Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 94627 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Demak is one of regency are placed in Central Java which has a problem of fresh water availability. The insufficient of water have been recognized in some parts of the region, such as Banyumeneng in Mranggen district. The problem of fresh water in this area is caused by sea water trapped in sedimentary material during sedimentation process, so the trapped groundwater character is brine or brackish. One of the alternatives to overcome water problem is delineated of the prospect area for exploiting of groundwater. The ground investigation activity is to get information about the geology, hydrogeology and subsurface geophysical characteristics which are needed to identification of groundwater aquifer. To obtain those targets are topographic measurement in 1:5000 scale maps, geology and hydrogeology mapping, measurement of soil radioactivity and geoelectrical resistivity are conducted. Based on observation, analysis, evaluation and discussion were identified the exixtence of potential confined aquifer that happened at the layer sand that is trapped in the impermeable layer of clay, with distribution direction East-West. Potency of aquifer with thw best condition, there are placed on BYM-16 and BYM-05 with the physics characterized in Sand-1 in the resistivity 16-22 ohm m to depth 125-150 m and Sand-2 in the resistivity 11-16 ohmm depth 25-30 m. "
EKBPPGN
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Martajasah is one of the villages in Bangkalan Region, Madura, which have difficuly of fresh water. This area has a lot of potential thar can be developed, particularly the potential of regious tourism. To increase the utilization potential of the region and support the public healthy, in 2007 PPGN-BATAN cooperated with the Government of bangkalan has made one (I) exploration/production groundwater-wells with the expectation it can meet a demand of fresh water in the Martajasah Village area. To determine the capacity of the wells, the maximum discharge pumping and the optimum discharge pumping from the wells pumping test it is necessary should be conducted, which includes step draw down pumping test, constant rate pumping test and recovery test. The purpose of this activity is to determine amount of well loss, loss of aquifer, well hydraulics equations and the value of the efficiency of wells to determine the optimum and maximum discharge wells and calculate the value of transmissivity/transmissivity (T) from the aquifer. The scope of these activities include the preparation of working equipment, testing of all equipment, measurement of static groundwater table, pumping test, and analysis of pumping test. Based on the result from step draw down test, well hydraulics equations obtained Sw= 0.0079 Q + 0.000003 Q2, so that according to the well hydraulics equations are then obtained a maximum pumping discharge (Qmax)= 3.9 liters/second (336.7 m3/days) with the well efficiency (E)= 89%, so the optimum pumping discharge (Qopt)= 3.455 liters/second= 298.52 m3/day. based on the result from constant rate pumping test and recovery test showed adequate transmissivity of wells, ie T= 136.5 m2/day=5.6875 m2/hour= 0.094 m2/minute."
EKBPPGN
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Hamid
"Pembangunan kota Jakarta yang semakin pesat mengakibatkan kebutuhan air bersih menjadi semakin meningkat. Produksi Perusahaan Air Minum (PAM) Jaya yang masih sangat terbatas (sekitar 60%) belum dapat memenuhi kebutuhan pengguna/pemakai air baik untuk dornestik maupun komersil. Hal ini menyebabkan pemanfaatan airtanah menjadi semakin besar dan tidak terkendali.
Suatu perkiraan keseimbangan airtanah di Jakarta, oleh Bank Dunia (1990) menyebabkan bahwa konsumsi air dari sumur dangkal sebesar 200 juta m3 per tahun dan sumur bor sebesar 95 juta m3 per tahun, sedangkan resapan air hanya sebesar 114 juta m3 per tahun. Dengan demikian terjadi ketidakseimbangan antara pengambilan dengan ketersediaan air, yaitu terdapat kekurangan sebesar 181 juta m3 air resapan per tahun. Perhitungan ini mengindikasikan bila konsumsi air terus seperti sekarang, maka ketersediaan airtanah di Jakarta hanya cukup untuk 10 tahun lagi.
Pesatnya laju penggunaan airtanah yang berlebihan atau tidak terkendali ini, akan berdarnpak bagi kawasan Jakarta, seperti penurunan muka airtanah, intrusilpenyusupan air lautlasin, dan penurunan permukaan tanah atau amblesan. Instrusi/penyusupan air asin menyebabkan kualitas airtanah menjadi terkontaminasi sehingga berubah dari tawar menjadi payau sampai asin. Untuk itu perlu segera diantisipasi terjadinya perluasan wilayah sebaran intrusi air asin di Jakarta, antara lain dengan mengetahul kondisi lingkungan wilayah sebaran intrusi air asin tersebut baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung.
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka secara khusus dapat dirumuskan masalahnya, yaitu:
1. Di wilayah mana terdapat airtanah dangkal yang terintrusi air asin di wilayah Jakarta.
2. Bagaimana kondisi lingkungan pada wilayah airtanah dangkal yang terintrusi air asin di wilayah Jakarta.
Tujuan yang ingin dicapai dalam tesis ini adalah:
1. Untuk mengetahui wilayah airtanah dangkal yang terintrusi air asin di wilayah Jakarta
2. Untuk mengetahui kondisi lingkungan pada wilayah airtanah dangkal yang terintrusi air asin di wilayah Jakarta.
Hipotesis: Airtanah dangkal yang terintrusi air asin di Jakarta terdapat di wilayah dengan kondisi lingkungan (1) curah hujan yang kering, (2) sifat fisik tanah dan batuan yang lambat menyeraplmeiuluskan air, (3) letaknya dekat dengan pantai, (4) muka airtanah berada di bawah laut, (5) luas lahan terbangunnya tinggi, (6) penduduknya padat.
Metode Penefitian:
1. Kriteria Tingkat Keasinan Airtanah
Dalam menganalisis intrusi air asin dengan pendekatan kualitas airtanah digunakan klasifikasi keasinan airtanah Jakarta yang telah disepakati oleh Panitia Ad Hoc Intrusi Air Asin (PAHIAA) di Jakarta pada tahun 1986 oleh beberapa instansi terkait, seperti Direktorat Geologi Tata Lingkungan, Lembaga Geoteknologi LIPI, PAM Jaya dan Puslitbang Pengairan. Adapun kriteria tersebut adalah Daya Hantar Listrik (DHL) air tawar (< 1500 umhos/cm), air agak payau (>1500 - < 5000 umhos/cm), air payau (> 5000 - < 15000 umhos/cm), air asin (> 15000 - < 50000 umhos/cm), brine (> 50000 umhos/cm), dan Klorida air tawar (< 500 mg/l), air agak payau (> 500 - < 2000 mg/l), air payau (> 2000 - 5000 mg/l), air asin (> 5000 - 19000 mg/l), brine (> 19000 mg/l).
2. Metode korelasi peta (Overlay peta) merupakan metode dengan melakukan pertampalan peta, dalam hal ini peta wilayah intrusi air asin dengan peta kondisi lingkungan di Jakarta. Hasil dari analisis tersebut dapat menjelaskan korelasi kondisi lingkungan yang ada pada wilayah airtanah dangkai yang terintrusi air asin.
Kesimpulan : Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah:
1. Wilayah airtanah dangkal yang terintrusi air asin tersebar di seluruh kecamatan pada bagian utara Jakarta, dan sebagian lagi berada di bagian barat dan timur Jakarta, serta di bagian tengah (pusat) Jakarta.
2. Kondisi Lingkungan fisik pada wilayah airtanah dangkal yang terintrusi air asin di Jakarta adalah: muka airtanah berada di bawah muka laut (< 0 dml), curah hujan yang kering ( < 1600 mm -1800 mm), sifat fisik tanah dan batuan kurang/lambat menyerap/meluluskan air (lempung, permeabilitas lambat, drainase terhambat, tekstur flatus), letaknya dekat dari pantai Sedangkan kondisi lingkungan binaan dan Iingkungan sosiat pada wilayah airtanah dangkal yang terintrusi air asin sebagian besar luas lahan terbangunnya sangat luas (> 80%) dan penduduknya kurang padat (< 12.385 jiwa/km2) sampai sangat padat (> 41.117 jiwa/km2).
Berdasarkan data dan kesimpulan tersebut di atas, maka penggunaan airtanah di Jakarta khususnya airtanah dangkal yang sangat tinggi terutama di dalam menunjang aktivitas kehidupan penduduknya perlu dilakukan upaya-upaya pengendalian, penghematan dan pemantauan. Jika kondisi ini terus berlangsung akan memberikan dampak terhadap ketersediaan dan ketersinambungan sumberdaya air di Jakarta. Untuk perlu dilakukan beberapa langkah yang dapat menjaga kelestarian airtanah dan terpenuhinya kebutuhan penduduk akan air bersih, antara lain melalui :
1. Pengendalian penggunaan airtanah dengan melaksanakan penghematan atau membatasi penggunaan airtanah, seperti:
- Meningkatkan kemampuan PAM Jaya untuk dapat melayani kebutuhan air bersih penduduk dan terjangkau oleh semua lapisan masyarakat
- Menjadikan airtanah sebagai komoditi ekonomi yang bernilai tinggi, sehingga bukan lagi sebagai barang yang gratis.
2. Pemantauan terhadap penggunaan airtanah harus dilakukan oleh semua pihak yang terkait baik masyarkat, dunia usaha dan pemerintah, sehingga semuanya menyadari pentingnya fungsi, peran dan keberadaan airtanah.
3. Penetapan zona konservasi airtanah yang membagi Jakarta ke dalam wilayah-wilayah yang boleh, boleh tetapi dengan perlakuan khusus, dan tidak boleh dimanfaatkan airtanahnya, merupakan suatu yang sangat tepat, Tetapi dalam pelaksanaannya perlu dibarengi dengan disiplin, sanksi dan peraturan yang mengikat semua pihak dan aspek kehidupan.
4. Pemberlakuan yang lebih ketat dan tegas terhadap Keputusan Gubernur No. 17 Tahun 1992 tentang pembuatan sumur resapan. Walaupun pemberlakuan keputusan tersebut baru pada tahun 1992 dan ditujukan pada pemohon ijin Mendirikan Bangunan (IMB), tetapi hendaknya pada rumah-rumah yang telah dibangun sebelum tahun 1992 hendaknya terus dihimbau dan dipantau untuk dapat pula membuat sumur resapan atau melaksanakan penghijauan di halaman rumah atau daerah terbuka hijau dengan jenis tanaman yang mampu menyerap air.
5. Pengalihan fungsi lahan terbuka hijau atau lahan-lahan yang berfungsi sebagai daerah resapan air hendaknya tidak terjadi lagi, karena selain dapat menghambat proses peresapan air ke dalam tanah, juga dapat meningkatkan penguapan air dan memperbesar air larian.
6. Penyuluhan akan pentingnya arti dan peran keberadaan airtanah sebagai bagian dari siklus hidrologi, sehingga penggunaannya harus dihemat, efektif dan efisien dapat dilakukan meialui lembaga-lembaga sosial masyarakat, sekolah, Ulama, dan pertemuan-pertemuan yang sifatnya informal yang dilakukan oleh tokoh-tokoh masyarakat setempat.

The ever rapid development of Jakarta resulted in an ever Increasing water need. The limited product of Municipal Water Works (PAM) Jaya cannot fully meet the requirement of water users for domestic and commercial purposes only 60% is presently. That's why groundwater utility increase and became ever uncontrollable.
Balanced prediction of Jakarta groundwater by World Bank (1990) indicated that water consumption of shallow groundwater is 200 million m3 per year and deep well is 95 million m3 per year while water infiltration is only around 144 million per year. Hence, there is an imbalance between water consumption and water storage. There is a deficit of 181 million m3 of water that need to infiltrate and percolate per year. This calculation indicated that if water consumption continue to remain as it is to day, hence, the availability of groundwater storage in Jakarta will only be enough for ten more years.
The growth of groundwater uncontrolled use will have an impact on Jakarta area, like decreasing water table , salt water Intrusion, and subsidence of soil surface. Salt water intrusion contaminate groundwater and thus lowering the quality and change the taste of fresh water with the increase of groundwater usage therefore, the extent of salt water enrichment will grow.
Based on the above background, therefore the problem area of the research follows:
1. Which area contain salt water intrusion of shallow groundwater in Jakarta
2. How is the environmental condition in areas of shallow groundwater with intrusion by salt water.
Objectives of this study are:
1. To know the areas of shallow groundwater with intrusion by salt water in Jakarta
2. To know the environmental condition in areas of Jakarta with shallow groundwater where intrusion by salt water has occurred.
Hypothesis: Shallow groundwater intrusion by salt water in Jakarta was found in areas with the following environmental condition (1) dry rainfall, (2) physical characteristics of soil and rock that cannot absorb water, (3) situated near a beach, (4) the water table is below sea water level, (5) highest built up area, (6) high population density.
Research Methodology:
Groundwater salinity level criteria.
In analyzing salt water intrusion using groundwater quality as salt water classification as agreed by the ad hoc salt water intrusion committee (PAHIAA) in Jakarta 1986, such as The Directorate for Environment system geology, Institute of Geo technology (LIPI), Municipal Water Works (PAM) Jaya and Irrigation Research Center of the Public Work Department are: conductivity (DHL) fresh water (<1500 umhos/cm), fresh brackish (>1500 - <5000 umhos/cm), brackish (>5000 - <15000 umhoslcm), salty (>15000 - <50000 umhos/cm), brine (> 50000 umhos/cm), and chloride (CI) fresh water (< 500 mg/l), fresh brackish (> 500 - < 2000 mg/1), brackish (> 2000 - 5000 mg/l), salty (> 5000 - 19000 mg/l), brine (> 19000 mg/l).
Map correlation method (overlays) is a method that carry out map overlays which in this case is represented by a map of salt water intrusion area and a map of environmental condition in Jakarta. The result of analysis can clarify correlation of environmental condition in shallow groundwater area intrusion by salt water.
Conclusion : Based on the results and analysis therefore, the conclusions of this research are:
1. The Area of shallow groundwater intrusion by salt water covered all of the subdistric in north Jakarta, part of west and east Jakarta as well as central Jakarta.
2. The environmental condition of shallow groundwater intrusion by salt water is common around areas with physical environment containing water table below sea level (< 0 m), dry rainfall (< 1600 mm up to 1800 mm), physical characteristic of soil and rock that cannot absorbed water (clay, slow permeability, fine texture, poorly drainage), and near of the beach , human made environment: higher built up area (> 80%), and social environment : low population density (< 12.385 person! km2) to higher population density (> 41.117 person/ km2).
Based on the founding it could be concluded that groundwater use in Jakarta especially shallow groundwater to support peoples activity need to be controlled, economized and monitored. if this condition continue, then it would give an impact on storage and continued availability of Jakarta water resources. Therefore, several steps have to be taken to guard the preservation of groundwater and fulfillment of population water need, including:
1. Controlled, thrifty and efficient groundwater use or limited use such, as :
- To raise the ability of municipal water works (PAM) Jaya to expand the distribution networks to all people in Jakarta.
- To make groundwater an economic commodity of high value,
2. Monitoring of groundwater use has to be carried out by all parties such as the people, industry and government so that all realized the important function, role and storage of groundwater.
3. Establish a conservation zone dividing Jakarta in zones of permitted, zone of permitted with special activity and zone of unpermitted use of groundwater. In its realization, sanctions have to be enforced.
4. In accord with the decision number 17, 1992 about the construction of reabsorption well, even though valid since 1992 for permit applications of construction (1 M B) but it is hoped that it would be also valid for constructions before 1992 for constructions. Beside that to construct well absorption or carry out greening in the garden of the house or in open space area with vegetation can function as water absorption.
5. Land conversion of open space area should not occur anymore, because it cannot function as water absorption in soil but increasing evaporation and runoff instead.
6. Communication information and education on the important role of groundwater storage as part the hydrology cycle so that its efficient and effective use can be carried out through social institution, school, formal and informal leader.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Bambang Sudibjo
"ABSTRAK
Hal yang mendasari penelitian ini bahwa secara holistik, pertambahan penduduk dan aktivitas manusia telah mendorong menurunnya kualitas lingkungan. Laju pertambahan penduduk merupakan masalah pokok dalam perkembangan permukiman yang menuntut peningkatan kebutuhan akan tersedianya air bersih sebagai sumber kehidupan. Sedangkan perumahan ataupun bangunan sebagai sarana untuk berlindung atau melakukan kegiatan lain. Di samping itu perilaku masyarakat juga ikut menentukan terhadap kualitas lingkungan.
Perkembangan permukiman menunjukkan bahwa antara luasan bangunan dan liputan bangunan (building coverage) sebagai permukiman tidak sebanding dengan kemampuan ketersediaan air bersih dalam mensuplai akan kebutuhan yang diperlukan.
Sejauh ini kawasan pariwisata pantai Pangandaran dalam perkembangannya mempunyai potensi untuk dapat menarik wisatawan dan pertambahan penduduk. Daya tarik lingkungan pantai kawasan pariwisata ini cenderung dieksploitasi secara berlebihan (over exploited) bila tidak dikendalikan secara terencana dan hati-hati. Indikasi adanya eksploitasi lingkungan secara tidak terencana terlihat dengan banyaknya pembangunan sarana akomodasi pariwisata. Implikasi dari kenyataan tersebut merupakan perlakuan terhadap keseimbangan ekologis tata air menjadi tidak terkontrol.
Oleh karena itu, perkembangan permukiman daerah Pangandaran merupakan konsekuensi logis dari pembangunan. Perkembangan permukiman kawasan Pangandaran akan cenderung mengarah kepada skala kota sebagai tantangan dan permasalahan pembangunan.
Dari uraian tersebut timbul suatu permasalahan, khususnya berkaitan dengan informasi tentang daya dukung air tanah serta penataan permukiman di samping kondisi perilaku masyarakatnya. Oleh karena itu diperlukan suatu penilaian terhadap kuantitas dan kualitas air tanah. Selanjutnya mengkonversikan ' kuantitas air tanah terhadap kebutuhan ruang dari jumlah penduduk, dan bagaimana hubungannya kondisi air tanah dengan perilaku masyarakat.
Tujuan penelitian adalah: 1) untuk mengetahui daya dukung dalam hal kuantitas dan kualitas air tanah; 2) untuk mengukur kebutuhan ruang, dalam hal ini jumlah luas bangunan berdasarkan kuantitas air tanah; 3) untuk mengidentifikasi perilaku masyarakat dalam pelestarian lingkungan air tanah.
Jenis data yang diperlukan adalah data fisik dan data sosial. Data fisik untuk kuantitas air tanah dilakukan dengan uji pemompaan atau pemulihan Theis (Theis Recovery) dengan menggunakan alat Automatic Water Level Recorded (AWLR) dan pengeboran dengan Auger Hole. vntuk kualitas air tanah dilakukan analisis laboratorium. Data sosial dilakukan dengan random sampling. Besarnya sampel adalah sebesar 225 responden. Adapun populasi diambil dari proporsi 3 (tiga) registrasi desa yang merupakan kawasan pariwisata yaitu Desa Pangandaran, Desa Pananjung, dan Desa Babakan. Dalam analisis data sosial, untuk melihat adanya korelasi antara kondisi air tanah dengan perilaku masyarakat digunakan metode regresi berganda.
Kesimpulan umum hasil penelitian ini adalah; kawasan pariwisata Pangandaran saat ini masih terjaga kondisi lingkungan air tanahnya, walaupun tingkat kesadaran masyarakatnya terhadap lingkungan relatif masih rendah. Namun demikian pada tahun mendatang ± 2018 perlu diantisipasi kondisi air tanahnya, dengan memperhatikan tingkat kedatangan wisatawan dan pertumbuhan penduduk yang mungkin terjadi.
Secara parsial dapat disimpulkan bahwa: 1) Kawasan pariwisata pantai Pangandaran menurut Schmidt dan Ferguson termasuk tipe A. Dengan kata lain, daerah penelitian tidak pernah terjadi periode bulan kering; 2) Klasifikasi nilai infiltrasi 80,4 mm/jam, menurut Richard dan Cossens > 53 mm/jam (tingkat infiltrasi sangat tinggi) daerah penelitian merupakan daerah umpan (recharge area) yang sangat baik; 3) Umpan air tanah yang berasal dari air hujan sebesar 4.304.995 m3/tahun. Selain dari air hujan, air tanah daerah penelitian berasal dari daerah di atasnya; 4) Pengukuran air tanah dengan metode pemulihan Theis (Theis Recovery Method) dan metode lobang pengeboran (Auger Hole Method) menghasilkan debit air tanah maksimum sebesar 57.693,40 m3/hari, sedangkan debit optimum sebesar 40.385,38 m3/hari. Adapun setiap Ha adalah sebesar 32,7 m3/hari; 5) Debit air tanah selama' kurun waktu 12 tahun terjadi penurunan setiap Ha sebesar 0,13 m3/hari; 6) Mengambil sampel wawancara dari penduduk sebesar 225 orang dapat dihasilkan pemakaian air per orang sebesar 115,65 1/hari. Adapun terhadap pengunjung dengan sampel sejumlah 25 orang atau 20% dari pengunjung rata-rata yang menginap per hari adalah sebesar 109,57 1/hari; 7) Berdasarkan debit air tanah optimal dan pemakaian air orang per hari dapat dihasilkan pengguna air tanah pada lokasi penelitian sebesar 349.112 orang; 8) Kualitas air tanah secara umum memenuhi syarat sebagai air minum. Masuknya air laut ke daratan (water intrusion) pada daerah penelitian dengan menggunakan metode Ghyben-Herzberg sampai saat ini belum terjadi. Semakin jauh dari pantai, semakin dalam posisi garis singgung antara air tanah tawar dengan air tanah asin (interface). Pada jarak 500 m dari pantai kedalaman interface berkisar 10 m, sehingga dapat dipastikan untuk tidak mengambil air tanah melebihi kedalaman 10 m pada jarak tersebut; 9) Dengan pengguna air tanah pada lokasi penelitian sejumlah 349.112 orang, dibutuhkan ruang untuk bangunan maksimum sebesar 29.674.520 m2. Sedang dengan liputan bangunan {Building Coverage) sebesar 40% di dapat jumlah lantai sejumlah 4 (empat) lantai dengan koefisien lantai bangunan (Floor Area Ratio/ FAR) sebesar 0,4 untuk bangunan perumahan permukiman dan 0,63 untuk bangunan hotel; 10) Perilaku masyarakat kawasan pariwisata Pangandaran dapat memperburuk kuantitas dan kualitas air tanah, dengan kata lain perkembangan permukiman di kawasan tersebut mampu mempengaruhi air tanah; 11) Sebagian besar kepedulian masyarakat di kawasan pariwisata Pangandaran terhadap lingkungan "relatif rendah". Hal ini terbukti bahwa hanya sebanyak 38% yang membuang sampah ditempat sampah sedang sisanya dengan cara lain. Adapun untuk limbah cair hanya 30% yang membuat septic tank dengan peresapan sedang sisanya dengan cara lain.

ABSTRACT
The basis of this research is that holistically the population increase and human activities have caused deterioration of the environment quality. The rate of population increase is a major problem in settlement development, which demand an increase in water availability as a means for protection and performing other activities. Besides, the community behavior also determines the environment quality.
The settlement development indicates that it is not balanced between building area and building coverage with ability to provide to clean water in order to supply the needs.
So, far, the tourism area of Pangandaran beach in its development has a potential to attract tourists and population increase. The tourism beach area attractiveness tend to be overexploited if it' is not controlled with a well planned and coutious activities. The indication that there is environment exploitation can be seen in various tourism accommodation facilities development.
The implication of the fact is a treatment of water system ecological equilibrium which is not control.
Therefore, the settlement development in Pangandaran area is a logical consequence of the development. The Pangandaran area settlement development tends toward a city scale as a challenge and development problem.
From the above description there is one problem, especially those related with information regarding the ground water support capability and settlement arrangement, beside the community behavior condition. Therefore, an appraisal of quality and quantity of ground water is needed. Then how to convert the ground water quality to demand for space due to population increase, what is the relationship between ground water condition and the community behavior.
The purpose of the research is 1) to recognize the support capability in terms of quantity and quality of, ground water; 2) to measure the demand for space, in this case the building area based on the ground water; 3) to identify the community behavior in conservation of the ground water environment. The type of data needed is physical data and social data. In order to obtain the physical data for the ground water quantity, a Theis Recovery pumping test is performed by using AWLR (Automatic Water Level Recorder) and boring with Auger Hole. In order to obtain the ground water quality a laboratories analysis is performed. 'The social data is obtained by random sampling. The number of sample is estimated around 225 respondents. While the population is taken proportionately from 3 registration villages which include in the tourism area that is Pangandaran, Pananjung and Babakan. In analysis of the social data in order to see the corelationship between the ground water condition and the community behavior we use a multiple regression method.
The general conclusion of the research is that : the ground water environment condition of Pangandaran tourism area currently is still well maintained, even though the community awareness toward the environment is still relatively low. However, in the next 2018 the ground water condition should be anticipated, by considering the tourists flow and the possible population increase.
Partially it can be concluded that: 1) The Tourism area of Pangandaran beach according to Schmidt and Ferguson includes in type A area. In other words, in the research area never happened a dry month period; 2) The infiltration value classification is 80.4 mm/hour, according to Richard and Cossens > 53 mm/hour (the infiltration rate is very high). The researched area is a very good recharge area. 3)' The recharge area which results from rainfall which is 4,304,995 m3/year. Beside the rainfall, the ground water of the researched area results from the above area; 4) The ground water measurement with Theis Recovery Method and Auger Hole Method produce the ground water discharge of maximum 57,693.40 m3/day, and so the optimum water discharge is 40,385.38 m3/day. While each hectare of the maximum water discharge is 32.7 m3/day; 5) The ground water discharge during the 12 years period decrease 0.13 m3/day for each Ha; 6) Having taken interview samples from 225 population the water consumption is 115.65 1/day. While sampling on 25 visitors or 20% of the average visitors that stay overnight, the water consumption is 109.57 1/day; 7) Based on optimum the ground water discharge and individual daily water consumption, the supporting capability is 349,112 people; 8) The ground water quality in general satisfies as drink water. The water intrusion from the sea in the researched area by using the Ghyben-Herzberg method until now has not occurred. The farther from the coast area, the deeper the position of the tangential point between the fresh ground water and the salt ground water (interface). At a distance of 500 m from the coast area, the interface is about 10 in, that it can be certain that it is not allowed to take the ground water at a distance greater than 10m; 9) With the supporting capability of 349,112 people, the space building needed is 29,674,520 m2. With Building Coverage 40% we found out the stories is 4 with Floor Area Ratio of 0.4 for housing building and 0.63 for hotel building; 10) The behavior of the community in the Pangandaran tourism area can deteriorate the quantity and quality of the ground water; 11) The concern of the people in the Pangandaran tourism area toward the environment is "relatively low". This turns out that only 38% of the people that pitch the garbage in its place while the rest pitch in other place. While for liquid waste is only 30% which make the septic tank including infiltration while the rest pitch in other ways.
Pages : xxiii Introduction, 141 Contents, 29 Tables, 9 Figures, 56 Appendics.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Neng Tasih
"Penelitian ini bertujuan menggambarkan kebijakan pengendalian pemanfaatan air tanah di Kabupaten Sukabumi dan kendala yang dihadapi dalam melakukan pengendalian. Penelitian kualitatif ini menggunakan pengumpulan data dengan wawancara mendalam dan studi dokumen. Hasil penelitian ini menemukan bahwa Pemerintah Kabupaten Sukabumi mengeluarkan tiga kebijakan terkait pengendalian pemanfaatan air tanah. Kebijakan pertama adalah Peraturan Daerah Kabupaten Sukabumi No 14 Tahun 2010 Tentang Air Tanah. Bagian penting dari peraturan daerah tersebut adalah perizinan, kegiatan pengendalian dan pengawasan. Kebijakan kedua adalah Peraturan Bupati No 28 Tahun 2011 Tentang Tata Cara Perhitungan Nilai Perolehan Air (NPA) yang di dalamnya mengatur denda bagi pemegang izin yang menggunakan air tanah melebihi debit yang diizinkan. Kebijakan ketiga adalah Keputusan Bupati No 546.2/Kep.430- DPESDM/2013 Tentang Harga Air Baku (HAB) yang menetapkan kenaikan HAB, dan kendala yang dihadapi dalam melakukan kebijakan tersebut adalah perubahan Undang-Undang No 32 Tahun 2004 menjadi Undang-Undang No 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah yang berdampak pada hilangnya kewenangan Kabupaten Sukabumi dalam melakukan pengendalian air tanah.

This study describes about the policy of controlling the use of groundwater in Sukabumi and its obstacles. This study using qualitative method by in-depth interviews and literarure study. The results of this study found that the Government of Sukabumi issued Results of the study found that the Government of Sukabumi issued three related policies controlling the use of groundwater. The first policy is Local Regulation No 14 Year 2010 about Groundwater. An important part of the local legislation is the licensing, monitoring and control activities. The second policy is the Regent Regulation No 28 Year 2011 about Procedure for Calculating the Value of Acquisition of Groundwater (NPA) in which set fines for license holders who use groundwater exceed the permitted discharge. The third policy is the Regent Decree No546.2/Kep.430-DPESDM /2013 about Standard Water Price (HAB) which sets the rise of HAB, and the obstacles encountered in conducting the policy is a change of Law No. 32 of 2004 into Law No. 23 of 2014 which impact to the loss of authority in Sukabumi Regency to control groundwater.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasratul Hasfarila
"Air tanah merupakan sumber daya yang sangat penting. Pengukuran dan analisis mengenai kedalaman air tanah diperlukan untuk mengetahui ketersediaan air tanah di suatu daerah. Penelitian ini membahas mengenai fluktuasi permukaan air tanah tahun 2013-2014 dan perubahan fluktuasi permukaan air tanah tahun 1991-1992 sampai 2013-2014 di Daerah Aliran Ci Leungsi Hulu, Jawa Barat. Data fluktuasi diperoleh dari pengukuran langsung di lapangan. Data fluktuasi tersebut kemudian dikaitkan dengan curah hujan, ketinggian, lereng, jenis batuan, dan penggunaan tanah. Hasil analisis menunjukkan bahwa fluktuasi permukaan air tanah tahun 2013-2014 secara temporal memiliki hubungan yang kuat dengan curah hujan dan secara spasial dipengaruhi oleh ketinggian, lereng, karakteristik batuan, dan penggunaan tanah. Disamping itu, hasil analisis menunjukkan bahwa selama tahun 1991-1992 sampai 2013-2014 telah terjadi perubahan fluktuasi permukaan air tanah sebesar 0,82 m dimana perubahan itu disebabkan oleh penambahan persentase pemukiman.
Groundwater is an important resource. Measurement and analysis of water table is required to determine the availability of groundwater. This study discusses about water table fluctuation in 2013-2014 and the changes of water table fluctuation in 1991-1992 until 2013-2014 in upstream area of Ci Leungsi Watershed, West Java. Water table fluctuation data used comes from the field survey. Water table fluctuation data that correlates with rainfall, altitude, slope, characteristic of rock, and landuse. From analysis result showed that the water table fluctuation in 2013-2014 have a strong relationship with rainfall, temporally and spatially influenced by the altitude, slope, characteristic of rock, and landuse. Besides that, from analysis result showed that in 1991-1992 until 2013-2014 have occurred changes water table fluctuation by 0,82 meter where that change was caused by addition of a percentage of settlements."
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S55504
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"The utilization of groundwater as raw water source on east flores Nusa Tenggara was done for long time. This water spring is used for irigation purposes, donmestic use and other needs...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sugeng Rahardjo
"Recharges simulation on groundwater in Depok : Paved areas extension were analysed by pricipal component analysis and canonical correlation analysis.The result indicated that urbanization, especially in the commercial region, are increasing in Depok. According to the simulation on dynamic model. It is known that the carrying capacity of shallow groundwater will besustain five up to 10 years letter, if urban land use could be controllied become 73.79 percent of the Depok's spatial palnning 2010"
Depok: Universitas Indonesia, 2002
SAIN-7-1-2002-31
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Syamsu Rosid
"Suatu kajian tentang kemungkinan adanya sistim mata air di lingkungan kampus UI Depok telah dilakukan dengan melakukan pengukuran geolistrik tahanan jenis. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan konfigurasi elektroda model Schlumberger. Dengan mengukur parameter-parameter arus I dan tegangan V serta jarak antar elektroda, diperoleh harga variasi tahanan jenis lapisan tanah dan ketebalannya pada setiap titik sounding. Pengolahan data dilakukan dengan software Res1D Modeling dan Grapher menggunakan komputer PC. Pengukuran hanya dilakukan pada 8 titik sounding, dengan panjang bentangan kabel arus AB/2 hanya mencapai ± 100 meter. Mapping resistivity tidak penulis lakukan. Dari ke delapan titik sounding tersebut diperaleh suatu gambaran estimasi tentang sebaran lapisan akifer. Lapisan ini berada pada kedalaman ± 20 m di daerah FT dan FISIP, mendangkal menjadi ± 10 m di sekitar FMIPA dan FILM, dan makin mendangkal lagi menjadi ± 5 m di lingkungan Politeknik. Kedalaman lapisan ini penulis hitung dari permukaan tanah. Dari gambaran ini ada kemungkinan lapisan ini munculltersingkap di sekitar Politeknik. Dan ini bisa berpotensi menjadi mata air yang diduga ada di sekitar danau antara FMIPA dan Politeknik."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2000
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>