Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 85061 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Marleisje
"ABSTRAK
Lengkuas (Alpinia galanga L.) banyak digunakan sebagai penyedap masakan, minuman, dan obat tradisional. Salah satu komponen kimia lengkuas yaitu sesquiterpene, bahkan telah terbukti sebagai antitumor dan antikanker. Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh pencekokan ekstrak lengkuas pada mencit (Mus musculus L.) dengan dosis 6,25; 12,5; 25; 50; 100 mg/kg bb selama 7 hari berturut-turut terhadap kerusakan sitogenetik yang diinduksi oleh mitomisin C melalui uji mikronukleus. Penghitungan mikronukleus dilakukan pada 1.000 eritrosit polikromatik. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ekstrak lengkuas memiliki aktivitas antimutagenik, terbukti pada dosis 6,25; 12,5; 25; 50; clan 100 mg/kg bb ekstrak lengkuas dapat menghambat kerusakan sitogenetik yang diinduksi oleh mitomisin C pada enitrosit polikromatik sumsum tulang mencit. Walaupun demikian, pencekokan ekstrak lengkuas dengan dosis yang semakin meningkat tidak menyebabkan penurunan jumlah mikronukleus. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui komponenkomponen kimia pada lengkuas yang memiliki aktivitas antimutagenik dan mekanisme antimutageniknya."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1996
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"The rhizome of white galangal (Alpinia galanga) is one of the cultivated remedies traditionally administered for skin disease, asthma and anabolism troubles such as colic, food poisoning, and convulsions. A part of the chemical composition of white galangal rhizome is essential oil. The aim of this study was to determine the antibacterial effect of the essential oil of white galangal rhizome against the growth of Staphylococcus aureus 302 resistant to ampicillin, amoxicillin, penicillin G, kanamycin, mecillinam, and ceftazidime. Fifty ul essential oil of white galangal rhizome in concentrations of 5, 7.5, 10, 12.5 or 15 % were dropped into 6 mm of diameter well in MHA media given to S. aureus 302. Propylene glycol (5% vol) was used as negative control and solvent. The treatment to each concentration group was repeated fifteen times. The diameter of radical zone of the growth of S. aureus 302 was measured using sliding calipers. The results of ANOVA (p<0.05) showed that the essential oil of white galangal rhizome had a significant antibacterial effect against S. aureus 302. The result of LSD test (p<0.05) showed a significant difference between the concentration groups, except for the 10 and 12.5% concentrations which had the same effect."
Journal of Dentistry Indonesia, 2005
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Juniar Hymawatty
"ABSTRAK
The rubra variety of Alpina galanga rhizoma extract were compatible to the fibroblast tissue, non toxic, and potent in inhibiting Candida albicans growth. The purpose of this study was to find out the effect of the rubra variety of Alpina galanga rhizome extract as a treatment to oral candidosis. The patients involved in this study were 20 diabetic patients, men and woman. There were sixteen patients showed white patches or flecks on the tongue surface. After clinical examination, a direct smear was made and there were mass of candidal hyphae on Periodic Acid Schiff staining. For patient comfort, the extract of Alpinia galanga 30% was prepared as a cream in a tube. The cream was used topically on the fleck, 4-5 times daily for 14 days. In case of the flecks persisted, the treatment was continued to 21 days. Mc Nemar test showed a significant difference between the group before and after treatment (p<0,05). It was concluded that 30% rubra variety of Alpina galanga rhizome extract could be used as an alternative treatment for oral candidosis."
Sub Dept. of Oral Medicine Ladokgi RE Martadinata Jakarta/DR. Ramelan Naval Hospital Surabaya, 2006
J-pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Mirtarini
"ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian untuk menguji potensi anti mutagenisitas ekstrak jahe (Zin giber officinale Roscoe) terhadap pembentukan mikronukleus pada sumsum tulang mencit yang diinduksi oleh mitomisin C. Mencit dicekok dengan ekstrak jahe dosis 0; 6,25; 12,5; 25; 50 dan 100 mg/kg berat badan (bb) selama 7 hari berturut-turut. Penghitungan mikronukleus per 1.000 eritrosit polikromatik dilakukan pada sediaan oles sumsum tulang yang telah diwarnai dengan pewarnaan May Gruenwald Giemsa. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ekstrak jahe memiliki aktivitas antimutagenik, yang dibuktikan dengan penurunan jumlah rata-rata mikronukleus pada eritrosit polikromatik setelah dicekok dengan dosis 6,25; 12,5; 25; 50 dan 100 mg/kg bb dibanding kontrol. Hal ini juga didukung oleh hasil uji Kruskal-Wallis yang menunjukkan adanya perbedaan yang nyata antara ke-6 kelompok perlakuan pada a = 0,05 dan uji perbandingan berganda yang menunjukkan jumlah mikronukleus rata-rata pada kelompok dosis 6,25; 12,5; 25; 50 dan 100 mg/kg bb berbeda nyata dengan kelompok kontrol pada a = 0,05. Tidak terdapat hubungan linier antara dosis pencekokan ekstrak jahe dengan penurunan jumlah mikronukleus."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1996
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Ema Hermawati
"ABSTRAK
Untuk mengetahui manfaat temu putih (Curcuma zedoaria Rosc.), telah dilakuan uji antimutagenisitas ekstrak temu putih dosis 6,25; 12,5; 25; 50; 100 mg/kg bb. yang diberikan kepada mencit (Mus musculus L.) dengan cara cekok selama 7 hari berturut-turut, dengan metode mikronukleus. Mikronukleus diinduksi oleh senyawa mutagen yaitu mitomisin C yang disuntikkan secara intraperitoneal (ip). Pengaruh ekstrak temu putih diamati dengan menghitung jumlah mikronukleus per 1.000 eritrosit polikromatik sumsum tulang mencit yang berwarna biru oleh pewarnaan May-Gruenwald dan Giemsa. Hasil penghitungan jumlah mikronukleus pada kelima kelompok perlakuan ekstrak lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ekstrak temu putih dosis 12,5; 25; 50; 100 mg/kg bb. efektif menekan pembentukan mikronukleus. Efek penekanan tersebut sangat berbeda
regresi linier menunjukkan bahwa jumlah mikronukleus berkurang dengan adanya pen ingkatan dosis ekstrak (Y = 44,85 - 0,398 X). Walaupun demikian, belum diperoleh dosis optimum dari kelima dosis ekstrak temu putih yang digunakan."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1996
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Januar Hakam
"Penelitian tentang potensi aktivitas antikanker ekstrak kasar Holothuria atra di Indonesia belum pernah dilakukan. Oleh karena itu, telah dilakukan penelitian untuk menguji potensi antikanker ekstrak kasar H. atra menggunakan uji mikronukleus dari sumsum tulang Mus musculus jantan galur DDY yang sebelumnya telah diinduksi 0,66 mg/kg bb kolkisin secara intraperitoneal. Hasil pengujian aktivitas antikanker secara in vivo menunjukkan bahwa pemberian ekstrak kasar H. atra dengan dosis 0,33; 0,66; 0,99; dan 1,32 g/kg bb selama 7 hari secara oral mampu menurunkan frekuensi sel eritrosit polikromatik (PCE) bermikronukleus secara nyata (p < 0,05) yang diamati melalui preparat apusan sumsum tulang paha mencit. Dosis 0,33; 0,66; 0,99; dan 1,32 g/kg bb secara berurutan mampu menurunkan frekuensi sel PCE bermikronukleus sebanyak 51,24%; 59,70%; 63,68%; dan 68,66%. Namun, dosis ekstrak kasar H. arta yang optimum belum ditemukan. Berdasarkan hasil pengujian tersebut diperoleh kesimpulan bahwa ekstrak kasar H. atra mempunyai potensi aktivitas antikanker.

Research on potential anticancer activity of Holothuria atra crude extracts in Indonesia has never been done. Therefore, we conducted a study to test the anticancer potential of H. atra crude extract using the micronucleus test of male Mus musculus strain DDY bone marrow who had previously been induced by 0.66 mg/kg bw colchicines intraperitoneally. Our data showed that treatment of H. atra crude extract at dose 0,33; 0,66; 0,99, and 1,32 g/kg bw for 7 days orally can reduce the frequency of micronucleus in polychromatic erythrocytes cells (PCE) from bone marrow smears. Dose of 0,33; 0,66; 0,99, and 1,32 g/kg bw in sequence can reduce the frequency of micronucleus in PCE as much as 51,24%; 59,70%; 63,68%; dan 68,66%. However, the optimum doses of H. atra crude extract has not been found. Based on these results we conclude that H. atra crude extract has potential anticancer activity."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S1341
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>