Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 113913 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Savitri Widya Wardhani
"ABSTRAK
Indonesia memiliki keanekaragaman mikroorganisme yang tinggi, termasuk kapang tempe, yaitu Rhizopus. Salah satunya adalah Rh. microsporus V. Tiegh. var. rhizopodiformis (Cohn) Schipper & Stalpers. Agar dapat dimanfaatkan lebih lanjut dalam bidang industri, maka perlu diteliti sifat-sifat biologi kapang tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji beberapa sifat biologi Rhizopus microsporus var. rhizopodiformis isolat UICC no. 6, 13 dan 33 yang meliputi: suhu pertumbuhan optimum; morfologi secara makroskopik dan mikroskopik; pembentukan zigospora; pH pertumbuhan optimum; dan uji kualitatif aktivitas amilolitik, lipolitik dan proteolitik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Rh. micro.sporus var. rhizopodiformis memiliki suhu pertumbuhan optimum berkisar antara 330 36°C pada medium PDA dan TEA; secara makroskopik dan mikroskopik ketiga isolat tidak memperlihatkan perbedaan bentuk morfologi baik pada medium PDA dan TEA; serta mampu membentuk zigospora dan memiliki tipe kawin (+). Isolat UICC no. 6 & 13 pada medium PDB dan TEB mempunyai pH pertumbuhan optimum yang berkisar antara antara 5,0-6,0, sedangkan isolat UICC no. 33 berkisar antara 4,0-5,0 pada medium PDB dan TEB. Ketiga isotat UICC tersebut bersifat amilolitik, lipolitik dan proteolitik."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1998
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mudarwan
"Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, termasuk kekayaan akan
berbagai macam kapang. Salah satu kapang yang bermanfaat bagi kehidupan manusia
adalah Rhizopus. UICC telah mengkoleksi berbagai spesies Rhizopus, tetapi isolat-isolat
itu belum semua diteliti sifat-sifat biologinya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji beberapa sifat biologi tiga isolat kapang
Rh. microsporus var. chinensis yang meliputi: suhu pertumbuhan optimum; morfologi
secara makroskopik dan mikroskopik; pembentukan zigospora; pH pertumbuhan
optimum; aktivitas amilolitik, proteolitik, dan lipolitik yang ditentukan secara kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Rh. microsporus var. chinensis isolat UICC
No. 16, 18, dan 20 memili.k. i suhu pertumbuhan optimum yang berkisar antara 33° -36°C
pada medium PDA dan TEA; secara makroskopik dan mikroskopik ketiga isolat tidak
memperlihatkan perbedaan bentuk morfologi, walaupun ditumbuhkan pada medium yang
berbeda; zigospora tidak terbentuk dari perkawinan ketiga isolat dengan strain-strain
Rhizopus microsporus dari CBS dan perkawinan antar ketiga isolat itu; pH pertumbuhan
optimum pada medium PDB dan TEB untuk isolat UICC No. 16 dan 18 berkisar antara
4,0--6,0, sedangkan isolat UICC No. 20 berkisar antara 4,0--5,0; ketiga isolat kapang
menunjukkan aktivitas amilolitik yang lemah pada medium SA, aktivitas proteolitik
ditandai dengan kemampuan mencairkan medium NG dalam 2 hari, dan indeks aktivitas
.Jipolitik berkisar antara 0,03--0,06 pada medium TA."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1998
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Doni Prajudi
"Rhizopus Ehrenb. merupakan salah satu kapang penghasil enzim
lipase yang banyak dimanfaatkan dalam bidang inclustri. Berbagai galur
Rhizopus telah dikoleksi oleh UICC dan perlu diteliti untuk menyeleksi galurgalur
yang unggul. Penelitian ini bertujuan menentukan konsentrasi
inokulum dan ma sa inkubasi kapang Rhizopus microsporus v. Tiegh. var.
rhizopodiformis (Cohn) Schipper & Stalpers isolat UICC No. 6 yang
menunjukkan aktivitas lipolitik ekstraselular yang optimum. Aktivitas lipolitik
diukur dengan titrasi berdasarkan jurnlah asam lemak yang dibebaskan,
seperti yang dilakukan oleh Samad dkk. (1990). Rata-rata aktivitas lipolitik
tertinggi pada dua konsentrasi inokulum adala ,h sebagai berikut: 0,5% jam
ke-60 = 2,65 U/ml dan 1 % jam ke-72 = 3,19 U/ml. Hasil uji analisis variansi
menunjukkan adanya pengaruh masa inkubasi dan konsentrasi inokulum
terhadap aktivitas lipolitik kapang. Konsentrasi inokulum 1 % jam ke-72
merupakan konsentrasi inokulum dan masa inkubasi terbaik di antara dua
konsentrasi inokulum yang diuji dalam hal produksi enzim lipase
ekstraselular."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Haryanti Rahayu
"Lipase merupakan enzim yang besar manfaatnya bagi kepentingan
manusia. Rhizopus merupakan salah satu kapang potensia! penghasil
lipase. UIGC telah banyak mengoleksi kapang Rhizopus, sehingga perlu
dilakukan penelitlan, untuk menemukan galur-galur yang unggul. Penelitian
ini bertujuan untuk meneiiti aktivitas lipolitik kapang Rhizopus microsporus
V. Tiegh var. chinensis (Saito) Schipper & Staipers Isolat UlCC no. 18 pada tiga variasi suhu setelah fermentasi 72 jam. Substrafyang digunakan adalah
minyak zaitun. Aktivitas lipolitik Rhizopus microsporus var. chinensis isolat
UlCC no. 18 pada tiga variasi suhu diuji dengan metode titrasi seperti yang
dilakukan oleh Samad dkk. Titrasi dilakukan dengan menggunakan 0,05 M
NaOH dan phenolpthalein.sebagai indikator. Hasil rata-rata aktivitas lipolitik
kapang pada tiga variasi suhu adalah sebagai berikut: suhu 36°C = 1,697
U/ml; 27°C = 1,684 U/ml; dan suhu 40''C = 0,933 U/ml. Hasil pengujian
statistik menunjukkan adanya perbedaan nyata aktivitas lipolitik antara suhu
27°C dan 36°C dengan suhu 40°C pada a = 0,01. Untuk penelitian
selanjutnya, kondisi fermentasi perlu lebih dioptimasikan. agar dapat
dihasilkan lipase dengan aktivitas yang lebih baik."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1998
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Iman Santoso
"Pengaruh konsentrasi pepton (2,5% atau 5%), konsentrasi inokulum (0,1%, 0,5% atau 1%), serta masa inkubasi (0 - 96 jam, interval 12 jam) terhadap aktivitas lipolitik kapang Rhizopus microsporus var rhizopodiformis isolat UICC no. 6 telah dikaji dalam penelitian ini. Fermentasi dilakukan pada medium basal Samad dan aktivitas lipolitik terhadap substrat minyak zaitun diukur secara titrasi menggunakan 0,05 M NaOH. Aktivitas lipolitik dinyatakan dalam satuan unit/ml dan satu unit aktivitas lipase didefinisikan sebagai 1 􀁭mol asam lemak yang dibebaskan per menit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas lipolitik optimal diperoleh dari perlakuan dengan konsentrasi inokulum 1% pada konsentrasi pepton 5% dan masa inkubasi 72 jam (3,19 U/ml).

The lipolytic activity of Rhizopus microsporus var rhizopodiformis isolat UICC No. 6. A study was carried out to examine the effect of peptone concentration (2,5% or 5%), inoculum concentration (0,1%, 0,5% or 1%) and incubation period (0 - 96 hours, interval 12 hours) on the lipolytic activity of Rhizopus microsporus var rhizopodiformis isolat UICC No. 6. Fermentation was done using the basal medium from Samad and the lipolytic activity on olive oil substrate was measured employing titration method with 0,05M NaOH. Lipolytic activity is expressed as unit/ml and one unit is defined as 1 􀁭mol fatty acid liberated per minute. Results show that optimum lipolytic activity was obtained from 1 % inoculum, 5% peptone after 72 hours incubation period."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2002
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Kudin
"Konsentrasi pepton dan waktu inkubasi merupakan faktor penting
dalam proses fermentasi enzim, yang diperlukan untuk memperoleh aktivitas enzim yang optimum. Penelitian in! bertujuan mengukur aktivitas lipolitik Rhizopus microsporus v. Tiegh. var. rhizopodiformis (Cohn) Schipper &
Stalpers, isolat UlCC No. 6 pada medium basal Samad dkk. (1990) dengan konsentrasi pepton 2,5% dan 5%, serta menentukan masa inkubasi di antara jam ke-G hingga jam ke-96, untuk mendapatkan aktivitas lipolitik optimum.
Fermentasi dilakukan dalam medium basal Samad dengan konsentrasi
pepton yang bervariasi. Pengukuran aktivitas lipolitik dilakukan dengan
metode titrasi. Aktivitas lipolitik dinyatakan dalam satuan unit/ml (U/ml).
Hasil analisis secara statistik menunjukkan adanya pengaruh konsentrasi
pepton dan masa inkubasi yang berbeda terhadap aktivitas lipolitik Rhizopus
microsporus var. rhizopodiformis isolat UlCC No. 6. Rata-rata aktivitas
lipolitik tertinggi Rhizopus microsporus var. rhizopodiformis isolat UlCC No. 6
diperoleh pada medium basal Samad dengan konsentrasi pepton 5% setelah
inkubasi 60 jam (sebesar 2,79 U/ml)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suharyanto
"ABSTRAK
Protease asam yang dihasilkan oleh kapang memiliki peranan penting dalam industri pangan dan farmasi. Rhizopus spp. merupakan salah satu jenis kapang yang memiliki aktivitas proteolitik dan tidak menghasilkan toksin. Kemampuan Rhizopus dalam menghasilkan enzim proteolitik bervariasi baik antar spesies maupun antar galur dalam spesies yang sama. Untuk memperoleh enzim dengan aktivitas proteolitik yang tinggi, perlu diperhatikan faktor lingkungan yang mempengaruhi aktivitasnya. Tingkat keasaman (pH) dan suhu merupakan faktor lingkungan yang sangat menentukan aktivitas enzim proteolitik. Setiap enzim memiliki pH optimum yang khas, yaitu pH lingkungan yang menyebabkan aktivitasnya maksimum. Enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme juga mempunyai suhu optimum tertentu untuk mengkatalisis suatu reaksi enzimatis.
Indonesia dikenal kaya akan keanekaragaman hayati kapang. Untuk memanfaatkan keanekaragaman hayati kapang indigenous Indonesia, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui potensi produksi protease asam ekstra selular dari Rh. microsporus v. Tiegh. var. rhizopodiformis (Cohn) Schipper & Stalpers dan Rh. microsporus v. Tiegh. var. chinensis (Saito) Schipper & Stalpers koleksi University of Indonesia Culture Collection (UICC). Penelitian ini bertujuan mengetahui potensi biakan Rh. microsporus var. rhizopodiformis UICC 519, 520, dan Rh. microsporus var. chinensis UICC 521 dalam menghasilkan enzim proteolitik, dan penentuan waktu fermentasi, pH, dan suhu optimum aktivitas proteolitik pada kapang terpilih.
Aktivitas proteolitik semi kuantitatif dari ketiga biakan dipelajari berdasarkan kemampuannya membentuk zona bening pada medium 4% (b/v) Skim Milk Agar (SMA) dengan cara pencawanan (plating) spora tunggal pada suhu ruang selama 28-29 jam. Filtrat kultur fermentasi Rh. microsporus var. rhizopodiformis UICC 520 yang diekstraksi dari medium dedak padi digunakan untuk uji aktivitas proteolitik. Uji aktivitas proteolitik kuantitatif dari filtrat kultur dilakukan dengan mengukur jumlah tirosin yang dihasilkan dari hidrolisis substrat kasein pada suhu suhu 37°C ± 2°C selama 30 menit. Setiap labu yang berisi medium fermentasi steril diinokulasi dengan 1 ml suspensi spora Rh. microsporus var. rhizopodiformis UICC 520 yang berisi 3,9-4,6 x(10 pangkat 5)koloni/ml. Medium fermentasi selanjutnya diinkubasi pada suhu ruang (26--30°C) tanpa pengocokan. Protease kasar diekstraksi dari medium fermentasi pada 0, 24, 48, 72, 96, dan 120 jam untuk mengetahui waktu fermentasi optimum. Untuk menentukan pH optimum aktivitas proteolitik, kasein sebagai substrat enzim dilarutkan dalam larutan dapar hingga diperoleh pH 2,0; 3,0; 4,0; 5,0; 6,0; 7,0; dan 8,0. Untuk menentukan suhu optimum aktivitas proteolitik, sampel direaksikan dengan substrat kasein 0,7% (b/v) dalam dapar glisin-HCI pH 3,0 dan dinkubasikan pada suhu 35, 40, 45, 50, dan 55°C.
Berdasarkan diameter zona bening yang terbentuk dari pertumbuhan spora tunggal pada medium SMA dapat disimpulkan bahwa Rh. microsporus var. rhizopodiformis UICC 520 memiliki kemampuan menghasilkan protease lebih cepat dibandingkan Rh. microsporus var. rhizopodiformis UICC 519 dan Rh. microsporus var. chinensis UICC 521 dalam waktu yang sama (28-29 jam). Aktivitas proteolitik Rh. microsporus var. rhizopodiformis UICC 520 dengan medium fermentasi dedak padi mencapai maksimum, yaitu sebesar 0,0944 U/ml pada inkubasi selama 72 jam. Peningkatan aktivitas proteolitik yang cepat diikuti dengan penurunan pH filtrat kultur.
Enzim proteolitik dalam filtrat kultur Rh. microsporus var. rhizopodiformis UICC 520 aktif pada kisaran pH substrat 2,0-6,0 dan memiliki dua puncak aktivitas, yaitu puncak tertinggi pada substrat kasein dengan pH 2,0-3,0 (0,0772--0,0912 U/ml) dan puncak aktivitas kedua yang lebih rendah dari puncak pertama, yaitu pada pH substrat 5,0-6,0 (0,0603-0,0649 U/ml). Enzim proteolitik dari filtrat kuitur Rh. microsporus var. rhizopodiformis UICC 520 aktif pada kisaran suhu 35--50°C. Aktivitas proteolitik tertinggi diperoleh pada suhu 45° C.

"
2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zakiatulyaqin
"Inoculum for making tempe is usually made from the mould Rhizopus oryzae or Rhizopus oligospons. Large scale use of an inoculum from one source only (LKN-LIPI) might threaten the biodiversity of microorganisms in traditionally made inoculum. The potential use of other Rhizopus moulds as inoculum for tempe production should be examined. Rh. microsporus var. rhizopodifonnis UICC 520 isolated from Hibiscus from Manado and Rh. microsporus var. chinensis UICC 521 isolated from tempe from Aceh were examined for their potentials to produce tempe.
Rhizopus has also been known to be able to transform antioxidants such as isoflavone in tempe. The potential of Rhizopus microsporus v. Tiegh. var. chinensis (Saito) UICC 521 to transform glucoside isoflavones in soybean tempe has been evaluated.
The results showed that Rh. microsporus var. rhizopodiformis UICC 520 has little potential as a tempe inoculum. Rh. microsporus var. chinensis UICC 521, however, is very potential as an inoculum to produce good tempe and produces abundant spores ((3-10)x106 cell/ml) on rice substrate.
Two types of aglycon isoflavone, daidzein and genistein, were detected by TLC separation. The total isoflavone concentration during fermentation period of 24, 48, 72 hours was determined using HPLC. At 24 hours the concentration was 0.142 mg/g tempe, while at 48 and 72 hours the concentration were 0.181 and 0.135 mg/g tempe, respectively. The highest total isoflavone concentration was detected at 48 hours fermentation period. Hence, there was an increase of aglycon isoflavones up to 6000% after transformation of isoflavones in soybean by Rh. microsporus var. chinensis UICC 521 when compared to the initial concentration before transformation."
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fenty Prameswari
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan menguji kemampuan tiga strain R. microsporus UICC500, UICC 531, dan UICC 539 dalam memfermentasi campuran lumpur danbungkil sawit 3:1 dan 4:1 nonsteril, serta 3:1 dan 4:1 steril, selanjutnya menganalisis perubahan komposisi karbohidrat, lemak, protein, air, dan abu campuran limbah setelah fermentasi. Konsentrasi inokulum sebesar 10 v/b ,dengan jumlah sel awal sebanyak 1x107 CFU/mL digunakan dalam campurandengan berat total 20g. Kemampuan R. microsporus memfermentasi campuran lumpur dan bungkil sawit ditunjukkan melalui pertumbuhan R. microsporus padacampuran limbah sawit, yaitu morfologi, jumlah sel/mL, kepadatan miselium, dansporulasi; pengamatan pada campuran limbah sawit, yaitu warna, kekompakan,aroma, dan pH; serta perubahan komposisi campuran limbah sawit. Hasilpengamatan mengindikasikan Rhizopus microsporus UICC 500, UICC 531, danUICC 539 tidak memfermentasi campuran lumpur dan bungkil 4:1 nonsterilyang ditunjukkan dengan tidak ada pertumbuhan ketiga strain tersebut. Rhizopusmicrosporus UICC 539 memfermentasi campuran lumpur dan bungkil sawit 3:1 nonsteril, 3:1 steril, 4:1 steril yang ditunjukkan dengan adanya pertumbuhan.Rhizopus microsporus UICC 500 dan UICC 531 memfermentasi campuran lumpur dan bungkil sawit 3:1 dan 4:1 steril yang ditunjukkan dengan adanyapertumbuhan. Pertumbuhan tercepat dan jumlah sel terbanyak pada campuranlumpur dan bungkil sawit 3:1 steril ditunjukkan oleh R. microsporus UICC 539yaitu 1,77 x108 CFU/mL, selanjutnya R. microsporus UICC 531 yaitu 1,35 x108CFU/mL, dan R. microsporus UICC 500 yaitu 1,3 x 108 CFU/mL. Rhizopusmicrosporus UICC 539 dapat mengubah komposisi campuran lumpur dan bungkil 3:1 steril setelah lima hari fermentasi, yaitu dapat meningkatkan kandunganprotein, karbohidrat, dan abu pada campuran limbah steril sebanyak 16 , 1,71 ,dan 17,5 secara berturut-turut, serta menurunkan kandungan lemak dan airsebanyak 48 dan 0,1.

ABSTRACT
This study aims to test the ability of three strains of R. microsporus UICC 500,531 UICC and UICC 539 to ferment slurry and kernel cake mixtures 3 1 and4 1 non sterile, and 3 1 and 4 1 sterile, then analyzes the composition change carbohydrates, fats, protein, water and ash of waste mixtures after fermentation.Fermentation of slurry and palm kernel cake mixtures with inoculumconcentration of 10 v w of the total weight from the mixtures as much as 20 gwith initial cell number 1x107 CFU mL. Rhizopus microsporus was able toferment slurry and kernel cake mixtures, showed by growth of R. microsporus onwaste mixtures, includes morphology, number of cells mL, density of mycelium,and sporulation the observation of slurry and kernel cake mixtures, includes color,compactness, odor, and pH, and also the change of waste mixtures rsquo s composition.The observation results indicated that R. microsporus UICC 500, UICC 531, andUICC 539 were unable to ferment the slurry and kernel cake 4 1 non sterilemixtures, showed by no growth. Rhizopus microsporus UICC 539 was able toferment the slurry and kernel cake mixtures 3 1 non sterile, 3 1 sterile, 4 1 sterile, indicated by growth on the mixtures. Rhizopus microsporus UICC 500 andUICC 531 was able to ferment slurry and kernel cake mixtures 3 1 and 4 1 sterile, showed by growth on the mixtures. The fastest growth and the highestnumber of cells showed by Rhizopus microsporus UICC 539 with 1.77 x108CFU mL, then Rhizopus microsporus UICC 531 with 1.35 x108 CFU mL, and R.microsporus UICC 500 with 1.3 x108 CFU mL on slurry and kernel cake mixtures 3 1 sterile. Rhizopus microsporus UICC 539 was able to change the compositionof slurry and kernel cake 3 1 sterile mixtures after five days fermentation. Theprotein, carbohydrates, and ash content increased by 16 , 1.71 , and 17.5 ,respectively, whereas fats and water content decreased by 48 and 0.1 ,respectively."
[;, ]: 2017
S66465
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>