Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 152032 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dewa Aji Ariwanto
"Produktivitas faktor total (Total Factor Productivity/TFP) dan produktivitas faktor tunggal (Single Factor Produktivity/SFP) diyakini sebagai salah satu alat untuk mengukur tingkat produktivitas. Masing-masing metode pengukuran memiliki keunggulan tersendiri yang tergantung pada tujuan pengukuran dan ketersediaan sumber-sumber pendukung yang diperlukan untuk melakukan pengukuran tersebut. Studi empiris menunjukkan bahwa kinerja ekonomi suatu negara dapat diukur melalui metode tersebut. Ekonomi Indonesia yang terdiri dari 11 sektor telah menunjukkan pertumbuhan yang positif dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. Di antara 11 sektor tersebut terdapat beberapa sektor yang memliki kontribusi terbesar di dalam PDB nasional. Sektor-sektor tersebut antara lain sektor manufaktur, sektor pertanian dan sektor perdagangan. Namun demikian, PDB nasional juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar 11 sektor tersebut.
Salah satu faktor pendukung tingkat produktivitas suatu ekonomi adalah ketersediaan infrastruktur. Oleh karena itu, tesis ini akan menganalisis peranan infrastruktur terhadap produktivitas di sektor manufaktur di Indonesia serta menganalisis jenis infrastruktur apa yang memberikan kontribusi signifikan dalam produktivitas. Tesis ini akan mengukur tingkat produktivitas tenaga kerja sebagai salah satu bentuk dari produktivitas faktor tunggal/SFP.
Untuk mengetahui sejauh mana peranan infrastruktur dalam produktivitas sektor manufaktur di Indonesia selama kurun waktu 2000-2009, pendugaan dilakukan dengan menggunakan satu set data panel yang mencakup semua provinsi. Hasil pendugaan menunjukkan bahwa metode terbaik untuk mengestimasi model adalah dengan metode Efek Acak (Random Effect). Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa semua variabel yang diamati menunjukkan tanda positif walaupun beberapa variabel tidak signifikan. Analisis dalam level provinsi juga dilakukan untuk menguji apakah kondisi geografis juga berpengaruh terhadap produktivitas.
Hasil analisis menunjukkan bahwa selama periode 2000 hingga 2009, produktivitas tenaga kerja di sektor manufaktur di Indonesia telah menunjukkan hubungan positif dan signifikan terhadap infrastruktur. Dapat ditarik kesimpulan bahwa produktivitas tenaga kerja di sektor manufaktur di Indonesia dipengaruhi oleh ketersediaan infrastruktur. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa infrastruktur pendidikan memiliki peranan yang paling dominan dalam menentukan tingkat produktivitas tenaga kerja di sektor manufaktur. Dalam tataran kebijakan, pemerintah Indonesia harus mempertimbangkan dan meningkatkan ketersediaan infrastruktur di seluruh provinsi terutama yang terkait dengan sektor manufaktur. Upaya tersebut tidak hanya sebatas perbaikan dan peningkatan dalam hal kuantitas dan kualitas infrastruktur, tetapi juga meningkatkan penyediaan infrastruktur secara lebih merata. Dengan demikian, melalui efek pengganda (multiplier effect), tingkat kesejahteraan secara keseluruhan dapat ditingkatkan.

Both SFP and TFP are believed as tools to measure productivity. This means that those measurements can be used to assess economic performance. However, each measurement has its own superiority, which relies on the purposes and the availability of sources to calculate it. Indonesia’s economy which consists of 11 sectors shows a positive growth in around last 10 years. Those sectors are manufacturing sector, agriculture sector and trade sector. Among those sectors, there are several sectors having bigger share on national GDP compare to the rest. However, the magnitude of each sector share in GDP is not solely determined by the sector itself, but it also influenced by other factors.
One believed as the supporting factor is infrastructure. Therefore, this paper will examine the role of infrastructure on the productivity in manufacturing sector in Indonesia and analyze which kind of infrastructures that highly contributes to the productivity. The paper is measuring productivity labor productivity as one form of SFP. Based on the calculation, this paper excludes the TFP calculation as the productivity measurement due to unconvincing result.
To assess the role of infrastructures in productivityin the manufacturing sector in Indonesia during 2000-2009, by using a panel data set which includes all provinces, the estimation is conducted. The result shows that the best method to estimate the model is Random Effect method. Further analysis reveals that all of observed variables show a positive sign but some of those variables are insignificant. Province level analysis also conducted to examine whether geographical condition also have effect to productivity.
To sum up, the results signify that during the period of 2000 to 2009, labor productivity in manufacturing sector in Indonesia shows a positive and significant relation to infrastructures. It can be concluded that labor productivity in manufacturing sector in Indonesia is influenced by infrastructure provisions. Moreover, government of Indonesia should improve infrastructures provisions across provinces which related to manufacturing sector. Not only improvements in the quantity and quality of infrastructures, but also reduce the inequality and uneven infrastructure distribution. By improving the infrastructures related to manufacturing sector, it can increase welfare through multiplier effects not only for the labor but also for the society.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2012
T35654
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dedy Pratama
"Dampak langsung dan tidak langsung (spillover effect) dari infrastruktur transportasi (jalan, pelabuhan, dan bandar udara) terhadap perkembangan ekonomi suatu wilayah masih menjadi perdebatan, baik terkait arah maupun besarannya. Penelitian ini melihat dampak infrastruktur transportasi terhadap perkembangan wilayah, baik langsung maupun tidak langsung, dari sisi produktivitas tenaga kerja industri manufaktur. Dengan menggunakan data panel industri manufaktur Indonesia tahun 2011-2014, penelitian menunjukkan adanya pengaruh positif dari infrastruktur transportasi jalan dan pelabuhan terhadap produktivitas tenaga kerja industri manufaktur di Pulau Jawa, baik pada wilayah dimana infrastruktur tersebut berada maupun pada wilayah sekitarnya. Sementara itu, infrastruktur transportasi bandar udara mempunyai pengaruh positif terhadap produktivitas tenaga kerja industri manufaktur di luar Pulau Jawa.

The direct and indirect effects (spillover effect) of transportation infrastructure (roads, ports, and airports) on the economic development in a region are still being debated, both in terms of direction and magnitude. This study estimates the impact of transportation infrastructure on regional development, both directly and indirectly, in terms of labor productivity in the manufacturing industries. Using Indonesian manufacturing industries panel data in 2011-2014, the study shows that there is a positive influence of road and port transportation infrastructure on the labor productivity of manufacturing industries in Java, both in areas where the infrastructure is located and in the surrounding area. Meanwhile, airport transportation infrastructure has a positive influence on the labor productivity of manufacturing industries outside Java."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Surya Akbar Wijaya
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apakah terjadi kondisi learning by exporting pada industri manufaktur di Indonesia. Kondisi tersebut menunjukkan pengaruh yang positif dari kegiatan ekspor produk manufaktur terhadap pertumbuhan produktivitas industri yang diukur dari produktivitas tenaga kerja dan produktivitas faktor total (TFP). Selain itu, penelitian ini juga menganalisis dampak produktivitas industri dari ekspor ke beberapa negara mitra dagang utama Indonesia. Hasil dari analisis ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar pengambilan kebijakan untuk memperkuat strategi program promosi ekspor Indonesia, sekaligus meningkatkan daya saing industri nasional. Periode penelitian diambil mulai kurun waktu tahun 2003 sampai dengan tahun 2008 dengan menggunakan data panel dari Survei Industri Besar dan Sedang, dan data ekspor Indonesia. Hasil estimasi menunjukkan bahwa kegiatan ekspor berpengaruh positif terhadap produktivitas tenaga kerja dan produktivitas faktor total (TFP) dari industri manufaktur Indonesia, serta terdapat heterogeneitas pengaruh negara tujuan ekspor terhadap produktivitas perusahaan/industri. Penelitian ini juga menunjukkan dampakyangsaling bertolakbelakang akibat implementasi perjanjian kawasan perdagangan bebas (FTA) ASEAN-China terhadap kedua produktivitas tersebut.

This study aimed to analyze whether the condition of learning by exporting are happened in the manufacturing industry of Indonesia. This condition indicate a positive influence on the export of manufactured products to the growth of industrial productivity as measured by labor productivity and total factor productivity (TFP). In addition, this study also analyzes the impact of industrial productivity of exports to several countries of Indonesia's major trading partners. The results of this analysis are expected to be used as a basis for policy making to strengthen Indonesia's export promotion program strategy, while enhancing the competitiveness of the national industry. The study took a period from 2003 to 2008 by using panel data from the Survei Industri Besar dan Sedang (Survey of Large and Medium Enterprises), and Indonesian export data. The result of estimation indicate that exporting gives a positive effect to labor productivity and total factor productivity (TFP) of the Indonesian manufacturing industry, and there is heterogeneity of the effect of export destinations to the industrial productivity. This study also demonstrates the contradicting impact of the free trade area agreement ( FTA ) between ASEAN and China to the productivity of Indonesian manufacturing industry.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T42779
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yohanes Nurcahyo Agung Wibowo
"Aglomerasi, konsentrasi spasial industri di suatu lokasi, dipercaya dapat meningkatkan produktivitas karena eksternalitas positif yang timbul darinya seperti limpahan informasi dan pengetahuan (knowledge spillover), input sharing, dan labor pooling. Penelitian ini mengkaji pengaruh aglomerasi industri manufaktur besar dan sedang (IBS) terhadap produktivitas tenaga kerja. Efek aglomerasi diukur menggunakan output dan kepadatan tenaga kerja. Dengan menggunakan data panel dari 44 kota dan kabupaten di seluruh wilayah metropolitan di Indonesia dari 2009-2004, penelitian ini menunjukkan bahwa aglomerasi bersifat sebagai pedang bermata dua. Dalam hal share output, aglomerasi secara positif berkontribusi terhadap produktivitas tenaga kerja. Di sisi lain, dalam hal kepadatan tenaga kerja, aglomerasi menghasilkan dampak negatif pada produktivitas. Temuan-temuan ini mengindikasikan bahwa pemerintah harus memperluas klaster industri di daerah-daerah dengan tingkat populasi penduduk yang rendah, terutama di luar pulau Jawa, dengan menyediakan infrastruktur dasar seperti listrik, pelabuhan, dan jalan, sehingga pembangunan ini menciptakan kondisi ekonomi yang menguntungkan untuk investasi dan pengembangan industri daerah tersebut.

Agglomeration, the spatial concentration of industries in certain location, has been argued to improve productivity since it could provide positive externalities such as knowledge spillover, input sharing, and labor pooling. This paper examines the effect of large and medium manufacturing industry (LMI) agglomeration on labor productivity. Measuring the output and labor density as agglomeration effect by using 2009-2014 municipal panel data from 44 cities and regions across the metropolitan areas of Indonesia, this study shows that agglomeration is a double-edged sword. In terms of output share, agglomeration positively contributes to labor productivity. On the other hand, in terms of labor density, agglomeration results in a negative impact on productivity. These findings suggest the government should expand industrial clusters in less densely populated areas, especially outside the island of Java, by providing basic infrastructures such as electricity, ports, and roads, so that this development creates favorable economic conditions for investment and industrial development in such areas."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia , 2018
T52002
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luhur Selo Baskoro
"Penelitian ini mempelajari faktor-faktor penentu arus masuk FDI di sektor manufaktur di Indonesia, dan memusatkan perhatian pada pengaruh produktivitas tenaga kerja terhadap arus masuk FDI. Studi ini menggunakan data dari 19 industri di sektor manufaktur Indonesia dari tahun 2001 sampai dengan 2014 dengan menggunakan metode Random Effects. Analisis empiris menunjukkan bahwa produktivitas kerja, upah, dan ekspor telah menjadi faktor signifikan yang mempengaruhi investasi asing langsung di industri ini selama periode penelitian, dimana variable-variabel ini berhubungan positif dengan masuknya FDI. Analisis lebih lanjut dengan menggunakan dummy variable juga menunjukkan bahwa arus masuk FDI di sektor ini cenderung menargetkan industri yang tidak tergolong industri padat karya. Industri jenis ini biasanya memerlukan ketrampilan tenaga kerja yang lebih tinggi dan tingkat teknologi yang lebih rumit, sehingga menghasilkan produktivitas kerja yang lebih tinggi. Ini menunjukkan bahwa metode alokasi FDI perusahaan asing di industri-industri tersebut cenderung meningkatkan modal dibanding mempekerjakan lebih banyak sumber daya manusia. Dengan demikian, hasil penelitian ini mendasari pendekatan yang berbeda untuk meningkatkan setiap variabel berdasarkan intensitas faktor produksi industri. Untuk industri padat karya, strategi utama untuk menarik FDI adalah meningkatkan kualitas tenaga kerja melalui peningkatan pendidikan, pelatihan, program magang, dan sertifikasi pekerja. Pemerintah juga perlu mendorong pengembangan industri kecil melalui dukungan finansial dan teknis. Di sisi lain, peningkatan produktivitas tenaga kerja di industri bukan padat karya dapat dicapai dengan memperbaiki iklim penelitian dan pengembangan tehnologi, dan menjaga kualitas tenaga kerja melalui peraturan perlindungan kesehatan dan sosial.

This paper investigates the determinants of FDI inflow in Indonesian manufacturing sector, and focusing on the effect of labor productivity on FDI inflow. This study employs the data from 19 industries within Indonesian manufacturing sector from 2001 to 2014 using Random Effects method. The empirical analysis shows that labor productivity, wages, and export have become significant factors that affect foreign direct investment in manufacturing industries during the period of the research. These variables are positively related to FDI inflow. Further analysis using dummy variable also suggests that FDI inflow in this sector tends to target non labor intensive industries rather than labor intensive industries. Non labor intensive industries typically require higher labor skill and higher level of technology, thus creating higher labor productivity. This indicates the method of foreign firms rsquo FDI allocation in the industries which was to increase capital rather than to employ a larger number of workers. Thus, this particular finding generates different approaches to improve each variable based on production factor intensities of the industries. For the labor intensive industries, the main strategy to attract FDI is to increase labor quality through improvement in education, training, internship program, and worker certification. The government also needs to encourage the development of small industries through financial and technical supports. On the other hand, improvement in labor productivity in non labor intensive industries can be attained by improving research and development climate, and maintaining the quality of labor through health and social protection regulation."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
T49664
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Darma Rika Swaramarinda
"Tesis ini menganalisis mengenai produktivitas tenaga kerja yang dimodelkan sebagai variabel tidak bebas yang dipengaruhi oleh variabel bebas yaitu investasi asing iangsung pada sektor industri pengolahan dan variabel lain yaitu intensitas modal dan ukuran perusahaan. Penelitian ini menggunakan data panel pada sektor industri pengolahan di Indonesia. Panel data digunakan untuk 9 sub-sektor industri pada sektor industri pengolahan tahun 1993-2005. Model estimasi yang digunakan adalah random effect model. Analisis dilakukan dengan menggunakan panel data dengan random effect pada setiap subsektor industri pengolahan. Hasil dari penelitian ini adalah : (1) investasi asing langsung pada industri berpengaruh positif terhadap produktivitas tenaga kerja, (2) Variabel lain yaitu intensitas modal dan ukuran perusahaan juga berpengaruh positif terhadap produktivitas tenaga kerja.

This paper analyze about labor productivity is modeled as dependent variable on the degree of foreign direct investment in the manufacturing industry and other variables, namely capital intensity and firm size. This research uses a panel data in the Indonesian manufacturing industry sectors. A panel data set is used for 9 subsectors of the manufacturing industry during 1993-2005. The estimation model is used random effect model. The analysis uses the panel data analysis with random effect in those sulrsectors. Results of this research are; (1) foreign direct investment in the industry have a positive impact on labor productivity. (2) other variables, namely capital intensity and finn size also have a positive impact on labor productivity."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
T27379
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Wildan Syafitri
"Tenaga kerja merupakan penyumbang panting dalam pertumbuhan ekonomi. Sedangkan pertumbuhan ekonomi berarti peningkatan pendapatan perkapita, yang secara langsung disebabkan oleh pertumbuhan produktifitas tenaga kerja. Produktifitas tenaga kerja merupakan gambaran mutu modal manusia, karena rnenunjukkan sejumlah output yang dapat dihasilkan oleh seorang individu dalam suatu proses produksi. Menurut McConnel dan Brue (1995), produktifitas tenaga kerja didefmisikan sebagai rasio antara output yang dihasilkan oleh individu dengan jarn kerja yang digunakan untuk memperoleh upah tersebut.
Studi ini ditujukan untuk menjelaskan produktifitas tenaga kerja di sektor manufaktur dengan melihat faktor faktor penentu produktifitasnya. Dengan menggunakan data cross section pada kelompok industri besar sedang tahun 1996, hasil estirasi model pada studi ini membuktikan positifnya peran pendidikan tinggi dan menengah dalam menentukan produktifitas tenaga kerja di sektor inanufaktur, dan negatifnya peran pendidikan yang lebih rendah. Tetapi studi ini tidak dapat rnenunjukkan peran tenaga kerja wanita dalam peningkatan produktifitas. Banyaknya tenaga kerja wanita justru akan menurunkan produktifitas dan menurunkan upah yang dibayarkan industri kepada pekerja.
Studi ini memperkuat eksistensi teori human kapital Nelson-Phelps(1966), Lucas (1998) dan Aghion dan Howitt(1998). Namun studi ini juga tidak dapat membuktikan terjadinya diskriminasi upah pada tenaga kerja wanita, sebagaimana dikemukakan oleh Byron dan Takahashi (1989) maupun Hansen dan Wahlberg (1997). Hasil studi ini merekomendasikan peningkatan investasi atau alokasi dana pendidikan yang berorientasi kepada penciptaan tenaga kerja berbasis keahlian untuk menunjang produktifitas di sektor manufaktur."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T20216
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Toni Priyanto Jayadi
"Faktor produksi sering diklasifikasikan menjadi empat, yaitu tanah, tenaga kerja, modal dan kewirausahaan. Pengklasifikasian terhadap keempat faktor produksi tersebut didasarkan atas perbedaan elstisitas penawaran parsial, karakeristik yang terkandung pada setiap faktor produksi, dan imbalan yang diterima masing-masing pemilik faktor produki. Secara historis, pembedaan ini bersesuaian dengan berkembangnya bergaining position antara tiga kelompok masyarakat, kapitalis, tuan-tuan tanah dan buruh (tenaga kerja). Kekuatan pasarlah yang kemudian menentukan berapa besar imbalan yang akan diterima masing-masing. Tenaga kerja akan mendapatkan upah, tuan tanah mendapatkan sewa tanah, pemilik modal mendapatkan tingkat bunga.
Pandangan ekonomi kapitalis terhadap tenaga kerja tidak terlepas dari konsep faktor produksi atau input. Perkembangan iklim usaha menuntut adanya penyesuaian perlakuan terhadap tenaga kerja. Pada awalnya ada kecenderungan tenaga kerja dianggap sebagai suatu faktor produksi lainnya yang memberikan kontribusi relatif tetap terhadap produksi. Pandangan ini yang menghasilkan sistem pengupahan tetap terhadap tenaga kerja sebagaimana input tanah mendapatakan sewa tetap dan modal mendapatkan bunga.
Adanya ketidakstabilan sifat dan karakter tenaga kerja, mendorong perusahaan untuk memberikan perlakuan lain terhadap tenaga kerja. Tenaga kerja dipandang sebagai suatu faktor produksi yang mampu untuk meningkatkan daya guna faktor produksi lainnya (mengolah tanah, memanfaatkan modal, dsb) sehingga perusahaan memandang tenaga kerja sebagai suatu investasi.
Pandangan mainstream economy terhadap permintaan tenaga kerja adalah sebagaimana permintaan terhadap faktor produksinya, dianggap sebagai permintaan turunan (derived demand), yaitu penurunan dari fungsi perusahaan. Meskipun fungsi perusahaan cukup bervariasi, meliputi memaksimumkan keuntungan, memaksimumkan penjualan atau - perilaku untuk memberikan kepuasan kepada konsumen, namun maksimisasi keuntungan sering dijadikan dasar analisis dalam menentukan penggunaan tenaga kerja.
Dengan pertimbangan tersebut (maksimisasi keuntungan), dan dengan asumsi perusaha beroperasi dalam sistem pasar persaingan, maka perusahaan cenderung untuk mempekerjakan tenaga kerja dengan tingkat upah sama dengan nilai produk marginal tenaga kerja (Value Marginal Product of Labor, VMPL) VMPL menunjukkan tingkat upah maksimum yang mau dibayarkan oleh perusahaan agar keuntungan perusahaan maksimum.
Beberapa indikator yang diduga mempunyai hubungan yang erat dengan struktur upah adalah jumlah pekerja, nilai tambah, tingkat pendidikan, pasar yang akan dituju apakah domestik atau iuar negeri, serta kepemilikan perusahaan. Indikator-indikator di atas akan dianalisis menggunakan metode regresi untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai hubungan masing-masing indikator dengan upah yang diterima di tiap masing-masing kelompok lapangan usaha. Lebih lanjut juga akan dianalisa mengapa struktur upah yang diterima pekerja berbeda di masing-masing kelompok usaha."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T13202
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kaligis, Retor A.W.
"Industri manufaktur merupakan industri yang menempati posisi penting di Indonesia dan diarahkan untuk berorientasi pada ekspor. Pada industri manufaktur tekstil, sandang, dan kulit, industri sepatu merupakan salah satu andalan pemerintah untuk melakukan ekspor terutama setelah adanya relokasi industri sepatu dari perusahaan transnasional ke Indonesia.
Salah satu perusahaan sepatu transnasional yang beroperasi di Indonesia adalah Nike Inc. yang melalui perusahaan lokal yang menjadi mitranya membayar upah buruh murah untuk menekan biaya produksi. Dengan upah yang murah, buruh akan terus mengalami kemiskinan. Sebagai konflik yang bersifat laten (laten conflict) persoalan kemiskinan buruh dapat menjadi terangkat ke permukaan. Di sisi lain tuntutan buruh untuk memperbaiki kesejahteraannya seringkali dipandang sebagai salah satu faktor yang mengurangi daya saing investasi di Indonesia, sehingga bisa menjadi pernicu perusahaan manufaktur transnasional merelokasikan produksi ke tempat lain.
Penelitian ini mengambil kasus operasionalisasi industri manufaktur transnasional Nike Inc di PT Doson Indonesia dan PT Pratama Abadi Industri yang berlokasi di Kabupaten Tangerang. PT Doson Indonesia adalah perusahaan yang sudah dihentikan ordemya oleh Nike Inc. Sebagai pembanding dilakukan penelitian terhadap buruh pabrilc PT Pratama Abadi Industri (PAD yang masih menerima order dari Nike Inc. Tujuan penelitian ini adalah: mendeskripsikan pola kebijakan pemerintah dalam bidang industrialisasi dan ketenagakerjaan di Indonesia dan Kabupateri. Tangerang, mendeskripsikan dan menguji hubungan antara tingkat kemiskinan buruh, persyaratan-persyaratan kondisional yang memungkinkan konflik antara buruh dan pihak perusahaan, dan tingkat konflik yang terjadi antara buruh dengan pihak perusahaan dalam operasionalisasi perusahaan transnasional melalui perusahaan lokalnya, serta menganalisis perbedaan pola hubungannya di kedua perusahaan tersebut.
Dalam penelitian ini dilakukan eksplanasi hubungan antar variabel dengan menggunakan metode korelasional. Untuk mengetahui perbedaan antara buruh di kedua perusahaan digunakan studi komparatif dengan menganalisis perbedaan kemiskinan buruh, persyaratan-persyaratan kondisional, dan tingkat konflik di PT Doson Indonesia dan di PT Pratama Abadi industri.
Dari penelitian ini disimpulkan sebagai berikut:
a) Industrialisasi yang mengejar pertumbuhan ekonomi dengan berorientasi pada ekspor dapat menyebabkan arus perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri dan jika tidak diimbangi pembangunan sosial memadai akan membuat limpahan tenaga kerja di sektor industri tidak diikuti oleh kemampuan tenaga kerja yang tinggi;
b) Kondisi angkatad kerja yang ditandai dengan rendahnya Human Development Index (HDI) atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM), dan terdapat ketimpangan Gender-related Development Index (GDI) merupakan cerminan rendahnya kemampuan dan kesejahteraan penduduknya dan terjadi ketimpangan gender. Kondisi ini dimanfaatkan oleh industri manufaktur yang lebih banyak mempekerjakan tenaga kerja perempuan untuk mendapatkan buruh yang dapat dibayar lebih murah;
c) Perusahaan industri manufaktur transnasional beroperasi di suatu negara melalui perusahaan subkontraktor lokalnya lebih mempertimbangkan biaya produksi murah dan lokasi pabriknya mudah dipindah ke negara lain . tanpa menanggung kerugian berarti atas investasi yang sudah ditandai, sehingga berusaha menekan seminimal mungkin upah buruh;
d) Pola hubungan kemiskinan, persyaratan kondisional, dan tingkat konflik perusahaan industri manufaktur transnasional berbeda-beda. Perbedaan pola ini terjadi karena faktor pemicu (trigger) yang dimiliki suatu perusahaan menyebabkan adanya hubungan yang signifikan antara kemiskinan dengan persyaratan kondisional, serta antara persyaratan kondisional dengan tingkat konflik;
e) Menurut teori Ralf Dahrendorf bahwa kepentingan yang bersifat laten (laten interest) berubah menjadi manifest interest karena berkorelasi dengan persyaratan kondisional (teknis, politis, dan sosial) dan persyaratan kondisi tersebut juga memiliki korelasi dengan tingkat konflik. Tapi dalam penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa teori Ralf Dahrendorf berlaku jika ada faktor pemicu (trigger), yakni diputuskrnnya secara sepihak hubungan pihak non otoritas dan pihak otoritas."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12252
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wisa Sudari
"Latar belakang kebudayaan merupakan salah satu faktor yang sulit diukur dalam produktivitas dimana mengetahui produktivitas sangat penting untuk mengetahui profitabilitas sebuah perusahaan. Tujuan penelitian ini ialah membandingkan produktivitas pekerjaan pasangan bata ringan dan plesteran bata ringan antara tenaga kerja yang berbeda latar belakang kebudayaan suku dalam dua proyek konstruksi hotel yang berbeda dengan menggunakan metode time study.
Hasil penelitian menunjukkan tenaga kerja Suku X lebih produktif 17 untuk kepala tukang dan mandor 18 untuk tukang dan 10 untuk pekerja dalam produktivitas pemasangan bata ringan dibandngkan Suku Y Suku X juga lebih produktif 15 untuk mandor dan kepala tukang dan 3 untuk tukang dan knek dalam produktivitas plesteran bata ringan dibandingkan dengan Suku Y.

Labor Productivity is really important in measuring the performance and to increase its profitability One of the Culture background is one of a factor which is very difficult to be measured related to productivity where knowing productivity is very important to determine the profitability of a company. The purpose of this research is to compare the productivity of the group of labor with different cultural background the sample of this research are the labors who are working on light brick installation and light brick cement in two different hotel construction project. The method of this research is using Time Study.
The results show that the labor with variable X is 17 more productive for chief labor and co chief labor 18 for labor and 10 for worker for light brick installation labor group in comparison to Group Y However for light brick cement labor group the results show that labor with variable X is 15 more productive for chief labor and co chief labor and 3 for labor and worker also in comparison to Group Y.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S52375
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>