Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 123530 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Maharani Widyastuti
"Reverse e-auction adalah metode pengadaan yang saat ini popular digunakan, karena menghasilkan penghematan biaya, efisiensi proses, dan transparansi. Dalam reverse e-auction, pembeli selaku penyelenggara lelang mengadakan event untuk mengkompetisikan penjual selaku penawar, dalam sebuah lelang berbasis internet yang hanya memiliki harga sebagai atribut yang dapat dinegosiasikan. Walaupun memberikan banyak keuntungan, reverse e-auction dapat menimbulkan kerugian apabila digunakan dalam kondisi yang tidak tepat, karena keterbatasan kemampuannya untuk mempertimbangkan lebih dari satu atribut.
Studi kasus di TELKOM mengungkapkan kekurangan reverse e-auction dalam pengadaan beberapa produk. Untuk itulah, dibutuhkan multiattribute auction sebagai pengembangan dari reverse e-auction, yang memungkinkan penggunaan multi atribut untuk dinegosiasikan. Untuk memberikan usulan bagi TELKOM, diambillah beberapa langkah. Pertama, sistem reverse e-auction TELKOM yang ada harus dipelajari. Kedua, untuk mengetahui atribut yang tepat beserta dengan bobotnya, maka digunakanlah Analytic Network process (ANP). ANP juga bermanfaat untuk menunjukkan hubungan ketergantungan antar elemen.
Berdasarkan hasil ANP, harga merupakan atribut independen, sehingga tidak memiliki bobot. Atribut lainnya yang memiliki bobot terbesar hingga terkecil adalah delivery, kualitas produk, dan kualitas manajemen. Kemudian langkah terakhir adalah membuat usulan bagi TELKOM untuk menggunakan multiattribute auction sebagai metode pengadaan, berdasarkan hasil ANP dan studi literatur. Multiattribute auction yang disarankan adalah yang menggunakan aturan lelang Inggris dengan tiga atribut: harga, delivery, dan kualitas produk. Karena memiliki bobot yang tidak signifikan, maka kualitas manajemen tidak diusulkan untuk dijadikan sebagai atribut, tetapi hanya sebagai pertimbangan awal bagi pembeli. Usulan juga meliputi pengungkapan informasi dan tampilan bagi pengguna.

Reverse e-auction is a popular pr_Curement method that recently used, because it produces cost saving, process efficiency, and transparency. In reverse e-auction, buyer as the auctioneer conduct an event to compete sellers as the bidders in a web based auction with price as the only negotiable attribute. Although providing many advantages, reverse e-auction can create loss if not used in proper condition, because of its limited power for considering more than one attribute.
Case study in TELKOM reveals disadvantages of reverse e-auction for some products procured. Therefore, multiattribute auction as the extension of reverse e-auction, which enables multiattribute negotiable dimension, is needed. To provide recommendation for TELKOM, some steps are taken. First, existing system of TELKOM's reverse e-auction should be considered. Second, to know the proper attributes and their weights, Analytic Network process (ANP) is used. ANP is also useful to show interdependencies between elements.
According to the ANP result, price is an independence attribute, so that it does not have any weights. Other attributes that have the biggest until the smallest weights are delivery, product quality, and management quality. Then the last step is to make recommendation for TELKOM for using multiattribute auction as procurement method, based on ANP result and literature research. Multiattribute auction proposed is English auction ruled with three attributes: price, delivery, and product quality. For having an insignificant weight, management quality is not proposed to be an attribute, but only as early consideration for buyer. Recommendation also consist of information revelation and user interface."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S50373
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yadrifil
"Reverse e-auction is a popular electronic procurement method that recently used because it produces cost saving, process eficiency, and transparency. In reverse e-auction, buyer as the auctioneer conduct an event to compete sellers as the bidders in web based auction with price as the only negotiable attribute. Thus, reverse e-auction can create loss if not used in proper condition, because of its limited power for considering more than one attribute. Case study in PTI X reveals disadvantages of reverse eauction for some products procured Therefore, multiattribute auction as the extension of reverse eauction, which enables multiattribute negotiable dimension, is needed To know the proper attributes and their weights, Analytic Network Process (ANP) is used ANP is also useful to show interdependencies between elements. According to the ANP result, price is an independence attribute, so that it does not have any weights. Other attributes that have the biggest until the smallest weights are delivery, product quality, and management quality. Multiattribute auction proposed is English auction ruled with three attributes: price, delivery, and product quality. For having an insignificant weight, management quality is only proposed to be an early consideration for buyer. Recommendations also consist of information revelation and content of user interface."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
JUTE-22-3-Sep2008-236
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Yadrifil
"Reverse e-auction adalah metode pengadaansecara elektronik yang saat ini populer digunakan, karena menghasilkan penghematan biaya, efisiensi proses, dan transparansi. Dalam reverse e-auction, pembeli selaku penyelenggara lelang mengadakan event untuk mengkompetisikan penjual selaku penawar, dalam lelang berbasis internet yang hanya menggunakani harga sebagai atribut yang dapat dinegosiasikan. Namun reverse e-auction dapat menimbulkan kerugian apabila digunakan dalam kondisi yang tidak tepat, karena keterbatasan kemampuannya untuk mempertimbangkan lebih dari satu atribut. Studi kasus di PT. X mengungkapkan kekurangan reverse e-auction dalam pengadaan beberapa produk. Untuk itulah, dibutuhkan multiattribute auction sebagai pengembangan dari reverse e-auction, yang memungkinkan penggunaan multi atribut untuk dinegosiasikan. Untuk mengetahui atribut yang tepat disertai dengan bobotnya, maka digunakanlah Analytic Network Process (ANP). ANP juga bermanfaat untuk menunjukkan hubungan ketergantungan antar elemen. Berdasarkan hasil ANP, harga merupakan atribut independen, sehingga tidak memiliki bobot. Atribut lainnya yang memiliki bobot terbesar hingga terkecil adalah delivery, kualitas produk, dan kualitas manajemen. Multiattribute auction yang disarankan adalah yang menggunakan aturan lelang Inggris dengan tiga atribut: harga, delivery, dan kualitas produk. Karena memiliki bobot yang tidak signifikan, maka kualitas manajemen hanya digunakan sebagai pertimbangan awal bagi pembeli. Usulan juga meliputi pengungkapan informasi dan isi tampilan aplikasi lelang bagi pengguna.

Reverse e-auction is a popular electronic procurement method that recently used, because it produces cost saving, process efficiency, and transparency. In reverse e-auction, buyer as the auctioneer conduct an event to compete sellers as the bidders in web based auction with price as the only negotiable attribute. Thus, reverse e-auction can create loss if not used in proper condition, because of its limited power for considering more than one attribute. Case study in PT. X reveals disadvantages of reverse e-auction for some products procured. Therefore, multiattribute auction as the extension of reverse e-auction, which enables multiattribute negotiable dimension, is needed. To know the proper attributes and their weights, Analytic Network Process (ANP) is used. ANP is also useful to show interdependencies between elements. According to the ANP result, price is an independence attribute, so that it does not have any weights. Other attributes that have the biggest until the smallest weights are delivery, product quality, and management quality. Multiattribute auction proposed is English auction ruled with three attributes: price, delivery, and product quality. For having an insignificant weight, management quality is only proposed to be an early consideration for buyer. Recommendations also consist of information revelation and content of user interface."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Alvin Kusuma Ekaliptiadi
"Pada masa sekarang ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat membuat terjadinya perubahan paradigma di organisasi dari resource-based menjadi knowledge-based. Dari perubahan tersebut munculah tren pengelolaan pengetahuan (knowledge management) yang dalam satu dasawarsa terakhir menjadi salah satu metode peningkatan produktifitas suatu organisasi. Ide utama yang melatarbelakangi munculnya knowledge management adalah persoalan competitiveness (daya saing) perusahaan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur kinerja knowledge management yang telah diterapkan pada suatu perusahaan telekomunikasi dengan menggunakan metode ANP (Analytic Network Process), menganalisis hubungan yang terjadi antar kriteria pengukuran kinerja, dan mengetahui nilai kinerja knowledge management pada beberapa grup/divisi dalam perusahaan. Sebelumnya dilakukan factor analysis terlebih dahulu untuk mengelompokan kriteria-kriteria kedalam beberapa cluster.
Hasil pengolahan data dari 38 kriteria menghasilkan 5 cluster, yaitu cluster Employee & Product/Service Development, Organizational Success, Systematic Knowledge Activities, Optimalization Internal Process, dan External Relationship. Model ini juga menghasilkan bobot kinerja tiap cluster, tiap kriteria, dan peringkat kinerja dari grup dalam perusahaan.

Nowadays, rapid developments in science and technology make a paradigmatic shift in the organization from resource-based to knowledge-based. These changes emerges the trends knowledge management that in the last decade become one method of increasing the productivity of an organization. The main idea behind the emergence of knowledge management is a matter of competitiveness of the company.
This study aims to measure the performance of knowledge management that has been applied to a telecommunication company using ANP (Analytic Network Process), to analyze the relation between the performance measurement criteria, and to measure the score of knowledge management performance in several groups/divisions within the company. Before that, factor analysis was conducted to classify the criteria into several clusters.
Results of processing data from 38 criteria produces five clusters, namely Employee & Product / Service Development, Organizational Success, Systematic Knowledge Activities, Optimalization Internal Process, and External Relationship Cluster. This model also produced the performance rating of each cluster, criteria, and performance rating of the group within the company.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S51849
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Maya Arlini Puspasari
"Perkembangan industri telekomunikasi di Indonesia akan menyebabkan pertambahan Base Transceiver System (BTS) yang menjadi komponen vital bagi bisnis telekomunikasi untuk memperluas jaringan. Pertambahan jumlah BTS telekomunikasi dapat memicu terjadinya risiko meningkatnya masalah-masalah operasional dan pemeliharaan yang dihadapi oleh operator.
Penulisan ini bertujuan untuk mengidentifikasi risiko-risiko apa saja yang ada dalam bidang operasional dan pemeliharaan BTS telekomunikasi, menentukan hubungan antar risikonya, menganalisis besarnya tiap risiko menggunakan metode Analytic Network Process (ANP), dan merancang strategi penanganan serta pengontrolan risiko tersebut.
Hasil identifikasi risiko operasional dan pemeliharaan BTS telekomunikasi adalah sebanyak 45 risiko, yang diklasifikasi menjadi 6 kategori risiko, yakni: personil, peralatan dan perlengkapan, tower dan shelter, finansial, eksternal, dan metode.
Dari hasil analisis model ANP, risiko yang termasuk dalam kategori tinggi adalah 8 risiko dengan range bobot 0.020543 sampai 0.103484, dengan validasi model yang menunjukkan hasil yang konsisten, yakni indeks inkonsistensinya kurang dari 0.1.
Analisis model tersebut menunjukkan bahwa perusahaan harus lebih memperhatikan dan menangani terjadinya permasalahan di bagian kategori risiko peralatan dan perlengkapan, terutama kerusakan peralatan dan masalah BTS, kategori risiko personil, proses perbaikan, dan kekokohan tower.

Nowadays, the growth of telecommunication industry in Indonesia has enhanced the number of Base Transceiver System (BTS) as a vital part of their business to expand network. The increased number of BTS will have an impact to raise their operational and maintenance problems.
The purposes of this study are to identify operational and maintenance risks in BTS, determine the connection of those risks, analyze risks using Analytic Network Process (ANP) method, and also compose the strategy to treat and control those risks.
The results of identifying operational and maintenance risks in BTS are 45 risks, which classified to 6 categories: personnel, device and tools, tower and shelter, financial, external, and method.
Therefore, based on ANP model analysis result, 8 risks are included in 'high' risk category with priorities in range 0.020543-0.103484 and inconsistency index below 0.1, which means that model is consistent and valid.
This study suggests that companies have to concern more about problems in BTS, devices, personnel, reparation process, and tower strength.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S52028
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
M. Rifai Aji Wibowo
"This thesis discusses about how to select partners in the supply of land rigs based on the criteria for the administrative evaluation, technical evaluation and financial evaluation, using the Analytic Network Process (ANP).
Results of this study indicate that the technical evaluation has the highest weighting, followed by administration evaluation and financial evaluation; and the most influential sub criteria are the rig equipment.

Tesis ini membahas mengenai cara untuk memilih mitra kerja dalam penyediaan rig darat berdasarkan kriteria pada evaluasi administrasi, evaluasi teknis, dan evaluasi harga, dengan menggunakan metode Analytic Network Process (ANP).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa evaluasi teknis mempunyai bobot tertinggi, diikuti oleh evaluasi administrasi dan evaluasi harga; dan sub kriteria yang paling berpengaruh adalah peralatan rig.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
T27834
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Darmi Setyaningsih
"Di berbagai negara dan industri, manajemen manufakturing dari sudut strategi hanya memainkan peranan pembantu dibandingkan dengan fungsi pemasaran dan keuangan. Kebanyakan perusahaan tidak mempunyai strategi manufakturing formal dan tidak diarahkan sama sekali untuk mencapai sasaran perusahaan. Padahal tanpa strategi yang berarti, perusahaan dapat membuat keputusan jangka pendek yang bisa kontradiksi dengan tujuan jangka panjang, dengan hasil yang tidak sesuai antara aktivitas manufakturing dan strategi perusahaan.
PT. X sebagai suatu perusahaan yang bergerak dalam industri farmasi juga tidak terlepas dari kebutuhannya untuk mengelola operasi manufakturingnya agar dapat mendukung strategi perusahaan untuk dapat bersaing dalam pasar farmasi. Penelitian ini menggambarkan bagaimana manajemen operasi di PT. X menggunakan pendekatan audit manufakturing sebagai elemen dalam formulasi strategi manufakturing yang sejalan dengan strategi perusahaan. Formulasi strategi manufakturing menggunakan model dari Menda (2004) dan dilakukan untuk produk obat A dan B yang diproduksi sendiri oleh PT. X. Alternatif strategi manufakturing yang diperoleh adalah strategi penekanan biaya dan variasi rasa produk untuk produk A, serta strategi penekanan biaya untuk produk B.
Dari kedua alternatif strategi manufakturing produk A, kemudian dipilih strategi yang paling sesuai untuk kebutuhan perusahaan saat ini dengan menggunakan metode Analytic Network Process (ANP). Kriteria kinerja yang digunakan meliputi biaya, kualitas, pengantaran, dan fleksibilitas. Strategi manufakturing yang dipilih adalah alternatif strategi yang mempunyai skor akhir paling besar, yaitu strategi variasi rasa produk baik untuk metode rata-rata responden dengan bobot yang berbeda maupun bobot yang sama.

In many countries and industries, manufacturing management is still subordinate in strategy making to the marketing and financial functions. Many firms have no formal manufacturing strategy and manufacturing is simply not geared to a business's corporate strategy. Without a meaningful strategy, firms often make short-term decisions that are in conflict with their long-term goals, which invariably results in a poor match between manufacturing activities and the firm's overall strategy.
PT. X as a pharmaceutical company also has the need to manage their manufacturing operations in line with corporate strategy to leverage their competitive advantage in pharmaceutical market. This research describes how operation management in PT. X using manufacturing audit approach as key element to formulate manufacturing strategy that fit the corporate strategy. The formulation of manufacturing strategy proposed by Menda (2004) has applied in PT. X. The formulation is particularly used for medicine product A and B. Manufacturing strategy alternatives adopted include production cost reduction and variations of flavor for product A. For product B, manufacturing strategy adopted is only production cost reduction.
From both manufacturing strategy alternatives of product A, the most suitable strategy for current condition of the company is selected using Analytic Network Process (ANP) method. Performance criteria used include cost, quality, delivery, and flexibility. The selected manufacturing strategy is variations of flavor that has the highest final score, for different or same weighted average of respondents? methods.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
T18634
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Berutu, Griesch Alles
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang penentuan standar kriteria evaluasi teknis pemilihan kontraktor jasa keamanan, di salah satu perusahaan minyak dan gas bumi di Indonesia.Terdapat 4 kriteria yang digunakan di dalam evaluasi, yaitu: personil kunci, rencana pelaksanaan jasa, kinerja pengamanan dan program HES (Health, Environment & Safety). Metode yang digunakan adalah Analytic Network Process (ANP). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja pengamanan mendapatkan bobot tertinggi, diikuti dengan personil kunci, rencana pelaksanaan jasa dan program HES dan subkriteria yang paling berpengaruh adalah konsultansi security.

ABSTRACT
This thesis discusses about the determination of technical evaluation standard of criteria of security contractor selection in oil and gas company in Indonesia. There are 4 criteria proposed which are: key personnel, work planning, performance of work and HES (Health, Environment & Safety) program. The method used is Analytic Network Process (ANP). The result of this study shows that performance of work got the highest weight, followed consecutively by key personnel, work planning and HES program; while the most influential sub criteria is security consultation.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S53539
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Untung Prayitno
"Semakin meningkatnya persaingan pasar global, maka dibutuhkan bagi organisasi untuk melakukan perbaikan dan mengembangkan keunggulan kompetitif. Telur dan kontaminasi adalah salah satu kendala utama untuk semua tempat penetasan di Indonesia karena dampak langsung pada kualitas Day Old Chick. Secara umum, anak ayam sehari (Day Old Chick) di Indonesia proses produksinya dilakukan secara manual. Penelitian ini bertujuan untuk merancang kerangka kerja (framework) untuk kesiapan (readiness) Hatchery Automation sebagai dasar referensi perusahaan untuk menggunakan dan implmentasi teknologi otomasi di Industri Unggas khususnya Indonesia. Oleh karena itu, dalam penelitian ini, kami mengusulkan konsep kesiapan untuk memberikan pemahaman dan menerapkan otomasi penetasan. Kerangka kerja ini dikembangkan menggunakan Analytic Network Process (ANP) untuk menganalisis kriteria kesiapan otomatisasi penetasan. Analytic Network Process (ANP), salah satu teknik Multi Criteria Decision Making, metode ini dikembangkan untuk mengidentifikasi faktor atau kriteria terpenting di antara kategori untuk kesiapan (readiness) Hatchery Automation.

The increase in the global market competition, it is necessary for organizations to make improvements to maintain and develop their competitive advantage. The eggs and contamination is one of the main constraints for all hatcheries in Indonesia due to its direct and massive impact of day old chick quality. In general, the process of producing day old chick in Indonesia is done manually. This research aims to develop of readiness framework Hatchery Automation as basis reference to the company to use automation technology in the Poultry Industries especially Indonesia. Therefore, in this study, we propose the concept of readiness to give understanding and apply about hatchery automation. The framework was developed using an Analytic Network Process (ANP) to analyses the criteria of readiness of hatchery automation. An Analytic Network Process (ANP), one of the Multi-Criteria Decision Making (MCDM) techniques, model is developed to determine the most important factors or criteria among the categories for the readiness hatchery automation.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T54254
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faizatu Almas Hadyantari
"ABSTRAK
Pengembangan wakaf produktif di sektor pertanian merupakan salah satu bentuk
optimalisasi pemanfaatan wakaf produktif di sektor riil, tujuannya antara lain untuk
mengatasi berbagai permasalahan di sektor pertanian dan sebagai alternatif
pembiayaan. Pada pengembangannya, Pesantren menjadi salah satu lembaga
pendidikan Islam yang memiliki peluang besar untuk berkontribusi dalam upaya
tersebut. Melalui pemberdayaan ekonomi pesantren, keberadaan pemanfaatan
wakaf pertanian bertujuan untuk kemandirian serta penguatan ekonomi pada santri
dan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis
aspek-aspek prioritas masalah, solusi dan strategi pemanfaatan wakaf pertanian
pada pemberdayaan ekonomi pesantren. Metode penelitian yang digunakan adalah
Analytic Network Process (ANP), yang menggunakan wawancara mendalam dan
kuesioner sebagai teknik pengumpulan data. Ada tujuh informan dalam penelitian
yang dipilih secara langsung berdasarkan fokus penelitian yang dibahas. Studi ini
menemukan bahwa ada tiga aspek prioritas masalah, yaitu pada aspek permodalan
nazir sebagai usaha pengembangan aset wakaf produktif di sektor pertanian,
prioritas masalah pada aspek regulator yaitu kurang optimalnya sosialisasi terkait
wakaf pada masyarakat, serta prioritas pada aspek masyarakat yaitu kurangnya
kesadaran masyarakat untuk berwakaf. Prioritas solusi berdasarkan penelitian ini
adalah adanya kelembagaan pesantren sebagai lembaga yang memiliki potensi
faktor produksi modal. Prioritas solusi pada aspek Regulator adalah optimalisasi
sosialisasi Regulator pada nazir Sedangkan pemberian kemudahan akses informasi
wakaf melalui berbagai media dan program menjadi prioritas solusi pada
masyarakat. Prioritas strategi pada penelitian ini antara lain pembinaan melalui
pelatihan manajemen pertanian, diikuti oleh promosi strategi wakaf di sektor
pertanian, strategi sinergi antara pesantren dan nazir, dan strategi litetasi terkait
dengan wakaf pertanian.

ABSTRACT
The development of productive waqfs in the agricultural sector is one form of
optimizing its utilization in the real sector so that the distribution of the benefits of
waqfs can be broader and well targeted. Pesantrens become one of the institutions
of Islamic education that has a great opportunity to contribute to these efforts.
Through economic empowerment as one of the pesantren programs, the utilization
of agricultural waqf is aimed at the welfare of students and the community. This
effort is also one of the alternatives in overcoming problems in the agricultural
sector such as land conversion problems and capital problems and farmers' welfare.
This study aims to identify and analyse priority aspects of problems, solutions and
strategies. The research method used is the Analytic Network Process (ANP), which
uses interviews and questionnaires as data collection techniques. There are seven
informants in the study selected by purposive sampling based on the focus of the
study discussed. This study found that there are three priority aspects of the
problem, namely nazir in the management of waqf, the regulator in the lack of
optimal socialization to the community, and the lack of public awareness about
waqf. The priority of the solution to practitioners is the pesantren, the priority of
the regulator's solution is the socialization of the nazir and the priority of the
solution to the aspects of society is the ease of access to waqf through various media
and programs. The priority of coaching strategy through agricultural management
training is the most important strategy, followed by the promotion of waqf strategy
in the agricultural sector, the synergy strategy between pesantren and nazir, and the
last literacy strategy related to agricultural waqf.
"
2019
T54947
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>