Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 177640 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mukian Mulyadi
"Hakekatnya pola penggunaan tanah merupakan gambaran di atas ruang daiipada gabungan basil jenis usaha manusia, tingkat teknologi dan jwnlahnya. Adanya penyebaran jumlah penduduk yang tidak merata dan seimbang akan mengakibatkan perbedaan perkembangan penggunaan tanah yang ada. Perkembangan penggunaan tanah yang dijumpai di setiap wilayah akan mencapai suatu tahapan perkembangan tertentu, sebagaimana yang dikemukakan Prof. I Made Sandy dan skema A sampai dengan skema I.
Kabupaten Sleman path tahun 1994 terdiri dan 17 kecamatan dengan luas 57.482 ha dan berpenduduk 788.340jiwa. Dan Kabupaten Kulonprogo path tahun 1994 terdiri dan 12 kecamatan dengan luas 58.628 ha dan berpenduduk 424.75 1 jiwa. Kabupaten Sleman memiliki wilayah dataran rendah sampai wilayah pegunungan dan diantara wilayah tersebut terdapat lereng 0% sampai lereng lebih dan 40%. Kabupaten Kulonprogo memiliki juga wilayah dataran rendah sampai wilayah dataran tinggi, namun dibandingkan dengan Kabupaten Sleman, lereng di Kabupaten Kulonprogo relatiflebih terjal.
Masalah: 1. Perkembangan penggunaan tanah path tahun 1994 di Kabupaten Sleman dan Kabupaten Kulonprogo sudah mencapai tahap apa berdasarkan skema yang dikemukakan oleh Prof I Made Sandy? 2. Dimanakah letak perbedaan penggunaan tanah path Wilayah Tanah Usaha tertentu di kedua kabupaten tersebut ? 3. Bagaimanakah kaitannya dengan faktor yang mempengaruhi penggunaan tanah?
Kesimpulan:
1. Pola penggunaan tanah di Kabupaten Sleman dan Kabupaten Kulonprogo berbeda, yakni setelah perkainpungan, terdapat sawah, kebun campuran, tegalan dan terakhir hutan. Perbedaannya path Kabupaten Kulonprogo setelah perkampungan terdapat sawah, kebun campuran, lalu perkebunan, tegalan dan terakhir hutan.
2. Path Kabupaten Sleman keathan pemanfaatan untuk lahan persawahan sudah berkembang ke arah pegunungan, akan tetapi luas persawahan yang dibuat ke arah pegunungan relatif kedil luasnya, sehingga tahapan penggunaan tanah di kabupaten mi telah berada path skema G. Pada Kabupaten Kulonprogo wilayah yang lebih tinggi terdapat kebun campuran dan tegalan sedangkan pemanfäatan tanah untuk lahan persawahan dan perkampungan sudah terthpat path wilayah sekitar pantai, sehingga tahapan penggunaan tanah di kabupaten mi telah berada path skema H.
3. Pengusahaan tanah di Kabupaten Sleman didominasi oleh pengusahaan tanah intensif yang berupa lahan persawahan, sedangkan pengusahaan tanah di Kabupaten Kulonprogo didominasi oleh pengusahaan tanah kurang intensif yang berupa kehun campuran.
4. Penggunaan tanah di Kabupaten Sleman dan Kabupaten Kulonprogo tahun 1994 sudah tidak sesuai lagi dengan konsepsi Wilayah Tanah Usaha.
5. Perbedaan penggunaan tanah di Kabupaten Sleman dan Kabupaten Kulonprogo 'dipengaruhi oleh faktor ketinggian, lereng dan kepathtan penduduk."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1996
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusran
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1996
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wicky Prameshwari
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
S33953
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heppi Yana Syateri
"Pada uinumnya di negara agraris, tanah adalah suatu pusat aktifitas yang utaina bagi penduduk dalani memenuhi kebutuhan hidupnya. Sejalan dengan perubahan waktu dan pertambahan jumlah penduduk akan meningkatkan aktifitas penduduk. terhadap tanah. Dan apabila suatu daerah penduduknya sudah mengusahakan tanah-tanah marginal, oleh karena pertambahan penduduk yang terus meningkat, sedangkan persediaan tanah Yang bisa dimanfaatkan semakin berkurang, maka akan terjadi pengrusakan terhadap tanah itu sendiri (Sandy,1973). serta penyebarannya, sangat menentukan perkemban gan corak Bertambahnya jumlah penduduk, tingkat kehidupan penggunaan tanah (Sandy, 1977). Dengan berubahnya faktor-faktor tersebut maka perkembangan penggunaan tanah di setiap wilayah akan mencapai suatu tahapan perkembangan tertentu yang sesuai dengan skeina evolusi penggunaan tanah.
Kabupaten Bengkulu IJtara yang terdiri dari 10 kecainatan dengan luas 969.010 Ha dan berpénduduk 193.246 jiwa pada tahun 1980. Pada tahun 1990 jumlah penduduk ineningkat menjadi 352.588 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 5,15% per tahun. Kabupaten Bengkulu Utara mempunyai fisiografi dari wilayah dataran rendah sampai wilayah pegunungan dengan ketinggian antara 0 in sampai lebih dari 1000 m di atas permukaan laut. Diantara ketinggian tersebut terdapat lereng 0% sampai dengan lereng lebih dan 40%.
Masalah yang dikemukakan disini adalah
1. Bagaiinana pola penggunaan tanah di Kabupaten Bengkulu Utara tahun 1980 dan tahun 1990 ?,
2. Sampai dimanakah tahap perkembangan penggunaan tanah di Kabupaten Bengkulu Utara berdasarkan skema yang dikemukakan oleh -Sandy. (1977) ?,
3. Bagaiinanakah perubahan kaitannya dengan faktor yang meinpengaruhi penggunaan tanah ?
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif yang ditunjang dengan penarikan penainpang dan teknik penampalan peta."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1995
S33541
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Artiningsih
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1995
S33496
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astisiasari
"Skripsi membahas kaitan perubahan penggunaan tanah di Daerah Aliran (DA) Ci Tanduy dan DA Segara Anakan dengan penyusutan luas perairan Laguna Segara Anakan (LSA) tahun 1994?2006 melalui analisis erosi dan sedimentasinya. Variabel yang digunakan: perubahan penggunaan tanah, erosi, sedimentasi, dan penyusutan luas perairan laguna. Diperoleh hasil: tegalan/ladang dan belukar/semak yang peningkatan luasnya besar, menghasilkan peningkatan erosi yang besar pula. Peningkatan luas penggunaan tanah tersebut dihasilkan dari perubahan hutan, yang banyak terjadi di DA Ci Tanduy.
Kesimpulannya:
peningkatan erosi akibat berkurangnya luas hutan dikedua DAS, meningkatkan angkutan sedimen ke sungai-sungai yang bermuara di LSA, sehingga terjadilah penyusutan luas perairan LSA.

This research discuss the relation between landuse change in Ci Tanduy and Segara Anakan drainage area with the decreasing area Segara Anakan Lagoon during 1994?2006 by using erosion and sedimentation analysis. Variables in this research are: landuse, erosion, and sedimentation. The result of this research: Changes in forest area, mostly in Ci Tanduy drainage area, creates not only wider area of tegalan/ladang and shrubs/bushes but also higher eroded area.
The conclusion:
The increasing of eroded area, due to the decreasing of forest area in
both drainage areas, create higher sedimentation in the rivers that flow to Segara Anakan Lagoon resulting smaller area of the lagoon."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S34205
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 1985
S33259
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yanuardi Mahdan
"ABSTRAK
Tingkat kemiskinan masyarakat pada suatu wilayah bisa berbeda
ukurannya dan banyak sekali para ahli menilainya, antara
lain, Sayogyo menilai dengan kebutuhan konsumsi beras
orang per tahun; Direktorat Tata Guna Tanah Ditjen Agraria
Dept. Dalam Negeri menilai kebutuhan hidup minimum dengan
sembilan bahan pokok; Bank Dunia menilai dengan rupiahnya
besarnya pengeluaran konsumsi orang pertahun. Oleh karena
banyak pengertian miskin tersebut, penulis mencoba menetapkan
pengertian miskin yaitu, mereka yang sebagian besar hidupnya
tergantung dari sektor pertanian yang pengelolaannya
masih sederhana, tingkat pendidikan yang rendah, memiliki
tanah sawah yang sempit, kondisi bangunan rumah yang tidak
permanen, membayar pajak kurang dari target, produktivitas
padi sawah rendah, tidak memiliki tanah (sebagai penggarap
atau buruh tani) dan beban tanggungan penduduk yang tidak
produktif tinggi sekali.
Masalah yang dibahas dalam tulisan ini adalah: 1. Dimana
daerah miskin di kabupaten Karawang seperti yang dimaksud
pada pengertian diatas ? ; 2. Bagaimana pola penggunaan
tanah didaerah miskin tersebut ? ; 3. Bagaimana kepadatan
penduduk didaerah miskin tersebut ?.
Untuk menjawab pertanyaan pertama diatas, pendekatan yang
dilakukan yaitu masing-masing indikator (ada S indikator)
diberi nilai dari nilal kurang sampai dengan nilai balk,
1, 2 dan 3. Setelah itu kedelapan indikator tersebut dijumlahkan
dan kemudian diklasifikasikan pengertian miskin
tersebut yaitu, Daerah Miskin dengan jtimlah nilai antara 8
sampai dengan 13; Daerah Agak Miskin dengan nilai 14 sampai
dengan 19; dan Daerah Tidak Miskin dengan jumlah nilai an
tara 20 sampai dengan 24.
Daerah miskin dikabupaten Karawang dibedakan atas letak
wilayahnya yaitu, letaknya dibagian utara berbatasan de
ngan laut; ditengah merupakan dataran rendah dan pusat lalu
lint as dan dibagian selatan merupakan daerah perbukitan.
Pola penggunaan tanah diketiga letak tersebut mempunyai ciri
masing-masing yaitu, penggunaan tanah di utara yaitu
tambak dan hutan bakau; penggunaan tanah di tengah yaitu
pemukiman sedarigkan penggunaan di selatan yaitu penggunaan
tanah ladang/tegalan (pertanian tanah kering)
Kepadatan penduduk diketiga letak tersebut juga berbeda
yaitu, kepadatan penduduk dibagian utara yaitu kepadatan
rendah dan sedang; kepadatan penduduk dibagian tengah ya
itu kepadatan tinggi sedangkan kepadatan penduduk di bagian
selatan yaitu kepadatan rendah dan sedang."
1985
S33254
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 1999
S33807
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suwarsi
"ABSTRAK
Kemajuan teknologi dan informasi, waktu luang yang tidak digunakan dengan baik, dan karakteristik peran keluarga dapat mempengaruhi remaja berperilaku. Tujuan penelitian mengetahui hubungan paparan media, penggunaan waktu luang, peran keluarga dengan perilaku kenakalan pada agregat remaja di SMA Negeri Kabupaten Sleman. Penelitian kuantitatif, dengan pendekatan cross sectional, pada 192 responden.
Hasil penelitian menunjukan hubungan paparan media televisi, media internet, media cetak, penggunaan waktu luang, contoh peran keluarga dengan nilai P<0,05. Faktor dominan berhubungan dengan perilaku kenakalan remaja adalah paparan media internet.
Kesimpulanya perilaku kenakalan menurun dengan berkurangnya paparan media internet. Saran kepada puskesmas untuk mengembangkan pelayanan kesehatan peduli remaja.

ABSTRACT
Increasing technology and information, leisure is not used properly, and family roles can influence adolescent behavior. Purpose of the study determines the relationship of media exposure, use of leisure time, the role of the family with the behavior of juvenile delinquency in Sleman. This research is quantitative, cross sectional with 192 respondents, an alpha value of <0.05.
The results showed significant relationships between exposure to television, internet media, print media, use of leisure time, family role models with a value of P <0.05. Dominant factor associated with the behavior of juvenile delinquency is the internet media exposure.
Qonclution: delinquency behavior decreased with reduced exposure to the internet media. Advice to health centers to develop adolescent health care
"
2012
T31259
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>