerja seks bar dan panti pijat dikonsepsikan oleh lingkungan kerja yang terdiri dari klien, pihak manajemen bisnis prostitusi, teman dan senior yang juga berprofesi sebagai pekerja seks. Sementara itu, konsepsi tubuh ideal para pekerja seks freelance dikonsepsikan melalui pandangan masyarakat pada umumnya mengenai tubuh ideal seorang perempuan serta teman sesama pekerja seks. Dengan menggunakan jamu dan kosmetik palsu para pekerja seks bar, panti pijat dan freelance membentuk tubuh ideal secara menyeluruh pada bagian-bagian yang mereka anggap vital bagi terbentuknya tubuh ideal tersebut. Penggunaan jamu dan kosmetik palsu dianggap sebagai upaya yang paling tepat dalam membentuk tubuh ideal karena sesuai dengan keadaan finansial para pekerja seks yang berada pada kalangan mengengah ke bawah, meskipun memberi efek yang buruk terhadap kesehatan.

This undergraduate thesis aims to elucidate the concept of an ideal body of bar sex workers, massage parlors workers and freelance through the consumption of herbal drinks and the usage of fake cosmetics. An ideal body’s aspects, for sex workers, consist of body shape, facial appearance and sexual organ appearance to support their confidence and profession within the prostitution business. Herbal drinks and fake cosmetics are used as best effort in order to shape the sex workers’ ideal bodies. The methodology employed in this research is qualitative method with In-depth Interview, direct observation, and literature research. Direct observation conducted thorough research on the state of the field and the body of sex workers.
This study finds out that an ideal body of bar sex workers and massage parlor workers is conceptualized by their working environment consisting of the clients, the prostitution business management party, the friends and seniors who are also sex workers. Meanwhile, the conception of an ideal body of freelance sex workers is conceptualized from the general view of the society about a female's ideal body and their sex workers friends. Using herbal drinks and fake cosmetics, bar sex workers, massage parlor workers and freelance to shape their bodies to become ideal ones by reshaping body parts that they think are vital parts to get the ideal body. The consumption of herbal drinks and the usage of fake cosmetics are considered as the most appropriate efforts to get an ideal body since these efforts are able to accommodate sex workers’ middle-lower financial condition, although the effect is bad for health.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S58693
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggi Purwaningsih
"Tren infeksi HIV di Indonesia memperlihatkan adanya peningkatan jumlah infeksi baru terutama di kalangan LSL. Tingginya laju epidemi HIV dapat ditekan dengan menerapkan perilaku seks aman yaitu dengan menggunakan kondom. Efektivitas kondommencapai 95% jika digunakan secara konsisten. UNAIDS (2016) menyebutkan bahwa penggunaan kondom secara konsisten terbukti sulit dicapai di semua populasi. Penggunaan kondom pada kalangan LSL secara global tidak mengalami peningkatan dalam beberapa tahun terakhir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku penggunaan kondom pada LSL dilihat berdasarkan teori perilaku Green (faktor predisposisi, pemungkin, dan penguat). Desain studi yang digunakan adalah cross sectional dengan sumber data sekunder dari hasil STBP tahun 2018. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat menggunakan uji chi square.Total jumlah sampel penelitian adalah 3.399 LSL. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku penggunaan kondom adalah umur, pendidikan, pekerjaan, persepsi risiko tertular HIV/AIDS, pengetahuan tentang HIV/AIDS, ketersediaan kondom, akses sumber informasi, program pencegahan HIV/AIDS, dan program tes HIV. Oleh karena itu perlu dilakukan pengembanganintervensi HIV/AIDS berbasis internet, memperkuat kerjasama dengan OMS dan tokoh yang dekat dengan LSL (mami/mucikari, komunitas LSL), dan mengembangkan model layanan kesehatan ramah LSL.

HIV infection trends in Indonesia show an increasing number of new infections, especially among MSM. The high rate of the HIV epidemic can be suppressed by implementing safe sex behaviors, especially by using condoms. The effectiveness of condoms reaches 95% if used consistently. UNAIDS (2016) stated that the use of condoms consistently was difficult to achieve in all populations. Condom use among MSM globally has not increased in recent years. This study aims to determine the factors associated with condom use behavior among MSM based on Green's behavioral theory (predisposing, enabling, and reinforcing factors). This cross-sectional study was conducted among 3.399 MSM selected from IBBS 2018. Univariate and bivariate (chi square) analyses were performed to identify factors associated with condom use behavior. The results showed that the factors associated with condom use behavior were age, education, occupation, perceived risk of contracting HIV/AIDS, knowledge about HIV/AIDS, condom availability, access to information sources, HIV/AIDS prevention programs, and HIV testing programs. Therefore, it is necessary to develop internet-based HIV/AIDS interventions, strengthen collaboration with CSOs and figures close to MSM (mothers/pimps, MSM communities), and develop MSM-friendly health service models."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firda Azizah Ahmad
"Latar belakang: Pemerintah DKI Jakarta melakukan berbagai upaya untuk mengatasi HIV/AIDS melalui berbagai inisiatif: layanan tes HIV, pengobatan PrEP, dan kondom gratis. LSL di wilayah ini masih menghadapi tantangan dalam mengakses kondom gratis. Perilaku berganti-ganti pasangan melalui aplikasi meningkatkan risiko hubungan seksual tanpa kondom, yang berpotensi menyebabkan penularan HIV/AIDS yang lebih tinggi. Penelitian ini membahas faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pencegahan HIV/AIDS melalui perilaku seks aman menggunakan kondom pada LSL di DKI Jakarta. Metode: Studi cross-sectional melalui kuesioner pada bulan November 2023 melibatkan 208 responden, menganalisis perilaku seks aman menggunakan kondom, pengetahuan tentang HIV, dan persepsi pencegahan HIV/AIDS. Pengetahuan terkait HIV dinilai dengan menggunakan kuesioner HIV-K18 dan teori Health Belief Model. Menggunakan analisis univariat dan bivariat dengan p-value <0,05 dianggap signifikan. Hasil: Di antara 189 responden yang memenuhi syarat, tingkat seks aman dengan menggunakan kondom termasuk moderat. Persepsi manfaat (p-value 0,006), persepsi hambatan (p-value 0,039), dan efikasi diri (p-value 0,015) memiliki korelasi positif dengan perilaku seks aman menggunakan kondom, sementara persepsi keparahan (p-value 0,035) berkorelasi negatif. Kesimpulan: Sebagian besar LSL di DKI Jakarta masih berisiko tinggi terinfeksi HIV/AIDS karena tidak menerapkan perilaku seks aman. Pemerintah perlu merancang program edukasi yang lebih spesifik dan relevan dengan konteks LSL, serta memastikan distribusi kondom gratis yang mudah diakses untuk mengatasi masalah ini.

Background: Despite the Jakarta government's efforts to address HIV/AIDS through various initiatives: HIV testing services, availability of PrEP treatment, and distribution of free condoms. MSM in the region still face challenges in accessing free condoms. The common practice of changing partners through applications increases the risk of unprotected sexual encounters, potentially leading to higher HIV/AIDS transmission. This study examined the factors that influence the behaviour of MSM in DKI Jakarta to prevent HIV/AIDS by practicing safe sex using condoms. Methods: A cross-sectional questionnaire was conducted in November 2023 with 208 respondents to assess safe sex behaviour using condoms, HIV knowledge, and perceptions of HIV/AIDS prevention. HIV-related knowledge was assessed using the HIV-K18 questionnaire and the Health Belief Model theory. Univariate and bivariate analyses were used and p-value < 0,05 was considered significant. Result: Among the 189 qualified respondents, the rate of safe sex practice with the use of condom was moderate. Perceived benefits (p-value 0.006), perceived barriers (p-value 0.039), and self-efficacy (p-value 0.015) were positively correlated to safe sex practice with the use of condom, while perceived severity (p-value 0.035) was negatively correlated. Conclusion: A significant number of MSM in DKI Jakarta remain at high risk of HIV/AIDS infection due to unsafe sex. The government should design more specific and contextualised education programmes for MSM and ensure that free condoms are easily accessible to address this public health concern."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusnita
"HIV-AIDS telah berkembang menjadi masalah kesehatan global termasuk di Indonesia. Persentase kumulatif kasus AIDS tertinggi berdasarkan cara penularan di Indonesia adalah melalui hubungan seks tidak aman pada heteroseksual (71%). Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan desain rapid assesment procedures (RAP) yang bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku wanita pekerja seks langsung (WPSL) mewajibkan penggunaan kondom untuk pencegahan HIV-AIDS di kecamatan Tapung Hulu dengan mengacu pada teori HBM.
Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan WPSL masih kurang, hambatan yang dirasakan adalah banyak pelanggan yang menolak menggunakan kondom, kemampuan negosiasi dan posisi tawar WPSL yang rendah. Untuk itu, perlu dilakukan upaya program pencegahan dan penanggulangan HIV-AIDS secara komprehensif.

HIV-AIDS has rounded into global health problem, including in Indonesia. Cumulative percentage of highest AIDS case based on way of infection in Indonesia is through coitus is not safe at heterosexual ( 71%). This research is a qualitative research with rapid assesment procedures design aimed to know the description of female sex workers behavior in obliges usage of condom for HIVAIDS prevention in subdistrict of Tapung Hulu by using HBM theory.
Result of research shows knowledge of female sex workers still less, perceived barrier is many clients refuse to using condom, ability of negotiation and bargaining position of them is low too. Therefore, need to be done preventive program and handling effort of HIV-AIDS comprehensively.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kanti Lituhayu
"ABSTRAK
Wanita Pekerja Seks (WPS) merupakan populasi yang beresiko tinggi untuk terjadinya
infeksi HIV/AIDS sampai sekarang. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan determinan
konsistensi pemakaian kondom untuk mencegah HIV/AIDS pada WPSTL/Pelanggannya.
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan menggunakan data sekunder
Survey Cepat Perilaku DKI Jakarta, jumlah sample adalah 240 responden. Hasil penelitian ini
menemukan dari seluruh variabel pada studi ini faktor yang berhubungan dengan penggunaan
kondom yang konsisten adalah : menawarkan kondom (OR= 19,539 95% CI 8,701-43,876),
ketersedian kondom ( OR= 0 95% CI 0) dan pasangan seks (OR= 0,110 95% CI 0,057-
0,211).
Penelitian ini merekomendaksikan adanya outlet kondom pada tempat tertentu yang
mobile agar WPSTL dapat mengakses dan mendapatkan kondom secara berkala.

ABSTRACT
Female Sex Workers (FSW) is a high-risk population for infection HIV/AIDS until now. This
study aims to explore the determinant consistency of condom use to prevent HIV/AIDS in
FSW / client.
This study used cross sectional study design by using Rapid Behavior Survey among key
population at DKI Jakarta with total sample 240 respondents. This study found of all
variables in this study factors associated with consistent condom use is: to offer condoms
(OR = 19.539 95% CI 8.701 to 43.876), the availability of condoms (OR = 0. 95% CI 0) and
sexual partners (OR = 0.110 95% CI 0.057 to 0.211).
The study recommended to provide condom outlets in certain specific places to give more
access for condom to WPSTL regularly."
2016
S66099
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edis Mari Eko
"Pendahuluan: Laki Seks Laki Orang Dengan HIV/AIDS (LSL ODHA) merupakan populasi yang paling rentan tertular melalui hubungan seks anal. Penggunaan kondom secara konsisten dapat memberikan perlindungan paling efektif terhadap infeksi serta dengan penanganan stigma dan komunikasi. Tujuan: Penelitian ini untuk mengetahui efektivitas hubungan antara stigma dan komunikasi terhadap perilaku penggunaan kondom pada pasangan Laki Seks Laki Orang Dengan HIV/AIDS. Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan metode purpossive sampling dengan jumlah sampel 144 responden. Instrumen yang digunakan: HIV Berger Stigma Scale, Communication Pattern Questionnaire–Short Form (CPQ-SF) dan kuesioner penggunaan kondom dengan pengambilan data pada bulan April 2023. Rata-rata responden berusia dewasa awal 18-40 tahun. Data dianalisis dengan SPSS 27.0. Hasil: ada hubungan yang bermakna antara stigma dan komunikasi terhadap perilaku penggunaan kondom pada Laki Seks Laki Orang Dengan HIV/AIDS (p=0,001; α =0,05). Hasil uji chi-square antara stigma dan komunikasi terhadap perilaku penggunaan kondom yang tidak konsisten (OR=0.09; 95% CI= 0.042-0,.226; p=0.001 dan OR= 0.08; 95% CI= 0.040-0,19; p=0.001). Diperlukan pengembangan intervensi yang berkontribusi lebih positif terhadap peningkatan penggunaan kondom. Uji RCT tambahan dengan desain yang lebih ketat dan ukuran sampel yang lebih besar diperlukan di masa mendatang. Program dukungan komunikasi yang meminimalkan stigma dapat berguna bagi LSL ODHA sebagai bentuk pendekatan dukungan untuk pendidikan kesehatan tradisional yang selama ini telah dilakukan.

Pendahuluan: Laki Seks Laki Orang Dengan HIV/AIDS (LSL ODHA) merupakan populasi yang paling rentan tertular melalui hubungan seks anal. Penggunaan kondom secara konsisten dapat memberikan perlindungan paling efektif terhadap infeksi serta dengan penanganan stigma dan komunikasi. Tujuan: Penelitian ini untuk mengetahui efektivitas hubungan antara stigma dan komunikasi terhadap perilaku penggunaan kondom pada pasangan Laki Seks Laki Orang Dengan HIV/AIDS. Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan metode purpossive sampling dengan jumlah sampel 144 responden. Instrumen yang digunakan: HIV Berger Stigma Scale, Communication Pattern Questionnaire–Short Form (CPQ-SF) dan kuesioner penggunaan kondom dengan pengambilan data pada bulan April 2023. Rata-rata responden berusia dewasa awal 18-40 tahun. Data dianalisis dengan SPSS 27.0. Hasil: ada hubungan yang bermakna antara stigma dan komunikasi terhadap perilaku penggunaan kondom pada Laki Seks Laki Orang Dengan HIV/AIDS (p=0,001; α =0,05). Hasil uji chi-square antara stigma dan komunikasi terhadap perilaku penggunaan kondom yang tidak konsisten (OR=0.09; 95% CI= 0.042-0,.226; p=0.001 dan OR= 0.08; 95% CI= 0.040-0,19; p=0.001). Diperlukan pengembangan intervensi yang berkontribusi lebih positif terhadap peningkatan penggunaan kondom. Uji RCT tambahan dengan desain yang lebih ketat dan ukuran sampel yang lebih besar diperlukan di masa mendatang. Program dukungan komunikasi yang meminimalkan stigma dapat berguna bagi LSL ODHA sebagai bentuk pendekatan dukungan untuk pendidikan kesehatan tradisional yang selama ini telah dilakukan."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>