Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 164883 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rosmithayani
"Tangkai daun brotowali Tinospora ci'ispa (L.) Miers dikultur pada medium dasar Murashige-Skoog (1962) dengan pemberian variasi konsentrasi 0, 2, 6 ppm IBA sex^ta 0, 1, 2 ppm kinetin. Kultur dipelihara dalam ruang bersuhu 25°C dan fotoperiodisitas 18 jam/hari dengan intensitas cahaya 800 lux. Kalus mulai terbentuk pada hari ke-14 setelah penanaman, berwarna krem dan hijau muda serta bertekstur remah-kompak dan kompak. Berat basah kalus tertinggi pada minggu ke-4 dihasilkan dleh medium dengan penambahan 8 ppm IBA dan 1 ppm kinetin yaitu 591,2 mg, sedangkan berat kering tertinggi dihasilkan oleh medium dengan penambahan 2 ppm IBA yaitu 37,8 mg. Berat basah dan berat kering kalus tertinggi pada minggu ke-8 dihasil kan oleh medium dengan penambahan 2 ppm IBA, masing-masing 1420,3 mg dan 94,8 mg. Berat basah dan berat kering kalus tertinggi pada minggu ke-12 dihasilkan oleh medium dengan penambahan 2 ppm IBA dan 2 ppm kinetin, masing-masing 1852 mg dan 122,2 mg. Produktivitas kalus yang tinggi dapat diperoleh dengan menggunakan 2 dan 8 ppm IBA maupun interaksi antara 2 dan 8 ppm IBA dengan 1 dan 2 ppm kinetin."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1996
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuli Andayani
"ABSTRAK
Potongan tangkai daun brotowali Tinospora crispa (L. ) Miers dikultur pada media Murashige & Skoog (1962) modifikasl. Pada setiap mediun tersebut digunakan 9 konsentrasi sukrosa yang berbeda yaitu 0,0; 0,5; 1,0; 1,5; 2,0; 2,5; 3,0; 3,5; dan 4,0%. Kultur dipelihara dalau ruang bersuhu ±25°C dan diberi cahaya dengan fotoperiodisitas 16 jam/hari dan intensitas 800 luks.
Kalus pada semua media perlakuan mulai terbentuc pada hari ke-15 setelah penananan, kecuali pada mediun tanpa sukrosa. Semua kalus yang terbentuk berwarna krem dan berjenis kompak pada minggu ke-4 dan ke-8; namun terjadi
perubahan jenis kalus pada minggu ke-12 yaitu jenis kompak untuk kalus pada media dengan sukrosa 0,5 dan l,0%, dan kalus remah-konpak untuk sebagian kalus pada media dengan. sukrosa 1,5--4,0%.
Produktivitas kalus tertinggi pada minggu ke-4 diperoleh dari mediun dengan sukrosa 4,0%; pada minggu ke-8 diperoleh dari mediun dengan sukrosa 3,5%; sedangkan pada minggu ke-12, produktivitas kalus tertinggi diperoleh dari mediun dengan sukrosa 3,0%.

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1996
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rita Kurnia Utari
"ABSTRAK
Ekeplan tangkai daun brotowali (Tinospora crispa (L.) Miers) dikultur pada empat media, yaitu Muraehige dan Skoog (MS), 0,5 MS, Linsmaler dan Skoog (LS) dan Woody Plant Medium (WPM) dengan penambahan IBA 6 ppm dan BA 2 ppm. Kuitur dipelihara pada kondisi terang dengan fotoperiodisitas 16 jam pada 800 lux. Kalus T. crispa mulai terbentuk seteiah 10 hari penanaman dengan warna krem dan bertekstur kompak. Berat basah dan berat kering kalus rata-rata tertinggi pada minggu ke-4 terdapat pada kalus dalam medium LS, yaitu 382,73 mg dan 21,5 mg. Berat basah dan berat kering kalus rata-rata tertinggi pada minggu ke-8 dan 12 juga terdapat pada kalus dalam medium LS, yaitu 938,83 mg dan 1245,5 mg untuk berat basah serta 50,59 mg dan 66,0 mg untuk berat kering. Wi ANAVA menunjukkan adanya pengaruh penggunaan media terhadap berat basah dan berat kering kalus pada minggu ke-4, 8, dan 12 penanaman. Hasil uji statistik terhadap berat basah dan berat kering kalus pada minggu ke-4 dan 8 menunjukkan bahwa medium LS merupakan medium yang terbalk dibandlngkan dengan media MS, 0,5 MS, dan WPM. Sedangkan pada minggu ke-12, media MS, 0,5 MS, dan LS merupakan media yang balk bagi pertumbuhan kalus brotowali."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1996
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gloria
"ABSTRAK
Eksplan daun kecubung (Datura fastuosa L.) ditanam dalam medium Murashige dan Skoog (MS) 1962 dengan pemberian kombinasi IBA 0; 0,5 dan 1 ppm serta kinetin 0 dan 2 ppm. Pengamatan terhadap organogenesis dilakukan pada minggu ke-2, 4, 6 dan 8, sedangkan pengamatan terhadap jumlah akar, jumlah tunas, berat basah dan berat kering dilakukan pada minggu ke-8. Kalus dan akar mulai terbentuk pada minggu ke-2, kemudian tunas mulai terbentuk pada minggu ke-4. Dengan uji nonparametrik Friedman (cx 0,01)tampak pengaruh kombinasi IBA dan kinetin terhadap jumlah akar, jumlah tunas, berat basah dan berat kering. Jumlah akar paling banyak terdapat pada eksplan yang ditanam dalam medium MS + 1 ppm IBA + 0 ppm kinetin (36,5 akar), sedangkan jumlah tunas paling banyak terdapat pada eksplan yang ditanam dalam medium MS + 0 ppm IBA + 2 ppm kinetin (3 tunas). Berat basah dan berat kering tertinggi terdapat pada eksplan yang ditanam dalam medium MS + 1 ppm IBA + 0 ppm kinetin (2582,15 mg berat basah dan 178,69 mg berat kering). Dengan uji perbandingan berganda ((x 0,01) tampak perbedaan nyata antara beberapa pasangan perlakuan. Pada jumlah akar, terdapat perbedaan nyata antara eksplan yang ditanam dalam medium MS + 0,5 ppm IBA +.0 ppm kinetin (18,75 akar) terhadap eksplan yang ditanam dalam medium MS + 0 ppm IBA + 2 ppm kinetin (0 akar); kemudian antara eksplan yang ditanam dalam medium MS + 1 ppm IBA + 0 ppm kinetin (36,5 akar) terhadap éksplan yang ditanam dalam medium MS + 0 ppm IBA+ 2 ppm kinetin (0 akar), serta terhadap eksplan yang ditanam dalam medium MS + 0,5 ppm IBA + 2 ppm kinetin (0,25 akar). Pada berat basah dan berat kering, terdapat perbedaan nyata antara eksplan yang ditanam dalam medium MS + 0 ppm IBA + 0 ppm kinetin (30,31 mg berat basah dan 7,28 mgberat kering), terhadap eksplan yang ditanam dalam medium MS + 0,5 ppm IBA + 2 ppm kinetin (1299,43 mg berat basah dan 178,69 mg berat kering), serta terhadap ekspan yang ditanam dalam medium MS + 1 ppm IBA+ 0 ppm,kinetin (2582,1-5 mg berat basah dan 116,34 mg berat kering); sedangkan untuk jumlah tunas, tidak terdapat perbedaan nyata antara semua pasangan perlakuan."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1998
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novianti Indriastuti
"ABSTRAK
Daun pacar air {Impatiens balsamina Linn.) dikultur
pada medium Murashige-Skoog (1962) modifikasi dengan pemberian
interaksi 2,4-D dan kinetin. Kultur dipelihara
dalam ruang bersuhu +-25C dan diberi cahaya. Pengamatan
dilakukan terhadap waktu inisiasi, jenis, warna, berat basah
dan berat kering kalus. Kalus mulai terbentuk pada
minggu ke-2 setelah penanaman, berwarna krem dan bertekstur
remah kompak. Berat basah kalus rata-rata tertinggi
pada minggu ke-4 diperoleh dari kalus dalam medium PIO
(2 ppm 2,4-D + 0,5 ppm kinetin) yaitu 0,2288 gram, dan
berat kering kalus rata-rata tertinggi diperoleh dari
kalus dalam medium P9 (1 ppm 2,4-D + 0,5 ppm kinetin)
yaitu 0,0195 gram. Berat basah dan berat kering kalus
rata-rata tertinggi pada minggu ke-8 diperoleh dari kalus
dalam medium PIO (0,2991 gram dan 0,0285 gram). Berat
basah kalus rata-rata tertinggi pada minggu ke-12 diperoleh dari kalus dalam medium P3 (3 ppm 2,4-D) yaitu 0,8481
gram, sedangkan berat kering kailus rata-rata tertinggi
diperoleh dari kalus dalam medium PIO (0,0603 gram).
Hasil ANAVA menunjukkan bahwa interaksi 2,4-D dan kinetin
berpengaruh terhadap pertambahan berat basah dan berat
kering kalus pada minggu ke-8 dan minggu ke-12.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1995
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yustina Muliani
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1995
S32002
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fardiah
"Telah dilakukan penelitian induksi kalus tangkai daun majemuk ke-3 antara anak daun ke-2 dan ke-3 (t-2.3) Murraya paniculata (L.) Jack. pada medium Murashige & Skoog (MS) 1962 modifikasi dengan konsentrasi 2,4-Dichlorophenoxyacetic Acid (2,4-D) (0; 0,5; 1; 1,5; 2) mgl-1 dan Kinetin (0; 0,25; 0,5; 0,75) mgl-1. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhandan Laboratorium Biologi Perkembangan, Departemen Biologi, FMIPA UI, Depok, selama 5 bulan. Kultur dipelihara selama 8 minggu, dalam ruang gelap.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kalus hanya tumbuh pada medium dengankonsentrasi 2,4-D (0,5; 1; 1,5; 2) mgl-1 tunggal maupun dikombinasikan dengan Kinetin 0,25 mgl-1. Kalus berwarna putih, krem keputihan, krem kecokelatan, dan cokelat, serta bertekstur remah-kompak. Persentase eksplan yang membentuk kalus 10--80%, inisiasi kalus 15--24,33 hari, berat basah dan berat kering eksplan yang membentuk kalus maupun tidak, masing-masing 2,35--51,37 mg dan 0,41--3,86 mg, kategori kalus 1--4,42.
Berdasarkan rekapitulasi hasil pengamatan parameter kuantitatif, perlakuan D (1,5 mgl-1 2,4-D) merupakan perlakuan terbaik untuk induksi kalus t-2.3 M. paniculata, karena memiliki peringkat tertinggi. Berdasarkan pengamatan mikroskopis, kalus diduga berasal dari jaringan korteks dan kambium."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
S31454
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ema Rahamah
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1995
S32006
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>