Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 63113 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aprianto
"Manusia dan bahasa memiliki suatu keterkaitan yang khusus. Tidak mungkin suatu bahasa akan berubah tanpa adanya perubahan pada manusia pemakainya, dan tidak mungkin perubahan pada manusia pemakainya tidak berpengaruh kepada bahasa yang dipakainya sehari-hari. Berdasarkan pada pemikiran ini, penulis mencoba melakukan penelitian untuk mengetahui apakah terjadi perubahan di dalam penggunaan kata ganti orang pertama (KGOP) dalam masyarakat Jepang sekarang ditinjau dari kalangan anak mudanya. Pada dasarnya, ada dua jenis penggunaan kata acuan diri sendiri (terms of sell) di dalam bahasa Jepang, meliputi penggunaan vokatif (penggunaan kata-kata sapaan), dan penggunaan pronomina (penggunaan kata ganti orang). Hal ini timbul karena orang Jepang, sebelum mengacu dirinya sendiri, harus melihat dan mempertimbangkan siapa lawan bicara mereka dan bagaimana situasi percakapan mereka guna menentukan jenis kata ganti orang pertama (KGOP) yang akan dipergunakannya. Mengenai kedua penggunaan ini, Takao Suzuki, di dalam bukunya Kotoba to Bunka (1973) mengatakan bahwa Orang Jepang didalam percakapannya jarang menggunakan kata ganti orang (pronomina) pada waktu mengacu dirinya sendiri atau menunjuk orang lain. Mereka berusaha sedapat mungkin untuk menghindari adanya penggunaan kata ganti orang tersebut, yang ditempuh dengan menggantikannya dengan kata-kata sapaan atau yohrkake (vokatif). Kalaupun mereka terpaksa harus menggunakan penggunaan pronomina tersebut (umumnya digunakan pada waktu berbicara dengan orang yang sama atau lebih tinggi kedudukannya dari si pembicara), mereka akan memakai KGOP yang mengandungmakna sopan (merendahkan diri), seperti KGOP watashi pada wanita dan KGOP boku pada pria. Akan tetapi, dari hasil penelitian kuesioner yang dilakukan di Universitas Utsunomiya, penulis mendapatkan kenyataan sebaliknya dimana penggunaan vokatif sebagai tabu bahasa ternyata sudah semakin berkurang penggunaannya baik dalam lingkungan keluarga maupun lingkungan pergaulan teman dekat. Anak muda Jepang sekarang kelihatannya lebih cenderung memilih penggunaan pronomina didalam percakapan mereka. Adapun pronomina yang umumnya mereka pakai adafah watashi dengan variasi atashi untuk kalangan wanitanya dan ore untuk kalangan prianya. KGOP boku masih tetap ada dan masih dipergunakan walaupun dibandingkan dengan ore, penggunaannya sudah jauh berkurang."
2000
S13494
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aryo
"Semakin banyak orang yang mau menguasai Bahasa Jepang tetapi tidak sedikit yang mengalami kesulitan ketika mencoba belajar Bahasa Jepang. Salah satu kesulitan adalah mempelajari penggunaan kata ganti orang pertama. Kata ganti orang pertama merupakan salah satu kata yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari di Jepang. Setiap kata ganti orang pertama memiliki fungsi dan peranannya masing-masing tergantung dari jenis kelamin, pekerjaan, lokasi, dan relasi. Sulitnya penggunaan kata ganti orang pertama menyebabkan pembelajar Bahasa Jepang kebingungan, sehingga mendorong penulis untuk meneliti topik ini. Pada penelitian ini penulis menggunakan metode penelusuran literatur dan metode induktif dengan mengambil bahan dari manga Ansatsu Kyoushitsu karya Matsui Yuusei. Dari hasil analisis penulis mengambil kesimpulan mengenai cara pemakaian kata ganti orang pertama Jepang watashi, boku, dan ore yang tidak ditemukan dalam buku teks. Dengan demikian tentunya tidaklah cukup bagi pelajar bahasa Jepang yang ingin mempelajari Bahasa Jepang dengan hanya berpedoman pada buku teks, tetapi juga belajar dari sumber lain seperti manga atau dorama.

More people want to master the Japanese language but some people have difficulties when try to study Japanese language. One of the difficulties is to study the use of the first person pronoun. First person pronoun is a word that often used in everyday life in Japan. First person pronoun has the function and role of each others depends on the gender, profession, background, and relationships. The difficulty of the first person pronoun usage causes confusion for Japanese language learners, therefore encouraging the author to research this topic. In this study the author using literature search methods and inductive methods by taking material from Matsui Yuusei’s manga Ansatsu Kyoushitsu. From analysis the authors conclusions is regarding how the use of the Japan’s first person pronoun watashi, boku, and ore that is not found in the text books. Of course it is not enough for students who want to learn Japanese language not only relied on a textbook,but also learn from other sources such as anime or dorama.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Liana Conchita Zaubin
"Penelitian mengenai penggunaan Kata Ganti Orang dilakukan dengan menggunakan data yang diperoleh dari buku cerita bergambar sejumlah 10 jilid berisi 30 cerita dilakukan pada bulan September 1993 sampai dengan Desember 1993. Tujuannya untuk mengetahui ragam bahasa, tingkat kesopanan penggunaan, jangkauan usia pemakai dan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan penggunaan Kata Ganti Orang Pertama dan Kata Ganti Orang Kedua. Pengumpulan data dilakukan melalui penyeleksian data-data KGO I dan KGO II yang terdapat dalam buku-buku cerita bergambar yang dilanjutkan dengan metode penelitian kepustakaan. Hasil penelitian skripsi ini bukan merupakan gambaran menyeluruh yang mencakup semua karakteristik KGO I dan KGO II. Akan tetapi, dari penelitian yang dilakukan telah dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1) Kata ganti yang merupakan ragam bahasa pria adalah washi, boku, ore, oira, kisama, teme. Kata ganti yang merupakan ragam bahasa wanita adalah watai, atashi, atai. Kata ganti yang merupakan kata ganti netral yang dapat digunakan oleh pria dan wanita adalah watakushi, watashi, ware, waga, anatasama, anata, anta, kiwi, omae, onore walaupun kadangkala terdapat kecenderungan pemakaian oleh satu pihak saja. Untuk bentuk jamak, akhiran -tachi cenderung digunakan oleh wanita dan akhiran -ra cenderung digunakan oleh pria. 2). Bentuk jamak KGO I tidak dibatasi oleh jenis kelamin yang berbeda dan masuk tidaknya lawan bicara dalam ruang lingkup pembicaraan sedangkan bentuk jamak KGO II tidak dibatasi oleh jenis kelamin acuan yang berbeda dengan pembicara walaupun kata ganti tersebut merupakan ragam bahasa pria atau wanita. Bentuk jamak biasa ditunjukkan dengan akhiran -tachi atau -ra. Bentuk hormat menggunakan akhiran -gata dan bentuk merendahkan diri menggunakan akhiran -domo. 3). Faktor-faktor yang mempengaruhi pembicara dalam menentukan penggunaan KGO I dan KGO II adalah usia, jenis kelamin, kedudukan diri sendiri dan lawan bicara serta suasana hati."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S13651
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vinka Puspa Mulyadi
"Penelitian ini membahas fenomena campur kode pada lirik lagu di dalam album ‘One-reeler / Act IV’ oleh IZ*ONE. Campur kode dapat kita temui dengan mudah pada film, drama, komik, lirik lagu dan juga novel. Fenomena campur kode yang muncul biasanya percampuran antara bahasa asing seperti bahasa Inggris dengan bahasa Korea. Selain itu, campur kode juga sering digunakan oleh masyarakat multilingual dalam percakapan sehari-hari. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan penggunaan campur kode yang terdapat di lirik lagu pada album ‘One-Reeler / Act IV’ oleh IZ*ONE. Penelitian ini dirancang untuk menjawab pertanyaan penelitian yakni bagaimana wujud dan jenis campur kode yang terdapat pada lirik lagu dalam album One-Reeler / Act IV oleh IZ*ONE. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatifnyang bersifat deskriptif. Pada penelitian ini, peneliti menganalisis campur kode berdasarkan wujud dan jenisnya berdasarkan klasifikasi oleh Suwito (1983). Hasil analisis penelitian ini menunjukkan adanya kemunculan campur kode sebanyak 27 data dalam album One-Reeler / Act IV oleh IZ*ONE. Data tersebut dapat diklasifikasikan menjadi 11 data berwujud unsur kata, 6 data berwujud unsur frasa, 2 data berwujud unsur pengulangan kata dan 8 data berwujud klausa. Selain wujud campur kode, penelitian ini juga menunjukkan kemunculan jenis campur kode. Jenis campur kode yang ditemukan pada penelitian ini sebagian besar merupakan jenis campur kode keluar dan tidak ditemukan jenis campur kode ke dalam.

This research discusses the phenomenon ofncode-mixing in song lyrics on the album titled 'One-reeler / Act IV' by IZ*ONE. Code-mixing can easily be found in movies, dramas, comics, song lyrics and novels. Code-mixing phenomenon that usually appears is a mixture of foreign languages such as Korean and English. In addition, code- mixing is also often used by multilingual people in their daily conversations. This research aims to explain the use ofncode-mixing ofkthe song lyrics in the album 'One-Reeler / Act IV' by IZ*ONE. The purpose of this research is to find out how the form and type of code-mixing of the song lyrics in the album ‘One-Reeler / Act IV’ by IZ*ONE. This research is descriptive qualitative research with a qualitative descriptive approach. In this study, researcher analyzed the code-mixing based on the form and type with the classification by Suwito (1983). Based on the results, it can be concluded that there are 27 code-mixed data in the album 'One-Reeler / Act IV' by IZ*ONE. The data can be classified into 11 data in the form of word, 6 data in the form of phrases, 2 data in the form of repetition, and 8 data in the form of clauses. In addition, this study also shows the types of code-mixing. The types of code-mixing that is found in this study mostly the outer code-mixing."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Ratnaningsih
1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Arcan, 1988
410 UNI p I
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Etty Nurhayati Anwar
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1992
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Edizal
Padang: Kayupasak, 2010
495.6 EDI t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Cut Erra Rismorlita
"Usia Rata-rata Pertama Menikah wanita Jepang termasuk urutan tertinggi kedua didunia. Fenomena ini dimulai pada pertengahan tahun 1970-an seiring dengan pertumbuhan ekonomi Jepang yang maju pesat, sehingga membuka peluang bagi wanita untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi, serta meniti karir dibidang-bidang pekerjaan profesional. Kepuasan hidup yang diraih melalui kemandirian secara ekonomi dan spiritual ini mengubah pandangan mereka terhadap perkawinan. Menikah menjadi suatu pilihan individu, dan mereka babas untuk menentukan dan memilih kapan, dimana dan dengan siapa mereka akan menikah.
Penelitian ini mengkaji dan menganalisis terjadinya fenomena penundaan usia kawin pada wanita Jepang tahun 1970-2000. Adapun pembahasannya meliputi latar belakang, faktorfaktor penyebab, dampak , serta upaya-upaya yang dilakukan pemerintah."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T12062
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>