Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 94616 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sinaga, Tonny
"Kredit domestik merupakan salah satu besaran yang ikut membentuk uang primer, dan uang primer adalah penentu uang beredar, yang pada akhirnya mempengaruhi laju inflasi. Dalam mengatur keseimbangan moneter, Bank Sentral memakai kredit domestik, dengan terlebih dahulu menetapkan target tertentu untuk tingkat pertambahannya. Tulisan ini mencoba meneliti sejauh mana pengaruh perubahan kredit terhadap komponen-komponen Neraca Pembayaran. Untuk melihat hubungan kredit dengan Neraca Pembayaran, pertama sekali dilakukan deskripsi kebijaksanaan kredit yang telah ditempuh pemerintah Indonesia, kemudian diperbandingkan posisi komponen-komponen Neraca Pembayaran baik sebelum maupun sesudah penetapan kebijaksanaan tersebut. Disamping itu dilakukan juga pengujian statistik dengan dua cara. Yang pertama adalah dengan menetapkan suatu formula untuk mencari besaran Pendapatan Nasional (Y) tersebut dan Impor (H), kemudian membandingkan dengan yang aktualnya. Cara kedua hasil adalah perkiraan pengujian "pangkat dua terkecil biasa" dengan memakai Y dan M sebagai variabel terikat dan masing-masing Ekspor (X), Pemasukan Modal (K) serta Pertambahan Kredit (D) sebagai variabel bebas. Dalam tulisan ini ditemukan bahwa pengendalian agregat moneter, akibat terbukanya Indonesia terhadap perekonomian dunia melalui Neraca Pembayaran, lebih efektif melalui pertambahan kredit dibandingkan bila melalui uang nominal. Sementara untuk komponen kredit itu sendiri, model yang dipakai hanya bagus diterapkan untuk mencapai target impor dibandingkan dengan pendapatan secara lansung. Dan untuk mempengaruhi besaran impor dari tiga variabel yang dipakai, yang paling dominan adalah pertambahan kredit. Pertambahan kredit di dalam negeri akan menurunkan total impor. Kesimpulan yang didapat menunjukkan bahwa pertambahan kredit domestik akibat kenaikan penerimaan sektor luar negeri tidak berhasil dikendalikan oleh Bank Sentral untuk tidak menaikkan inflasi secara keseluruhan. Penerimaan sektor luar negeri yang meningkat akan menaikkan laju inflasi di dalam negeri. Laju inflasi yang naik meningkatkan permintaan agregat. Dan karena sisi suplai domestiknya tidak mencukupi, maka masyarakat mendapatkannya melalui impor. Disamping perlu dicari model yang lebih tepat untuk perekonomian Indonesia, perlu kiranya variabel yang diuji ditambah, juga diambil hanya data-data yang kurun waktunya sama."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1993
S18469
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muliaman Dharmansyah Hadad
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1984
S17070
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hadi Mujadid Holidy
"Menurut Undang-Undang No.10/1998 yang menyebutkan bahwa Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk lainnya. Namun sejauh ini pihak perbankan nasional belum begitu faham akan pentingnya pemilihan segmentasi kredit yang akan diberikan kepada masyarakat terhadap profitabilitas perusahaan.
Oleh karena itu, rumusan pokok masalah yang dibahas dalam tesis ini adalah sejauh mana pengaruh segmentasi kredit domestik dan luar negeri terhadap profitabilitas perusahaan dalam hal ini PT.BANK BNI' 46 Tbk Jakarta.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis yaitu dengan mengumpulkan data-data yang diperlukan, kemudian diolah, disajikan selanjutnya dianalisis. Dalam menganalisis pengaruh segmentasi kredit terhadap profitabilitas tersebut, penulis menggunakan uji statistik regresi korelasi linier berganda dimana dalam melakukan pengujiannya penulis menggunakan program komputer Statistika SPSS (Statistical Product and Services Solutions) versi 10.0.
Hasil penelitian yang didapat menunjukkan bahwa Profit Margin dalam negeri menghasilkan angka 0,979 dimana penyaluran kredit dalam negeri terserap lebih banyak ke segmen pasar middle. Profit Margin luar negeri menghasilkan angka 0,977 dimana dalam penyaluran kreditnya terserap dalam segmen pasar retail. Sehingga jika digabungkan antara Profit Margin dalam dan luar negeri menghasilkan angka 0,996 yang tentunya terserap ke segmen pasar Wholesale.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka diperoleh kesimpulan bahwa penyaluran kredit dalam negeri lebih menguntungkan jika diarahkan ke segmen pasar middle. Sedangkan penyaluran kredit di luar negeri sebaiknya lebih disalurkan ke segmen pasar retail.
Adapun saran yang dapat diberikan penulis agar kebijaksanaan pemberian kredit dalam negeri pada masa krisis ini lebih difokuskan kepada segmen kredit middle dan retail yang memberikan kontribusi positif terhadap profitabilitas dibandingkan segmen kredit wholesale yang memberikan kontribusi negatif."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T162
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ari Arya Perdana
"Setidaknya ada dua alasan yang menyebabkan analisis neraca pembayaran dari sisi pendekatan moneter sebagai studi yang cukup populer. Alasan pertama adalah fakta bahwa lalu lintas dalam pasar uang dan modal antar negara semakin padat, bahkan lebih cepat dari perkembangan lalu lintas perdagangan barang dan jasa. Alasan kedua, sifat dari penyesuaian sektor moneter yang lebih instan sehingga data-data yang diperlukan relatif lebih tersedia dengan jarak yang lebih singkat dibandingkan data-data sektor rill. Pendekatan moneter terhadap neraca pembayaran sendiri merupakan studi yang cukup baru, karena berkembang pada pertengahan `70-an. Dengan kedua alasan yang disebutkan tadi, serta keadaan perekonomian internasional yang makin terbuka menyebabkan studi tersebut berkembang dengan cepat di dunia akademik. Hal ini makin dikuatkan oleh penggunaan perangkat kebijakan makroekonomi yang makin berorientasi pada sisi moneter di banyak negara, termasuk negara berkembang. Dalam pendekatan moneter, analisis ditempatkan pada transaksi moneter yang terjadi pada pencatatan neraca pembayaran. Hal tersebut berbeda dengan beberapa pendekatan terdahulu yang memfokuskan perhatian pada komponenkomponen neraca pembayaran — neraca berjalan, modal dan lalu-lintas moneter — secara terpisah. Apa yang dipandang sebagai neraca pembayaran menurut pendakatan ini adalah aktiva luar negeri yang dimiliki oleh Otoritas Moneter suatu negara. Aktiva luar negeri adalah bagian dari uang primer yang diedarkan dalam proses penciptaan uang di dalam negeri, bersama-sama dengan aktiva dalam negeri atau kredit domestik. Analisis pendekatan moneter bertolak dari keseimbangan (equilibrium) moneter dalam negeri, yaitu antara permintaan masyarakat terhadap uang serta jumlah yang diedarkan oleh Otoritas Moneter. Adanya perubahan yang terjadi pada komponen kredit domestik menciptakan ketidakseimbangan (disequilibrium) pada pasar uang, atau jumlah yang diminta tidak sama dengan yang ditawarkan. Adanya perubahan pada keseimbangan menyebabkan masyarakat memegang uang terlalu banyak dibandingkan yang diminta, atau sebaliknya lebih sedikit dari yang diperlukan. Dengan asumsi full employment di dalam negeri, maka kondisi demikian akan menciptakan tambahan permintaan terhadap mata uang atau komoditas dari luar negeri, yang akan mempengaruhi neraca pembayaran. Dengan demikian, perubahan pada neraca pembayaran dipandang sebagai suatu proses penyesuaian (adjustment) terhadap ketidakseimbangan moneter di dalam negeri. Skripsi ini mencoba menelaah penerapan model pendekatan moneter tersebut di Indonesia, menggunakan data-data time-series triwulanan antara triwulan keempat 1986 (periode setelah devaluasi terakhir) hingga triwulan kedua 1997 (sebelum krisis regional terjadi). Yang hendak dianalisis adalah seberapa banyak pendekatan moneter terhadap neraca pembayaran mampu menerangkan kondisi moneter dan makroekonomi Indonesia selama periode tersebut. Studi dilakukan dengan menggunakan teknik regresi Ordinary Least Square sederhana. Pada bagian lain, dalam skripsi ini juga dielaborasi suatu modifikasi lanjutan dari pendekatan moneter, yaitu mengenai pengaruh sebaliknya dari neraca pembayaran terhadap kredit domestik. Variabel kredit domestik yang dalam model awal dianggap sebagai variabel eksogen, kini diasumsikan terpengaruh oleh perubahan neraca pembayaran. Dalam konteks moneter, penggunaan kredit domestik sebagai reaksi terhadap perubahan aktiva luar negeri dikenal sebagai tindakan "sterilisasi". Dengan demikian, studi mengenai kredit domestik yang dilakukan dalam pengujian terhadap terjadinya sterilisasi di Indonesia."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1998
S19023
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pandjaitan, Beston
"Penyajian proyeksi Neraca Pembayaran yang menyajikan catatan sistematis mengenai transaksi ekonomi terasa sangat penting guna mendukung penetapan kebijakan ekonomi makro oleh pemerintah suatu Negara. Mengingat Neraca Pembayaran memiliki hubungan yang erat dengan sector fiscal dan moneter, perlu meneliti hubungan dari sector-sektor tersebut dalam pengaruhnya terhadap neraca pembayaran.
Neraca pembayaran yang di presentasikan oleh cadangan devisa (reserve), dalam dalam penelitian ini menggunakan variable Gross Foreign Asset (GFA), dimana seluruh perubahan dalan aktiva luar negeri secara bruto diasumsikan telah mempengaruhi reserve. Kembali kepada penyajian proyeksi yang selama ini dilakukan dalam membuat proyeksi neraca pembayaran dalam hal ini Neraca Pembayaran Indonesia (NPI), dibuat dengan mempertimbangkan asumsi indikator makro ekonomi. Penulis merasa terdorong untuk membuat suatu penelitian dengan menggunakan suatu model dari pendekatan moneter yang mempengaruhi neraca pembayaran. Melalui Model pendekatan yang diteliti dengan dengan menggunakan variable moneter yaitu pendapatan riil (PDB), tingkat harga domestik, suku bunga, money multiplier dan kredit domestik (given dari model empiris) sebagai variable bebas untuk melihat hubungan yang saling memeeengaruhi, besar dan arah diantara variable bebas terhadap cadangan devisa sebagai variable tidak bebas.
Hasil studi menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang dapat dipertimbangkan (saling mempengaruhi) dalam perhitungan neraca pembayaran anatar variable bebas dengan variable tidak bebas yang disajikan basil estimasi model. Namun perlu diperhatikan adanya bias data karena terjadinya krisis moneter yang sangat signifikan dalam sejarah perekonomian Indonesia pada kuartal ke-3 tahun 1997, serta faktor non moneter yang tidak terkuantifikasi dalam..."
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T20606
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Perdagangan luar negeri merupakan salah satu variable yang semakin penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Maka berbagai negara di dunia semakin intens untuk menjalin kerjasama perdagangan dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan Produk Domestik Bruto (PDB)."
320 JLN 31:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Erric Wijaya
"Bagi negara berkembang, hutang luar negeri merupakan safah satu cara untuk membiayai anggaran belanja negara tersebut, termasuk Indonesia. Sejak tahun 1966, Indonesia melakukan hutang luar negari. Tujuan utama pemerintah Indonesia melakukan hutang luar negeri disebabkan defisit anggaran belanja pemerintali sehingga untuk menutupi defisit tersebut digunakannya hutang luar negeri. Selelah terjadi !crisis ekonomi pada pertengahan 1997, hutang luar negeri yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta meningkat, sehingga pemerintah dan swasta tidak dapat membayar hutang luar negeri tersebut terutama membayar pokok pinjaman dan bunga. Untuk mengatasi hal tersebut, negara donor melakukan negosiasi didalam Paris Club untuk menyetesaikan hutang luar negeri pemerintah, dan London Club untuk menyelesailcan hutang luar negeri swasta.
Studi ini nieltliat hutang luar negeri Indonesia balk yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta disebabkan adanya kesenjangan antara tabungan dan investasi (saving investment gap). Dengan menggunakan data time series, dengan nmtun waktu 1970 - 2001. Teed yang digunakan dalam penulisan ini meagaeu kepada ricardian equivalence. Hutang iuar negeri yang dilakukan oleh pemerintah pada masa sekarang tidak akan mempunyai pengaruh terhadap tingkat tabungan dan investasi pada masa mendataug, karena masyarakat sudah mengantisipasi akan adanya kenaikan pajak pads masa yang akan datang.
Hasil studi menunjukkan bahwa awalnya tingkat tabungan di Indonesia dipengaruhi secara signifikan oleh hutang iuar negeri. Peningkatan hutang iuar negeri akan meningkatkan tabungan nasional tetapi pada jangka panjang, akumuliasi hutang luar negeri akan menurukkan tingkat tabungan di Indonesia. Tingkat investasi juga dipengaruhi secara signifikan oleh hutang luar negeri. Awalnya, peningkatan hutang luar negeri akan merangsang investasi, sehingga investasi meningkat, tetapi pads jangka panjang akumulasi hutang iuar negeri akan menurunkan tingkat investasi, bahkan akan terjadi capital flight. Transaksi berjalan yang merupakan selisih antara tingkast tabungan dan tingkat investasi, juga dipengaruhi oleh hutang luar negeri. Awalnya, hutang luar negeri akan meningkatkan transaksi perdagangan dan akhirnya meningkatkan current account tetapi pada jangka panjang, akumulasi hutang luar negeri akan menunukkan current account."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T20445
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 1999
S23388
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1985
S7781
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Linda Maulidina
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1986
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>