Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 149540 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bunga Riadiani
"Tujuan: Menganalisis korelasi kehilangan gigi dengan kemampuan mastikasi perempuan pasca menopause.
Latar belakang: Pada perempuan menopause terjadi perubahan fisiologis akibat perubahan hormon. Salah satu akibatnya adalah penurunan densitas tulang yang berkontribusi terhadap hilangnya gigi. Fungsi mastikasi dipengaruhi oleh jumlah gigi, namun masih belum jelas bagaimana hubungan fungsi mastikasi yang dinilai secara subyektif dengan kehilangan gigi pada perempuan pasca menopause terutama di Indonesia.
Metode: Penelitian potong lintang dengan subyek 95 perempuan pasca menopause di Posbindu Lansia Pergeri Depok, Jawa Barat. Subyek menjawab kuesioner kemampuan mastikasi dan dilakukan pemeriksaan intra oral. Analisis Chi Square digunakan untuk menghubungkan usia, lama menopause, tingkat pendidikan, kehilangan gigi dan pemakaian gigi tiruan dengan kemampuan mastikasi.
Hasil: Subyek lansia sebanyak 71% dan lama menopause >5 tahun dialami 79% subyek. Tingkat pendidikan terbanyak adalah lulus sekolah menengah (46% subyek). Sebanyak 47% subyek mengalami kehilangan >10 gigi, 27% subyek kehilangan 6-10 gigi dan 26% subyek kehilangan <6 gigi. 76% subyek tidak memakai gigi tiruan. Kemampuan mastikasi memiliki hubungan bermakna (p<0,05) dengan kehilangan gigi (p=0,011), lama menopause (p=0,009) dan usia (p=0,025). Penggunaan gigi tiruan (p=0,611) dan pendidikan (p=0,849) tak berpengaruh signifikan terhadap kemampuan mastikasi.
Kesimpulan: Jumlah gigi hilang, lama menopause, dan usia mempengaruhi kemampuan mastikasi perempuan pasca menopause secara signifikan.

Objective: To determine association between tooth loss and masticatory ability in post menopausal women.
Background: Hormonal physiological changes in post menopausal women reduce bone density which leads to tooth loss. Masticatory function is affected by the number of teeth, but it is not yet clear how the subjectively perceived masticatory function associates with tooth loss in post menopausal women in Indonesia.
Method: Cross sectional study of 95 post menopausal women at Posbindu Lansia Pergeri Depok, West Java was performed. Subjects answered questionnaires about masticatory ability and intra oral examination was performed. Chi square analysis was conducted to relate age, menopausal period, educational level, tooth loss and denture use with masticatory ability.
Results: There were 71% elderly subjects and 79% subjects have experienced menopausal period ≥5 years. Forty-six percent of subjects were highschool graduates. Forty-seven percent subjects lost >10 teeth, 27% subjects lost 6-10 teeth and 26% subjects lost <6 teeth. Seventy-six percent of subjects did not wear dentures. Menopausal period (p=0.09), tooth loss (p=0.011), and age (p=0.025) had significant correlation with masticatory ability (p<0.05). Educational status (p=0.611) and denture wearing (p=0.849) did not significantly affect masticatory ability.
Conclusion: Masticatory ability in post menopausal women is significantly affected by length of menopausal period, tooth loss and age.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S45438
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risa Febriani
"Latar belakang: Masalah kesehatan gigi dan mulut seperti karies gigi dan penyakit periodontal merupakan penyebab terbesar kehilangan gigi pada pasien lanjut usia (lansia). Kehilangan gigi pada lansia dapat menyebabkan kesulitan untuk mengunyah dan menggigit makanan sehingga fungsi mastikasi terganggu dan mengakibatkan pemilihan makanan tertentu.
Tujuan: Menganalisis hubungan antara kehilangan gigi dan faktor sosiodemografi (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan status ekonomi) dengan kemampuan mastikasi pada lansia secara subjektif, serta menganalisis hubungan antara kehilangan gigi pada lansia dengan jumlah pemilihan jenis makanan, cara pengolahan makanan dan potongan/ukuran bahan makanan.
Metode: Penelitian ini dilakukan dengan desain cross sectional pada 100 pasien Puskesmas Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur yang berusia 60 tahun ke atas. Dilakukan pemeriksaan kondisi kehilangan gigi berdasarkan indeks Eichner, serta wawancara kuesioner kemampuan mastikasi (Hanin) dan kuesioner pemilihan jenis makanan (Oey Kam Nio).
Hasil Penelitian: Kehilangan gigi memiliki hubungan bermakna dengan kemampuan mastikasi pada lansia (p=0.001), jumlah pemilihan jenis makanan, cara pengolahan makanan (mentah dan goreng), dan potongan/ukuran bahan makanan (sedang). Usia, tingkat pendidikan dan status ekonomi memiliki hubungan bermakna dengan kemampuan mastikasi.
Kesimpulan: Terdapat hubungan antara kehilangan gigi, usia, tingkat pendidikan, dan status ekonomi dengan kemampuan mastikasi pada lansia.

Dental and oral health problems such as dental caries and periodontal disease which are the biggest causes of tooth loss in elderly. Tooth loss in elderly can cause difficulty in chewing and biting food so disruption of mastication function and selection of certain food.
Objectives: o analyze relationship between tooth loss and sociodemographic factors (age, sex, education level and economic status) with subjective masticatory ability in elderly, analyze relationship between tooth loss in elderly and number of food choice, food processing method and food material size.
Methods: Cross sectional study was conducted on 100 patients of Kramat Jati Sub-district Health Center, East Jakarta aged 60 years and over. Examination of tooth loss condition based on Eichner index and interview masticatory ability questionnaire (Hanin) and selection of food types questionnaire (Oey Kam Nio).
Results: Tooth loss has a significant relationship with masticatory ability in elderly (p=0.001), number of food choice, food processing method (raw and fried), and size of food (medium). Age, education level and economic status have a significant relationship with masticatory ability.
Conclusion: There is a relationship between tooth loss, age, sex, education level and economic status with masticatory ability in elderly.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Kehilangan gigi dan kemampuan mastikasi subjektif pada perempuan pasca menopause. Perempuan menopause mengalami perubahan hormon yang dapat mengakibatkan penurunan densitas tulang yang mempengaruhi hilangnya gigi, sehingga berpengaruh terhadap fungsi mastikasi. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan kehilangan gigi dengan kemampuan mastikasi perempuan pasca menopause secara subjektif. Metode: Penelitian potong lintang dengan subjek 95 perempuan pasca menopause di Posbindu Lansia Pergeri Depok, Jawa Barat. Subjek menjawab kuesioner dan dilakukan pemeriksaan intra oral. Analisis Chi Square digunakan untuk menghubungkan usia, lama menopause, tingkat pendidikan, kehilangan gigi dan pemakaian gigi tiruan dengan kemampuan mastikasi. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 47% subjek
mengalami kehilangan >10 gigi, 27% subjek kehilangan 6-10 gigi dan 26% subjek kehilangan <6 gigi. 76% subjek tidak memakai gigi tiruan. Kemampuan mastikasi memiliki hubungan bermakna dengan kehilangan gigi, lama menopause dan usia (p<0,05). Simpulan: Dapat disimpulkan, jumlah gigi hilang, lama menopause, dan usia mempengaruhi kemampuan mastikasi perempuan pasca menopause secara signifikan (p<0,05).

Post-menopausal women experience physiological hormonal changes that reduce bone density which leads to tooth loss and presumably affect masticatory function. Objective: This study aims to determine association between tooth loss and masticatory ability in post-menopausal women. Methods: Cross sectional study of 95 post-menopausal women at Posbindu Lansia Pergeri Depok, West Java was performed. Subjects answered questionnaires and intra oral examination was performed. Chi square analysis was conducted to relate age, menopausal period, education level, tooth loss and denture use with masticatory ability. Results: 47% subjects lost >10 teeth, 27% subjects lost 6-10 teeth and 26% subjects lost <6 teeth. Seventy-six percent of subjects did not wear dentures. Menopausal period, tooth loss, and age had significant correlation with masticatory ability (p<0.05). Conclusions: This study concludes that masticatory ability in post-menopausal women is significantly affected by length of menopausal period, tooth loss and age (p<0.05)."
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Melia
"Kehilangan gigi dan pemakaian gigi tiruan dapat mempengaruhi asupan makanan seseorang. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan kehilangan gigi dan pemakaian gigi tiruan terhadap status nutrisi. Penelitian dilakukan dengan metode potong lintang pada 129 subjek berusia 34-80 tahun. Subjek diperiksa kehilangan giginya kemudian diwawancara menggunakan kuesioner Mini Nutritional Assessment (MNA). Data dianalisis menggunakan piranti lunak statistik. Hasil uji analisis chi-square menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara kehilangan gigi dan status nutrisi (p=0,712) dan antara pemakaian gigi tiruan dan status nutrisi (p=0,252). Ditemukan hubungan bermakna antara usia dan status nutrisi, tingkat pendidikan dan status nutrisi, serta usia dan pemakaian gigi tiruan.
Teeth loss and denture wearing can affect a person's food intake. The purpose of this study was to analyze the relation of tooth loss and denture wearing on nutritional status. The study was conducted with a cross-sectional method on 129 subjects aged 34-80 years. Subjects had their teeth checked and interviewed using Mini Nutritional Assessment (MNA) questionnaire. Data was analyzed using statistical software. The result of chi-square analysis showed no significant relation between tooth loss and nutritional status (p = 0.712) and between denture wearing and nutritional status (p = 0.252). Relation was found between age and nutritional status, educational level and nutritional status, and the age and denture wearing."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Priscilla Clarissa
"Latar Belakang: Untuk menilai status kesehatan gigi dan mulut, selama puluhan tahun para ahli studi epidemiologi kesehatan komunitas menggunakan indeks Decayed, Missing, and Filled Teeth (DMF-T). Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2018, rerata skor indeks DMF-T penduduk Indonesia sebesar 7,1 yang tergolong tinggi. Kehilangan gigi merupakan kondisi oral ireversibel yang dideskripsikan sebagai indikator final mengenai keparahan kondisi kesehatan gigi dan mulut. Kehilangan gigi menyebabkan kerusakan fungsional, estetika, dan sosial-psikologis serta berdampak sangat besar terhadap kualitas hidup individu. Kehilangan gigi dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Maka dari itu, diperlukan data mengenai pengaruh berbagai faktor risiko terhadap kehilangan gigi pada berbagai kelompok usia.
Tujuan: Memperoleh data hubungan faktor risiko dan rerata jumlah kehilangan gigi pada subjek usia 31-75 tahun dari radiograf panoramik digital.
Metode: Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa 375 sampel radiograf panoramik digital subjek usia 31-75 tahun di Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indoneisa (RSKGM FKGUI). Subjek dibagi menjadi 3.
kategori: 31-45 tahun, 46-60 tahun, dan 61-75 tahun. Untuk mendapatkan jumlah kehilangan gigi dan data mengenai faktor risiko umur, jenis kelamin, karies/jumlah restorasi/lesi periapikal, dan kehilangan tulang/penyakit periodontal, dilakukan interpretasi radiograf panoramik digital. Kemudian dilakukan uji reliabilitas intraobserver dan interobserver dengan t-test dan Bland Altman.
Hasil: Median, nilai minimum, dan nilai maksimum jumlah kehilangan gigi pada kelompok usia 31-45 tahun sejumlah 1 (0-5) gigi, usia 46-60 tahun sejumlah 5 (0-19) gigi, dan usia 61-75 tahun sejumlah 10 (2-28) gigi. Jumlah kehilangan gigi antar kelompok usia berbeda bermakna (p<0.05 berdasarkan uji Kruskal Wallis). Jumlah kehilangan gigi bertambah seiring penuaan usia. Analisis korelasi faktor-faktor risiko terhadap kehilangan gigi menunjukkan bahwa usia dan status periodontal berhubungan sangat kuat dengan kehilangan gigi, jumlah karies gigi dan lesi periapikal memiliki hubungan sedang dengan kehilangan gigi, dan jenis kelamin dan jumlah restorasi gigi memiliki hubungan lemah dengan kehilangan gigi.
Kesimpulan: Jumlah kehilangan gigi pada usia 31-45 tahun berbeda bermakna dibandingkan pada usia 46-60 dan 61-75 tahun. Kehilangan gigi cenderung bertambah seiring penuaan usia. Faktor risiko yang hubungannya sangat kuat dengan kehilangan gigi adalah usia dan kehilangan tulang.

Background: To assess community oral health status, for several decades, epidemiologists have always used Decayed, Missing, and Filled Teeth (DMF-T) index. Based on the 2018 Basic Health Research, the mean of DMF-T index of Indonesia’s population was 7.1, which was considered high. Tooth loss is an irreversible oral condition that is often described as the final indicator of oral health status that causes functional, aesthetics, and social-psychological damage that greatly affects life quality. Tooth loss is a multi-factorial phenomenon. Thus, a concrete data is needed to assess the impact of risk factors on tooth loss in several age categories.
Objective: To obtain the data of tooth loss risk factors and the mean of missing teeth in 31-75-year-old subjects from digital panoramic radiograph.
Methods: This study was completed using secondary data of 375 digital panoramic radiographs in Universitas Indonesia Dental Hospital (RSKGM FKGUI). The subjects were devided into 3 categories: 31-45 years old, 46-60 years old, and 61-75 years old. In order to obtain the data of tooth loss and its risk factors: age, gender, caries/restoration/periapical disease, and periodontitis, the digital panoramic radiographs were interpreted. Then, the reliability test for both intraobserver and interobserver were conducted using t-test and Bland Altman test.
Results: The median, minimum, and maximum of tooth loss in the 31-45 years old group is 1 (0-5) teeth, 46-60 years old group is 5 (0-19) teeth, and 61-75 years old group is 10 (2-28) teeth. The number of tooth loss in all age groups are statistically different (p<0.05 in Kruskal Wallis test). The number of tooth loss increases as aging continues. Correlation analysis of the tooth loss risk factors showed that age and periodontitis have a very strong correlation with tooth loss, the number of tooth caries and periapical disease have a moderate correlation with tooth loss, and gender and restoration have a weak correlation with tooth loss.
Conclusion: The number tooth loss occurred in 31-45 years old group subject is significantly different compared to the number of tooth loss in 46-60 and 61-75 years old group. Tooth loss is strongly correlated with age and bone loss.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Amalia Rizqi
"Latar belakang: Performa mastikasi dapat dilihat dari kemampuan menghancurkan makanan. Salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah jumlah FTUs. Namun, belum diperoleh jumlah FTUs minimal untuk menghasilkan performa mastikasi baik. Selain itu, usia dan jenis kelamin juga berpengaruh terhadap performa mastikasi tetapi beberapa penelitian memiliki perbedaan pendapat terkait hal tersebut.
Tujuan: Menganalisis pengaruh jumlah FTUs, usia, dan jenis kelamin terhadap performa mastikasi.
Metode: Penilaian jumlah FTUs melalui catatan kontak gigi posterior dari 50 subjek sesuai kriteria inklusi sedangkan penilaian performa mastikasi melalui pencampuran warna bolus permen karet dua warna.
Hasil Penelitian: Jumlah FTUs sangat berpengaruh terhadap performa mastikasi p=0.667 sedangkan usia dan jenis kelamin tidak mempengaruhi performa mastikasi p=0,245 dan p=0,169.
Kesimpulan: Semakin banyak jumlah FTUs maka semakin baik performa mastikasi.

Background: Individual masticatory performance can be shown from their ability to break down the food. Number of FTUs can affect masticatory performance. But, there is no research about the minimum number of FTUs that still produce a good masticatory performance. In addition, age and gender also affects for masticatory performance but few studies have disagreements about that.
Purpose: To analyze the effect of number of FTUs, age and gender for masticatory performance.
Methods: Number of FTUs's evaluation through the contact record of posterior teeth from 50 subjects that include in criteria and masticatory performance's evaluation through the color mixing gum bolus.
Results: Number of FTUs give positively affect for masticatory performance p 0.667 whereas age and gender doesn't affect for that p 0,245 and p 0,169 .
Conclusion: The greater number of FTUs makes good masticatory performance.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Merry Elisa
"ABSTRACT
Latar Belakang: Kehilangan gigi masih menjadi masalah dalam kesehatan gigi dan mulut orang dewasa di Indonesia. Namun, karena kurangnya kesadaran dan faktor sodiodemografi lainnya, biasanya pasien tidak langsung mencari perawatan prostodontik setelah mengalami kehilangan gigi. Tujuan: Menganalisis hubungan antara status kehilangan gigi berdasarkan jumlah dan lokasinya dengan tingkat kesadaran mengenai perawatan prostodontik. Metode: Studi analitik observasional dengan desain penelitian cross sectional. Penelitian ini dilakukan dengan teknik consecutive sampling pada pasien usia 20 tahun ke atas dengan satu atau lebih gigi yang hilang. Subjek diperiksa untuk mengetahui jumlah dan lokasi gigi hilang dan menjawab kuesioner mengenai kesadaran akan perawatan prostodontik. Penelitian ini dianalisis dengan Kruskal-Wallis dan uji Mann Whitney ?=5 . Hasil: Jumlah dan posisi kehilangan gigi memiliki hubungan dengan tingkat kesadaran dengan perawatan prostodontik.

ABSTRACT
Background Edentulism still represents a significant oral health concern among Indonesian adults. Due to lack of awareness, and other sociodemographic factors, mostly patients do not seek prosthetic treatment immediately after tooth loss. Objective This study was analyzed the relationship between number and position of tooth loss with perception of patient rsquo s awareness about prosthodontic treatment. Methods Analytic observational study with cross sectional design. This study was done using a consecutive sampling on patient age of 20 years and above with one or more missing teeth. Patients were evaluated to determine the number and position of tooth loss and answered questionnaire about awareness of prosthodontic treatment. This research was analyzed with Kruskal Wallis and Mann Whitney test a 5 . Results The number and position of missing tooth had a relationship with patient rsquo s awareness of prosthodontic treatment."
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Missy Mercia
"Pada usia 40-75 tahun tulang rahang mengalami pengurangan massa yang dapat menyebabkan kehilangan gigi, sehingga dapat digunakan sebagai penanda awal risiko osteoporosis. Penelitian cross-sectional deskriptif ini dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi jumlah kehilangan gigi pada usia yang berisiko osteoporosis dari radiograf panoramik. Penghitungan kehilangan gigi pada 191 sampel di Paviliun Khusus RSGM FKG UI. Penghitungan oleh dua orang pengamat dan masing-masing dua kali penghitungan. Data reliabel dengan uji reliabilitas Intraclass Correlation Coefficient = 0,999, sedangkan uji korelasi usia dan jumlah kehilangan gigi menggunakan Pearson?s correlation coefficient (r) = 0,318. Database didapatkan dan terdapat korelasi antara usia dengan jumlah kehilangan gigi.

In the age of 40-75, bone mass reduction occurs and can lead to tooth loss, which is considered as an indicator of osteoporosis. This descriptive cross-sectional study was held to provide database of tooth loss frequency distribution in risk ages of osteoporosis by using panoramic radiograph. Two observers counted the tooth loss in 191 samples from Paviliun Khusus RSGM FKG UI. Data set is reliable with Intraclass Correlation Coefficient (ICC) 0.999. Pearson Correlation test shows correlation between age and tooth loss (r = 0.318). Frequency distribution of tooth loss database is attained with a correlation between age and tooth loss."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
S45351
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sulthan Farhan Athallah
"Latar Belakang: Periodontitis adalah penyakit yang ditandai inflamasi dan menyebabkan kerusakan pada gingiva, jaringan periodontal, dan tulang alveolar yang menjadi tempat bertumpunya gigi-geligi. Penelitian yang pernah ada sebelumnya mencoba menggunakan alat penilaian risiko penyakit periodontal untuk memprediksi kehilangan gigi. Dalam sistem klasifikasi terbaru penyakit periodontal, World Classification 2017, periodontitis dikategorikan menjadi stage dan grade berdasarkan parameter seperti kehilangan tulang yang juga merupakan faktor risiko kehilangan gigi, sehingga World Classification 2017 berpotensi untuk menilai risiko kehilangan gigi pada pasien periodontitis.
Tujuan: Mengetahui hubungan antara Stage dan Grade Periodontitis dengan kehilangan gigi akibat periodontitis pada follow-up 0-3 bulan, 3-6 bulan, 6-9 bulan, 9-12 bulan, dan 12-24 bulan.
Metode: Penelitian dilakukan secara retrospektif menggunakan data sekunder rekam medis periodontal pasien RSKGM FKGUI Tahun 2018-2021 yang diambil melalui consecutive sampling. Seratus enam puluh enam sampel rekam medis diperoleh dalam penelitian ini. Data sampel diolah dengan uji komparasi statistik menggunakan program IBM SPSS Statistics 26.
Hasil: Ada perbedaan signifikan kehilangan gigi akibat periodontitis pada stage IV antar waktu follow-up 0-3 bulan dengan 12-24 bulan; grade A antar waktu follow-up 0-3 bulan dengan 12-24 bulan; grade C antar waktu follow-up 12-24 bulan dengan 0-3 bulan, 3-6 bulan, dan 9-12 bulan.
Kesimpulan: Kehilangan gigi akibat periodontitis pada masing-masing stage dan grade berbeda antar waktu follow-up.

Introduction: Periodontitis is a disease revolving around inflammation and result in destruction of gingiva, periodontal tissue, and alveolar bone which function as anchorage of teeth. Past studies tried to use periodontal risk assessment tools to predict tooth loss. The new classsification of periodontal disease, World Classification 2017, categorized periodontitis into stages and grades based on parameter such as bone loss, which also a risk factor of tooth loss, so it was considered to be potential periodontal tooth loss predictor.
Objectives: To investigate relationship between diagnosed periodontitis stages and grades on baseline to tooth loss on 0-3 months, 3-6 months, 6-9 months, 9-12 months, and 12-24 months recall.
Methods: This study is done retrospectively using secondary data from 2018-2021 RSKGM FKGUI dental records collected by consecutive sampling. One hundred sixty six samples collected for the study. Data is analyzed by comparative test using IBM SPSS Statistics 26 Program.
Results: There is significant difference of tooth loss by periodontitis stage IV between 0-3 months to 12-24 months recalls from baseline; grade A between 0-3 months to 12-24 months; grade C between 12-24 months to 0-3 months, 3-6 months, and 9-12 months recalls from baseline.
Conclusions: Tooth loss due to periodontitis is differ based on stages and grades between recalls.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tasha Larissa
"Latar belakang: Seiring bertambahnya usia, kemungkinan kehilangan gigi juga akan semakin banyak. Kehilangan gigi terutama pada bagian posterior menyebabkan berkurangnya zona dukungan gigi posterior yang akan menyebabkan perubahan fungsi mastikasi (kemampuan mengunyah makanan) dan akan memiliki pengaruh signifikan terhadap kesehatan umum sehingga dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Hal ini yang pada akhirnya membuat seseorang merasa membutuhkan suatu bentuk perawatan. Permintaan seseorang terhadap pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh faktor pendorong (predisposing) yang meliputi pengetahuan, sikap, dan perilaku.
Tujuan:Menganalisis hubungan antara pengetahuan, sikap, dan perilaku kesehatan gigi dan mulut dengan permintaan gigi tiruan pada pra-lansia dan lansia.
Metode: Penelitian ini dilakukan secara cross sectional pada 82 subjek yang berusia lebih dari 45 tahun yang mengikuti bakti sosial di Puskesmas Pulau Panggang, Kepulauan Seribu. Pada subjek dilakukan pemeriksaan klinis intraoral, pengisian kuesioner pengetahuan, sikap, dan perilaku kesehatan gigi dan mulut, dan lembar isian permintaan gigi tiruan. Data dianalisis menggunakan uji Chi-Square.
Hasil Penelitian: Terdapat perbedaan bermakna antara pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dengan permintaan gigi tiruan (p=0,000).
Kesimpulan: Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dengan permintaan gigi tiruan pada pra-lansia dan lansia, namun tidak terdapat hubungan yang signifikan antara sikap dan perilaku kesehatan gigi dan mulut dengan permintaan gigi tiruan.

Background: As we get older, the possibility of tooth loss will also increase. Missing teeth in the posterior area will reduce the number of occlusal support zones and will cause changes in the masticatory function. These changes may have impact on general health and affect the quality of life. This is what ultimately makes a person need some form of care. A person's demand for health services is influenced by predisposing factors which include knowledge, attitude, and practice.
Obejctives: To analyze the relationship between oral health knowledge, attitude, and practice toward denture demand in the pre- elderly and elderly.
Methods : This research was conducted with a cross sectional design on 82 subjects aged over 45 years old who attended social services at the public health center located on Panggang Island, Kepulauan Seribu. Oral examination were performed, and interview for oral health knowledge, attitude, and practice and denture demand questionnaire were conducted. Data were analyzed using Chi-Square test.
Results: Oral health knowledge gave a statistically significant difference towards denture demand (p=0,000).
Conclusion: Oral health knowledge gave a statistically significant difference towards denture demand whilst oral health attitude and practice did not.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Univeritas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>