Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 35369 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Haryo Adhitomo W.
"Energi dalam berbagai bentuk, seperti: minyak, batu bara, dan gas alam, sangat diperlukan untuk kelangsungan hidup manusia. Namun, sumber-sumber energi itu lambat laun pasti hilang dan dapat menyebabkan masalah lingkungan yang serius. Karena itu, diperlukan energi alternatif untuk mengurangi konsumsi sumber-sumber energi tak terbarukan itu, seperti micro hydro. Tahapan yang dilalui penelitian ini dimulai dengan perancangan dan pembuatan sebuah turbin air tipe baling-baling, kemudian dilanjutkan dengan pengujian apakah turbin tersebut dapat beroperasi sesuai rancangan. Pengujian dilakukan untuk mendapatkan parameter: Volt DC dan Ampere DC serta kecepatan putar baling-baling (RPM); yang kemudian dibandingkan dengan energi listrik (Watt) dari teori momentum untuk baling-baling. Selama pengujian, turbin dapat berputar dengan kecepatan 20 RPM, namun, tidak dapat menggerakkan generator. Hal ini disebabkan oleh torsi yang tejadi terlalu kecil, hanya sekitar 2.759 Nm.

Energies in various forms, such as: oil, coal, and natural gas, are indispensable for sustaining human life. However, those resources will be depleted and can cause an environment issues. Therefore, alternative energies are needed to lower the consumption of those irreversible resources, one example is micro hydro. This research starts with design and manufacture of simple propeller type water turbine, then the turbine was tested. The data to be collected are: Volt DC, Ampere DC, and propeller angular velocity, which compared to the Watt from momentum theory for propeller. During the test, turbine rotated at 20 RPM, however, it could not move the generator. The reason is the torque was too small to move the generator, only 2.759 Nm."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S37875
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Novian Nugraha
"Terbatasnya jumlah perusahaan perancang baling-baling kapal di Indonesia menyebabkan sebagian besar para nelayan lebih memilih membeli baling-baling kapal yang sudah tersedia di pasaran. Baling-baling tersebut memiliki resiko tinggi, disamping akan merugikan para nelayan, juga masih dipertanyakan kesesuaiannya dengan karakteristik kapal, yang tentu saja akan mempengaruhi nilai efisiensinya.
Skripsi ini membahas mengenai perancangan baling-baling untuk kapal ikan dengan menggunakan metode Crouch. Tujuannya adalah agar baling-baling dapat sesuai dengan karakter kapal. Perancangan baling-baling untuk kapal ikan 30 GT, menghasilkan model baling-baling berdaun 4 dengan diameter 0.8 meter, diameter hub 0.16 meter, blade area ratio 0.8, pitch ratio 0.9, dan efisiensi 56%.

The limited number of companies which is providing the propeller design in Indonesia has caused the fishermen prefers to buy propeller that is already available in the market. These propellers have their own risk, especially in their compatibility with the ship's characteristic, which affects the efficiency of the propeller itself.
This thesis discusses about designing fishing vessel propeller using Crouch method. The aim is to make a propeller that is compatible with the characteristic of the ship. Designing propeller for fishing vessels 30 GT generated a model of propeller with characteristic: 4-leafed blades with diameter number of 0.8 meters, hub diameter of 0.16 meters, blade area ratio number of 0.8, pitch ratio number of 0.9, and efficiency number of 56%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S52566
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aga Alanda
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S50976
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ramdani
"Dengan semakin mahal dan terbatasnya sumber energi sementara kebutuhan energi listrik menjadi kebutuhan vital, semakin dituntut pengernbangan energi yang lebih efisien dengan biaya yang relatif murah. Perancangan pembangkit Iistrik semakin ditingkatkan untuk pemenuhan kebutuhan Iistrik yang semakin meningkat selaras dengan berkembangnya teknologi dan rekayasa teknik yang membutuhkan listrik, contohnya untuk panerangan dan industri kecil, yang selanjutnya dapat digunakan sebagai pengernbangan ekonomi suatu daerah. Solusi yang paling potensial bagi negara berkembang, khususnya Indonesia adalah pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Turbin cross flow sangat cocok bila digunakan sebagai penggerak utama untuk proyek hidro yang kecil. Bentuk desain yang sederhana menyebabkan mudah untuk dimengerti cara kerjanya, dan mudah pula dibuat dl bengkel-bengkel kecil. Selain itu, untuk head yang rendah, turbin air tipe cross How dapat menghasilkan daya yang lebih besar dibandingkan dengan turbin pelton. Tulisan ini berisi perancangan awal dari roda gerak turbin air cross flow jenis Banki. Perhitungan berawal dari data head dan debit air yang mengalir, serta beberapa asumsi yang ditetapkan Sebalum perancangan. Roda gerak turbin Cross flow mempuyai dua bagian utama, yaitu sudu gerak dan cakram. Sudut gerak berfungsi memindahkan energi kinetik aliran air menjadi energi putaran. Sudu-sudu ini berbentuk kurva dan dipasang tetap pada cakramnya, sejajar dengan surnbu poros turbin_ Sudu dibentuk sedemikian rupa agar apabila air meninggalkan sudu, aliran akan tetap mempunyai energi kinetik yang cukup berarti. Jadi pancaran air akan melalui sudu gerak dua kali."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S37268
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hadi Tresno Wibowo
"Baling-baling kapal adalah alat pendorong yang secara umum dipakai untuk menggerakkan kapal. Melalui perhitungan dan percobaan, baling ?baling yang dipasang pada sebuah kapal dipastikan memiliki effisiensi yang sudah optimal; meskipun demikian, masih dimungkinkan untuk meningkatkan unjuk kerja baling-baling terhadap daya dorong, kavitasi, getaran dan olah gerak kapal, yaitu dengan memasang ?pengarah aliran?.Alat alat semacam ini sudah diterapkan di kapal untuk meningkatkan performances mesin penggerak kapal, sekaligus mengurangi konsumsi bahan bakar. Peralatan ini dapat dipasang di badan kapal pada bagian : sebelum baling-baling, di daerah baling-baling dan setelah baling-baling.Beberapa penelitian dan sudah diterapkan di kapal seperti : wake equalizing ducts, asymmetric stern, Grothues spoilers, reaction fins, Grim vane wheels, propellers with end plates, propeller boss fins, rudder bulb fins dan sebagainya.Penelitian ini juga bertujuan meningkatkan kecepatan aliran air yang masuk ke baling-baling melalui Tunnel yang dipasang dari bagian dasar kapal dan keluar pada samping dinding kapal sebelah belakang mengarah ke baling-baling. Melalui berbagai percobaan dengan kapal model dengan penggerak baling-baling : kapal model dengan Tunnel yang ditutup dibandingkan kapal model dengan Tunnel, kapal model dengan Tunnel yang diberi pengarah penuh, kapal model dengan Tunnel yang diberi pengarah setengah, kapal model dengan Tunnel yang diberi pengarah zig zag. Kapal model dengan Tunnel yang diberi pengarah zig zag dapat menghasilkan peningkatan kecepatan sebesar 12 s/d 18 %.

Propeller is a boosting device which is used generally to move the ship. Through calculations and experiments, propeller installed in a ship leads to optimal efficiency. Despite, there is possibility to increase the performance of propeller towards impetus, cavitations, vibration, and ship movement by installing the water flow direction. These devices have been used in ship to increase the ship booster engines, not to mention to reduce the use of fuel. This device can be installed in the hull, specifically in parts like: before the propeller, in propeller area, and after the propeller. There are some researches that have been applied in ships like: wake equalizing ducts, asymmetric stern, Grothues spoilers, reaction fins, grim vane wheels, propellers with end plates, propeller boss fins, rudder bulb fins, and so on. This research also aims to increase the water current speed which enters the propeller through tunnel installed from the bottom part of the ship to the outside at the side of the back side of the ship which is pointed to the propeller. Through many kind of experiments using model and propeller booster: being compared between model?s speed with tunnel and model with closed tunnel, model in the tunnel which is given full water flow direction, model in the tunnel with half water flow direction, and model in the tunnel with zig-zag water flow direction. Graphic made from experiment?s data shows that model with zig-zag water flow direction can lead to speed raise up to 18 percent."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
T29558
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Edo Yunardo
"Dalam merancang sebuah baling baling ada dua metode yang umum digunakan yaitu metode Crouch dan metode Bp. Perbedaan kedua metode itu terletak pada proses perhitungannya. Pada metode Crouch proses perhitungan lebih kepada pendekatan rumus rumus empiris sedangkan pada metode Bp proses perhitungan lebih banyak berdasarkan diagram diagram Bp. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kedua metode tersebut mana yang bisa menghasilkan efisiensi yang tinggi pada rancangan baling baling untuk kapal ikan 30 GT. Berdasarkan hasil analisis pada metode Crouch nilai efisiensi maksimum yang bisa didapat adalah berada pada nilai 56 sedangkan pada metode Bp hanya berada pada nilai 48. Pada metode Crouch faktor yang mempengaruhi efisiensi adalah nilai slip sedangkan pada metode Bp faktor yang mempengaruhi adalah nilai Bp

This study aimed to compare where method of designing propeller between Crouch's method or Bp's method that can generate high efficiency for fishing vessel propeller. Based on the analysis on the Crouch method the value of the maximum efficiency that can be obtained is 56 whereas the method of Bp only be at 48. On the Crouch method factor that affects efficiency is the value of slip whereas the method of Bp the factor is the value of Bp "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Napitupulu, Morgan
"Tipe Korosi yang terjadi pada Baling-baling Kapal Laut (propeller) yang terbuat dari paduan Mangan Bronze adalah tipe Korosi Kavitasi. Bentuk Korosi Kavitasi ini cenderung dialami lebih banyak oleh komponen-komponen yang mempunyai kecepatan tinggi dalam fluida, daripada dalam pipa atau tangki tempat fluida mengalir didalam permukaan logam yang diam. Penelitian Korosi pada Baling-baling Kapal Laut (propeller) dilakukan dengan cara studi perpustakaan, kasus dan eksperimen. Dari hasil pengamatan pemasangan Boss Cap Fins (BCF) pada Hub propeller yang diteliti ternyata pemasangan Buss Cap Fins lebih menguntungkan dalam segi efisiensi dan susut berat bila dibandingkan dengan pemakaian "Cap Standard". Hasil pengamatan "SEM-EDAX" terlihat bentuk korosi kavitasi yang terjadi pada Baling-baling Kapal Laut (propeller) yang terbuat dari paduan Mangan Bronze, Waktu operasi: 5 tahun, merupakan kombinasi antara Korosi Erosi dan Korosi Lubang (pitting), dan umumnya paduan ini sangat tahan terhadap unsur Cl (Chiorida).

Corrosion type which exists in ship propeller made from Manganese Bronze Alloys is cavitation corrosion type. This corrosion type tends to appear more in components used in high speed fluids than in pipe or tanks when the fluid stay. The research were performed by library search, caused experiments. The observation of the installator at Boss Cap Fins (BCF) in fluid propeller showed that the installation is more efficient and light weight than the use of standard Cap. The observation with "SEM-EDAX" showed that cavitation corrosion appeared at ship propeller made from Manganese Bronze Alloys used for five years the corrosion in a combination between erosion and pitting corrosion. This type at Alloy has high resistance against CI."
Depok: Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuke Vahira Agatha
"Pesawat terbang harus memiliki ketahanan yang baik pada kondisi penerbangan normal maupun kritis. Salah satu kondisi penerbangan kritis pada pesawat bermesin ganda adalah kondisi kegagalan pada salah satu mesin pesawat pada saat terbang. Dengan hanya satu mesin hidup, pesawat masih memiliki kekuatan yang cukup untuk menghasilkan daya dorong. Namun, pesawat akan mengalami moment yaw karena gaya dorong pada mesin yang tersisa. Efek yaw ini harus dikompensasi oleh sistem kendali penerbangan untuk menjaga kondisi penerbangan agar tetap stabil. Rudder merupakan salah satu sistem kendali penerbangan yang mengendalikan momen yaw pesawat. Sudut defleksi rudder harus diposisikan dengan tepat untuk mengatasi momen yaw dari mesin yang masih hidup. Studi untuk menentukan perkiraan pengaturan sudut optimal defleksi rudder dilakukan untuk mendapatkan gambaran bagaimana kekuatan gaya yang dihasilkan rudder dapat mempertahankan kestabilan penerbangan. Perkiraan terbaik optimal Vmc adalah 78 knots dengan 18 derajat sudut defleksi rudder dan perkiraan terbaik Vmc paling minimum adalah 72 knots dengan 22 derajat sudut defleksi rudder. Kedua gaya yang dihasilkan pada perkiraan terbaik optimal Vmc (2513 N) dan pada perkiraan terbaik Vmc paling minimum (2589N) mampu menstabilkan pesawat pada level terbang lulus pada kondisi mesin mati satu. Hasil penelitian penting bagi pilot untuk mengendalikan pesawat dalam kondisi penerbangan kritis karena satu mesin gagal. Pertimbangan mengenai kekuatan dan integritas struktur kemudi terutama pada titik poros engsel antara bagian dinamis dan statis juga diperhitungkan. Analisis frekuensi yang dihasilkan akibat pengaruh aliran udara dipertimbangkan untuk mengevaluasi kemungkinan terjadinya fenomena resonansi pada struktur ekor pesawat.

An aircraft must have durability, whether for normal flight condition and for a critical flight condition. One of the critical flight conditions of a twin-engines aircraft is the failure of one engine while the aircraft is cruising. The aircraft with only one live engine on will still have enough power to generate thrust. However, the aircraft will experience a moment couple due to the thrust on the remaining engine that makes the aircraft to yaw. This yaw effect must be compensated by the flight control to maintain a stable flight condition. The rudder as one of the flight control systems manages the aircraft yaw motion. So, therefore the rudder deflection angle must be set properly as a treatment to overcome the moment force of the live engine. Study to determine best approximation of optimum rudder deflection angle setting were conducted to get the figures of how the counter side forces generated on the rudder can maintain a stable flight. The best approximated optimum Vmc is 78 knots, with its respected optimum degree of rudder deflection is 18 and the best approximated lowest possible Vmc is 72 knots, with its respected optimum degree of rudder deflection is 22. Which both forces generated in best approximated optimum Vmc (2513 N) and in the best approximated lowest possible Vmc (2589 N) are enough to stabilize the aircraft in straight level flight in one engine failed condition. The result of the study is paramount as important guidance for a pilot to control the aircraft in a critical flight condition due to one engine fails. Considerations on the strength and integrity of the rudder structure especially at the hinge pivot points between the dynamic and the static parts are taken account as well. Frequency due to flow induced analysis is being considered to check the possibility of resonance phenomena in the tail structure."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dikky Burhan
"Menjelang era globalisasi dan masa perdagangan bebas, Indonesia akan menuju kepada kernapanan ilmu dan teknologi, khususnya dalam bidang industri komponen. Narnun untuk mencapai kebangkitan nasional kedua di bidang industri harus ada hubuagan kendtraan antara indnstri besar dan menengah dengan industri kecil yang ada di negara ini. Salah satu bentuk dari kendtraan tersebut adalah dengan melimpahkan sebagian ilmu dan teknologi tersebut kepada indnstri kecil. Dalam program Vucer ll ini, akan dicoba suatu terobosan barn untuk mencapai kemitraan tersebut dengan pembuatan salah satu komponen yang dibutuhkan dalam bidang kemaritiman yaitu pembuatan komponen baling-baling (propelet) kapal. Selain masih banyaknya produk propeler impor, pembuatan baling-baling yang ada sekarang lidak metnproduksi baling-baling dahulu skala kecil. Hal ini disebebkan oleh tidak efisiennya produk tersebut dibuat di perusainum besar atau menengah, karena order yang sedikit. Agar meningkatkan efisiensi, maka order yang sedikit ini dilimpahkan kepada industri kecit Narnun kembali kepada masalah awal, industri kecil belum menguasai ilmu dan teknologi pembuatan produk yang diingiukan. Penelitian untuk meningkatkan kwalitas baling-baling (propeler) ini diawali dengan mendesain pola baling-baling, dilanjutkan dengan mendesain, memilih dan mernbuat cetnkan untuk baling-baling. Kemudian diteruskan dengan melakukan peleburan berbagai macam bahan scrap aluminium, memilih serta menguji bahan yang ada, membandingkan sifat-sifat mekanis bahan-bahan tersebut. Akhirnya dilakukan proses pemesinan untuk mendapatkan dimensi yang diinginkan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S41210
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sony Iryawan Kartika
"Perancangan dan pengembangan geometri bodi kendaraan surya lomba tidak hanya berfokus kepada bentuk geometri yang seaerodinamis mungkin, tetapi juga harus mempertimbangkan faktor regulasi lomba, integrasi dengan subsistem lain dalam kendaraan surya dan komersialisasi. Melalui serangkaian seleksi konsep bentuk dasar dipilih bentuk airfoil NACA 66 yang di-camber 2.7%, yang merupakan trade-offs terbaik antara efesiensi aerodinamik, efektifitas pengumpulan energi matahari, penempatan pengemudi, kemudahan pembuatan dan penyediaan areal logo sponsor. Kendala dalam pengujian terowongan angin pada kecepatan kritis yang diinginkan diatasi dengan penggunaan metode simulasi CFD yang dapat memberikan prediksi kesalahan perhitungan terhadap pengujian ekperimental sebesar 2-4%. Dari hasil perancangan dan analisa didapat rancangan geometri prototipe kendaraan surya yang kompetitif dengan ACD = 0.1237 pada v = 90 km/jam dan dengan kestabilan terhadap angin samping sampai sudut serang 40°.

In designing and developing solar racing car's body geometry, body that has the most aerodynamic shape is not the only determining factor. Race regulation, integration with other subsystem in the car and commercial aspect must also be taken into consideration. Through basic shape concept selection process, 2.7% cambered NACA 66 airfoil is chosen as the best trade-offs between aerodynamic efficiency, optimal solar energy collection, driver position, fabrication difficulties and availability of sponsor logo 's area. Constrain in conducting wind tunnel testing at the desired critical speed, is handled using CFD simulation method that can give calculation error to experimental result between 2-4%. Design and analysis process end up with a solar racing prototype design that has competitive figure, with ACD of just 0.1237 at v = 90 kph and stability toward side wind until 40°angle of attack."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
T16150
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>