Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 170943 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dian Trisnayanti
"ABSTRAK
Rimpang temulawak (Curcurna xanthorrhiza Roxb) adalah salah satu jenis sintplisia yang paling banyak digunakan sebagai bahan baku jamu. Rimpang ini mudah terkontaminasi oleh kapang Aspergillus flavus yang berasal dari tanah karena kadar amilumnya yang tinggi. Adanya kontaminasi kapang ini akan mengurangi khasiat temulawak bila digunakan sebagai bahan baku obat tradisional.
Radiasi gamma telah digunakan untuk membasmi serta menurunkan angka kapang dan angka bakteri pada bahan baku dan sediaan jamu. Pada penelitian ini telah dipelajari efek radiasi gamma pada aktivitas antikapang dari minyak atsiri dan kurkuminoid temulawak, pada pertumbuhan Aspergillus flavus. Dipelajari pula efek radiasi gamma pada karakteristik kedua komponen tersebut.
Dosis radiasi yang digunakan pada penelitian ini adalah 0, 5, 10, 30, dan 50 kGy, serta variasi penyimpanan selama 0 dan 3 bulan. Aktivitas antikapang kedua komponen pada A. flavus diamati dengan mengukur diameter hambatannya pada media agar padat PDA (Potato Dextrose Agar). Sedangkan karakteristik kedua
komponen diperiksa dengan menggunakan alat GC untuk minyak atsiri dan HPLC untuk kurkuminoid, serta spektroskopi FTIR untuk keduanya.
Dari hasil penelitian mi terlihat bahwa minyak atsiri temulawak mempunyai aktivitas antikapang pada pertumbuhan Aspergillus flavus, baik yang disiinpan maupun yang tidak. Sebaliknya, kurkuminoid temulawak meinberikan efek stimulator pada pertumbuhan Aspergillus tiavus, baik pada rimpang yang disimpan maupun yang tidak.
Radiasi gamma dan interaksi antara dosis iradiasi dan penyimpanan tidak berpengaruh pada aktivitas antikapang minyak atsiri pada P < 0,05. Minyak atsiri dari rimpang yang disimpan selama 3 bulan memperlihatkan aktivitas antikapang yang lebih tinggi dari pada yang tidak disimpan. Namun sebaliknya, efek stimulator dari kurkuminoid temulawak ini tidak dipengaruhi oleh radiasi dan penyimpanan.
Berdasarkan kromatograin masing-masing komponen dan spektroskopi FTIR-nya, iradiasi hingga 50 kGy tidak merubah karakteristik minyak atsiri dan kurkuminoid temulawak."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1995
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maulina Kusuma
"ABSTRAK
Kitosan merupakan salah satu polimer alam yang bersifat polielektrolit kationik sehingga mempunyai reaktifitas kimia yang tinggi dan sangat efektif berinteraksi dengan molekul bermuatan negatif. Dengan sifat fisika dan kimia yang dimilikinya, salah satu aplikasi kitosan adalah sebagai membrane (lapisan tipis). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan monomer asam akrilat pada larutan kitosan yang kemudian diiradiasi dengan sinar gamma pad a dosis 10 kGy. Pengujian film kitosanasam akrilat meliputi uji fraksi gel (padatan tidak larut) dengan metode ekstraksi soxlet, kuat tarik dengan alat tensile strength, penentuan gugus fungsi dengan spektrofotometer FT-IR dan analisis termal dengan DSC. Berdasarkan hasil penelitian dengan dosis iradiasi 10 kGy menunjukkan terjadi peningkatan sifat fisik film kitosan yang terbentuk. Penambahan monomer asam akrilat yang optimal adalah pada konsentrasi 3,5% dengan sifat film yang diperoleh sebagai berikut : fraksi gel sebesar 66,89%, kekuatan tarik sebesar 14.275,70 kg/cm2 dan titik leleh sebesar 246,06 °C."
Depok: [Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;, ], 2005
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"[Latar Belakang: Xanthorrhizol dalam minyak atsiri temulawak memiliki efek
antibakteri dan minyak atsiri tersebut berpotensi sebagai bahan dasar antibakteri
dalam sediaan obat kumur. Tujuan: menguji efek antibakteri minyak astiri
temulawak terhadap Streptococcus mutans. Metode: S. mutans ATCC 25175
dibiakkan dalam medium cair TYS20B selama 3 x 24 jam dipaparkan dengan
delapan konsentrasi minyak atsiri yang berbeda selama 24 dan 48 jam dan
menguji efek antibakteri dengan metode dilusi. Hasil: kadar hambat minimum
minyak atsiri temulawak terlihat pada konsentrasi 35% sedangkan kadar bunuh
minimum pada konsentrasi 50%. Kesimpulan: minyak atsiri temulawak memiliki
efek antibakteri terhadap S. mutans., Background: Xanthorrhizol contained in Curcuma xanthorrhiza Roxb essential
oil.has an antibacterial effect and its essential oil is potentially to be an
antibacterial basic ingredients in mouthwash. Objective: to analyze the
antibacterial effect in Curcuma xanthorrhiza Roxb. essential oils is tested to
Streptococcus mutans. Method: S.mutans ATCC 25175 are cultured in TYS20B
broth medium for 3 x 24 hours. An antibacterial activity tested by dilution
method. Results: the MIC of essential oil was seen in 35% where the MBC was
50%. Conclusion: essential oils Curcuma xanthorrhiza Roxb. has antibacterial
effect against S. mutan.]"
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ninik Mudjihartini
"Ruang lingkup dan cara penelitian: Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh minyak atsiri temulawak terhadap kadar peroksida lipid plasma pada tikus yang kaki kanan belakangnya dibuat meradang dengan cara penyuntikan formaldehid. Penelitian ini menggunakan metode eksperimentai pada 50 ekor tikus jantan galur WISTAR, yang secara acak dibagi menjadi 5 kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari 10 ekor tikus. Pada semua kelompok diinduksi inflamasi dengan cara menyuntikkan 0,05 mL larutan formaldehid 10 % dalam air, subplantar pada kaki kanan belakang tikus. Kelompok I diberi minyak bunga matahari dengan dosis 1 mL per 100 g berat badan; kelompok II diberi minyak atsiri temulawak 10 % dalam minyak bunga matahari dengan dosis 1 mL per 100 g berat badan; kelompok III diberi minyak atsiri 5 % dalam minyak bunga matahari dengan dosis 1 mL per 100 g berat badan; kelompok IV diberi larutan tragakan 1 % dalam air dengan dosis 1 mL per 100 g berat badan dan kelompok V diberi sodium diklofenak dalam larutan tragakan 1 % dengan dosis 3 mg per 100 g berat badan. 30 menit sebelum penyuntikan formaldehid, semua zat tersebut di atas diberikan per os. Pemberian zat per os ini, diulang pada 2 hari berikutnya. Untuk mendai proses inflamasi sebagai akibat suntikan dengan formaldehid dipergunakan 3 parameter, yaitu A. volume kaki kanan belakang, B. jumlah lekosit plasma dan C. kadar peroksida lipid plasma. Parameter-parameter tersebut diukur 24 jam sebelum induksi inflamasi, disusul dengan 24 jam; 48 jam dan 72 jam setelah induksi inflamasi. Untuk uji statistik hasil-hasil yang diperoleh digunakan analisis varians dua arah dengan batas kemaknaan p < 0,05.
Hasil dan kesimpulan: Dari hasil penelitian ditemukan bahwa volume kaki kanan belakang tikus kelompok yang mendapat minyak atsiri temulawak 10 % dan 5 % lebih rendah dibandingkan dengan kontrol dan hasil ini berbeda bermakna secara statistik (p < 0,01). Kelompok yang diberi sodium dildofenak menunjukkan hasil yang sama (p < 0,01). Jumlah lekosit plasma kelompok yang diberi minyak atsiri. 10 % dan 5 % juga lebih rendah dibandingkan dengan kontrol, secara statistik berbeda bermakna (p < 0,01). Parameter ini juga lebih rendah dibandingkan dengan kontrol pada kelompok yang diberi sodium diklofenak (p < 0,01). Didapatkan pula hasil pengukuran kadar peroksida lipid plasma kelompok yang mendapatkan minyak atsiri 10 % dan 5 % lebih rendah dibanding dengan kontrol, hasil ini secara statistik berbeda bermakna (p<0,01). Selain itu pada kelompok yang mendapatkan sodium diklofenak , parameter ini juga menunjukkan hasil lebih rendah dibanding dengan kontrol dan hasil ini berbeda bermakna secara statistik (p < 0,01).

The Effect Of Temulawak's Volatile Oil On Plasma Lipid Peroxide Concentration In Rats With Induced InflammationScope and Method of Study : The effect of temulawak's (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) volatile oil on plasma lipid peroxides was determined in rats with induced inflammation. The experimental study was carried out on fifty WIST'AR rats of both sexes, wich were randomly divided into 5 groups of 10 rats each. In all rats inflammation was induced by injecting 0.05 mL of a 10 % formaldehide solution in water, subplantar on the right hind paw. To group I was given sunflower oil 1 mL/100 g Body Weight; To group 11:10 % temulawak's volatile oil in sunflower oi11 mL/100 g Body Weight; To group III : 5 % temulawal's volatile oil in sunflower oil 1 mL/100 g Body Weight; To group IV : 1 % tragacanth suspension in water 1 mL/100 g Body weight and to group V: 1 % diclofenac suspension in tragacanth 3 mg/100 g Body Weight. The drugs were administered orally 30 minutes before the injection of formaldehide and repeated on the following 2 days. Three parameters for the inflammation measured were: a. volume of the right hind paw; b. total plasma leucoytes and c. plasma lipid peroxide levels. All parameters were measured : 24 hours before the induction of inflammation and subsequently 24 hours,48 hours and 72 hours there-after. The data were statistically analyzed using Analysis of variants.
Result and conclusions : The results showed that the volume of the right hind paw; total plasma leucocytes and plasma lipid peroxide levels in groups given temulawak's volatile oil of 10 % and 5 % were lower than the control group; the differences were statistically highly significant (p < 0.01). The other group with diclofenac gave similar results.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"One of the important substance in the Javanese tumeric was essential oil (atsiri). The essential oil of javanese tumeric was very useful for uman health and medical industries...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Aspergillus flavus mampu memproduksi berbagai metabolit sekunder,
salah satunya adalah asam kojat, yang mempunyai kegunaan yang luas
dalam berbagai bidang. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh galur
mutan A. flavus yang dapat menghasilkan asam kojat dengan kadar yang
lebih besar dibandingkan galur mutan A. flavus 40C10. Galur mutan
diperoleh melalui mutasi yang di induksi dengan menggunakan mutagen
NTG(1000 ppm) dan iradiasi sinar gamma dengan dosis 0,5 – 5 KGy.
Analisis kuantitatif dan kualitatif asam kojat dan aflatoksin dilakukan secara
KLT densitometri menggunakan fase diam silika gel F254 dan fase gerak
toluen, etil asetat dan asam formiat (3: 6: 1). Hasil penelitian menunjukkan
mutagenesis dengan NTG secara berulang dapat meningkatkan produksi
asam kojat., sedangkan iradiasi dengan sinar gamma tidak. Dari tiga kali
mutagenesis dengan NTG diperoleh galur mutan M3B7F7E8 yang
menghasilkan asam kojat 9,123 g/L atau 1,5 kali lebih besar dibandingkan A.
flavus 40C10. Galur mutan M3B7F7E8 ini masih menghasilkan aflatoksin
yang teridentifikasi pada nilai Rf 0,61 dengan kadar 0,730 mg/L"
Universitas Indonesia, 2006
S32512
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Herlina Asnawi
"Telah dilakukan penelitian untuk mempelajari pengaruh
iradiasi sinar gamma pada karakteristika kimia dan fisika vitamin D, minyak jagung dan campuran keduanya dengan dosis radiasi 0,10,20 dan 30 kGy dan penyimpanan 0,1,2 dan 3 bulan. Penyimpanan untuk minyak jagung dilaksanakan pada suhu kamar (29 ± 2 0C), sedang untuk vitamin D dan campurannya disimpan ditempat yang sejuk (± 15°C).
Parameter yang diuji untuk minyak jagung meliputi bilangan asam, bilangan penyabunan, bilangan iod, bobot jenis, indeks bias, metil ester asam lemak dengan kromatografi Cairan-gas, kadar vitamin D . dengan spektrofotometer, titik lebur vitamin D dengan " Differential Thermal Analyzer " kestabilan vitamin D dan campurannya dengan kromatograf I cairan- cairan tekanan tinggi.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa bilangan iod, bobot
jenis, indeks bias dan metil ester asazu lemak dan minyak jagung tidak dipengaruhi.dosis radiasi dan penyimpanan. Iradiasi sampai 30 kGy memberikan pengaruh terhadap bilangan asam minyak jagung dan menurunkan kestabilan camnpuran. Penyimpanan member ikan pengaruh terhadap b ilangan penyabunan dan bilangan asam minyak jagung. Titik lebur, kadar dan kestabilan vitamin D menurun karena iradiasi sampai 30kGy dan penyimpanan saiapai 3 bulan.

Studies on effect of irradiation by gamma rays on
chemical and physical characteristics of vitamine D, corn
oil and their mixture with radiation dose 0,10,20.and 30 kGy
respectively and storage for 0,1,2 and 3 months have been
done. Corn oil was stored at room temperature (29 ± 2°C)
while vitamine D and the mixture were in a cool place
(.± 15°C).
The parameter studied were acid value, saponification
value, iod value, 'density, refraction index, fatty acid metil
ester of corn oil with Gas Liquid Chromatography; vitamine
•D assays with Spectrophotometre; melting 'point of vitamine
D with Differential Thermal Analyzer where stability
of vitamine D and the mixture by High Pressure Liquid Chromatography.
The results obtained, didn't show any influence of
radiation dose and storage periode towards iod value, density,
refraction index and fatty acid meti1 ester of corn oil.
Irradiation dose up to 30 kGy affected the acid value of
corn oil and decreased the mixture stability, while storage
periode changed saponification and acid value of corn oil.
Irradiation dose up to 30 kGy and storage until 3 months reduced
melting point, stability and concentration of vitamine
D.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1985
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Sasi Febriaty
"Telah dilakukan penelit'ian kemungkinan penggunaan
teknjk sterilisasj radiasi untuk vitamin A palmitat,minyak
zaitun dan campuran keduanya dengan cara mempela -
jar pengaruhiradiasi sinar gamma pada karakteristika
kimia dan fisika vitamin A palmitat, rninyak zaitun, dan
campuran keduanya dengan dosis radiasi 0, 10, 20,30 kGy
dan penyimpanan 0, 1, 2, 3 bulan. Parameter yang diuji
untuk minyak zaitun ialah kelarutan , bilangan asam,bilangan
penyabunan, bilangan iod, bobot jenis, indeka bi
as dan kestabilan 'metil asam lemak bebas dengan kroma -
tografi cairan-gas . Untuk vitamin A palmitat dilaku -
kan uji kestabilan kadar dengan kromatografi cairan
cairan
Hasil pengujian menunjukkan bahwa kadar vitamin
A palmitat , bilangan asam , bilangan penyabunan,bh1an
an lad dipengaruhi oleh dosis radiasi 10, 20, 30 kGy
Penyimpanan selama 1, 2, 3 bulan mempengaru.hi kadar vitamin
A palmitat, bilangan asam, bilangan penyabunan
bilangan iod dan indeks bias minyak zaitun ( p)o,05 )

The posibility of using radiosteri]4zation technic
for vitamine A palmitate, olive oil and mixture of both
by studying the effect of Gamma rays in chemical and
physical characteristics of vitamine A palmitate, olive
oil and their mixture with radiation dose ( 0, 10 , 20
30 ky ) 'and storage ( 0 9 1, 2, 3 months ). The parameter
tested for olive oil were solubility , acid - saponifica
tion - iod values , density, refraction index and stabi
lity of free fatty acid metil ester with Gas Liquid Chro
matography . Vitamine A palmitate assays was determined
using High Pressure Liquid Chromatography.
The results obtained suôh that the concentration
of vitamine palmitate , acid - saponification-jod values
weie affected by iradiation dose . (. 10, 20 , 30 kGy ).
Storage for. 1, 2 and 3 months influence the concentration
of vitamine A palmitate , acid-saponificatinn-iod values
and refraction index of olive oil. ( p )0.05 )
"
Depok: Universitas Indonesia, 1985
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>