Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 140760 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eka Permanasari
"Masalah tempat tidak dapat terlepas dari makna yang disusun oleh pemakainya. Melalui -peristiwa yang melibatkan tempat dan manusia, makna tempat akan bergeser sesuai dengan jenis konstruksi yang dialaminya. Pegeseran makna tempat disebabkan oleh keterlibatan masyarakat yang mempengaruhi pola "ruang yang dikonstruksi oleh masyarakat (social construction of space)" yang saya lihat istilah "ruang" tersebut sebagai "tempat."
Tulisan ini mengambil topik pergeseran makna "tempat' dengan kasus Bunderan Hotel Indonesia yang akhir-akhir ini menjadi ajang unjuk rasa, Sebagai sebuah tempat, Bunderan Hotel Indonesia memiliki makna dan karnkter. Makna dan karakter dibentuk oleh pola hubungan dengan bangunan sekitar dan jalan yang menghubungkan empat titik penting serta makna simbolik ruang yang dibawa oleh patung selamat datang membuat Bunderan Hotel lndonesia menjadi pusat peralihan, pusat perhatian dan penghubung. Peristiwa yang telah membawa makna kuat dan menggeser makna dan citra tempat sebelumnya adalah demonstrasi yang sering terjadi yang dilakukan oleh masyarakat. Pergeseran makna yang terjadi akibat social."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S48292
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kosa Lawazardi
"Skripsi ini membahas mengenai bagaimana terciptanya ruang akibat aktifitas para pesepeda. Aktifitas ini berujung kepada penambahan fungsi pada ruang publik sehingga menjadi ramai dan diminati pengunjung. Studi kasus berada di Bundaran Hotel Indonesia pada saat diadakan kegiatan Hari Bebas Kendaraan Bermotor (Car Free Day). Pembahasan mencakup mengenai makna ruang, produksi ruang, dan hubungan yang terjadi antar manusia dan ruang. Waktu merupakan salah satu unsur utama dalam analisa pada studi kasus. Penemuan dari penulisan ini adalah bahwa ruang-ruang yang tercipta pada acara CFD antara lain adalah ruang untuk melakukan usaha, ruang untuk berkumpul dengan komunitas, dan ruang untuk rekreasi.

This study is about how the production of space due the activities of the cyclists. This activities led to the addition some functions into the public space that attracts many people. The study case used is at the Bundaran HI on the Car Free Day event. The investigation includes the term of space itself, the production of space, and the connection between the place and the people. Time is one of the main point to be analyzed in the study case. The findings from this study are that the spaces created at the CFD include the space to do business, the space to gather with the community, and space for recreation."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42716
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Prisinta Wanastri
"Tesis ini mengulas ruang sosial yang tercipta pada ruang-ruang yang dapat diakses dengan bebas para pengguna di gedung Perpustakaan Universitas Indonesia. Gedung Perpustakaan Universitas Indonesia telah bertransformasi, tidak hanya secara fisik namun juga termasuk pemanfaatannya oleh para pengguna perpustakaan. Dengan menggunakan metode fenomenologi, penelitian tidak hanya melihat realitas dalam ruang sosial yang diciptakan para pengguna perpustakaan, namun juga menggali interpretasi dan makna para pengguna perpustakaan atas realitas sosial yang terjadi di perpustakaan. Ruang sosial yang tercipta di gedung perpustakaan Universitas Indonesia selalu terikat pada pemaknaan pengguna atas ruang (fisik) perpustakaan yang muncul dalam aktifitas dan relasi sosial yang tercipta di perpustakaaan. Dari hasil wawancara yang dilakukan kepada pustakawan dan para pengguna aktif, diketahui bahwa ruang sosial yang tercipta di setiap ruang (fisik) gedung perpustakaan Universitas Indonesia memiliki ciri khasnya masing-masing.

The thesis is to review the social space that created in the rooms that can be accessed by the user freely at the University of Indonesia Library building. The University of Indonesia Library building has been transformed, not only physically but also includes the utilization by library users. By using the methods of phenomenology, the study not only look reality in the social space created by the users of the library, but also explore the interpretation and meaning of library users of social reality that is happening in the library. That social space that created in the University of Indonesia library building always bound to users interpretation on library‟s form and spatial arrangement. The users interpretation appear in the activities and social relations created in perpustakaaan. From the results of interview that conducted to librarian and active users, known that the social space that created in each room at University of Indonesia Library building has a trademark respectively.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
T42529
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andry Tirtarahardja
"Pembahasan dari skripsi ini adalah ambiguitas ruang kota yang terjadi akibat dari variasi persepsi akan suatu tempat publik. Studi kasus yang dipilih adalah trotoar di Bunderan Slipi. Fokus pembahasan yang digunakan adalah teori ambiguitas arsitektur kota. Mengerucut pada bagaimana aktor-aktor yang berhubungan dengan sebuah ruang menjalani kegiatan di dalam ruang tersebut. Kehidupan publik dilihat berdasarkan respon terhadap unsur-unsur yang ada di dalam tapak. Respon ini merupakan sebuah persepsi ruang yang unik dan berbeda-beda bagi tiap individu. Persepsi ruang yang berbeda-beda akan sebuah tempat menjadikan sebuah ruang kota ambigu. Ambiguitas ini sangat jelas terjadi di trotoar Bunderan Slipi dengan banyaknya pedagang liar yang ada di dalam tapak.

The study in this essay is about urban space ambiguity that happens because of various perception of one public place. The chosen case is Bunderan Slipi Sidewalk. The study focused on urban space ambiguity theory. Pursed in how the actors who have something to do with the space do something inside the space. The public life observed as an unique and different form of perception from each individual. These different perception ought to make a place become an ambiguous urban space. Bunderan Slipi sidewalk have a very clear ambiguity with many street vendor on the sidewalk.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S56786
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irma Rachmi Yulita
"Penelitian ini difokuskan terhadap bagaimana citra Islam dikonstruksi oleh media massa di Jepang dan imbasnya kepada integrasi komunitas muslim dengan masyarakat Jepang. Penelitian dilaksanakan dengan tujuan menjelaskan kaitan kesulitan integrasi komunitas muslim di Jepang, dengan pencitraan Islam hasil konstruksi media massa di Jepang. Tujuan lainnya adalah memahami proses interaksi dan komunikasi antara komunitas muslim dan masyarakat Jepang, dari tidak terlalu menerima menjadi menerima keberadaan muslim. Penelitian ini tergolong ke dalam penelitian kualitatif, menggunakan konnsep multikulturalisme dan konstruksi sosial media massa. Data dikumpulkan menggunakan metode in-depth interview dan mengambil 5 informan muslim dari Kobe, Kyoto, dan Tokyo. Proses wawancara dilaksanakan dari tanggal 18 April 2018 hingga tanggal 7 Mei 2018, menggunakan e-mail dan aplikasi LINE. Sejumlah teks media diambil sebagai bahan analisis. Analisis menggunakan kajian pustaka, dan literatur. Dari analisis, disimpulkan bahwa melalui upaya pembelajaran dan bergaul dengan para muslim, banyak warga Jepang, bahkan hingga pihak dari pemerintah Jepang justru berbalik mendukung komunitas muslim. Kesimpulan ini didukung dengan meningkatnya jumlah masjid dan mushola di berbagai daerah di Jepang bersamaan dengan mendekatnya Olimpiade 2020, kerjasama antara pihak kepolisian dan masjid dalam menjaga keamanan, pertambahan kota-kota ramah muslim, dan lain sebagainya.

This research focused on the image of Islam constructed by Japanese mass media and its impacts on Muslim community's integration into the Japanese society in recent years. I tried to look into the negative image of Islam 'constructed' by Japan's mass media, and its impact on the Muslims (mostly foreigners) residing in Japan, either as a worker or as spouse of a Japanese national. I have conducted in-depth interviews with 5 muslims (4 foreigners and 1 native muslims) residing in Kobe, Kyoto, and Tokyo. Their stories then compared with articles on muslim and Islam published in Japan's mass media, as well as books and academic journals on similar topics. This research used multiculturalism and mass media social construction as analyzing tools. Interview started from April 18th until May 7th 2018, by using e-mails and LINE aplication. Through analysis, I have come to a conclusion that through learning and befriending the muslims, some Japanese are in fact turned from previously scared of the muslims into helping and even supporting them. Moreover, in preparation for the coming Tokyo Olympic Games in 2020, the government is taking initiatives to create social condition and atmosphere which is more friendly toward foreigners, including muslim foreigners."
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2018
T50368
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Myrs Rethika
"Kajian perkembangan perkotaan saat ini menjadi salah satu bidang kaji yang sangat penting dan kompleks, baik dalam konteks Indonesia maupun global. Untuk memahami sebuah kota, kita tidak dapat lagi sekedar melihat artefak- artefaknya, melainkan dalam konteks penelitian ini, kota dipahami sebagai sebuah konstruksi sosial, yang dibentuk untuk dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari serta berfokus pada persoalan bagaimana warga kota memperjuangkan hidupnya.
Alun-alun merupakan ciri khas ruang peninggalan sejarah yang ditemukan di hampir seluruh perkotaan di Indonesia terutama di Jawa. Sebagai salah satu wujud ruang publik yang paling terbuka di pusat-pusat kota, alun-alun ditafsirkan sebagai pusat kegiatan untuk umum, dengan bermacam bentuk dan tujuannya yang dapat menggambarkan peijalanan sejarah kota tersebut di masa lampau. Ruang publik di kota menjadi aspek yang sangat menentukan karena kehidupan keseharian dan kehidupan sosial terjadi, serta kehidupan sosial di kota tak luput dari sejarah kota itu sendiri.
Di beberapa kota, fungsi alun-alun sebagai sebuah ruang publik tidak dapat dipisahkan dari kontrol-negara, praktek lokalitas yang dilakukan oleh warga sekitar maupun masyarakat luas, reproduksi-nya sebagai simbol kuasa pemerintah, dan sekaligus kecenderungan kegiatan rekreasi. Perubahan makna alun-alun sebagai tempat terjadinya dunia dalam konteks ritual spiritual menjadi ruang terbuka umum kota adalah konsep perkotaan yang dapat berkembang dalam kehidupan bermukim modem. Perumusan masalah penelitian ini adalah identitas kekuasaan pemerintah melalui alun-alun menjadi berubah ketika warga kota berkegiatan dalam kesehariannya. Warga sepertinya mampu memaknai sendiri keadaan maupun dari wujud fisik alun-alunnya di tengah aturan-aturan terhadap alun-alun sebagai identitas kekuasaan pemerintahan.
Hasil penelitian ini, bahwa konsep commandery yang terjadi pada alun-alun kota Serang ini yang sejatinya memberikan suprastratifikasi pada warga terhadap alun- alun tersebut, ternyata ada suatu celah yang memberikan kesempatan bagi warganya menjadikan alun-alun menjadi suatu pemandangan dan aksi yang menunjukkan makna simbolik Pengguna alun-alun sebagai pelaku konstruksi sosial, mampu menyampaikan wujud nyata pada ruang alun-alun yang ditransformasikan melalui hubungan antar manusia, memori, imajinasi dan hal-hal yang sering dilihat tiap harinya. Konstruksi sosial dari pengguna alun-alun mampu menciptakan waktu kegiatan kesehariannya dan zona kegiatannya.

The study of urban deveiopment recently becomes one of the most important and more complex fields of study either in this country and global context. It does not only find at the artifacts when we try to understand the contexl of urban but we have to know its social construction which is formed to fulfill their daily needs and focus on their problems of how the urban strike to live.
We recognize alun-alun is one of the history works that mostly found in many cities in lava. As a very wide-open public space in center of city, alun-alun is interpreted as center of public activities, with many forms and purposes that describe historical of an urban in the past.
In some of cities, the function of alun-alun could not be separated fiom the control of nation, public activities, its reproduction as a symbol of govemment authorities and even its recreation appealing of society. The alteration of its purpose fiom ritual spiritual context to become public space in the city is the urban concept which is able to be developed in this modem view. The problem in this research is that the identity of government authorities of alun-alun has changed when society has had their activities in their everyday life. Society seems has their own meaning of the setting and of the physical appearance of alun-alun, among rules as the identity of government authorities.
The result of this research, commandery concept of alun-alun in Serang that provides suprastratification to society, has had space that gave chance to society to make alun-alun as a view and action that show symbolic meaning. Society as the actor of social construction is able to give real appearance in form of social interaction, memory and their imagination to things their experienced in their everyday life. Social construction of alun-alun users has its own ability to create everyday activities and also their zone of activities.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2010
T26842
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Muhammad Fikri Haidar
"Peralihan mendadak dan penggunaan intensif dari komunikasi termediasi oleh teknologi mengubah pengalaman ketubuhan suatu kelompok masyarakat. Pandemi Covid-19 melalui pembatasan sosial dan aktivitas mendorong penggunaan ruang yang dimediasi oleh teknologi dalam ragam kegiatan yang sebelumnya dilakukan pada medium ruang fisik. Komunitas tari tradisional Indonesia menjadi salah satu kelompok tari yang memiliki tantangan besar dalam menggunakan ruang virtual untuk kegiatan berkesenian. Karakter keruangan dan ketubuhan khusus dari tari tradisional tidak dapat terakomodasi dalam infrastruktur ruang virtual. Pada Maret hingga Desember 2020, sanggar tari Wulangreh Omah Budaya mengalihkan aktivitas kelas tari Jawa dan Bali dalam ruang virtual oleh Zoom, medium telekonferensi yang paling banyak digunakan selama masa pembatasan sosial dan aktivitas di DKI Jakarta. Ragam upaya dilakukan bagi pelatih dan peserta tari untuk ‘membangun’ ruang yang dimediasi oleh teknologi dengan tujuan mereplikasi pengalaman yang serupa dengan ruang fisik. Tulisan ini akan menggambarkan proses pembentukan ruang yang dimediasi oleh teknologi sebagai tempat untuk komunitas tari berlatih tari. Menggunakan metode etnografi, tulisan ini akan menelusuri proses peralihan medium dari ruang fisik ‘ke dalam’ ruang yang dimediasi oleh teknologi. Proses peralihan medium ini menelusuri aspek keruangan dan ketubuhan dari wiraga, wirama, wirasa dalam tari tradisional dalam infrastruktur ruang virtual oleh Zoom.

Sudden shift and intensive use of computer mediated communication change the embodiment for certain group of people. Covid-19 pandemic through social and activity restriction pushes the use of virtual space on many activities previously occurred on physical space. Indonesia traditional dance community faces the toughest challenge on using virtual space as a place for making art. The spacial and emobied quality of traditional dance is unable to be afforded by the infrastructure of virtual space. Since March until December 2020, traditional dance studio (sanggar tari) of Wulangreh Omah Budaya shifted their Javanese and Balinese dance class on a virtual space by Zoom, a popular teleconference medium during social and activity restriction in Jakarta Capital Region. Instructor and class’ participants have many efforts to ‘construct’ technology-mediated space to replicate the similar experience of physical space. This paper will explore the construction of technology-mediated space as a ‘new space’ for traditional dance community rehearsal. Through ethnography, this paper will explore the process of remediation from physical ‘onto’ technology-mediated space. This process explores spacial and embodiment aspect of wiraga, wirama, wirasa on a mediated space provided by Zoom."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bella Septianti
"Jalan diapresiasi ketika emosi dan imajinasi yang distimulasikan dapat dialami secara sadar oleh pejalan kaki. Aktivitas pejalan kaki yang secara sadar peka terhadap ruang jalan disebut discursive walking. Untuk memahami bagaimana jalan dapat memicu apresiasi, skripsi ini menggunakan teori great streets. Aspek dari great streets yang dapat menstimulasikan pengalaman untuk dialami, yaitu keamanan, kenyamanan fisik, definisi, menarik secara visual, dan misteri.
Studi kasus dilakukan di Bundaran HI dalam dua tahap dan dua waktu. Tahap pertama menggunakan metode rhythmanalysis untuk mengungkap pola kehidupan sehari-hari di Bundaran HI. Tahap kedua adalah conceptual walking untuk menelaah pengalaman ruang yang distimulasikan oleh Bundaran HI. Pengalaman ruang Bundaran HI pada waktu non-car free day sebagian besar distimulasikan oleh perpaduan elemen arsitektural, sedangkan pada waktu car free day sebagian besar distimulasikan oleh aktivitas pengguna jalan.

A street is apreciated when stimulated emotions and imaginations are experienced in a conscious way by the pedestrians. The activity of a pedestrian walking mindful of the street space is called discursive walking. In attempt to understand how a street could prompt the appreciation, this thesis uses great streets theory. The aspects from the great streets which could stimulate the experiences are safety, physical comfort, definitions, visually attractive, and mystery.
The case study was done in Bundaran HI in two stages and two times. The first stage is using the rhythmanalysis to reveal the patterns in everyday living in Bundaran HI. The second one is conceptual walking to analyse the spatial experience stimulated by the Bundaran HI itself. The spatial experiences in Bundaran HI at the time of non-car free day is mainly stimulated by architectural elements, while in car free day is mainly stimulated by the activity of street users.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S63710
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Manik Ratnasari
"Perkembangan usaha perhotelan sebagai salah satu sarana penunjang pariwisata dewasa ini semakin kompetitif sifatnya. Dunia perhotelan adalah usaha yang berkaitan erat dengan masalah pemuasan keinginan dan kebutuhan tamu. Hal ini berarti bahwa konsumen akan puas jika produk yang mereka nikmati pada saat berkunjung paling tidak sama dengan produk wisata yang sebelumnya dikomunikasikan. Dengan demikian hubuhgan pers merupakan unsur yang penting sekali, yang tidak mungkin diabaikan dalam kegiatan Humas perhotelan. Humas perhotelan membutuhkan pers untuk menyampaikan informasi, mendidik dan membentuk opini publiknya guna meneiptakan adanya penerimaan, dan dukungan positif dari publik melalui tulisan dalam surat kabar. Berdasarkan situasi di atas, penulis tertarik untuk membahas kegiatan Humas Hotel Grand Hyatt Jakarta dalam membina hubungan balk dengan media massa, serta tariggapan pers mengenai pelaksanan hubungan pers tersebut. Guna memperoleh informasi jawaban permasalahan di atas, penulis mengadakan wawancara mendalam dengan pihak hotel, serta lima orang wartawan editor surat kabar dan majalah yang sering berhubungan dengan pihak hotel. Kegiatan-kegiatan yang diteliti adalah kegiatan penyampaian berita dan informasi, bentuk-bentuk penyampaian berita dan informasi, serta hubungan pers yang baik. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa Humas Hotel Grand Hyatt Jakarta dalam melaksanakan hubungan pers yang baik belum secara optimal, sehingga hubungan yang harmonis antara Humas dan pers belum sepenuhnya tercapai. Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh Marketing Communication Hotel Grand Hyatt Jakarta adalah : - Sebaiknya Humas mempunyai kedudukan sebagai Corporate PR yang sejajar dengan departemen pemasaran, tidak berada di bawahnya, sehingga dapat independen. - Kegiatan yang masih harus dilaksanakan untuk mempertahankan hubungan baik dengan pers adalah lobby berkala antara pimpinan hotel dan manajer Humas dengan editor dan para wartawan. - Meningkatkan kemampuan individual setiap anggota Marketing Communication Departement, khususnya dalam peningkatan kemampuan mengenai ilmu komunikasi. - Benar-benar menjalankan hubungan pers yang baik, tidak hanya sekedar lip service saja."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1994
S4131
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>