Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 162180 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dyah Juliastuti
"Berbagai penelitian menunjukkan bahwa Jahe (Zingiber officinale Roscb.) dapat digunakan secara luas dalam pengobatan, salah satunya sebagai pengobatan penyakit hati. Tiga varietas jahe yaitu jahe merah, jahe emprit dan jahe gajah memiliki senyawa aktif yang sama, yaitu senyawasenyawa yang mengandung shogaol, gingerol dan zingeron yang bersifat sebagai antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan daya hepatoprotektif dari jahe merah, jahe emprit dan jahe gajah dengan dosis yang sama melalui pengukuran aktivitas GPT dan peroksida lipid. Tiga puluh enam tikus putih jantan dibagi dalam enam kelompok secara acak. Kelompok I merupakan kelompok kontrol normal dan kelompok II adalah kelompok kontrol perlakuan yang mendapatkan karbon tetraklorida 0,45 mg/200 g BB. Kelompok III, IV dan V adalah kelompok yang masing-masing diberi jus jahe emprit, jahe gajah dan jahe merah dengan dosis yang sama yaitu 2,25 mg/200 g BB. Sedangkan, kelompok VI adalah kelompok yang diberi hepasil dengan dosis 0,19 g/hari/200 g BB. Keempat kelompok tersebut mendapat larutan uji masing-masing selama delapan hari berturut-turut, dua jam kemudian pada hari ke-8 diberi karbon tetraklorida. Pada hari ke-10 tikus dibedah dan diambil darah serta hatinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jahe merah mempunyai efek hepatoprotektif paling baik, diikuti dengan jahe emprit dan jahe gajah.

Many researches had shown that ginger (Zingiber officinale Roscb.) can be used in the treatment of many diseases, one of them is in the treatment of liver disease. Three species of ginger are red ginger, little ginger and giant ginger have same active components, that are shogaol, gingerol and zingeron which used for antioxidant. The aim of this research is to compare the hepatoprotective effect from red ginger, little ginger and giant ginger in the same dose by measure the GPT plasm activity and lipid peroxidation. Thirty six of male albino rats were randomly devided into six groups. Group I was treated as the normal control and group II was treated as the group which was given carbon tetrachloride with 0,45 mg/200 g bw. Group III, IV, and V were groups which were given the juice of little ginger, giant ginger and red ginger in the same dose 2,25 g/200 g bw. Group VI was given hepasil with 0,19 g/day/200 g bw. Those four last groups were given the extract for eight days and carbon tetrachloride 0,45 mg/200 g bw on the last eight days two hours after the extract. Those rats were put on surgeries on the tenth day to taken the blood and the liver. The result showed that red ginger had the best hepatoprotective effect and followed by little and giant ginger."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
S32777
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Ardiansyah S.
"Jahe (Zingiber 0fficinale Rosc) merupakan salah satu tanaman Indonesia yang banyak digunakan secara luas dalam pengobatan tradisional. Bagian dari jahe yang digunakan adalah rimpangnya. Berdasarkan ukuran, bentuk dan warna rimpangya jahe dibedakan menjadi tiga varietas, yaitu; Jahe emprit (Zingiber officinale Rosc var amarum), jahe gajah (Zingiber officinale Rosc var sp) dan jahe merah (Zingiber officinale Rosc var rubrum). Ketiga jahe tersebut mengandung senyawa-senyawa aktif yang sama, seperti; shogaol, gingerol dan zingeron yang bersifat sebagai antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek hepatoprotektif pemberian jus ketiga varietas jahe tersebut, pada tikus putih jantan yang diberi karbon tetraklorida melalui pengamatan aktivitas GPT dan histologi jaringan hati. Tikus dibagi menjadi enam kelompok yaitu; kelompok kontrol normal, kelompok kontrol karbon tetraklorida, kelompok kontrol positif dan tiga kelompok uji dengan pemberian jus jahe dengan dosis 2,25g/200g bb. Pemberian jus jahe dilakukan selama delapan hari dan pada hari ke delapan seluruh kelompok, kecuali kelompok kontrol normal diberi larutan karbon tetraklorida dengan dosis 0,45 mg/200g bb. Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa ketiga jus jahe tersebut memberikan efek hepatoprotektif. Efektifitas hepatoprotektif tertinggi dimiliki oleh jahe merah dengan persentase sebesar 62,88 %, sedangkan jahe emprit sebesar 41,96 % dan jahe gajah sebesar 22,76 %.

Ginger (Zingiber officinale Rosc) has been widely used as traditional medicine in Indonesia. Part of ginger has been usually is used is rhizome. Based on the size, shape and colour of rhizome, ginger was classified into three varieties. I.e: zingiber officinale Rosc var amarum, Zingiber officinale Rosc var sp and Zingiber officinale Rosc var rubrum. Those gingers have same active components such as shogaol, gingerol and gingerone which have antioxidant activity. The aim of this researchis to find out the hepatoprotective effect of those gingers juice treatments,of male white rats which treatened by carbon tetrachloride through observation of GPT activity and heart tissue histology. The male white rats were divided into six groups. I.e; normal control group, carbon tetrachloride kontrol group, positive control group and three groups which treatened by three kinds of ginger juices with dose 2,25g/200g body weight for eight days. In the 8th day, all groups except positive control group treatened with carbon tetrachloride of dose 0,45 mg/g body weight. The result showed that those gingers juices had hepatoprotective effect. The highest efect gained by zingiber officinale Rosc var rubrum with hepatoprotective activity 62,88 %, zingiber officinale Rosc var amarum 41,96 % and zingiber officinale Rosc var sp 22,76 %."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
S32827
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Made Dwi Sukmayanti
Depok: Universitas Indonesia, 2005
S32879
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
cover
Hariyanti
"Berbagai penelitian menunjukan bahwa marga bawang-bawangan, seperti: lokio, kucai dan bawang putih dapat melindungi hati dari kerusakan akibat karbon tetraklorida. Marga bawang-bawangan tersebut memiliki kandungan kimia yang serupa, yaitu senyawa-senyawa yang mengandung sulfur. Untuk dapat menentukan alternatif terbaik dalam penggunaan marga bawang-bawangan perlu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk membandingkan daya hepatoprotektif dari lokio, kucai dan bawang putih berdasarkan berat kering masing-masing terhadap keracunan hati akibat pemberian karbon tetraklorida. Pada penelitian ini digunakan 30 ekor tikus jantan yang dibagi menjadi lima kelompok, yaitu : I adalah kelompok kontrol normal, II adalah kelompok kontrol perlakuan yang diberi karbon tetraklorida 0,55 mg/g BB, III adalah kelompok yang diberi sari air lokio 44,2 g/kg BB dan karbon tetraklorida 0,55 mg/g BB, IV adalah kelompok yang diberi sari air kucai 56,4 g/kg BB dan karbon tetraklorida 0,55 mg/g BB dan V adalah kelompok yang diberi sari air bawang putih 15,0 g/kg BB dan karbon tetraklorida 0,55 mg/g BB. Ketiga kelompok uji tersebut mendapat sari air masing-masing selama 8 hari berturut-turut, dua jam kemudian pada hari kedelapan diberi karbon tetraklorida. Pada hari kesepuluh tikus dibedah dan diambil darah serta hatinya, kemudian masingmasing digunakan untuk pengukuran aktivitas GPT, kandungan peroksida lipid dalam hati dan kadarnya dalam plasma. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bawang putih mempunyai efek hepatoprotektif paling baik, sedangkan lokio dan kucai mempunyai efek hepatoprotektif yang sama besar."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2000
S32132
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Debora Juliati
"Biji petai telah digunakan secara luas di masyarakat baik sebagai makanan maupun pengobatan tradisional. Senyawa aktif yang terkandung dalam biji petai adalah polisulfida bersifat sebagai antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek hepatoprotektif jus biji petai (Parkia speciosa Hassk.) pada tikus putih jantan yang diberi karbon tetraklorida melalui pengamatan aktivitas alanin aminotransferase plasma dan peroksida lipid. Kelompok perlakuan terdiri dari kelompok kontrol normal, kelompok kontrol induksi dan tiga kelompok variasi dosis ( 600 mg/200 gr bb, 1200 mg/200 gr bb, 2400 mg/200 gr bb ). Pemberian jus biji petai dilakukan selama delapan hari dan pada hari ke delapan kelompok kontrol induksi dan kelompok dosis diberi karbon tetraklorida dengan dosis 0,45 mg per gram berat badan secara oral. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa jus biji petai memberikan efek hepatoprotektif pada variasi dosis tersebut dan memberikan efek optimal pada dosis 1200 mg/ 200 gr bb ditinjau dari aktivitas ALT plasma dan peroksida lipid."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S33181
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Budi Suhartono
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1996
S32115
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>