Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 184263 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yuda Kusumah
"Pengembangan material baja cor tahan panas HK 40 oleh industri pengecoran Iogam nasional akan menghemat devisa negara, memajukan industri pengecoran logam nasional dan memberikan nilai tambah terhadap mineral ferronickel yang ada Indonesia. Untuk mengembangkan material baja cor tahan panas HK 40 diperlukan karakterisasi sifat-sifat baja cor tahan panas tersebut, dimana salah satunya adalah Creep Rupture Life. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh temperatur terhadap creep rupture Iife dari baja tahan panas HK 40 sebagai material untuk membuat Tray pada dapur Heat Treatment yang dihubungkan dengan perubahan struktur mikro pada sampel creep rupture baja cor tahan panas HK 40.
Pengujian creep rupture dilakukan pada temperatur 600, 650, 700, 750 dan 800 °C dengan beban konstan. Pemilihan temperatur uji ini didasarkan pada reori creep dimana proses difusi pada material logam akan terjadi pada temperatur 0, 4 Tm serta pengendapan karbida pada baja cor lahan panas HK -40 terjadi pada range temperatur 600 sampai dengan 950 °C. Pengujian creep rupture ini dipercepat dengan memberikan regangan 70 % dari kekuaran luluh baja cor rahan panas HK 40. Pengujian creep rupture ini mengacu kepadq standar ASTM E 139 - 96 dimana sampel yang digunakan berdiameter 8 mm dan panjang gauge length 40 mm.
Hasil penelitian menunjukkan kecenderungan dengan semakin tingginya temperatur pengujian maka creep rupture Iife dari baja cor tahan panas HK 40 akan semakin menurun serta perubahan struktur mikro baja cor rahan panas HK 40 yang menunjukkan pengasaran endapan karbida baik pada batas butir maupun di dalam matriks austenil. Pengasaran karbida ini bertanggungjawab terhadap menurunnya creep rupture life baja cor tahan panas HK 40."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S41440
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Suharno
"ABSTRAK
Kebutuhan material baja tahan panas di Indonesia sebanding dengan banyaknya industri-industri yang memerlukan peralatan atau perlengkapan yang berkaitan dengan pemakaian pada kondisi operasi temperatur tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan dan membuat "tray" dari baja tahan panas HK40 yang berkualitas baik sebagai produk substitusi impor dengan bahan baku paduan yang berasal dari dalam negeri. Penelitian ini juga diharapkan dapat dikembangkan oleh industri kecil/menengah pengecoran logam di Indonesia dan dapat dijadikan produk unggulannya.
Terhadap prototipe produk tray yang dihasilkan dilakukan pengujian karakterisasi sifat mekanis, meliputi: kekuatan tarik pada temperatur ruang dan temperatur tinggi, kekuatan luluh, elongasi, reduksi penampang; nilai kekerasan; pengujian creep rupture, struktur mikro, komposisi kimia, komposisi endapan dan pengujian di lapangan di mana prototipe produk tray digunakan di salah satu perusahaan pembuat bearing di Jakarta.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa peluang pengembangan dan pembuatan baja tahan panas dengan komposisi paduan lokal cukup besar. Sifat mekanis (kekuatan tarik, kekerasan dan creep rupture) temperatur ruang maupun temperatur tinggi dari paduan tahan panas lokal mampu menyamai paduan tahan panas impor. Hasil pengujian di lapangan terhadap produk tray yang dikembangkan, juga menunjukkan bahwa kinerja yang baik. Terbukti dari tidak adanya kerusakan pecah atau retak sama sekali pada prototipe produk tray setelah pemakaian selama 3 bulan di lapangan."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Agung JF
"Penggunaan baja cor tahan panas banyak dijumpai pada komponen-komponen industri yang beroperasi pada temperatur tinggi lebih dari 650 "C. Sayangnya saat ini sebagian besar kebutuhan baja ini di tanah air dipenuhi oleh material impor, hanya sebagian kecil saja industri yang mampu membuat baja lahan panas ini, itupun bahan baku proses yang dipergunakan sebagian besar merupakan bahan baku impor. Disisi lain Indonesia merupakan negara penghasil bahan baku utama proses pembuatan baja tahan panas tersebut yaitu bahan baku Ferro Nikel, sehingga peluang untuk pengembangan material tahan panas ini di tanah air untuk dapat mensubstitusi produk impor sangatlah besar. Penelitian ini dilakukan untuk mengkarakterisasi S0211 creep rupture baja cor tahan panas HK 40 berbahan baku Ferro nikel Iokal yang akan berguna dalam proses desain serta perkiraan umur pakai dari komponen-komponen industri yang mempergunakan material baja cor tahan panas ini. Pengujian creep rupture baja HK 40 berbahan baku Ferro Nike/ lokal dilakukan pada temperatur 700, 733, 766 dan 800 "C dengan beban konstan 182 MPa dengan menggunakan standar uji ASTM E 139-96. Pemilihan temperatur uji ini didasarkan atas perilaku dari baja cor tahan panas HK 40 yang akan membentuk endapan karbida jenis MBC6 dan M6C pada range temperatur 600 sampai dengan 950 °C yang sangat berpengaruh terhadap sifat creep rupture baja cor HK 40 ini. Data-data sifat creep rupture baja cor tahan panas berbahan baku Ferro Nikel Lolfal tersebut kemudian dibandingkan dengan HK 40 berbahan baku Ni impor dan data Iiteratur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sifat creep rupture baja cor lahan panas HK 40 berbahan baku Fe-N7 lokal lebih baik dibandingkan dengan yang berbahan baku Ni impor dan melebihi dura creep rupture HK 40 standar AC! pada range temperatur 700 - 800 °C. Akan tetapi di sisi lain baja cor HK 40 berbaham baku Ferro Nlkel lokal ini memiliki duktililas yang relatif rendah Serta banyak mengandung impurities non metalic inclusion jenis olrsida."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S41318
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Brooks, Charlie R.
New York: McGraw-Hill, 1979
672.36 BRO h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S40771
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Aziah
"Baja tahan karat 17-7 fh umumnya diproduki dalam bentuk lembaran oleh karena itu proses pengelasan yang tepat adalah [engelasan TIG (Tungstein inert gas). Baja tahan karat 17-7 PH memiliki sifat yang tidak rentan terhadap retakan pembekuan, tetapi hasil pengelasan menyebabkan penurunan nilai kekerasan. Untuk meningkatkan sifat mekanis baja tahan karat 17-7 PH hasil pengelasan dilakukan proses perlakuan panas pasca las. pengelasan yang dilakuka dalam penelitian ini menggunakan variabel arus 80 A dan 100 A. Variabel lain yang digunakan adalah kecepatan pengelasan sebesar 2,5 dan 6 mm / det. Kemudian dilakukan proses perlakuan panas asca las dalam dua tahap. Tahap pertama disebut dengan kondisi austeniasi dan transformasi martensit dengan memanaskan sampel hingga mencapai temperatur 760 C kemudian ditahan selama 90 menit, setelah itu dilakukan pendinginan di udara. Tahapan kedua disebut dengan kondisi precipitation hardening dengan pemanasan kembali sampai temperatur 565C dan ditahan selama 90 menit, kemudian dilakukan pendinginan di udara. Strukturmikro hasil pengelasan terdiri dari matrik ferit dan austenit vividnansten yang emiliki kekerasan antara 170 sampai 270 VHN. Hasil dari PWHT didapatkan peningkatan kekerasan antara 170 sampai 270 VHN. Hasil dari PWHT didapatkan peningkatan kekerasan yang cukup tinggi. Nilai kekerasan yang dihasilkan antara 350 sampai 450 VHN dan struktur micro terdiri dari martensit temper dan precipitation hardening. Dapat dsimpulkan bahwa proses perlakuan panas pasca las dapat meningkatkan nilai kekerasan karena terbentuknya struktur martensit dan precipitation hardening daam bentuk intermetallic compound. Pada Pengelasan dengan arus 100 A dan kecepatan pengelasan 6 mm/ det didapatkan distribusi kekerasan yang paling merata di daerah deposit las, HAS dan logam."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S40768
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Evan Prasidya Mahiswara
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh nanofluida sebagai media pendinginan cepat dalam proses perlakuan panas baja S45C. Nanofluida dibuat dengan mencampurkan nanopartikel karbon dengan oli sebagai fluida dasar. Nanopartikel karbon dibuat dengan melakukan proses penggilingan selama 15 jam dan dengan kecepatan 500 rpm. Nanopartikel karbon dan oli dicampurkan dengan metode ultrasonik. Kadar karbon di dalam nanofluida pada penelitian ini di adalah 0,1, 0,2, 0,3, 0,4, 0,5 w/v. Sampel karbon di karakterisasi menggunakan FESEM-EDS dan XRD. Nanofluida dikarakterisasi dengan menggunakan PSA dan Pengujian Konduktivitas Termal. Sampel baja S45C dikarakterisasi dengan menggunakan OES, serta uji kekerasan Vickers dan pengamatan mikrostrukur pada keadaan sebelum dan sesudah pedinginan cepat. Hasil yang didapatkan secara umum adalam peningkatan kekerasan dan konduktivitas termal seiring dengan penambahan kadar karbon. Namun, bila konsentrasi melebihi nilai optimum, maka akan menurunkan hasil yang didapat.

This research is conducted to know the effect of nanofluid as quench medium in the heat treatment of S45C steel. The nanofluid was made by mixing carbon nanoparticles and oil as base fluid. The nanoparticle was made by milling carbon particle for 15 hours and in 500 rpm. Carbon Nanoparticle and oil was mixed by ultrasonic. The carbon content that used in this research is 0,1, 0,2, 0,3, 0,4, 0,5 w v. Carbon sample was characterized with FESEM EDS and XRD. Nanofluid are characterized with PSA and thermal conductivity test. S45C steel are characterized with OES, Vickers hardness testing and metallographic observation before and after the quenching procedures. The result of mentioned testing was generally an increase in hardnes and thermal conductivity with the increasing of carbon content. However, if the concentration exeeds the optimum number, the result will decrease."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tia Rahmiati
"Perkembangan reknologi dewasa ini, memburuhkan baja yang memiliki kombinasi anlara kekuaran yang tinggi, kelangguhan, tahan korosi dan yang tidak kalah penring adalah lfemampuan unruk mernpertahankan kekuaran pada remperatur tinggi rerutama unluk aplikasi pada femperatur tinggi seperli Steam Reformer, dan lain sebagainya. Jenis baja yang dapa! dipililz adaiah baja Ni-based superalloy dengan menambahkan zmsur Nike! dan Chromium dalarnjumlah yang signyikan. Biasanya komposisi Nike! 34- 70 % dan Chromium 24-35 %, juga dirambah dengan paduan-paduan lain yang kecil jumlahnya seperri Niobiurn, Mofybdenum, dan siiilcon. Kandungan Nike/ yang besar sangar mempengaruhi sgfat mekanis baja ini terulama untuk mendapal/can sy'at mampu tahan terhadap kenaikan femperarur melahzi pengualan presqviral serta penghalusan butir.
Pada penelitian ini alcan diamari perilaku burir ausrenit saat pemanasan isothermal. Benda zg'i yang digunakan ialah baja Ni-based .superalloy dengan kandungan Nike! sebesar 4 - 46 % dan Chromium 30 -- 35 % yang dipanaskan pada remperalur 900 "C dengan wa/du tahan mufai dari 1, 2, 3, 4, sampai 5 jam. Peningkalan waktu tahan pada baja Ni-based superalloy selama pemanasan isothermar' pada remrnperalur 900 "C akan memperbesar ukuran butir ausrenir. Hal ini di/carenalam pada temperatur tersebur, preszpitat karbida dari paduan-paduannya yang b€lj`ll72g.\`f :mink menghamba! perrumbuhan butir austenit telah larur seluruhnya seingga mendapa!/can pertumbuhan bulir normal /continyu dan seragam. Pcningkatan waldu tahan akan meningkarkan migrasi atom-arom pada batas butir melalui proses dyizsi sehingga butir akan bertambah besar.
Energi aklivasi (Qgg) baja Ni-based superalloy, yang dzjpanaskan pada temperatur 900 “C dengan walftu tahan yang berbeda-beda, yailu I , 2, 3, 4, dan 5 jam adolah 440267 J/mol dengan nilai n = 2,805 dan konsranra A = 1,786 x 102). Nilai Qgg, konstanta n dan A yang sesuai akan memperlihatkan predilcsi model yang mendelcati hasi! pengamalan yang dlakukan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S41310
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rajagukguk, Jenni Ria
"Baja Perkakas (Tool Steel) sebelum digunakan membutuhkan perlakuan panas. Perlakuan panas yang diberikan meliputi : pemanasan awal (pre heating), pengerasan dan penemperan. Pada penelitian ini diteliti sejauh mana pengaruh perlakuan panas terhadap sifat mekanis baja perkakas H-13. Untuk maksud tersebut maka dilakukan perlakuan panas dengan variasi temperatur austenisasi yang berkisar antara 9000 C hingga 11000 C ditahan selama satu jam dan didinginkan di udara. Sedangkan proses penemperan dilakukan di antara 4500 C sampai dengan 6500 C ditahan dua jam kemudian didinginkan di udara. Proses perlakuan panas tersebut mengikuti standar yang diterapkan di pabrik untuk baja perkakas standar ALSI H-13. Setelah diberi perlakuan panas, kemudian dilakukan pengujian sifat mekanis yaitu pengujian kekerasan (Hardness test), pengujian takik (Impact test), pengujian aus (Wear test), pengamatan struktur mikro (Metallografi), permukaan patahan (Faklografi). Dari hasil penelitian di dapatkan bahwa kondisi optimal perlakuan panas adalah suhu austenisasi 10000 C dan suhu temper 5000 C. Kondisi optimal tersebut ditentukan dari sifat mekanisnya meliputi kekerasan, kekuatan impact, ketangguhan, keausan dan didukung oleh metallografi dan faklografi."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>