Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 159128 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rambey, Muhammad Amri
"Latar belakang : Kusta merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh kuman kusta (Mycobacterium leprae). Salah satu dampak dari penyakit kusta adalah kecacatan yang dapat berupa cacat tingkat 0, tingkat 1 dan tingkat 2. Tahun 2010, di Kabupaten Lamongan terdapat 10,64% penderita baru mengalami cacat tingkat 2. Beberapa penelitian menunjukkan cacat tingkat 2 lebih banyak terdapat pada penderita laki-laki dari pada perempuan dengan variasi tingkat hubungan antara jenis kelamin dan kejadian cacat tingkat 2.
Tujuan penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian cacat tingkat 2 pada penderita kusta di Kabupaten Lamongan tahun 2011-2012 setelah dikontrol dengan variabel umur, pekerjaan, keteraturan berobat, perawatan diri, riwayat reaksi, tipe kusta dan lama gejala.
Metode penelitian : Jenis penelitian ini adalah observasional dengan rancangan kasus kontrol. Subjek penelitian ini adalah penderita kusta yang telah selesai atau sedang menjalani pengobatan sekurang-kurangnya 6 bulan. Jumlah sampel sebanyak 154 orang terdiri dari 77 kasus dan 77 kontrol. Kasus adalah penderita kusta dengan cacat tingkat 2, dan kontrol adalah penderita kusta dengan cacat tingkat 0 atau 1. Data diperoleh melalui kartu penderita kusta di puskesmas tempat respoden menjalani pengobatan. Data dianalisis dengan statistik univariat, bivariat dan multivariat.
Hasil Penelitian: Hasil analisis menunjukkan bahwa penderita kusta laki-laki 1,9 kali lebih berisiko mengalami kejadian cacat tingkat 2 dari pada penderita perempuan dengan nilai OR=1,90 (95% CI: 0,86-4,23) namun tidak bermakna secara statistik (nilai p=0,114) setelah dikontrol dengan variabel pekerjaan dan lama gejala sebelum didiagnosis menderita kusta.
Diskusi : Pekerjaan dan lama mengalami gejala sebelum didiagnosis menderita kusta merupakan confounder bagi hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian cacat tingkat 2 pada penderita kusta di Kabupaten Lamongan tahun 2011-2012.

Background : Leprosy is an infectious disease caused by Mycobacterium leprae. One of the effects of leprosy is a disability which may be a defect grade 0, grade 1 and grade 2. In 2010, in Lamongan District, there are 10,64% of new leprosy patients with grade 2 disabilities. In 2010, at Lamongan District, 10.64% of new patients are detected with disability level 2. Some research shows the occurence of grade 2 disability more in male patients than women with varying degrees of relationship between gender and occurence of grade 2 disability.
Objective : This study aims to determine the association of gender and the occurence of grade 2 disability in leprosy patients in Lamongan District in 2011-2012 after controlling the variables age, work, regularity of treatment, self care, history of reaction, leprosy type and duration of symptoms.
Methode : This study uses case-control design. The subjects of this study were leprosy patients who have completed or are undergoing treatment at least 6 months. The number of sample are 154 people consisting of 77 cases and 77 controls. Cases were leprosy patients with grade 2 disability and controls were leprosy patients with grade 0 or 1 disability. Data was obtained from the patient record in primary health care where the leprosy patients got the treatment. Data were analyzed with univariate, bivariate and multivariate statistics.
Result: The analysis showed there were a male leprosy patient had probability 1,9 more then women to occured grade 2 disability with a value of OR=1,90 (95% CI: 0,86 to 4,23) but not statistically significant (p value = 0,114) after controlled by work and duration of symptoms before being diagnosed as leprosy patient.
Discussion : Work and duration of symptoms before being diagnosed as leprosy patient are confounder for the assocation between gender and the occurence of grade 2 disability in leprosy patient in Lamongan District in 2011-2012.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T30348
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Soleh Bastaman
"Penyakit kusta merupakan masalah kesehatan masyarakat yang khusus, karena cacat permanen yang diakibatkannya menimbulkan masalah sosial di masyarakat. Menurut laporan WHO tahun 2000 Indonesia menempati peringkat ke 4 penderita kusta di dunia setelah India, Brazil dan Myanmar. Pada tahun 2000 penderita kusta di Indonesia tercatat sebanyak 20.731 orang dengan prevalensi 0,88/10.000 penduduk, dan ditemukan cacat tingkat II sebesar 9%. Di Jawa Barat tahun 2000 ditemukan penderita kusta baru sebanyak 1609 orang dengan prevalensi 1,09/10000 penduduk dan ditemukan cacat tingkat II sebesar 5,78%. Sedangkan di Kabupaten Cirebon tahun 2000 ditemukan penderita kusta baru sebanyak 392 orang dengan prevalensi 1,92/10000 penduduk dan ditemukan cacat I sebesar 14,79%, cacat tingkat ll sebesar 4,33%.
Berdasarkan hal tersebut maka dirasakan perlu untuk melakukan penelitian tentang penyebab cacat pada penderita kusta dengan mengidentifikasi faktor risiko penyebab cacat pada penderita kusta baru, yaitu faktor internal yang terdiri dari faktor demografi (umur, pendidikan, pekerjaan), pengetahuan, lama sakit, tipe kusta, dan faktor ekstemal terdiri dari metode penemuan kasus, sosio-ekonomi / pendapatan.
Rancangan penelitian menggunakan studi kasus kontrol tidak berpadanan, dengan kelompok kasus adalah penderita kusta baru, yang dinyatakan cacat tingkat I, kelompok kontrol adalah penderita kusta baru yang dinyatakan tidak cacat oleh petugas kusta puskesmas pada saat pertamakali ditemukan dan tercatat pada kartu penderita. Sampel minimal yang dibutuhkan sebanyak 90 orang kasus dan 90 orang kontrol dengan perbandingan 1:1. Analisis yang digunakan adalah analisis bivariat dan analisis multivariat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara variabel pengetahuan, sosio ekonomi / pendapatan dengan terjadinya cacat tingkat I pada penderita kusta baru, OR = 2,09 95% CI : 1,04 - 4,17 dan OR = 2,56 95% CI : 1,3i - 5,00. Sedangkan variabel umur, pendidikan, pekerjaan, lama sakit, tipe kusta, metode penemuan kasus tidak ada hubungan yang bermakna dengan terjadinya cacat tingkat I pada penderita kusta baru.
Intervensi yang dapat dilakukan untuk menurunkan angka kecacatan adalah dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas penyuluhan bagi masyarakat, meningkatkan penyebarluasan informasi kepada masyarakat sosio ekonomi rendah terutama tentang paket pengobatan kusta di puskesmas.

Leprosy is a specific public health problem, due its permanent disabilities causing social problems in the communities. WHO report showed that in 2000, Indonesia was the fourth country with most prevalent leprosy cases in the world, after India, Brazil, and Myanmar. It was reported in 2000 that there were 20,731 Indonesian leprosy patients with prevalence of 0.88/10.000 people. The proportion of cases with grade II disability was 90%. During the same year, as many as 1.609 new cases were found in West Java with the prevalence of 1.09/10.000 people. The corresponding proportion with grade II disability was 5.8%. There were 392 new leprosy patients reported particularly in the Kabupaten (regency of) Cirebon, with the prevalence of 1.92/10.000 inhabitants. Grade I disability was 14.8% and the grade 1I was 4.3%.
Based on those facts, it was thought that a research concerning determinants of leprosy disability necessary. Such a research should be able to identity internal risk factors of disability (i.e. age, education, occupation, knowledge, length of illness and type of leprosy) and external risk factors (i.e. case detection method and socio-economic status/income).
This unmatched-case control study defined the "cases" as new leprosy patients with grade I disability and the "controls" as new leprosy patients (firstly detected and recorded by health officers for leprosy in Puskesmas), without any disability. Minimum required sample size for each group was 90 (ratio control to cases = 1 : 1). Data was analyzed using bivariate and multivariate approaches. Our findings showed that were significant associations between grade I disability and several independent variables, i.e. knowledge (OR= 2.1; 95% CI: 1.04-4.2) and socio-economic status / income (OR= 2.6; 95% CI: 1.3-5.0). Other independent variables, i.e. age, education, occupation, length of illness, type of leprosy and case detection method, were not associated with grade I disability.
Recommended intervention could be done was to decrease disability rate by improving quantity and quality of information dissemination activities in the community. More attention should be paid when dissemination information about leprosy medication protocols and about disability prevention program for low socio-economic segment of population.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T1158
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Leny
"Latar Belakang : Indonesia adalah negara peringkat ke-3 di dunia sebagai penyumbang penderita baru kusta terbanyak dengan jumlah penderita cacat tingkat-2 sejumlah 2.025 atau 10.11% (indikator < 5%). Kabupaten Bogor memiliki proporsi cacat kusta yang tinggi bahkan melebihi angka nasional yaitu 15.18 %. Beberapa studi menunjukkan hubungan bermakna antara perawatan diri dengan kecacatan pada penderita kusta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan perawatan diri dengan kecacatan pada penderita kusta di Kabupaten Bogor tahun 2012 setelah dinkontrol oleh faktor-faktor lainnya.
Metode : Desain penelitian kasus kontrol. Populasi dalam penelitian ini adalah penderita kusta tipe MB usia ≥ 15 tahun yang sudah menjalani minimal 8 bulan pengobatan MDT dan tercatat pada register puskesmas tahun 2012 di 10 kecamatan di Kabupaten Bogor. Kasus adalah sebagian dari populasi yang mengalami kecacatan baik tingkat-1 atau tingkat-2 pada saat penelitian dilakukan yang diambil dari puskesmas yang dipilih secara purposive sedangkan kontrol adalah sebagian dari populasi yang tidak mengalami kecacatan pada saat penelitian dilakukan yang diambil secara purposive dari puskesmas yang terpilih. Jumlah sampel 86 orang terdiri dari 43 kasus dan 43 kontrol. Analisis data dilakukan secara bivariat dan multivariat.
Hasil : Terdapat variabel interaksi antara perawatan diri dengan faktor lama sakit sehingga pada analisis multivariat diketahui bahwa penderita kusta yang melakukan perawatan diri dengan baik dan lama sakitnya < 2 tahun diperoleh OR=0.68 (95% CI: 0.12 ? 3.72). Penelitian ini memberikan hasil bahwa perawatan diri tidak berdiri sendiri dalam mempengaruhi kecacatan penderita kusta melainkan ada interaksi bersama antara perawatan diri dengan faktor lama sakit. Bahwa risiko kecacatan semakin besar pada penderita kusta yang kurang baik dalam merawat diri dan lama sakitnya ≥ 2 tahun dengan OR=10.6 (95% CI: 1.03 ? 109.86).

Background : Indonesia is ranked 3rd in the world as a contributor to the new leprosy patients with the highest number of people with disabilities level-2 or 2.025 (10.11%). Bogor district has a high proportion of deformed leprosy even exceed the national rate is 15.18%. Some studies show a significant relationship between self-care disability in patients with leprosy. This study aims to determine the relationship of self-care with a disability in leprosy patients in Bogor Regency in 2012 after control by other factors.
Methode : Case-control study design. Population in this research is the type of MB leprosy patients aged ≥ 15 years who had undergone at least 8 months of treatment MDT and recorded in the register in 2012 health centers in 10 districts in Bogor Regency. Case is part of the population who have disabilities either level-1 or level-2 at the time of the study were drawn from purposively selected health centers while the control is part of the population who do not have disabilities at the time of the study were taken from the clinic were purposively selected . Number of samples 86 people consisting of 43 cases and 43 controls. Data analysis was performed bivariate and multivariate
Result : There is a variable interaction between self-care with a long illness factor that in multivariate analysis known that leprosy patients who perform self-care and well long illness <2 years obtained OR = 0.68 (95% CI: 0:12 - 3.72). This study provides results that self-care does not stand alone in influencing disability lepers but no interaction with the factor of self-care with a long illness. That the greater the risk of disability in leprosy patients in poor self-care and pain ≥ 2 years old with OR = 10.6 (95% CI: 1.03 - 109.86).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35062
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Panduasa
"Konversi pada pengobatan penderita TB paru merupakan tanda keberhasilan pengobatan dan pencegahan penyebaran kuman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh merokok terhadap kegagalan konversi penderita TB Paru.
Penelitian ini menggunakan disain kasus kontrol. Kasus adalah penderita yang mengalami kegagalan konversi Sedangkan kontrol adalah penderita yang mengalami konversi. Hasil akhir didapatkan penderita dengan riwayat merokok sebelum pengobatan mendapatkan rasio odds 4,92 kali (CI95% 1,6-14,51) terjadi kegagalan konversi dan penderita yang merokok pada saat pengobatan tuberkulosis mendapatkan rasio odds 13,77 kali (CI 95% 4,6-41,01) terjadi kegagalan konversi setelah dikontrol umur, keteraturan berobat, penyakit diabetes melitus. Maka penderita tuberkulosis perlu berhenti merokok selama pengobatan.

Conversions is a sign of the success of the treatment and prevention of the spread of germs. This study aimed to determine the effect of smoking on conversion failure patients with pulmonary TB. This study used a case-control design. Cases were patients who experienced failure of conversion while controls were patients who experienced conversion. The final results obtained patients with a history of smoking prior to treatment to get an odds ratio of 4.92 times (CI95% 1.67 to 14.51) conversion failure and patients who smoked at the time of treatment for tuberculosis getting odds ratio 13.77 times (95% CI 4 0.62 to 41, 01) conversion failure after controlling age, regularity of treatment, disease diabetes mellitus. So tuberculosis patients have to stop smoking during tuberculosis treatment."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shifa Fauzia
"Skripsi ini membahas mengenai status gizi ibu sebelum maupun selama kehamilan; karakteristik sosiodemografi ibu, karakteristik bayi, dan berat lahir bayi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan berat lahir bayi di Puskesmas Tarogong Kabupaten Garut tahun 2011-2012. Penelitian ini merupakan penelitian analitis deskriptif dengan desain cross sectional dan pendekatan kuantitatif. Uji statistik yang digunakan adalah uji chi square. Hasil penelitian dari 373 data ibu melahirkan memperlihatkan bahwa rata-rata berat lahir adalah sebesar 3069.03 gram dan proporsi bayi yang lahir dengan berat <3000 gram sebesar 35.9%.
Hasil uji bivariat memperlihatkan adanya hubungan antara status gizi ibu (berat badan pra hamil, tinggi badan, pertambahan berat badan selama kehamilan), karakteristik ibu (paritas), dan karakteristik bayi (jenis kelamin) dengan berat lahir bayi <3000 gram. Indikator status gizi ibu dan karakteristik lainnya (IMT pra hamil, ukuran LILA, usia, dan pendidikan) tidak terbukti berhubungan secara statistik.

This paper discussed about maternal nutritional status and the others factors that theoretically have association with birth weight. The purpose was to know whether those factors have or do not have association with birth weight in Puskesmas Tarogong Kabupaten Garut ‘s population in 2011-2012. This research was analytic descriptive quantitative using cross sectional design and chi square method.
The results of this research showed that mean birth weight were 3069.03 gram and proportion of birth weight <3000 gram was 35.9%. There were a significant association between pre-pregnancy weight, height, pregnancy weight gain, parity, and infant's sex, with birth weight <3000 gram. However, there were no significant statistical association between pre-pregnancy BMI, mid upper arm circumference, maternal age, and maternal education with birth weight.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S46046
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firda Aishia
"Kecacatan dapat mempengaruhi kualitas hidup yang merupakan persepsi kepuasan individu terhadap berbagai aspek dalam kehidupan yang dijalaninya seperti aktivitas sehari-hari, bekerja, sekolah, hubungan sosial, hingga pernikahan. Kualitas hidup terdiri dari domain kesehatan fisik, psikologis, hubungan sosial, dan lingkungan. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi hubungan tingkat kecacatan dengan kualitas hidup. Penelitian dengan desain cross sectional melibatkan 89 orang yang pernah mengalami kusta di desa rehabilitasi kusta Donorojo, menunjukan hasil sebanyak 77,5 mengalami kecacatan tingkat 2 dan rata-rata total kualitas hidup 260,52 dari total nilai 400. Tidak terdapat hubungan antara tingkat kecacatan dengan kualitas hidup orang yang pernah mengalami kusta di desa rehabilitasi kusta Donorojo dengan hasil p value 0,553. Pemberian fasilitas dan bantuan dari Unit Rehabilitasi Kusta Donorojo RSUD Kelet diharapkan dapat semakin meningkatkan kualitas hidup orang yang pernah mengalami kusta.

Disability can affect quality of life which is the perception of individual satisfaction to various aspect of life like activities, work, school, social relationships, and marriage. Quality of life consists physical health, psychological, social relationships, and environment. This research was conducted to identify the correlation between disability grade with the quality of life. A cross sectional study involving 89 people affected by leprosy in Donorojo rehabilitation village, showed 77,5 had disability grade 2 and the average of quality of life is 260,52 from 400. The study showed there is no correlation between the grade of disability and quality of life in people affected by leprosy who lived in Donorojo leprosy rehabilitation village with p values 0,553. Provision of facilities and assistance from Donorojo Leprosy Rehabilitation Unit is expected to improve the quality of life in people affected by leprosy.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S67738
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Binti Khofifah
"Kusta merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh Mycrobacterium leprae. Kasus baru kusta saat ini ditemukan di daerah tropis, tetapi distribusi dalam wilayah tidak sama. Tujuan dari penelitian ini adalah menggambarkan distribusi spasial kasus kusta baru berdasarkan orang, tempat dan waktu di tiga wilayah kerja Puskesmas di Kabupaten Lamongan. Kabupaten Lamongan merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur yang memiliki jumlah kasus kusta tinggi.
Desain penelitian ini adalah cross sectional. Populasinya adalah seluruh kasus kusta tahun 2012 di tiga wilayah kerja Puskesmas di Kabupaten Lamongan (Turi, Sukodadi, Brondong). Penelitian dilakukan pada April-Juni 2014.
Hasil menunjukkan bahwa kasus kusta terjadi mayoritas pada umur produktif (17-60 tahun) dan berjenis kelamin laki-laki, 68,3 % menderita jenis Multi Baciller, pendidikan rendah, mayoritas pekerjaannya dalam kategori berat. Responden tinggal di daerah pegunungan dan tepi pantai lebih banyak, berpengetahuan buruk, dengan jangkauan fasilitas kesehatan kurang, meskipun dukungan petugas buruk. Sebagian besar responden mendapat dukungan keluarga yang buruk. Oleh karena itu, petugas kesehatan diharapkan meningkatkan pelayanan, terutama survei kontak serumah dan juga dukungan terhadap orang yang mengalami kusta, layanan kesehatan diri dan kesehatan lingkungan serta ploting rutin untuk mendapatkan pola arah persebaran penyakit kusta.

Leprosy is cronic disease, caused by Mycrobacterium leprae. New cases of leprosy are currently found primarily in tropical region is not uniform. Research objective is to discription new case of leprosy to spatial distribution with people, place and time in Lamongan distric. Lamongan distric is one distric in East Java have account high new case of leprosy.
Reseacrh design is cross sectional. Population are all people affected by leprosy at 2012 in distric Lamongan East Java at community of working areas public health center (Turi, Sukodadfi, Brondong). The research was done in April until June 2014. Result indicated that leprosy case in productive ag (17-60 years), most of people affected by leprosy is male(68,3 %), most of them suffer multi bacilly type, the education is low school, with most is their heavy job category. They are live in highlands and seaside, most of them have bad knowledge, they are have bad radius of health facility support, althought support from medical is bad. Most of responden have family support is bad.
Result from this reseach shown that distribution leprosy case still continue, especially in highlands and seaside areas (childrens case of 14,6 %). Therefore, the health worker is is expected to increase their activities in providing service, especially contac survey and take them support, service of self health and sanitation their environment especially their home, and doing to regulary ploting for to know pattern and direction of leprosy distribution.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S56557
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasnani
"Penyakit kusta merupakan masalah kesehatan di Indonesia, karena dapat menyebabkan kecacatan. Pada tahun 2001 Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam mempunyai prevalensi kusta 1,8110.000 penduduk, dengan jumlah penderita terdaftar sebanyak 704 penderita yang meliputi tipe Pausibasiler (P13) berjumlah 135 penderita dan tipe Multibasiler (MB) berjumlah 569 penderita, dengan carat tingkat II 12,0%. Kecacatan kusta merupakan problem besar dan serius terhadap ekonomi, sosial dan mempunyai konsekuensi terhadap psikologis penderita dan keluarga.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian kecacatan pada penderita kusta. Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan jumlah sampel 528 orang yang tersebar di sembilan Kabupaten/Kota yang belum mencapai eliminasi (PR > 1110,000), sampel dalam penelitian ini adalah penderita yang mempunyai kartu dan mendapat pengobatan Multi Drug Therapy.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kejadian cacat tingkat II sebesar 28.4%, umur yang banyak dijumpai diatas 14 tahun yaitu sebesar 93.4% dan untuk tipe penyakit banyak dijumpai tipe MB sebesar 82.6%. Berdasarkan analisis multivariat didapatkan variabel yang berhubungan dengan kejadian kecacatan adaiah kelompok umur dengan OR=4.981 (95% Cl 1.132-21.919), lama sakit dengan OR-3.211 (95% CI 1.954 -5.275), status imunisasi BCG dengan OR-2.046 (95% CI I.128-3.710), tipe penyakit dengan OR-1992 (95% CI 1.1.070-3.707) dan riwayat keteraturan berobat dengan OR=2.595 (95% CI I.295-5.202).
Dengan hasil penelitian ini disarankan kepada Puskesmas/petugas agar lebih meningkatkan pada penemuan penderita, pendekatan khusus terhadap tipe MB dengan cacat tingkat I dan II, dapat memotivasi penderita untuk minum obat teratur dan menjelaskan akibat yang ditimbulkan bila tidak berobat teratur. Bagi pengelola program imunisasi untuk meningkatkan cakupannya. Untuk bidang pendidikan guru perlu diberikan pengetahuan tentang kusta dan pencegahan cacat bagi guru UKS sebagai penanggungjawab disekolah. Diharapkan ada penelitian lanjutan dengan rancangan yang berbeda.

Leprosy is considered a health problems in Indonesia, because it could result to physical handicap. In 2001 in the province of Nanggroe Aceh Darussalam, the prevalence of leprosy was 1,8110.000 population. The registered victim numbers were 704 people. They included Pausibasiler (PB), which were 135 sufferers, Multibasiler (MB) were 569 sufferers, with level II of physically handicapped was 12.0%. Physical defect due to leprosy was a main and serious problem to the economic, social, and has consequency to the sufferers' physichology and their family.
This research aimed to know factors related to physical defect in the leprosy sufferer in the province of Nanggroe Aceh Darussalam. The research design used was cross sectional where the number of samples were 528 people that spread in nine districts/cities that didn't reach elimination (PR > 1110.000), samples were the victims that had card and received treatment of Multi Drug Therapy.
The result of the study showed that the second degree handicap is 28.4%. The average age of the sufferer was 14 as much 93.4%. The most types of the disease found were MB as much 82.6%. The result of multivariate analysis showed that the variables related to the physical defect were: age group with OR=4.981 (95% CI 1,132-21.919), sickness period with OR=3.211 (95% CI 1.954-5.275), BCG immunization status with OR=2.045 (95% CI 1.128-3.710), type of disease with OR=1.9992 (95% CI 1.1.070-3.707) and history of regular medicine taking with OR-2.595 (955 CI 1.295-5.202).
According to the result of the study, it is suggested to Public Health Centers/Personnel to increase the findings of sufferers, to make special approach to MB category with level of physically handicap of level I and II, to motivate sufferers to take medicine regularly and explain the effects due to medicine irregular having. To the coordinator of immunization, it is to increase the coverage of immunization. It is necessary to provide knowledge about leprosy and physically handicap for the teacher of health school efforts (UKS) as the health coordinator at schools. It is expected to carry out further studies in the same topic with different designs.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T12658
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuli Astuti
"Kusta adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae. Penyakit ini terutama mempengaruhi kulit dan saraf tepi. Kerusakan pada saraf perifer menyebabkan adanya gangguan sensorik dan motorik dengan karakteristik berupa kecacatan. Tingkat kecacatan yang dialami klien kusta diperkirakan dapat meningkatkan tingkat depresi pada klien kusta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat kecacatan dengan tingkat depresi pada klien kusta.
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan teknik total sampling. Data penelitian ini diuji menggunakan uji Chi-square. Penelitian ini dilakukan di RS Kusta Donorojo Jepara Jawa Tengah dengan jumlah sampel 55 orang.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 58,2% klien kusta mengalami kecacatan tingkat-2. Namun, tingkat depresi pada klien kusta 40% tergolong depresi sedang. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan antara tingkat kecacatan dengan tingkat depresi pada klien kusta (p<0.05, OR=4,561). Hasil ini dapat menjadi dasar bagi pelayanan keperawatan untuk mengadakan kegiatan Garden Healing dan membentuk Self Help Group di komunitas untuk membantu mengurangi depresi.

Leprosy is a chronic infectious disease caused by Mycobacterium leprae. This disease mainly affects the skin and peripheral nerves. Damage to the peripheral nerves caused by sensory and motor disorders characterized by defects. The level of disability experienced by clients leprosy is expected to increase the level of depression in leprosy clients. This study aims to determine the relationship of the level of disability to the level of depression in leprosy clients.
The method used is descriptive analysis with total sampling technique. Data of this study were tested using the Chi-square test. This research was conducted at the Leprosy Hospital Donorojo Jepara, Central Java with a sample of 55 people.
The results of this study showed that 58.2% of clients leprosy disability level-2. However, the rate of depression in leprosy clients 40% classified as moderate depression. These results indicate there is a relationship between the level of disability to the level of depression in the client leprosy (p<0.05, OR = 4.561). These results can be the basis for nursing services to conduct Garden Healing and Self Help Group formed in the community to help reduce depression."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
S63811
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Try Asih Dewi Agustina
"Penyakit kusta masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Kabupaten Majalengka saiah satu daerah endemis kusta di Indonesia dengan angka kecacatan tingkat 2 tertinggi di Jawa Barat yang berhubungan dengan keterlambatan penemuan kasus baru dan pengobatan. Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan suatu penelitian yang mendalam mengenai pencarian pertolongan pengobatan pada penderita kusta. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi yang mendalam mengenai pencarian pertolongan pengobatan penderita kusta serta faktor penghambat dan penunjangnya. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sindangwangi, Argapura, dan Sumberjaya Kabupaten Majalengka dengan metode kualitatif yang pengumpulan datanya dilakukan dengan wawancara mendalam. Jumlah informan dalam penelitian ini sebanyak 31 orang yang meliputi informan penderita kusta dan informan kunci. Untuk menguji validitas hasil penelitian, dilakukan triangulasi sumber dan metode. Pengolahan data yang dilakukan terdiri dari mengumpulkan catatan hasil wawancara, membuat rekapitulasi hasil wawancara, membuat kategorisasi data, dan membuat matriks. Analisis yang dilakukan adalah analisis isi atau content analysis untuk melihat kecenderungan hubungan antar variabel.
Hasil penelitian menunjukkan, bahwa pencarian pertolongan pengobatan memiliki kecenderungan berhubungan dengan persepsi keparahan dan bahaya penyakit, dorongan tokoh masyarakat, keluarga, media, dan penyuluhan petugas kesehatan. Pemilihan pelayanan kesehatan memiliki kecenderungan berhubungan dengan kebiasaan dan pengalaman berobat, sedangkan keteraturan berobat memiiiki kecenderungan berhubungan dengan persepsi terhadap kualitas pelayanan kesehatan. Keterlambatan mencari pertolongan pengobatan memiliki kecenderungan berhubungan dengan pengetahuan penderita kusta mengenai penyakit kusta yang rendah, ketidaktahuan penderita kusta kalau di Puskesmas terdapat pengobatan untuk kusta dan salah diagnosa. Untuk itu perlu dilakukan advokasi terhadap Pemerintah Daerah Kabupaten Majalengka dan Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka, meningkatkan promosi kesehatan dengan mengikutsertakan petugas promosi kesehatan di Puskesmas, menjalin kerjasama dengan lintas program dan Iintas sektor, pelatihan keterampiian deteksi tanda kusta bagi petugas puskesmas, sosialisasi tentang pengobatan kusta dan keterampilan deteksi tanda kusta bagi dokter praktek di wilayah kerja puskesmas, peiatihan (training of trainers) penyuluhan kusta, penyuluhan intensif dan pemberdayaan masyarakal.

Leprosy disease is still become the problem for public health in Indonesia. This matter happened, caused by factor pursuing effort of early case finding and leprosy treatment directly and also indirectly. Based on these. hence it is needed a circumstantial research in health seeking behavior of leprosy patient. The objective this research is to obtain circumstantial information on heatlh seeking behavior of leprosy patient. This research was conducted in Sindangwangi, Argapura. and Sumberjaya Sub-distriets with qualitative method, which its data collecting conducted by indepth interview. The number of informants in this research is 31 people. which consisting of leprosy patient and key informant. To assess the validity of result of the research, it was conducted triangulation resources. The Data analysis consist of collect the record of interview results, made summary of the result of interview, made the transcript, made data categorization, and made matrix. The next step is content analysis to see the tendency of the relationship between those variables.
The result of this research show, that seeking help of medication have tendency relate to hard perception and the severeness of discase, motivation of community leader, family, media, and education of health service officer. Election of the health service have tendency relate to experience and habit of medication, while regularity of medication have tendency relate to perception to the quality of health service. The delay in seeking help of medication have tendency relate to knowledge of leprosy suspect on leprosy disease is still low, the lack of knowledge of leprosy patient, where in Community Health Center there is medical treatment for leprosy and wrong diagnosed. Thereby require to be conducted advocacy to Local Government of Majalengka District, and health service of Majalengka District for the allocation of fund and support Leprosy Program with curative and preventive priorities,improving health promotion by involve health promotion officer in Community Health Center, cooperation between cross section that is religion section, and education in order to apply the Leprosy Progrnm specially counseling, training about leprosy detection for health workers. socialization about leprosy treatment and leprosy sign for private doctors in Puskesmas area, training of trainers for leprosy IEC (information, education, and communication), intensive counseling with the target is leprosy patient, family member of leprosy patient, and also community, and enforce community participation in leprosy control.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T21137
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>