Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 50839 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Andreas Novendi
"Pembangunan perkotaan tidak saja menuntut peningkatan kebutuhan atas ruang, tetapi juga meningkatkan kompleksitas ruang. Aktivitas ini sexing kali menempatkan pertimbangan atas kota dan entitas alam serta kehidupan liar pada posisi terpisah, bertentangan. 6ahkan akibat ketersediaan ruang-ruang kota yang terbatas dan sering tidak sejalan dengan tingkat kebutuhannya, Bering menimbulkan konflik-konflik peruntukan ruang yang dilematis antara kepentingan pembangunan dan pelestarian alam. Pada akhirnya keberadaan ruang terbuka hijau senantiasa menjadi korban dan sasaran penggusuran dengan berbagai alasan-alasan klasik. Padahal lingkungan hidup dengan seluruh komponennya yang saling bergantung satu sama lain haruslah selalu dalam keadaan seimbang. Ketidakseimbangan antara lingkungan alam dan lingkungan binaan ini tentu mengakibatkan timbuinya masalah lingkungan, ketidaknyamanan termal, karena luas permukaan yang menimbulkan suhu tinggi (struktur dan perkerasan) semakln bertambah sementara luas permukaan yang menimbulkan suhu rendah (tumbuhan dan air) semakin berkurang. Melalui tulisan ini akan dipedihatkan bagalmana keberadaan ruang terbuka hijau dapat berpengaruh terhadap suhu dan kelembaban, dua faktor penting dalam kenyamanan termal. Sampai sebesar apa pengaruh RTH tersebut clan faktor-faktor apa saja yang menentukan besamya pengaruh RTH. Sehingga bisa ditentukan bentuk RTH yang seperti apa yang paling ideal untuk menciptakan kenyamanan termal. Dengan mengambil studi kasus di kota Depok, sebuah kota yang sedang giat-giatnya membangun. Namun di sisi lain Depok jugs berperan penting sebagai daerah resapan. Yang terjadi adalah pembangunan giia-gilaan, yang menggusur RTH. Kota Depok justru mengarah menjadi kota jasa dan perdagangan. Perm ukiman-permukiman bare menjamur tanpa mengindahkan peruntukan lahan, membuka jalan-jalan bare. Pembangunan ma!-mal dikebut, dengan letak yang saling berdekatan. Lebih banyak lagi perkerasan sementara ruang terbuka hijau semakin sedikit."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S48574
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yan Indra Gunawan
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S48938
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riyo Prananto
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S48950
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahma Yulianti
"Masjid merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan masyarakat Indonesia yang sebagian besar penduduknya memeluk agama Islam. Masjid merupakan tempat beribadah, tempat umat Islam berinteraksi dengan Tuhan Sang Pencipta. Agar ibadah yang dilakukan menjadi lebih tenang, masjid harus memiliki kenyamanan suhu, Kenyamanan suhu ini dipengaruhi oleh berbagai elemen bangunan, termasuk atap masjid. Kubah, yang sebagian besar digunakan sebagai atap masjid di Indonesia, juga berpengaruh terhadap kenyamanan suhu masjid. Berbagai macam desain kubah digunakan pada masjid. Bentuk kubah, material dan ukuran kubah berbeda antara masjid satu dengan masjid lainnya. Keberagaman desain ini memiliki pengaruh yang berbeda pula terhadap kenyamanan suhu didalam masjid.
Dalam kesempatan ini, penulis berusaha mengkaji lebih jauh mengenai pengaruh desain kubah terhadap kenyamanan termal sebuah masjid. Untuk memberikan cantoh, penulis mengambil tiga buah studi kasus yaitu Masjid Istiqomah (studi kasus 1), Masjid BKPM (studi kasus 2), dan Masjid Baitul Mughni (studi kasus 3). Ketiga studi kasus ini memilikl desain kubah yang berbeda. Analisa dan perbandingan yang dilakukan terhadap ketiga contoh kasus tersebut didukung oleh data-data klimatologi pada masing-masing kasus. Dari hasil analisa ini dapat diketahui perbandingan kenyamanan suhu yang terjadi akibat perbedaan desain kubah pada masjid."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S48455
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daniel Putra Pardamean Mbarep
"Ruang terbuka hijau memiliki fungsi ekologi sebagai daerah resapan air dan sumber kenyamanan termal, dan akan optimal jika memiliki luasan lahan bervegetasi sebesar 80-90 %. Ruang terbuka hijau Kalijodo memiliki komposisi luasan lahan bervegetasi sebesar 48 %. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif, menggunakan metode campuran untuk menganalisis fungsi ruang terbuka hijau Kalijodo sebagai daerah resapan air dan sumber kenyamanan termal. Hasil penelitian terkait kemampuan penyerapan air menunjukkan nilai sebesar 44,98 %, dan belum memenuhi kriteria penyerapan air ideal suatu taman kota, yaitu sebesar 75-95 %. Hasil penelitian terkait nilai indeks kenyamanan termal (THI) menunjukkan nilai sebesar 30,75, dan nilai ini termasuk dalam kategori sangat tidak nyaman. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ruang terbuka hijau Kalijodo tidak menjalankan fungsinya sebagai daerah resapan air dan sumber kenyamanan termal.

Green open space has an ecological function as a water catchment area and a source of thermal comfort, and will be optimal if it has a vegetated area of 80-90 %. Kalijodo green open space has a 48 % composition of vegetated land area. This research was conducted with a quantitative approach, using a mixed method to analyze the function of the Kalijodo green open space as a water catchment area and a source of thermal comfort. The results of the research related to the water absorption capacity showed a value of 44,98 %, and it did not meet the ideal water absorption criteria for a city park, which was 75-95 %. The results of the research related to the value of the thermal humidity index (THI) showed a value of 30,75, and this value was included in the very uncomfortable category. This results indicated that the Kalijodo green open space does not function as a water catchment area and a source of thermal comfort."
Depok: Sekolah Ilmu Lingkungan Uiniversitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Peran hutan dan Ruang Terbuka Hijau, akhir-akhir ini sering diperbincangkan. Yang pertama dalam kaitannya dengan pemanason global dan yang kedua berkaitan dengan banjir, pemasokan 02 dan penyerapan C02 yang diperlukan untuk lingkungan kola. Tulisan ini akan membahas lebih mendalam peran sebenarnya dari kedua unsur alam tersebut. Dalam kesempatan ini akan dibahas beberapa fungsi saja, yaitu fungsi kemampuan mengurangi banjir, menjadi paru-paru kota dan kemampuan menyerap karbon."
720 JIA 5:2 (2008)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Rusdayanti
"Urbanisasi berdampak pada perubahan bentang alam menjadi lahan terbangun yang memicu perubahan kondisi iklim mikro. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi luas vegetasi, struktur dan komposisi vegetasi, mengetahui kondisi iklim mikro dan tingkat kenyamanan termal masyarakat melalui pendekatan Temperature Humidity Index, serta menganalisis persepsi masyarakat dan merekomendasikan konsep kenyamanan lingkungan dalam pengembangan vegetasi. Metode yang digunakan adalah metode campuran yaitu gabungan antara metode kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan luas lahan vegetasi di Kota Palembang sebesar 15.197 Ha dan Indeks Nilai Penting tertinggi ada pada tanaman Havea brasilliensis, Swietenia mahagoni, Terminalia mantaly dan Pterocarpus indicus. Suhu udara didominasi pada kategori panas sedangkan kelembaban udara hampir merata untuk setiap kategori. Persepsi masyarakat menilai kenyamanan termal didominasi nyaman namun kecukupan vegetasi dinilai belum cukup untuk mendukung aktivitas masyarakat. Konsep kenyamanan lingkungan menegaskan dibutuhkan pengembangan vegetasi dengan pohon berdaya serap karbon tinggi, akar dan batang kuat, estetika menarik, dan menjadi pakan bagi makhluk hidup lain.

Urbanization has an impact on changing landscapes to developed land which triggers changes in micro-climatic conditions. This study aims to evaluate the area of vegetation, structure and composition of vegetation, determine microclimate conditions and the level of thermal comfort and recommend the concept of environmental comfort in vegetation development. The method is combination of quantitative and qualitative methods. The results showed that the land area for vegetation in Palembang City was 15,197 hectares with the important species are Havea brasilliensis, Swietenia mahagoni, Terminalia mantaly and Pterocarpus indicus. The air temperature is dominated by the hot category while the humidity is almost evenly distributed for each category. The public perception assesses that thermal comfort is dominated by comfortable, but the adequacy of vegetation is considered insufficient to support community activities. The concept of environmental comfort emphasizes the need for the development of vegetation with trees with high carbon absorption, strong roots and stems, attractive aesthetics, and as food for other organism."
Depok: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erlyn Mareti
"Rumah sakit sebagai suatu institusi pelayanan kesehatan perlu terus dikembangkan, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya, demi tercapainya pemerataan fasilitas kesehatan di pedesaan & di perkotaan. Secara umum setiap rumah sakit mempunyai tujuan yang sama yaitu memberi pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan sebaik-baiknya, menyenangkan, efektif serta efisien tanpa melupakan kontinuitas & kelanjutan kehidupan rumah sakit.
Untuk mewujudkannya, dibutuhkan suatu perancangan rumah sakit yang baik & matang. Instalasi rawat inap sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari rumah sakit memerlukan perhatian khusus dalam perancangannya, karena di tempat tersebutlah pasien menginap selama proses penyembuhan. Salah satu aspek penting dalam pembentukan kualitas kenyamanan thermal ruang rawat inap adalah faktor bangunan, seperti bukaan & material yang digunakan. Selain itu kondisi iklim & faktor manusia juga merupakan aspek-aspek yang tidak dapat dikesampingkan.
Ruang rawat inap yang menggunakan pengudaraan alami umumnya memakai metode ventilasi silang. Keefektifan metode ini salah satunya dipengaruhi oleh keberadaan bukaan pada ruang tersebut. Oleh karena itu, untuk memberikan kenyamanan thermal terbaik bagi pengguna ruang rawat inap, perlu dikaji sejauh mana pengaruh bukaan terhadap penciptaan kenyamanan thermal di dalam ruang. Permasalahan inilah yang menjadi titik tolak pembahasan selanjutnya dalam skripsi ini."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S48471
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rachmat Hidayansyah
"Pembangunan sering dicerminkan oleh adanya perkembangan fisik kota yang Iebih ditentukan oleh sarana dan prasarana yang ada. Gejala pembangunan terutama di wilayah perkotaan pada masa yang Ialu mempunyai kecenderungan untuk meminimalkan ruang terbuka hijau.
Kota Makassar sebagai Ibu kota Propinsi Sulawesi Selatan dengan luas wilayah 175,77 km2 dengan jumlah penduduk Iebih kurang 1.285.443 jiwa (2005),. menjadi contoh terhadap fenomena di atas. Tidak konsistennya penentuan besaran kebutuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota maupun implementasinya merupakan contoh kasus yang secara kasat mata dapat di lihat di Kota Makassar. Keberadaan RUTRW Kotamadya Ujungpandang tahun 1984 yang di dibuatkan Perda pada tahun 1987 dan telah direvisi tahun 2001 yang diharapkan dapat menjadi payung hukum dalam menjamin keberadaan RTH tidak dapat terwujud, dikarenakan dalam RUTRW 2001 tidak memberikan gambaran secara jelas luas peruntukan RTH di Kota Makassar. Sehingga tidak heran kiranya jika setiap tahunnya keberadaan RTH di Kota Makassar semakin berkurang. Padahal keberadaan RTH dapat mengurangi terjadinya pencemaran udara dan dengan kemampuan inflltrasinya mampu mengatasi banjir/genangan, sehingga dengan berkurangnya RTH maka fungsi yang dimiliklnya tidak dapat berperan dengan baik.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan dibahas berkaitan dengan judul di atas adalah; (1) RUTRW Kota Makassar tidak memperhitungkan fungsi Ruang Terbuka Hijau (RTH), (2) RUTRW dilanggar oleh Pemerintah Kota Makassar, (3) Kurangnya RTH di Kota Makassar menyebabkan terjadinya penurunan kualitas udara, banjir/genangan (degradasi Iingkungan) dan dampak negatif terhadap masyarakat.
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka diajukan. beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut: (1) Mengapa RUTRW tidak memperhitungkan fungsi RTH?, (2) Mengapa RUTRW dilanggar oleh Pemerintah Kota Makassar?, (3) Mengapa kurangnya RTH menyebabkan terjadinya penurunan kualitas udara, banjir/genangan dan dampak negatif terhadap masyarakat?
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah; (1) Mengetahui faktor-faktor yang mendorong terjadinya penyimpangan dalam pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan RUTRW Kota Makassar, (2) Mengetahui bentuk-bentuk kegiatan yang yang tidak sesuai dengan pemanfaatan lahan dan kegiatan yang mengabaikan RTH di Kota Makassar, (3) Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara RTH dengan penurunan kualitas udara dan terjadinya banjir/genangan di Kota Makassar dan bagaimana dampaknya terhadap masyarakat Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan deskriptif analitik dari data kualitatif dan kuantitatif. Dalam penelitian ini, populasi atau responden yang diwawancarai diantaranya pihak-pihak yang terkait dalam pengelolaan RTH Kota Makassar, Rencana Umum Tata Ruang Wilayah (RUTRW) Kota Makassar, seperti Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Keindahan Kota Makassar, Bappeda, Dines Tata Ruang dan Bangunan, para pakar/akademisi, dan beberapa anggota masyarakat untuk mendapatkan data-data atau informasi tambahan yang berkaitan dengan masalah penelitian.
Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan menggunakan metode observasi lapangan, wawancara, study literature, untuk memperoleh data sekunder dan primer. Di camping itu, digunakan pula metode ex post facto, metode ini dilakukan untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi dan kemudian melihat data/informasi sebelumnya untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menyebabkan kejadian tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa; (I) RUTRW Tahun 2001 lebih berorientasi pada pertumbuhan ekonomi hal ini terlihat pada arah perkembangan dan perluasan kota Makassar dimana dari 5 (lima) zona dimana zona untuk areal konservasi atau RTH tidak gambarkan secara jelas (kebutuhan luas. dan jenis RTH), (2) Pergantian kepala pemerintahan menyebabkan perubahan arah pembangunan terutama dibidang lingkungan hidup. Dalam RP]MD tahun 2005-2025 masalah lingkungan tidak dijadikan dasar kebijakan dalam pelaksanaan pembangunan di Kota Makassar, padahal dalam RPJMD 1999-2004 masih dijadikan dasar kebijakan dalam pembangunan, sehingga untuk mengimplementasikan RPJMD tersebut terkadang RUTRW dilanggar, seperti pembangunan pusat perbelanjaan Alfa di jalan Perintis Kemerdekaan, padahal di wilayah tersebut berdasarkan peruntukannya dikhususkan untuk kegiatan pendidikan, industri dan militer, (3) Akibat semakin meningkatnya aktifitas penduduk kualitas udara di kota Makassar semakin menurun, dari aktifitas tersebut menghasilkan beban pencemar 71.440,51 gram/hari atau 198.445.861,1 ton/tahun dan CO2 sebesar 383.156,7641 ton/tahun (2000) yang kemudian mengalami peningkatan pada tahun 2005 sebesar 279.046.694,4 ton/tahun Pb dan 502.254,3426 ton/tahun CO2 sehingga dibutuhkan luas RTH 8.621,2673 ha dengan jumlah pepohonan 862.127 batang pohon untuk dapat menyerap zat pencemar diudara. Sedangkan Banjir / genangan yang terjadi dikarenakan rusaknya lahan didaerah hulu dimana 12.040,63 ha dari total lahan 143.196,37 ha telah menjadi lahan kritis. Hal ini menghasilkan material longsoran sebesar 235-300 juta m3, yang berdampak pada terjadinya pendangkalan sungai sehingga daya tampung sungai berkurang, disamping itu pembangunan permukiman, kawasan industri pada daerah resapan air memberikan konstribusi terhadap terjadinya banjir/genangan di kota Makassar. Masalah lainnya adalah itu sistem drainase yang kurang baik, dan letak kota Makasaar yang berada pada daerah dataran rendah.
Berdasarkan basil penelitian ini disarankan; (1) Perda tentang RUTRW perlu secepatnya dikeluarkan dan dibuat RUTRW yang baru untuk mencegah terjadinya penyimpangan terhadap pemanfaatan lahan yang lebih besar. Disamping itu dalam RUTRW perlu diperjelas alokasi RTH terutama berkaitan dengan Iuasannya untuk masing-masing areal pemanfaatan lahan, karena dalam RUTRW sebelumnya tidak menjelaskan hal tersebut, (2), Melakukan penegakan hukum terhadap penyimpangan..pemanfaatan ruang, yang tidak sesuai dengan peruntukannya..Disamping. itu periu diefektifkan peran serta masyarakat dalam perencanaan tata ruang terutama. yang berkaitan dengan RTH, (3) . Dilakukan penataan ulang RTH (Was dan jenis RTH) agar dapat mengurangi beban pencemar diudara, penggunaan BBM bebas timbal dan pemanfaatan energi altematif yang ramah Iingkungan (BBGy Biofuel,dil). Untuk penanganan banjir hendaknya daerah-daerah .yang merupakan daerah resapan air perlu dipertahankan, disamping itu daerah-daerah ruang terbuka tetap dijaga agar fungsi infiitasi dapat membantu mencegah terjadinya banjir, melakukan koordinasi antar daerah mengenai sistern pengelolaan, penanganan DAS. Perbaikan sistern drainase, sedangkan pada areal yang telah terbangun didaerah resapan air hendaknya dibuat sumur-sumur resapan disetiap rumah.

The development is always mirrored by the city physical development of which it is determined more by the existing facilities and infrastructures. The symptom of development, particularly in urban region in the past had a tendency for minimizing green open space.
Makasar city as,the capital city of South Sulawesi Province having area of 175,77 km2 and number of population approximately 1.285.443 person (2005), becomes sample for the phenomena above. The inconsistency of city green open space amount needed or its implementation represents case sample intangibly can be seen in Makasar city. The existence of RUTRW of Ujung Pandang municipality 1984 based on Local Regulation of 1987 and was revision in 2001 expecting can be legal umbrella in ensuring the existence of RTH could not be realized, it was because in RUTRW 2001 was not awarded dearly and broadly description the use of RTH in Makasar City, so that it is not surprise if in every year the existence of RTH in Makasar City becoming is gradually. But actually the existence of RTH can decrease air pollution and with its infiltration capability it is possible to prevent flood/puddle, so that with the decrease of RTH, then its function will not have a proper role.
Based on the background above, then the problem which will be discussed related to the a title above shall be; 1). RUTRW of Makasar City does not consider Green Opened Space Function, 2). RUTRW was breached by the government of Makasar city, 3). Less RTH in Makasar City causes air quality decrease, flood/puddle (environment degradation) and negative impact on people.
Based on the background problem above, it can be asked some questions as follows: 1). Why RUTRW does not consider RTH function?, 2). Why was RUTRW breached by The Government of Makasar City? 3). Why less RTH can cause air quality decrease, flood/puddle and negative impact to people?
The purpose of this research is; 1 ) to recognize the factors motivating deviation arisen out in using land not suitable with RUTRW of Makasar city, 2). To recognize activity forms of which it is not suitable with land use and activity avoiding RTH of Makasar city; 3). To recognize whether there is any relationship between RTH with air quality decrease and flood/puddle happened in Makasar City and how its impact on people.
The research employed analytic descriptive approaches from qualitative and quantitative data. In :this research, population or respondent whom was interviewed, some of them were related parties in managing RTH of Makasar City, General Plan of Regional Space Arrangement (RUTRW) of Makasar city, such as Space Order and Building Agency, experts/ academicians, and some community members for obtaining' data or addition information related to research problem.
The data collection was conducted by using field observation method, interview, literature study, for obtaining secondary and primary data. In addition to that, it was used also ex post facto method. This method was applied for observing the occurence already happened and then it was compared to previous data/information for knowing the factors which could cause said occurrences.
Based on the result of research, it can be concluded that ; 1). RLJTRW 2001 is more oriented to economic growth, this matter can be seen in the direction of development and the extension of Makasar city of which 5 (five) zones' for conservation area or RTH did not clearly describe (the need, width and type of RTH), 2). The replacement of the head of government caused change on development direction, especially in field of environment In RPJMD 2005 -- 2025 environmental matters were not policy included in development, so that for implementing the RPJMD sometimes the RUTRW was breached, such as the construction of Alfa shopping center on 7alan Perintis Kemerdekaan, but actually in said area was specifically purposed for education, industry and military activities, 3). The increase of people activity rapidly made air quality in Makasar city becoming decrease, from said activities it was resulted pollutant substances of 71.440,51 gram/day or 198.445.861,1 ton/year and C02 in amount of 383.156,7641 ton/year (2000) further experiencing increase in 2005 in amount of 279.046.694,4 ton/year Pb and 502254,3426 ton/year CO2, so that it was needed RTH .of 8.621,2673 acres with tree amount of 862.127 trees for be able to absorb pollutant substances in the air. While flood/puddle caused by the damage of land in upper course where 12.040,63 acres of total land of 143.196,37 acres had become critical land. This matter caused slide material in amount of 235-300 million m3, causing effect on river shallow so that the river capacity became less. Beside of that, the development of settlement, industrial area in water infiltration gave contribution on flood/puddle in Makasar city. Other matter is the less drainage system and the position of Makasar city located in low level land.
Based on the result of this research it is suggested that : 1). Local Regulation regarding RUTRW needs to be issued immediately and made the new RUTRW for preventing deviation on land use more bigger. In addition, RUTRW needs to be described its RTHY especially related to its width for respective land use area, because the previous RUTRW was not explained these matters dearly, 2). Conduct law enforcement on space use deviation not suitable with its use. In addition, it needs to be motivated people role in space arrangement planning related to RTH, 3) conducted rearrangement of RTH (width and type of RTH) so that it will decrease pollutant substance in the air, the use of oil fuel non Pb and the use of alternative energy friendly environment (BBG, Biofuel, etc). For handling flood, it is suggested that the areas representing water infiltration area needs to be maintained, besides opened space area should be also maintained in order that infiltration function can support to prevent flood arisen out, conduct coordination inter region regarding SAS management and handling system. The reparation of drainage system, while in area in which it was built the water infiltration should be made infiltration wells in every house."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2007
T20786
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ambar Kusumaningayu
"Meningkatnya intensitas bangunan di Jakarta berarti Ruang Terbuka Hijau semakin dibutuhkan, baik sebagai pare-pare kota maupun sebagai tempat untuk berekreasi. Selain itu, juga dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan ekologi kota sehingga kota yang berkelanjutan dapat terwujud. Skripsi ini akan memberikan uraian mengenai pentingnya peranan Ruang Terbuka Hijau bagi pelestarian kota dan melihat keberadaannya di kawasan pusat kota Jakarta. Kesimpulan yang diperoleh menyatakan bahwa walaupun telah ada peraturan dan pelaksanaan- Tata Ruang Kota, namun tanpa adanya kesadaran dari masyarakat maka pelestarian kota ridak akan terwujud. Oleh karena itu, masih banyak diperlukan penelaahan lebih lanjut berkaitan dengaa perilaku masyarakat dan keadaan lingkungan alamnya."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S48184
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>